Anda di halaman 1dari 17

BANJIR TAHUNAN DI BOJONEGORO YANG BIKIN KADES

GELENG-GELENG KEPALA

TUGAS HIDROLOGI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hidrologi

Dosen pengampu :

Erni Sari Lumban Torua,S.T.,M,T

Disusun Oleh :

- Kamaludin (21.15.2.0002)

- Rendy Rizkyta F (21.15.1.0009)

FAKULTAS TEKNIK

PRODI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MAJALENGKA

Jl. Raya K H Abdul Halim No.103, Majalengka Kulon, Kec. Majalengka, Kabupaten
Majalengka, Jawa Barat 45418
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG


Banjir adalah masalah berat yang sangat pelik bagi sebagian besar wilayah di
Indonesia. Setiap musim hujan tiba, kota-kota dan daerah di P. Jawa bagian utara
selalu menjadi korban bencana banjir. Bahkan banjir yang terjadi pada akhir tahun
2007 dan awal Maret 2008 di DAS (Daerah Aliran Sungai) Bengawan Solo semakin
meluas, tidak hanya pada bagian hilir, namun juga pada bagian hulunya. Meluapnya
banjir yang terjadi bisa mencapai beberapa kali dalam setiap musim hujan dan bahkan
setiap banjir yang terjadi ada yang berdurasi lebih dari 3 hari lamanya. Akibatnya
kerugian yang sangat besar harus ditanggung oleh seluruh komponen, baik
masyarakat, sektor swasta maupun pemerintah.

Banjir terparah dalam 20 tahun terakhir di Bojonegoro adalah banjir pada


bulan desember 2007. Hampir 90 persen wilayah kota Bojonegpro terendam oleh air,
dari total 18 wilayah tingkat desa di Bojonegoro, semuanya terkena luapan aiir sungai
Bengawan Solo. Aktifitas warga di kota itupun lumpuh total. Aliran listrik padam dan
beberapa operator telpon selurer terpaksa memutus jaringannya.

Dalam tanggap bercana, hampir semua tim SAR di surabaya di kirim ke


Bojonegoro, sebanyak 15 perahu karet bermesin juga telah di kerahkan dari jakarta
maupun surabaya. Badan SAR Nasional juga mengerahkan 13 helikopter untuk
melakukan distribusi bahan makanankepada di daerah terpencil yang ada di 15
Kecamatan. (waspada.co.id;2007).

Oleh sebab itu, untuk mengurangi korban dan mengatasi dmpak banjir yang
besar perlu di lakukan manajemen terhadap penganganan bencana yang akan
dilaksanakan untuk menghadapi banjir-banjir yang akan datang.
I.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah dalam penelitian ini. Yaitu:

1. Bagaimana cara menanggulangi banjir


2. Bagaimana proses terjadinya banjir
3. Penyebab banjir

I.3 TUJUAN MASALAH


Bedasarkan rumusan masalah diatas, maka dibuatnya makalah ini bertujuan
untuk mengetahui tentang :

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya banjir


2. Untuk mengetahui tindakan penanggulangan banjir
3. Untuk mengetahui tentang apa yang harus dilakukan agar banjir tidak
membawa jatuh korban

I.4 BATASAN PENELITIAN

Pembatasan suatu masalah digunakan untuk menghindari adanya


penyimpangan maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih
terarah dan memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Banjir


Banjir adalah suatu kondisi di mana tidak tertampungnya air dalam saluran
pembuang (palung sungai)atau terhambatnya aliran air di dalam saluran pembuang,
sehingga meluap menggenangi daerah (dataran banjir) sekitarnya Suripin (2003).
Banjir menurut Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2002) adalah aliran
yang relatif tinggi dan tidak tertampung lagi oleh alur sungai atau saluran.

II.2 Banjir Luapan Sungai


Bojonegoro merupakan daerah yang terletak di Provinsi Jawa Timur,
wilayahnya dilalui aliran sungain Bengawan Solo. Banjir setiap tahun yang terjadi
adalah akibat dari luapan sungai bengawan solo.

Banjir sungai atau luapan sungai berbeda dari banjir tiba-tiba karena terjadi
dalam proses yang panjang, meskipun mungkin tidak diketahui, sehingga banjir terasa
tiba-tiba dan tidak terduga. Selain itu, banjir sungai sebagian besar bersifat musiman
atau tahunan dan dapat berlangsung selama berhari-hari atau berminggu-minggu tanpa
gangguan. Penyebabnya adalah penggundulan hutan, tanah longsor di daerah yang
biasanya mampu menahan kelebihan air, perubahan suhu/musim, atau terkadang
keduanya. Banjir terjadi di sepanjang sistem sungai dan anak sungainya, yang mampu
merendam wilayah yang luas dan menyebabkan luapan di dataran rendah, sehingga
banjir dari sungai selain sungai besar sering disebut sebagai "banjir
transportasi".Volume banjir tergantung pada beberapa faktor antara lain kondisi tanah
(kelembaban tanah, vegetasi, variasi suhu/musim, kondisi permukaan yang tertutup
rapat oleh bangunan; batu bata, blok semen, beton, pemukiman/perumahan dan
hilangnya daerah tangkapan air/konversi lahan .

Sejarah banjir luapan sungai yang melanda di berbagai kota khusnya di


lembah utama membuktikan bahwa tindakan perlindungan ini tidak bisa diandalkan,
akibat beraneka-ragam dari berbagai sumber banjir, yang bukan hanya dari induk
sungai saja melainkan juga dari anak sungai (Mulyanto, 2007). Area perumahan
harus sangat dihargai tanah. Tinggi rendahnya (peil) pekarangan harus diperhatikan
lingkungan yang harmonis agar tidak merugikan penghuni atau pihak lain.(Perintah
Menteri Pekerjaan Umum, 1998).

Jika tinggi pekarangan lebih rendah dari ketinggian (peil) tidak ada banjir atau
lereng curam atau perbedaan ketinggian besar di tanah asli plot, maka ketinggian
maksimum lantai dasar (Keputusan Menteri Pekerjaan Umum, 1998).

II.3 Penyebab Banjir


Berdasarkan pengamatan yang ada, bahwa banjir disebabkan oleh dua
katagori yaitu banjir secara alami dan banjir aktivitas manusia. Banjir secara alami
dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai,
kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir yang disebabkan
aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan
lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan
pemukiman yang ada di sekitar bantaran, kerusakan bangunan pengendali banjir,
rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak
tepat.

1) Penyebab Banjir Secara Alami


- Curah Hujan

Karena kita di negara Indonesia yang mempunya iklim tropis, oleh karena
itu Indonesia mempunya dua musim yaitu musim penghujan dan musim
kemarau, musim penghujan di Indonesia dimulai dari bulan Oktober sampai
dengan bulan Maret, sedangkan musim kemarau di mulai dari bulan April
sampai dengan bulan September. Pada musim penghujan curah hujan bisa
menjadi penyebab banjir karena air hujan yang tergenang di sungai yang
melebihi tebing sungai jika melebihi tebing sungai akan terjadinya banjir
atau genangan.
- Fisiografi
Fisiografi atau geografi fisik sungai seperti bentuk, fungsi dan kemiringan
daerah aliran sungai (DAS), kemiringan sungai, geometrik hidrolik
(bentuk penampang seperti lebar, kedalaman, potongan memanjang,
material dasar sungai), lokasi sungai dan lain-lain merupakan hal-hal yang
mempengaruhi terjadinya banjir.

- Erosi dan Sendimentasi

Erosi di daerah aliran sungai (DAS) sangat berpengaruh terhadap


pengurangan kapasitas penampang sungai. Erosi kini menjadi problem
klasik di berbagai sungai di Indonesia. Besarnya sedimentasi akan sangat
mengurangi kapasitas saluran sehingga nanti akan timbul genangan dan
juga akan terjadinya banjir dari sungai. Sedimentasi juga merupakan
masalah besar pada sungai-sungai di Indonesia. Erosi tanah longsor (land-
slide) dan erosi pinggir sungai (stream bank erosion) memberikan
pemberian yang sangat besar terhadap sedimentasi di sungai-sungai,
bendungan dan akhirnya ke laut.

- Kapasitas Sungai

Kapasitas aliran sungai juga dapat disebabkan oleh pengendapan yang


berasal dari erosi daerah aliran sungai (DAS) dan erosi tanggul sungai yang
sangat berlebihan. Sedimentasi sungai terjadi karena tidak adanya vegetasi
penutup dan adanya penggunaan lahan yang tidak tepat, sedimentasi ini
menyebabkan terjadinya agradasi dan pendangkalan pada sungai, hal ini
dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas tampungan sungai. Efek
langsung dari fenomena ini menyebabkan meluapnya air dari jalur sungai
keluar dan menyebabkan genangan dan banjir.

- Kapasitas Drainase

Sebagian besar kota-kota di Indonesia kurang dalam memperhatikan


kapasitas drainase yang kurang memadai, sehingga kota-kota tersebut
menjadi langganan
peristiwa banjir.
2) Penyebab Banjir Aktivitas Manusia
- Perubahan Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Perubahan kondisi DAS ini seperti penebangan atau penggundulan hutan


secara ilegal, usaha pertanian yang kurang tepat, perluasan kota, dan
perubahan tataguna lainnya yang akan memperburuk terjadinya masalah
banjir karena meningkatnya aliran banjir. Dari persamaan yang ada,
perubahan tata guna lahan berkontribusi besar terhadap naiknya kuantitas
dan kualitas banjir.

- Kawasan Pemukiman

Pada kawasan pemukiman yang kumuh (slum) di sepanjang bantaran


sungai dapat menghambatnya aliran air. Masalah kawasan kumuh ini
menjadi salah satu faktor penting terjadinya banjir di daerah kota. Sikap
disiplin yang harus ada pada masyarakat untuk membuang sampah pada
tempat yang ditentukan masih kurang konsisten dan banyak masyarakat
melanggar dengan membuang sampah langsung ke alur sungai, bukan
karena itu saja hal ini juga biasa dijumpai di kota-kota besar. Sehingga
dapat meninggikan permukaan air, karena itulah banjir disebabkan karena
aliran air terhalang oleh sampah yang tergenang dipermukaan sungai.

- Kerusakan Bangunan Pendali Banjir

Pemeliharaan lahan yang kurang memadai dari bangunan pengendali banjir


sehingga dapat menimbulkan kerusakan dan akhirnya tidak dapat berfungsi
meningkatkan kuantitas banjir

- Rusaknya Hutan (vegetasi alami)

Rusaknya hutan sering terjadi penebangan pohon dan tanaman oleh


masyarakat secara liar (Illegal logging), pertanian yang berpindah-pindah
dan permainan rebiosasi hutan untuk dijadikan bisnis dan sebagainya
menjadi salah satu sumber penyebab terganggunya siklus hidrologi dan
terjadinya banjir.
- Perencanaan Sistim Pengendali Banjir Yang Tidak Tepat

Beberapa sistim pengendalian banjir memang dapat mengurangi kerusakan


akibat banjir kecil sampai sedang, tetapi memungkin juga dapat menambah
kerusakan selama adanya banjir yang besar. Misalnya, bangunan tanggul
sungai yang tinggi. Limpasan pada tanggul ketika terjadi banjir yang akan
melebihi kapasitas rencana yang dapat menyebabkan keruntuhan tanggul.
Hal ini mengakibatkan kecepatan aliran yang sangat besar melalui tanggul
yang bobol sehingga menibulkan banjir yang besar.

II.4 Dampak Yang Muncul


Akibat bencana banjir, bangunan-bangunan yang ada di sekitaran banjir akan
rusak atau hancur yang disebabkan oleh daya terjang air banjir, kerusakan barang
yang ada didalam rumah akan terseret arus, daya kikis genangan air, longsornya
tanah di seputar/di bawah pondasi, tertabrak/terkikis oleh benturan dengan benda-
benda berat yang terseret arus. Kerugian fisik cenderung lebih besar bila letak
bangunan di lembah-lembah pegunungan dibanding di dataran rendah terbuka.
Banjir dadakan akan menghantam apa saja yang dilaluinya, bukan itu saja masyarakat
yang terkena banjir juga akan sulit untuk bekerja. Hal ini akan menyulitkan sisi
ekonomi bagi masyarakat tersebut.

Di wilayah pesisir, kerusakan besar disebabkan oleh badai yang menimbulkan


gelombang, dan kerusakan terjadi saat gelombang datang, pergi, atau kembali ke laut.
Lumpur, minyak, dan zat lain yang dapat mencemari tanah, udara, dan air bersih
tersapu oleh air banjir dan mengendap di tanah yang rusak atau di dalam bangunan.
Longsor dapat terjadi jika tanah tidak cukup kuat untuk diterjang air dan
tererosi/runtuh. Dalam kasus banjir baru-baru ini, sebagian besar kehilangan pangan
terjadi karena stok pangan yang rusak, termasuk pangan yang masih ada di ladang.
Kerusakan tanaman pangan di lahan sawah atau lahan pertanian tergantung pada jenis
tanaman dan lamanya air terakumulasi. Ada tumbuhan yang cepat mati setelah
terendam air dalam jangka waktu tertentu, dan ada tumbuhan yang dapat menahan
gempuran air namun akhirnya mati jika air tidak terserap oleh tanah dan terus
menggenang.
Hilangnya atau rusaknya bibit dan ternak akan menghambat kegiatan
pertanian/peternakan untuk dilanjutkan kembali setelah air banjir surut tanpa bantuan
dari luar. Bagi lahan pertanian, banjir membawa manfaat sekaligus masalah. Jika
tanah lapisan atas (humus) terkikis, atau jika tanah dibanjiri air asin, petani tidak akan
bisa mengolah tanah untuk pertanian selama bertahun-tahun. Tetapi pengendapan
lumpur banjir juga dapat sangat meningkatkan kesuburan tanah. Di kalangan nelayan
pesisir, kerugian yang signifikan dapat diakibatkan oleh peralatan dan perlengkapan
penangkapan ikan yang hilang atau rusak. Akibatnya pasokan makanan dari laut
terhenti atau berkurang. Banjir juga dapat membawa manfaat, seperti dapat
menghanyutkan polutan air yang mengendap dan menyumbat saluran air.
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 ALUR PENELITIAN


III.2 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Pengambilan data dalam penelitian ini terbagi dalam dua kelompok,
yaitu: pertama, data untuk analisa penyebab banjir dan kedua, data untuk
estimasi besarnya WTP masyarakat di kawasan rawan banjir. Untuk data
pertama di ambil dengan observasi langsung kondisi di lapangan, dan
mengambil data curah hujan dari BMKG. Untuk data kedua, diambil dengan
melalui kuisioner yang diberikan kepada masyarakat di sekitar daerah rawan
bencana banjir Kota bojonegoro (berdasar peta rawan banjir dan data historis
banjir). Pengambilan sampel dilakukan dengan sistem accidentally sampling.
Metode pengambilan sampel dengan memilih siapa yang kebetulan
ada/dijumpai. Populasi yang akan diteliti adalah warga masyarakat Kota
bojonegoro dengan kriteria tinggal di daerah rawan banjir, yang meliputi 2
daerah (desa sembung, dan desa pacul). Setelah data dari lapangan terkumpul
maka tahap selanjutnya dilakukan rekapitulasi data. Hasil rekapitulasi ini yang
kemudian diolah dan dianalisa untuk mengetahui besarnya kesediaan
masyarakat untuk membayar WTP guna kegiatan mitigasi bencana banjir.

III.3 SUMBER DATA


Dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data
primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung dari sumbernya.
Untuk mendapatkan data primer, ada beberapa teknik yaitu, observasi,
wawancara, kuisioner. Sedangkan teknik dalam penelitian ini, peneliti
memilih menyebar kuisioner untuk memperoleh data. Sedangkan data
sekunder merupakan berbagai informasi yang telah ada sebelumnya dan
dengan sengaja dikumpulkan oleh peneliti yang digunakan untuk melengkapi
kebutuhan penelitian.

III.3.1 DATA PRIMER


Data primer adalahdata yang didapatkan dengan cara mengadakan
survei atau peninjauan langsung di lapangan, peninjauan dilakukan
dengan beberapa pengamatan, diantaranya :
1. Dengan melakukan observasi langsung di lapangan
2. Dengan melakukan wawancara langsung kepada korban
terdampak banjir
3. Dengan membagikan kuisioner kepada korban banjir

III.3.2 DATA SEKUNDER


Data sekunder adalah data yang didapatkan dengan
menghubungi instansi -instansi yang terkait dengan bencana banjir di
Kota Bojonegoro. Dalam upaya penagnggulan Banjir di Kota
Bojonegoro tepatnya di Desa Sembung dan Desa Pacul memerlukan
data sekunder sebagai berikut :

1. Data curah hujan


2. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS)
3. Peta Jaringan Drainase di kawasan Kota Bojonegoro

III.4 METODE PELAKSANAAN DI LAPANGAN

III.4.1 TAHAPAN PELAKSANAAN


III.4.2 METODE PELAKSANAAN
BAB IV
ANALISA DATA

IV.1 GAMBARAN OBJEK PENELITIAN


IV.2 DATA
IV.3 ANALISA DATA
BAB V
V.1 KESIMPULAN
V.2 SARAN

Anda mungkin juga menyukai