WADUK
Sampai saat ini di Indonesia sudah dibangun lebih dari 221 bendungan dari ukuran yang
kecil, sedang, sampai dengan yang besar dan sebagian diantaranya telah dibangun sejak
zaman awal sebelum kemerdekaan. Bendungan-bendungan tersebut didesain oleh berbagai
konsultan nasional ataupun internasional, yang masing-masing memakai standar yang
berbeda satu sama lain, dan pada umumnya para konsultan asing yang mendapat tugas
menyiapkan desain telah menggunakan standar yang berlaku di negara mereka masing-
masing.
Pembangunan Bendungan Rajui telah dilaksanakan sejak dari tahun 2010 sampai dengan
tahun 2012 (multi years contract). Inspeksi keamanan bendungan pada waktu masa
pelaksanaan konstruksi bendungan Rajui pernah dilakukan pada tahun 2011 oleh Tim
Balai Keamanan Bendungan, dan baru bulan ........tahun 2013 ini dilakukan permohonan
izin pengisian awal waduk, kepada Menteri dan tembusannya yang disampaikan kepada
Instansi Teknis, Keamanan Bendungan; untuk mendapatkan sertifikat operasi bendungan
Rajui.
Dalam kurun waktu lebih dari 2 tahun selama masa pelaksanaan konstruksi tersebut,
kondisi bendungan mungkin telah mengalami peristiwa-peristiwa dan perubahan-
perubahan yang kemungkinan besar berpengaruh terhadap keamanan bendungan. Sehingga
dengan kondisi ini maka perlu adanya evaluasi terhadap pengisian awal waduk, oleh tim
teknis keamanan Bendungan yaitu dengan melakukan studi, evaluasi dan analisa terhadap
seluruh data dan informasi terkumpul mengenai; desain, pelaksanaan, dan pemantauan
terhadap semua aspek disiplin ilmu terkait.
1
Ketelitian pada tahap perencanaan serta sewaktu dalam tahap pelaksanaan dan kesesuaian
dalam penerapan pola operasi, diharapkan waduk/embung mampu menyediakan air
irigasi/air baku yang sangat dibutuhkan sepanjang tahun.
Lokasi pekerjaan terletak didesa Mesjid Tanjong, Kecamatan Padang Tiji, Kabupaten
Pidie, yang berjarak 95 Km dari kota Banda Aceh melewati jalan beraspal; atau berjarak
15 Km kearah utara dari Sigli, ibukota Kabupaten Pidie.
Ditinjau dari posisi Geografis, Waduk Rajui terletak pada koordinat 954848 BT dan
052425 LU.
II.3. Hidroklimatologi
Berdasarkan data yang tersedia dari Badan Meteorologi dan Geofisika pada stasiun Blang
Bintang; curah hujan bulanan rerata dilokasi pekerjaan adalah sebesar 113 mm, rerata
curah hujan tahunan adalah 1732 mm, serta kawasan termasuk dalam tipe iklim C menurut
Schemidt Ferguson dengan nilai Q = 0,5429.
II.4. Manfaat
Berdasarkan tinjauan regional, tatanan batuan penyusun (keadaan geologi) yang mengacu
kepada sandi stratigrafi bersistem Peta Geologi Lembar Banda Aceh, Sumatera, Skala 1 :
250.000, Lembar 0421 dan 0521 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
Bandung 1981, pada lokasi pekerjaan terdapat 2 (dua) satuan batuan yaitu satuan batuan
batupasir gampingan dan endapan alluvial. Satuan batuan batupasir gampingan terdiri dari
beberapa litologi yaitu batupasir gampingan, batugamping pasiran dan batupasir serta
batulempung. Kesemua litologi tersebut secara susunan dari formasi batuan sedimen yang
2
berumur tua ke muda terdiri dari Anggota Padang Tiji (Tuktp), Formasi Seulimeum
(QTps), dan Endapan Aluvial (Qh)
Daerah telitian terbagi atas dua bentuklahan asal yaitu, bentuklahan asal denudasional (D)
dan bentuklahan asal fluvial (F). Bentuklahan asal denudasional diturunkan menjadi
bentuklahan perbukitan terkikis (D1), sedangkan bentuklahan asal fluvial diturunkan
menjadi bentuklahan dasar sungai (F2) dan bentuklahan ledok fluvial (F9). Lokasi Waduk
Rajui sendiri berada pada satuan bentuklahan dasar sungai dan ledok fluvial.
Bentuklahan Perbukitan Terkikis menunjukkan suatu bentuklahan yang tidak teratur dan
mempunyai ketinggian 75 - 300 mdpl. Lereng memiliki kemiringan yang miring sampai
curam (4 - 35), didominasi oleh kenampakan erosi ringan sampai berat. Jenis batuan
bervariasi, material permukaan memiliki ukuran lempung sampai kerikil. Setempat-
setempat dijumpai singkapan batuan induk. Lapisan tanah pucuk (top soil) merupakan
asosiasi dari latosol, posolik dan litosol.
Bentuklahan ini sebagian besar merupakan semak belukar dan hutan. Hanya sedikit lahan
yang digunakan oleh masyarakat sebagai ladang atau kebun. Ladang dan kebun yang
sebelumnya telah dimanfaatkan sebagian besar telah ditinggalkan dan menjadi lahan yang
tak terurus dan liar.
Bentuklahan ini merupakan bagian dari tubuh Krueng Rajui. Bentuklahan Dasar Sungai
dibatasi oleh permukaan air maksimal yang menggenangi tubuh sungai. Kemiringan
berkisar antara 2-16.
Bentuklahan ini dipenuhi oleh material hasil rombakan batuan induk yang tertransport
oleh air sungai. Material tersebut memiliki ukuran butir berkisar antara pasir halus
bongkah. Batuan induk yang terombak dari daerah yang jauh dapat diketahui dari bentuk
butir yang relatif membulat. Batuan tersebut umumnya merupakan batuan metamorf dan
batuan beku. Batuan sedimen yang berasal dari sekitar aliran Krueng Rajui juga
mengalami rombakan dan transportasi oleh air. Batuan sedimen ini umumnya memiliki
bentuk butir yang relatif masih menyudut dan berada tidak jauh dari batuan induknya.
Ledok Fluvial merupakan suatu bentuk lahan dataran aluvial, tetapi mempunyai
kemungkinan untuk tergenang besar, karena merupakan daerah cekungan. Lereng datar
sampai agak miring (2 - 8), dan terbentuk sebagai hasil proses sedimentasi. Jenis batuan
yang tersingkap merupakan sedimen yang umumnya belum terkonsolidasi dengan baik
dan masih bersifat lepas. Material permukaan merupakan material yang memiliki ukuran
butir lempung sampai bongkah. Jenis tanah merupakan alluvial dan gleosol.
Bentuk lahan ini merupakan lahan yang tidak termanfaatkan karena berada pada daerah
dengan morfologi yang sering tergenangi oleh air dan masih mengalami perubahan
dinamik dalam waktu yang relatif pendek. Unsur hara yang terbentuk juga terus tergerus
3
oleh genangan air yang dapat terjadi sewaktu-waktu bila volume Krueng Rajui meningkat.
Selain itu material penyusun yang berupa material lepas berukuran sangat beragam
(lempung bongkah) merupakan susunan yang tidak ideal untuk pemanfaatan sebagai
tegalan atau kebun.
Zona Sistem Sesar Sumatera atau Sumatran Fault System Zone yang selalu dikhawatirkan
orang merupakan zona lemah dan labil, dimana banyak terjadi sesar/patahan besar baik
yang horizontal maupun sesar turun naik dengan arah dan orientasi yang beragam. Daerah
telitian berada di sebelah timur Sistem Sesar Sumatera tersebut dan merupakan daerah
yang relatif stabil. Dari peta geologi Lembar Banda Aceh dan pengamatan lapangan tidak
dijumpai adanya struktur geologi berupa sesar yang cukup berarti baik secara regional
maupun disekitar lokasi bendung pengarah. Sesar atau patahan terdekat berada jauh di sisi
barat daerah telitian dengan arah umum timurlaut baratdaya dan merupakan sesar orde
lanjut dari Sistem Sesar Sumatera.
Disamping tidak adanya sesar yang signifikan juga tidak adanya gejala geologi struktur
yang lain seperti perlipatan atau folding dan pengangkatan atau lifting.
1. Waduk
Luas genangan air waduk : 3360 Ha
Volume Tampungan Total : 2673450 m3
Volume Tampungan Efektif : 2643468 m3
Volume Tampungan Mati : 29983 m3
2. Bendungan
Type Bendungan : Bendungan Urugan tanah Random, dengan core
trench tanah inti tegak tanah liat ditengah; serta
blangket tanah liat kearah hulu
Tinggi Bendungan : 41,20 m
Elevasi dasar bendungan : Elevasi + 30,20 msl
Elevasi Puncak Bendungan : Elevasi + 30,20 msl
Lebar Puncak Bendungan : 10,00m
3. Bangunan Pelimpah
Type Bangunan Pelimpah : Type Ogee
Panjang Saluran Pelimpah : 100 m
Lebar Total Saluran Pelimpah : 10,00 m
Tinggi Saluran Pelimpah : 2,50 m
4. Bangunan Sadap.
Type Bangunan Sadap : Type Menara dengan type pintu pengambilan
miring
Elevasi dasar pondasi Intake : + 30,00 msl
Elevasi Lantai Menara Sadap : + 60,00 msl
Panjang Terowongan : 278,00 m
Tinggi Menara Sadap : 29,00 m
4
Macam Serta Jenis Intrumentasi Terpasang Pada Bendungan Rajui.
2. Pemantau Tekanan
3. Pemantau Rembesan/Bocoran
Secara umum jumlah dan jenis instrumentasi keselamatan bendungan yang terpasang di
Bendungan Rajui sudah cukup memadai, namun beberapa instrumen perlu perbaikan (
bilamana perlu karena permasalahan sewaktu pemasangan ), penggantian dan peningkatan
untuk menjamin akurasi dan kesinambungan data.
. PEMANTAU DEFORMASI/PERGERAKAN
Deformasi Permukaan
. Peralatan Ukur Tanah / Geodesi / Survey
Titik acuan / Bench Mark / Reference Monument
. PEMANTAU TEKANAN
Tekanan Air Pori
a). Piezometer Elektrik (Vibrating Wire)
5
b). Piezometer Pipa Tegak (Open Stand Pipe)
c). Alat Baca (Manometer, Dip Meter, Data Logger)
. Tekanan Tanah Total
a). Earth Pressure Cell
b). Alat Baca (Data Logger)
Muka Air Tanah
a). Sumur Observasi (Observation Well)
b). Alat Baca (Dip Meter)
Stop Watch
Metode Pennman
Elevasi Muka Air
Muka Air Waduk
2 Reference monument
6
3 Embankment Type Piezometre
Pembetonan Spillway;.
Pembetonan Terowongan.
7
Pembetonan Inclline Intake Tower
INSPEKSI LAPANGAN
PENDAHULUAN
Dalam Inspeksi Pengisian Awal Waduk ini terdapat dua tahapan pekerjaan inspeksi,
yaitu tahap awal dan tahap lanjutan.
9
3. Pelaksanaaan diskusi atas konsep (draft) desain rinci untuk pekerjaan perbaikan yang
telah disusun, termasuk usulan penanganan (indikatif) tersebut pada butir 3 guna
mendapatkan masukan dan persetujuan Direksi Pekerjaan, dan selanjutnya membuat
desain rinci final termasuk estimasi biaya pekerjaan perbaikan yang telah disepakati
bersama oleh kedua belah pihak.
4. Melakukan inventarisasi dan evaluasi terhadap jenis, jumlah dan kondisi instrumentasi
bendungan yang ada.
5. Melakukan kajian tentang instrumentasi/fasilitas dasar keamanan bendungan yang
dibutuhkan, guna mendukung terselenggaranya kegiatan monitoring bendungan yang
lebih baik dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Melakukan persiapan terhadap manual O&P dan menyiapkan perbaikannya sesuai
dengan kondisi terkini. Apabila belum tersedia manual O&P, perlu disusun
draft/konsep manual O&P bendungan/waduk termasuk kebutuhan biaya O&P tahunan
(termasuk peralatan dan SDM) yang mencukupi.
7. Mengidentifikasi rencana kegiatan yang menimbulkan dampak dan komponen-
komponen lingkungan hidup yang diperkirakan akan terkena dampak serta
merumuskan dan menyusun dokumen Environmental And Social Management Frame
Work (ESMF) berupa Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan (UKL) yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan fisik yang telah
disiapkan desain rincinya.
8. Jaminan keselamatan bendungan yang berkesinambungan diperlukan mulai dari tahap
pembangunan, pengisian air waduk pertama kali sampai sepanjang pengoperasian
waduk. Untuk menghindari potensi korban jiwa, kerusakan bangunan dan kerugian
lainnya akibat bobolnya bendungan, diperlukan data yang cukup.
9. Pemantauan instrumentasi yang efektif dapat membantu pencapaian keselamatan
bendungan dan pemenuhan jaminan tersebut di atas. Data pemantauan tersebut
melengkapi data pengamatan dan inspeksi untuk mengetahui perilaku suatu
bendungan dan mengetahui gejala-gejala kegagalan bendungan secara dini.
10. Secara umum jumlah dan jenis instrumentasi keselamatan bendungan yang terpasang
di Bendungan Rajui sudah cukup memadai. Disamping instrumentasi yang memadai,
yang tidak kalah penting adalah perlunya disusun suatu organisasi dan sumber daya
manusia yang mapan dan berkualitas sesuai dengan kebutuhannya.
11. Kegiatan identifikasi instrumentasi keselamatan bendungan di Rajui adalah dengan
melakukan pengamatan lapangan maupun operator, pengumpulan data dan
pemeriksaan peralatan. Data yang diperoleh selanjutnya dievaluasi, dan dari kondisi
setelah pelaksanaan timbunan selesai, hasil yang ada disimpulkan dan disarankan
bilamana ditemukan instrumentasi yang tidak bekerja, perlu untuk perbaikan,
penggantian dan peningkatan instrumentasi tersebut.
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan Inspeksi pengisian tahap awal bendungan Rajui yang dilaksanakan saat ini
merupakan Pekerjaan Inspeksi pengisian Tahap Awal. Tujuan pekerjaan ini sebagaimana
yang diuraikan diatas dalam sub bab .......
10
d) Pengamatan visual pada peralatan Instrumentasi.
e) Pengamatan visual pada bangunan pelengkap / Spillway dsb.
f) Pengukuran dan Pengujian (test) dan analisa
g) Perhitungan, analisa dan evaluasi
h) Diskusi
i) Presentasi
j) Kesimpulan Status Keamanan Bendungan dan Rekomendasi Tindak Lanjut
k) Pelaporan.
Sesuai dengan daftar Simak Inspeksi yang telah dibuat, Inspeksi dilaksanakan
dengan cara pengamatan visual, wawancara dengan para pelaksana pekerjaan dan
diskusi terhadap hal-hal sebagai berikut:
- Kondisi fisik-teknis: bendungan, bangunan-bangunan pelengkap, jaringan
Irigasi, pintu outlet irigasi, jalan masuk, Instrumentasi, tebing-tebing, daerah
longsor, daerah rim waduk dan peralatan hidromekanikal dan elektromekanikal
- Telemetring dan warning system
- Pelaksanaan pengoperasian, pemeliharaan dan pemantauan.
12
- Pekerjaan Proses Sertifikasi
Jadual pelaksanaan pekerjaan dan jadual Penugasan Personil ditunjukkan pada
gambar ........ dan tabel..........
Organisasi personil pelaksana pekerjaan ditunjukkan pada gambar .............
diinspeksi
No. Bangunan/Sistim Komponen Keterangan
tidak
- Daerah Hilir
- Daerah Waduk
13
Sketsa matrik Tahapan Inspeksi Pengisian Awal Waduk
15
Bagan Alir Evaluasi Pengisian awal waduk,serta Keamanan Bendungan
Mulai Mulai
Laporan
Inspeksi/Evaluasi
Keamanan Pemilik
Pembentukan Tim
Inspeksi Oleh Balai
Tidak
Kajian Awal Tim Inspeksi Balai:
Pelajari Informasi Desain, Input Data
Konstruksi, O&P, Lap. Inspeksi Kajian
Data Cukup?
Ya
Pembuatan Laporan Inspeksi
16
a
Sidang Komisi:
Evaluasi Laporan
Evaluasi Tahap Lanjut
Data Parameter
Desain,
Penuhi Analisis Detail Oleh Pelaksanaan
Kaidah Tidak/ Pemilik Berdasarkan Konstruksi,
Keamanan meragukan Data yang ada Pemantauan
Bendungan
Laporan
Analisis Detail
Ya
Penuhi Kaidah
Keamanan Desain
Bendungan
Ya Tidak
Ya
17
Lingkup Pekerjaan pada peralatan hidro mechanical
INTAKE GATE
Gate leaf 3.350 x Tidak teridentifikasi karena
4.550 mm terendam dalam air.
Gate Freame & Bagian yang terendam dalam air
Guide tidak teridentifikasi.
Bagian di atas permukaan air
perlu Re-painting.
Hydrolic Cylinder Secara visual kondisi ..
Horst
Belum pernah dilakukan
Running.
Perlu dilakukan test Opening
secara manual atau elektrik.
Perlu cek / ganti oil Hydrolic.
Stem / Spindle Semua segmen stem / spindle
terpasang penuh.
Posisi pintu kondisi buka tidak di
dogging, kunci penahan pada
stem / spindle tidak dipasang.
Carries Roller pada masing
masing segmen stem / spindle
perlu di Grease.
Pintu air posisi buka, harus di
dogging pada posisi di atas
permukaan air waduk, dengan
cara per segmen Stem / Spindle
dilepas.
18
Test Operasi
Control Unit dengan manual dan
electrik
Pressure gauge
Electric Control For Secara visual kondisi baik/rusak
Control
25 Ton Electric Over Kondisi baik/rusak
Head Travelling
Crone (EOT)
Rails Di atas permukaan air waduk
perlu dilakukan Re-painting/tidak
Electric Items For Kondisi baik/rusak
Control Crone
INTAKE TRASH
RACK
40 Trash Rack Panels Tidak teridentifikasi karena
terendam air waduk.
Horizontal Grating Tidak teridentifikasi karena
terendam air waduk.
Seats and Frames Tidak teridentifikasi karena
terendam air waduk.
OUTLET FIXED
CONE VALVES
Two Fixed Cone 1.1 Cone valve No. 1& No. 2
Valves Kondisi Bocor/apa tidak.
19
Hydrolic Operating 2.1 Kondisi baik/ rusak
System
DRAFT TUBE
GATES
Four sets of Draft Posisi Pintu Air dogging
Tube Gate leaves
2,640 x 1,743 mm
Informasi dari petugas
lapangan pada saat pintu air di
tutup penuh,apakah masih terjadi
kebocoran, posisi bawah tidak
rapat, perlu pengecekan..
Perlu re-painting
Apakah diperlukan ganti
rubber seal
Perlu dilakukan analisa
terhadap berat pintu pada saat
pintu tutup penuh untuk melawan
gaya uplift.
20
MONORAILS
HOIST
10 Ton Monorails 1.1 Apakh perlu Perbaikan pada
Hoist Motor Listrik/apa tidak.
AUXILIARY
MECHANICAL
EQUIPMENT
Compressed air 1.1 Kondisi baik/rusak
desilting system :
1.4 Reservoir
Water Level
Instruments
Indicator Box
21
Kondisi baik
Transmitter
Other Accessories
Kondisi baik
EMERGENCY
DIESEL
GENERATOR
Perlu Battery/Accu 120
AH 2 (dua) buah
Emergency Diesel
Generator
3.1 Filter oli, udara, solar
Electric / wiring
Spare parts
Untuk dapat mencapai target sasaran yaitu didapatkannya bendungan yang aman secara
berkelanjutan, maka perlu dipahami item-item sebagaimana uraian berikut:
22
b) Perubahan kondisi hidrologi serta hidrolika dan geologi serta lingkungan
c) Perkembangan masalah/penyimpangan yang terdeteksi sebelumnya
d) Kesalahan operasional dan pelaksanaan pembangunan yang mungkin dilakukan
e) Terjadinya peristiwa pembebanan air penuh, gempa bumi, vandalisme/sabotase,
perusakan oleh binatang
f) Fluktuasi kondisi basah dan kering
4) Masalah/Penyimpangan
Evaluasi dan analisis data dan informasi sehingga ditemukan ada atau tidak adanya
masalah/penyimpangan/kekurangan terhadap parameter desain, ketentuan, kriteria,
pedoman, manual yang dapat dipertanggungjawabkan, diantaranya adalah sebagai
berikut:
a) Kondisi fisik teknis dan perilaku masing-masing bendungan, bangunan-bangunan
utama dan bagian-bagian lain yang terkait pada saat sekarang yang mungkin
merupakan perkembangan dari kondisi masa lalu/sebelumnya
b) Kemampuan pelimpahan banjir maksimum yang mungkin akan terjadi dengan
kondisi hidrologi mutakhir
c) Penjaminan sistim pelimpahan banjir sebagaimana butir Nomer 2) diatas dalam
kondisi darurat/emergency
d) Desain, pelaksanaan termasuk revisi desain dalam pelaksanaan
e) Pelaksanaan pengoperasian, pemeliharaan, pemantauan dan inspeksi
f) Penyiapan Rencana Tindak Darurat.
23
5) Lokasi dan Macam Potensi Bahaya
Dalam hal potensi bahaya yang mungkin timbul akibat adanya masalah/penyimpangan
sebagaimana butir No. 4) diatas, maka yang perlu dipahami adalah sebagaimana item-
item berikut:
b) Lokasi potensi bahaya antara lain:
- Bendungan, bangunan-bangunan utama
- Pondasi, tumpuan , tebing
- Waduk dan rim waduk
- Daerah sekitar bendungan
- Sistim pengeluaran air
- Pengeluaran normal; operasi, pelimpahan banjir
- Pengeluaran darurat (emergency)
c) Macam potensi bahaya antara lain:
- Longsor
- Pergerakan, vertikal dan horisontal
- Rembesan, bocoran, erosi buluh
- Erosi permukaan
- Kerusakan bangunan, peralatan
- Ketidakmampuan pelimpahan banjir
- Ketidakbenaran sistem pengoperasian
- Tidak dipelihara
- Tidak ada pemantauan
- Pencurian, pengerusakan, sabotase
- Tidak ada pemutakhiran Rencana Tindak darurat
6) Tindakan/Usaha Lanjut
Cara pemecahan/solusi tergantung macam masalah/penyimpangan dan potensi bahaya
yang ditimbulkan. Kejelasan harus diperoleh untuk menentukan tindakan. Bila belum
diperoleh, perlu usaha untuk secepatnya diperoleh kejelasan sehingga dapat diambil
tindakan pengamanan. Sebagai contoh sebagai berikut:
- Pemantauan lebih lanjut
- Studi, investigasi dan desain detail
- Reanalisis desain yang ada
24
KLASIFIKASI KONDISI KEAMANAN BENDUNGAN
NO Kategori Indikator
Klasifikasi
Klasifikasi kondisi keamanan bendungan dinyatakan baik, cukup, kurang atau buruk
dapat dijabarkan sebagai berikut :
Kondisi keamanan bendungan dengan klasifikasi baik termasuk siap melakukan
tindakan darurat bila terjadi keadaan darurat guna melindungi manusia dan harta
benda diwilayah pengaruh bendungan. Sebaliknya bila kondisi keamanan belum baik
(cukup, kurang atau buruk), tindak lanjut sebagaimana butir Nomor 6) harus
dilakukan sampai dapat dinyatakan menjadi baik.
Pemilik bendungan Rajui adalah; Balai Wilayah Sungai Sumatera I dengan alamat Kantor
......... Telepon nomor,..... Facsimile nomor ..... ;Mewakili Pemilik bendungan sebagai
penanda tangan Kontrak adalah Contract
Administratif Representative adalah ............, yang juga beralamatkan sama dengan alamat
Pemilik bendungan. Untuk pengawasan pekerjaan pelaksanaan O&P dilaksanakan oleh
................. sebagai Project Manager yang ditunjuk yaitu .............. Pelaksana pekerjaan
Inspeksi pengisian tahap awal Kemanan Bendungan Rajui, Evaluasi adalah PT.Global
Parasindo, dengan para Tenaga Ahli dan satu orang Tenaga Ahli Tambahan yaitu Tenaga
Ahli Instrumentasi, empat orang tenaga Asisten dan lima orang Supporting staff.
Berdasarkan kontrak, waktu pelaksanaan Inspeksi pengisian Tahap Awal ini ditetapkan
selama 6 (tujuh) bulan mulai bulan........ sampai dengan bulan........ tahun 2013. Waktu
inspeksi ini termasuk diskusi dengan Balai Keamanan Bendungan selama kunjungan
lapangan bersama dan proses sertifikasi harus terselesaikan secara keseluruhan sampai
25
dengan tanggal ..........Desember 2013. Jadual pelaksanaan pekerjaan dan jadual penugasan
personil tenaga ahli ditunjukkan dalam Gambar 2.3 dan 2.4.
2. PERALATAN
LAPANGAN
1. Total Station TS 3 Topcon 1 Unit
2. Water Pass Nak 1 Wild 1 Unit
3. GPS Etrik Garmin 1 Unit
4. Staff Gauge Tripod Wild 1 Unit
5. Gelas Ukur 1000 cc Lokal 1 Unit
6. Schmid Hammer Manual Alpha 550 1 Unit
7. Compass Brunton Tamaya 1 Unit
8. Tangga akses - Lokal 1 Unit
9. Pompa air Submersible Honda 1 Unit
10. Lampu senter - Butterfly 1 Unit
11. Stop watch - - 1 Unit
12. Mistar Ukur - Lokal 1 Unit
13. Camera Digital Biasa Nikon, Canon 5 Unit
14. Camera digital Under water Canon 1 Unit
15. Video Camera Handycam Sony 1 Unit
16. Pita Ukur 2,50 m - 1 Unit
17. Helmet - GSA 8 Buah
18. Safety shoes Water resistant Lokal 8 Psg
26
VI. INSPEKSI
27