Anda di halaman 1dari 18

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

HASIL KUNJUNGAN PROYEK BENDUNGAN PAMUKKULU,


KABUPATEN TAKALAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN

LAPORAN LAPANGAN

OLEH :
ALIYAH MAGHFIRA
D061191009

GOWA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin hari tingkat kebutuhan manusia terhadap sumber daya air

semakin meningkat, hal itu sejalan dengan lajunya pertumbuhan dan

perkembangan masyarakat pada suatu daerah tertentu. Airmerupakan

sumberdayaalamyang produktif atau sebaliknya, bergantung kepada

pengelolaannya, terutama pemanfaatannya. Daerah irigasi dengan keadaan teknis

tertentu, akan mempunyai pola tertentu pula dan air irigasi yang tersedia sangat

dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya air dan pengelolaannya. Keberhasilan

dalampengelolaanair irigasi sangat ditentukan oleh keseimbangan air irigasi yang

tersedia dengan air yang dibutuhkan.

Salah satu konstruksi yang membutuhkan analisis geologi adalah

pembuatan bendungan. Bendungan merupakan bangunan yang banyak

dibangun sebagai salah satu solusi dalam berbagai masalah yang berhubungan

dengan sumber daya air, untuk pemanfaatan, pengelolaan dan pelestarian.

Dengan bertambahnya usia, bendungan akan mengalami penurunan kualitas

baik dari segi fisik, fungsi maupun keamanan bendungan. Untuk itu dalam

perencanaan, desain dan proses pembuatannya harus benar-benar diperhitungkan

secara baik, untuk menghindari resiko kegagalan atau kurang optimalnya

sehingga diperlukan investigasi geologi untuk mempelajari sifat fisik, teknik serta

kelulusan airnya.
Oleh karena itu, diadakan kunjungan ke salah satu proyek pembangunan

bendungan di Sulawesi Selatan yaitu proyek bendungan Pamukkulu, Kabupaten

Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan belajar secara langsung di lapangan mengenai

pentingnya aspek kegeologian dalam pembangunan bendungan dan diharapkan

kita dapat lebih mendalami dan mengetahui lebih jauh tentang penerapan ilmu

geologi teknik dalam bidang pembangunan.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud diadakan fieldtrip ini adalah agar praktikan dapat

mengetahui peranan ilmu geologi teknik yang telah didapatkan selama

perkuliahan secara teori di lapangan. Sedangkan tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui jenis litologi pada daerah bendungan Pamukkulu, Kabupaten

Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan

2. Mengetahui faktor-faktor geologi dalam perencanaan pembangunan

bendungan Pamukkulu, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan

3. Mengetahui proses pembangunan bendungan Pamukkulu, Kabupaten

Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan.

1.3 Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah

Kegiatan fieldtrip ini dilaksanakan pada hari Rabu pada tanggal 8 Juni

2022. Secara administratif berlokasi di Daerah Bendungan Pamukkulu, Desa

Kale Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, Provinsi

Sulawesi Selatan. Secara geografis, terletak pada 119 0 34’45,3’’ – 1190 34’33,9’’

BT dan 40 39’20’’ – 40 40’0’’ LS. Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh


menggunakan kendaraan roda empat selama ±2 jam 30 menit dari Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin yang berjarak sekitar 90 km.

Gambar 1.1 Peta tunjuk lokasi daerah penelitian


BAB II
TEORI

2.1 Geologi Regional Daerah Penelitian

2.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian

Berdasarkan Geologi pada lembar Ujung Pandang, Benteng, dan Sinjai

Sulawesi, bentuk morfologi yang menonjol di pada daerah penelitian adalah

kerucut gunungapi Lompobatang. yang menjulang mencapai ketinggian 2876 m di

atas muka laut. Kerucut gunungapi dari kejauhan masih memperlihatkan bentuk

aslinya. dan menempati lebih kurang 1/3 daerah lembar. Kerucut gunungapi

Lompobatang ini tersusun oleh batuan gunungapi berumur Plistosen

(Sukamto, 1982).

Terdapat dua buah bentuk kerucut tererosi yang lebih sempit sebarannya

pada bagian barat dan utara dari Gunung Lompobatang. Di sebelah barat terdapat

Gunung Baturape, mencapai ketinggian 1124 m dan di sebelah utara terdapat

Gunung Cindako, mencapai ketinggian 1500 m. Kedua bentuk kerucut tererosi ini

disusun oleh bawan gunungapi berumur Pliosen (Sukamto, 1982).

Daerah sebelah barat G. Cindako dan sebelah utara G. Baturape

merupakan daerah berbukit. kasar di bagian timur dan halus di bagian barat.

Bagian timur mencapai ketinggian. kira-kira 500 m, sedangkan bagian barat

kurang, dan 50 m di atas muka laut dan hampir merupakan suatu datanan. Bentuk

morfologi ini disusun bukit memanjang yang tersebar di daerah ini mengarah ke

Gunung Cindako dan Gunung Baturape berupa retas-retas basal.


2.1.2 Stratigrafi Daerah Penelitiam

Stratigrafi daerah penelitian tersusun atas batuan Batuan Gunungapi

Baturape-Cindako yang terdiri dari lava dan breksi, dengan sisipan sedikit tufa dan

konglomerat. (Sukamto, 1982).

Bersusunan basal, sebagian besar porfiri dengan fenokris piroksen besar-

besar sampai 1 cm dan sebagian kecil, kelabu tua kehijauan hingga hitam

warnanya; lava sebagian berkekar maniang dan sebagian berkekar lapis, pada

umumnya breksi berkomponen kasar, dari 15 cm sampai 60 cm, terutama basal

dan sedikit andesit, dengan semen tufa berbutir kasar sampai lapili, banyak

mengandung pecahan piroksen. (Sukamto, 1982).

Kompleks terobosan diorit berupa stok dan retas di Baturape dan Cindako

diperkirakan merupakan bekas pusat erupsi (Tpbc); batuan di sekitarnya terubah

kuat, amigdaloidal dengan mineral sekunder zeolit dan kalsit: mineral galena di

Baturape kemungkinan berhubungan dengan terobosan diorit ini; daerah sekitar

Baturape dan Cindako batuannya didominasi oleh lava Tpbl. Satuan ini tidak

kurang dari 1250 m tebalnya dan berdasarkan posisi stratigrafinya kira-kira

berumur Pliosen Akhir. (Sukamto, 1982).

2.1.3 Struktur Daerah Penelitian

Kegiatan gunungapi selama Miosen Akhir sampai Pliosen awal

merupakan sumber bahan bagi Formasi Walanae. Kegiatan gunungapi yang

masih terjadi di beberapa tempat selama Pliosen, dan menghasilkan batuan


gunungapi Parepare (4,25-4,95 juta tahun) dan Baturape-Cindako, juga

merupakan sumber bagi formasi itu (Sukamto, 1982).

Terobosan batuan beku yang terjadi didaerah ini semuanya berkaitan erat

dengan kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sil dan retas

bersusun beraneka ragam dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit yang

berumur berkisar dari 8,3 sampai 19+ 2 juta tahun (Sukamto, 1982).

2.2 Bendungan

Bendungan merupakan konstruksi yang dibangun untuk menahan laju

aliran air pada sungai dan membentuk sebuah tampungan air yang biasa disebut

waduk. Bendungan memiliki beberapa fungsi antara lain, sebagai pembangkit

listrik tenaga air, untuk menstabilkan aliran air atau irigasi, untuk mecegah banjir,

untuk bangunan pengalihan. Bangunan ini tak hanya terdiri dari tubuh bendungan

saja melainkan ada beberapa komponen penunjang seperti pondasi, pintu air,

bangunan pelimpah, system pengelak (bendungan pengelak dan saluran pengelak),

dan waduk. Bendungan memiliki berbagai macama tipe sesuai dengan fungsi,

ukuran, kegunaan, dan konstruksinya.

Bendungan memiliki beberapa manfaat penting antara lain irigasi,

penyediaan air bersih, sebagai PLTA, pengendali banjir, perikanan, pariwisata dan

olahraga air. Dalam pembangunan bendungan tentu bertujuan untuk memberikan

manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pembangunan ditujukan untuk

mencapai kondisi yang lebih baik dari sebelumnya. Bendungan merupakan

bangunan air yang dibangun secara melintang sungai, sedemikian rupa agar

permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai ketinggian tertentu, sehingga air
sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-saluran pembagi

kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian

Bendungan mempunyai bermacam-macam jenis, antara lain:

1. Tipe bendungan berdasarkan pembangunannya:

a. Bendungan dengan tujuan tunggal (single purpose dam) adalah bendungan

yang dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja, misalnya untuk pembangkit

tenaga listrik, irigasi, pengendali banjir, atau tujuan lainnya tetapi hanya untuk

satu tujuan saja.

b. Bendungan serbaguna (multipurpose dam) adalah bendungan yang

dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan, misalnya: Pembangkit Listrik Tenaga

Air (PLTA) dan irigasi, pengendali banjir dan PLTA, air minum dan irigasi, dan

lain sebagainya.

2. Tipe bendungan berdasarkan penggunaannya:

a. Bendungan penampung air (storage dam) adalah bendungan yang

digunakan untuk menyimpan air pada masa surplus dan dipergunakan pada masa

kekurangan, termasuk dalam bendungan penampung adalah tujuan rekreasi,

perikanan, pengendali banjir, dan lain-lain.

b. Bendungan pembelok (diversion dam) adalah bendungan yang digunakan

untuk meninggikan muka air, biasanya untuk keperluan mengalirkan air ke dalam

sistem aliran menuju ke tempat yang memerlukan.

c. Bendungan penahan (detention dam) adalah bendungan yang digunakan

untuk memperlambat dan mengusahakan seminimal mungkin efek aliran banjir

yang mendadak. Air ditampung secara berkala/sementara, dialirkan melalui


pelepasan (outlet). Air ditahan selama mungkin dan dibiarkan meresap di daerah

sekitarnya.

3. Tipe bendungan berdasarkan jalannya air:

a. Bendungan untuk dilewati air (overflow dam) adalah bendungan yang

dibangun untuk dilimpasi air pada bangunan pelimpah (spillway).

b. Bendungan untuk menahan air (non overflow dam) adalah bendungan yang

sama sekali tidak boleh dilimpasi air.

4. Tipe bendungan berdasarkan material pembentuknya:

a. Bendungan urugan (rock fill dam, embankment dam) adalah bendungan

yang dibangun dari hasil penggalian bahan (material) tanpa tambahan bahan lain

yang bersifat campuran secara kimiawi, jadi betul-betul bahan pembentuk

bangunan asli.

b. Bendungan beton (concrete dam) adalah bendungan yang dibuat dari

konstruksi beton baik dengan tulangan maupun tidak. Kemiringan permukaan

hulu dan hilir tidak sama pada umumnya bagian hilir lebih landai dan bagian hulu

mendekati vertikal dan bentuknya ramping.

2.2.1 Bagian-Bagian Bendungan

Dalam setiap bangunan pasti terdapat beberapa bagian atau komponen

yang masing masing memiliki peran. Berikut beberapa komponen dari bangunan

bendungan :

1. Body of dams atau badan bendungan

Badan bendungan merupakan tubuh utama bendungan yang memiliki

fungsi untuk menghalangi air. Bendungan bertujuan sebagai penahan air, namun
struktur lain bendungan seperti tanggul atau pintu air berguna untuk mengelola

dan mencegah aliran air masuk ke daerah tanah yang spesifik. Tingkat kuat dari

air dapat menghasilkan listrik yang disimpan dalam pompa air serta dapat pula

dimanfaatkan untuk pembangkit listrik.

2. Foundation atau Pondasi

Pondasi merupakan struktur dari bangunan bendungan yang berguna

menjadi kokohnya bendungan.

3. Gates atau pintu air

Struktur ini memiliki kegunaan mengatur, membuka dan menutup aliran

air di saluran.

4. Spillway atau bangunan pelimpah

Spillway atau bangunan pelimpah merupakan suatu konstruksi beserta

instalasinya yang berguna mengalirkan air banjir yang masuk ke dalam waduk

supaya tidak membahayakan keamanan bendungan.

5. Canal atau kanal

Komponen ini memiliki kegunaan untuk menampung limpahan air ketika

curah hujan tinggi.

6. Reservoir

Reservoir merupakan struktur yang digunakan untuk menampung dan

menerima limpahan air dari bendungan.

7. Stilling basin

Pada komponen stilling basin ini mempunyai kegunaan yang sama dengan

energy dissipator.
8. Kelep, valves atau katup

Katup memiliki fungsi yang sama dengan pintu air biasa. Bedanya dapat

menahan tekanan yang lebih tinggi pada pipa air, pipa pesat dan terowongan

tekan. Bagian ini merupakan sebuah alat untuk membuka, mengatur dan menutup

aliran air dengan cara memutar, menggerakkan ke arah melintang atau memanjang

di dalam saluran airnya.

9. Drainage gallery

Pada bagian ini berguna sebagai alat pembangkit listrik pada bendungan.

Gambar 2.1 Bagian-bagian bendungan

2.3 Terowongan

Terowongan adalah struktur bawah tanah yang mempunyai panjang lebih

dari lebar penampang galiannya, dan mempunyai gradien memanjang kurang dari

15%. Terowongan umumnya tertutup di seluruh sisi kecuali di kedua ujungnya

yang terbuka pada lingkungan luar. Beberapa ahli teknik sipil mendefinisikan

terowongan sebagai sebuah tembusan di bawah permukaan yang memiliki panjang

minimal 0,1 mil (160,9 meter), dan yang lebih pendek dari itu dinamakan

underpass.
Pada umumnya bangunan terowongan dibuat untuk keperluan transportasi

yang terhalang oleh kondisi alam yang ada, misalnya pada kondisi lahan

perkotaan atau kondisi bawah tanah yang terdiri dari berbagai jenis lapisan, hal

tersebut merupakan titik lemah dalam mendesain suatu terowongan. Transportasi

yang dimaksud dapat digunakan untuk keperluan khusus, misalnya untuk

angkutan hasil tambang yang dieksploitasi melalui terowongan, terowongan untuk

saluran air, drainase maupun untuk keperluan pembangkit listrik, termasuk

terowongan sementara untuk pengeringan (diversion tunnel) dan tunnel spillway

untuk keperluan irigasi, dan keperluan transportasi manusia, baik untuk jalan

kereta api maupun jalan raya. (Paulus P. Rahardjo, 2004).

Gambar 2.2 Terowongan


BAB III
HASIL KUNJUNGAN

Kunjungan pada tanggal 8 Juni 2022 di proyek pembangunan bendungan

Pamukkulu, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan yang mana

pembangunan Paket 1 dijalankan oleh PT. Wijaya Karya – PT. Daya Mulia

Turangga dan pembangunan Paket 2 dijalankan oleh

Pada kunjungan kali ini, dibagi menjadi empat stasiun yang menunjukkan

kondisi geologi dan proses pembangunan yang sedang berlangsung di bendungan

tersebut.

3.1 Stasiun 1

Gambar 3.1 Stasiun 1

Pada stasiun 1 menunjukkan konstruksi bangunan, proses perencanaan,

material yang digunakan, serta tahap pelaksanaannya, juga menjelaskan geologi

daerah penelitian, berdasarkan dasar penamaan jenis satuan bentangalam maka

daerah penelitian dimiliki satu satuan bentangalam, yaitu satuan bentang alam

Perbukitan Denudasional. Dasar penamaan satuan bentangalam daerah penelitian


menggunakan pendekatan morfografi yaitu bentuk topografi daerah penelitian

melalui pengamatan langsung dilapangan selain itu dijumpainya singkapan basalt

dan breksi vulkanik yang merupakan formasi Batuan Gunungapi Baturape-

Cindako.

Pada stasiun ini dijelaskan zona batuan bersifat CH (70% batuan fresh) dan

CM (50% fresh dan 50% lapuk) juga terdapat aktivitas grouting yaitu proses di

mana semen diinjeksikan/disuntikan dengan tekanan sesuai uji tekanan air (water

pressure test) ke dalam rongga, rekah dan retakan batuan/tanah,sehingga

membentuk daya dukung terhadap batuan agar lebih massi dan menghambat

rembesan air.

3.2 Stasiun 2

Gambar 3.2 Stasiun 2

Pada stasiun 2 menunjukkan aktifitas blasting yaitu teknik peledakan

untuk mendapatkan hasil peledakan sesuai dengan yang diinginkan oleh tambang

yang bersangkutan. Batuan yang diledakkan dalam hal ini bisa berwujud batuan

itu sendiri atau batuan penutup (overburden), lokasi ini disebut quarry yaitu lokasi
pertambangan tanah atau batuan yang digunakan untuk keperluan proyek seperti

tanah material timbunan, dan batu.

3.3 Stasiun 3

Gambar 3.3 Stasiun 3

Pada stasiun 3 menunjukkan tunnel intact yaitu tempat masuknya air. Cara

kerja yaitu ketika water intake gate dibuka, maka

debit air dari bendungan akan masuk ke dalam saluran tersebut, juga terdapat

turbin didalamnya sebagai PLTA.

Ketika memasuki terowongan tersebut terdapat titik rembesan air yang

keluar yang tentu berpengaruh terhadap kestabilan terowongan nantinya, sehingga

peran geologist harus mampu mengetahui struktur diatasnya sebelum membangun

suatu terowongan.

3.3 Stasiun 4
Gambar 3.4 Stasiun 4

Pada stasiun 4 menunjukkan outline yaitu tempat keluarnya air dari aliran

tunnel intact. Juga terdapat aktivitas SPT adalah suatu metode uji yang

dilaksanakan bersamaan dengan pengeboran untuk mengetahui,baik perlawanan

dinamik tanah maupun pengambilan contoh terganggu dengan teknik

penumbukan.

Dan terdapat pemboran inti secara umum lebih banyak dilakukan dengan

menggunakan double core barrel karena litologi berupa batuan vulkanik dan

sedikit menemui lapisan sedimen atau tanah. Single core barrel digunakan untuk

pemboran top soil atau batuan lepas dengan metode pemboran kering guna

menjaga keutuhan sampel batuan. Double core barrel digunakan dalam pemboran

batuan dengan kondisi lapuk sedang sampai segar dengan mata bor intan dan

dengan metode sikulasi air bersih.

BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapatkan yaitu :

1. Jenis litologi pada daerah bendungan Pamukkulu, Kabupaten Takalar,

Provinsi Sulawesi Selatan yaitu basalt dan breksi vulkanik.

2. Faktor-faktor geologi dalam perencanaan pembangunan bendungan

Pamukkulu, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan yaitu struktur

geologi daerah tersebut apakah sesar aktif atau tidak dan ketersedian

material yang cocok apabila dibangun bendungan.

3. Proses yang terjadi selama pembangunan bendungan yaitu blasting (proses

peledakan), grouting (injeksi semen pada retakan tanah dan SPT(Standart

Penetration Test).

DAFTAR PUSTAKA
Balai Bendungan. 2011,Diklat Teknis Perencanaan Bendungan Tingkat Dasar.

Ichwanto, Muhamad. 2019,Analisis Potensi Rembesan Akibat Sesar di Area As


Dam dan Bendungan. Proyek Bendungan Pamukkulu Paket-1
Kabupaten Takalar-Sulawesi Selatan PT. Wijaya Karya. Takalar

Palmstrom, A. 2005. Measurments of and Correlations between Block Size and


Rock Quality Designation (RQD). Tunnels and Underground Space
Technology 20 (4): 362-377

PT. Indra Karya. 2004. Laporan Penunjang Geologi: Detiled Design Bendungan
Bendo.

Rahardjo, P. P., 2004. Teknik Terowongan. Bandung: Geotechnical Engineering


Center. Geotechnical Parahyangan University.

Sasangka, Daru Jaka, dkk. 2020, Karakterisasi Kondisi Geologi Teknik Terhadap
Stabilitas Konstruksi Bendungan Bener Kabupaten Purworejo.
Universitas Gajah Mada

Sukamto, R & Supriatna, S.1982,Geologi Lembar Ujung Pandang, Benteng dan


Sinjai, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Direktorat Geologi
dan Sumber Daya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi.
Bandung

Anda mungkin juga menyukai