Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

DISUSUN OLEH : 1. GILANG FARHANUDIN (121130001)


2. KARINDA (121130016)
3. KAMALUDIN (121130032)

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI


JL. Pemuda No. 32 Cirebon

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan..................................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
A. KONSEP MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA......................................5
B. HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MANUSIA BUDAYA..............................................7
C. APRESIASI TERHADAP KEMANUSIAAN DAN KEBUDAYAAN...........................9
D. ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA......................................................................12
E. MEMANUSIAKAN MANUSIA MELALUI PEMAHAMAN KONSEP DASAR
KEMANUSIAAN.....................................................................................................................13
F. PENGARUH BUDAYA TERHADAP LINGKUNGAN...............................................15
G. PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN.............................................................................17
H. PROSES DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN..................................................21
I. PERUBAHAN KEBUDAYAAN.....................................................................................23
BAB III.........................................................................................................................................25
KESIMPULAN.........................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................26

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang telah diciptakan Tuhan
dimuka bumi ini karena manusia memiliki akal pikiran yang dapat berkembang. Hal
inilah yang menjadi kelebihan manusia dibandingkan makhluk-makhluk lain yang
diciptakan Tuhan di muka bumi. Namun, kebutuhan setiap manusia berbeda-beda
berdasarkan lingkungan tempat tinggalnya dan akhirnya manusia memiliki kebutuhan
yang sama akan terbentuk menjadi satu kelompok dengan sendirinya, karena sifat akal
manusia yang unik maka akhirnya setiap kelompok akan membuat suatu ciri khas
tersendiri dan akhirnya berbagai macam budaya pun terbentuk.

Dalam kehidupannya manusia menjalani banyak aktifitas, mulai dari aktifitas


pribadi,keluarga, etnis/suku, kelompok dan masyarakat. Dari aktifitas-aktifitas tersebut
kegiatan yang melibatkan etnis/sukunya yang memiliki kekhasan tersendiri. Pada
umumnya kegiatan yang terjadi dalam kalangan suatu suku atau etnis merupakan warisan
turun-temurun dari para leluhur-lehuhur mereka. Sedangkan sifat dari kegiatan-kegiatan
tersebut umumnya sakral atau dianggap suci dan bernilai oleh kalangan masyarakat suku
atau etnis tersebut.

Kegiatan-kegiatan yang telah diwariskan turun-temurun dan dianggap sakral


tersebut biasa kita sebut sebagai budaya. Selain berupa kegiatan-kegiatan budaya dapat
berupa aturan-aturan, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku didalam suatu
kalangan suku atau etnis. Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan
etnis memiliki berbagai macam budaya yang unik dan memiliki keistimewaan sendiri.

3
B. Rumusan Masalah

a. Konsep manusia sebagai makhluk berbudaya


b. Hakikat manusia sebagai makhluk budaya
c. Apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan
d. Etika dan estetika berbudaya
e. Memanusiakan manusia melalui pemahaman konsep dasar kemanusiaan
f. Pengaruh budaya terhadap lingkungan
g. Problematika kebudayaan
h. Proses dan perkembang kebudayaan
i. Perubahan kebudayaan

C. Tujuan

Dari rumusan masalah yang telah di uraikan, tujuan pembahasan masalh ini adalah :
a. Menjelaskan konsep manusia sebagai makhluk berbudaya
b. Menganalisis manusia sebagai makhluk budaya
c. Menjelaskan hakikat manusia sebagai makhluk budaya
d. Mengetahui apresiasi terhadap kemanusiaan dan kebudayaan
e. Membedakan antara etika dan estetika budaya
f. Menunjukkan sikap hormat terhadap sesama manusia
g. Menjelaskan pengaruh kebudayaan terhadap lingkungan sekitar
h. Memberikan contoh problematika kebudayaan
i. Menjelaskan proses dan perkembangan kebudayaan
j. Mengetahui perubahan kebudayaan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang
senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka
hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan
sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya. Dua kekayaan manusia yang
paling utama adalah akal dan budi.
Dengan akal budinya manusia mampu mencipta, berkarsa dan berasa, Mampu
mencipta benda-benda baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya; Baik yang bersifat
jasmani Maupun rohani.
 Dari uraian manusia sebagai makhluk budaya di atas maka dapat disimpulkan bahwa:

1. kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia;


2. kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui
proses belajar; dan
3. kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota
masyarakat.

Unsur-unsur Kebudayaan (Menurut Koentjaraningrat)

1. Sistem religi yang meliputi: Sistem kepercayaan, sistem nilai dan pandangan
hidup, komunikasi keagamaan, upacara keagamaan.
2. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: Kekerabatan, asosiasi
dan perkumpulan,sistem kenegaraan, sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
3. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:  Flora dan fauna, waktu, ruang
dan bilangan, tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia.

5
4. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk: Lisan, tulisan
5. Kesenian yang meliputi: Seni patung/pahat, relief, lukis dan gambar, rias, vokal,
musik, bangunan, kesusastraan, drama.
6. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi: Berburu dan
mengumpulkan makanan, bercocok tanam, peternakan, perikanan, perdagangan.
7. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi: Produksi, distribusi,
transportasi, peralatan komunikasi, peralatan konsumsi dalam bentuk wadah,
pakaian dan perhiasan, tempat berlindung dan perumahan, senjata.

Fungsi Kebudayaan ; Melindungi diri terhadap alam, mengatur hubungan antar


manusia dan sebagai wadah dari segenap perasaan manusia.

Sifat Hakekat kebudayaan ;

1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perikelakuan manusia


2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu daripada lahirnya suatu generasi tertentu,
dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya
4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban,
tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, tindakan-tindakan yang dilarang
dan tindakan-tindakan yang diizinkan.

Faktor – faktor yang mempengaruhi kehidupan manusia sebagai makhluk


berbudaya :

1. Faktor internal (manusia sendiri)


a. Kemampuan untuk bertahan dan melangsungkan hidupnya
b. Akal dan budi manusia digunakan untuk bertahan hidup
2. Faktor eksternal (Lingkungan)
a. Ancaman dan tantangan
b. Akal dan budi manusia digunakan untuk bertahan dan mencegah
ancaman dan tantangan

6
B. HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MANUSIA BUDAYA

Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan di alam fana
ini ada empat macam, yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia. Sifat-sifat yang
dimiliki makhluk tersebut sebagai berikut.
1. Alam memiliki sifat wujud.
2. Tumbuhan memiliki sifat wujud dan hidup.
3. Binatang memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali hawa nafsu.
4. Manusia memiliki sifat wujud, hidup, dibekali nafsu serta akal budi.

Manusia memiliki keterkaitan yang erat dengan budaya. Manusia dikenal juga
sebagai makhluk budaya. Hal ini dikarenakan pola hubungan antar keduanya yang tidak
dapat dipisahkan.

Manusia merupakan pencipta kebudayaan karena manusia dianugerahi oleh tuhan


kemampuan akal dan usaha atau budi dan daya. Dengan akal budi, manusia tidak hanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan serta
meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang tinggi bila dibanding dengan makhluk
yang lainnya. Manusia tidak hanya sekedar homo, tetapi human (manusia yang
manusiawi). Dengan demikian, manusia memiliki dan mampu mengembangkan sisi
kemanusiaanya.
Manusia mampu menciptakan kebudayaan, mengkreasikan, memperlakukam,
memperbarui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk
kepentingan hidup manusia, baik dengan alam maupun manusia lainnya. Untuk itu
manusia dapat dikatakan sebagai pencipta kebudayaan dan makhluk berbudaya.
Pola hubungan manusia – kebudayaan Dapat dijelaskan bahwa pola hubungan
antara manusia merupakan pola hubungan yang saling terkait Kebudayaan lahir karena
adanya manusia.

7
Hasil interaksi antar manusia dalam kehidupan sosial melahirkan kebudayaan
yang berasal dari hasil olah pikir dan kemampuan manusia. Kebudayaan pun semakin
berkembang karena adanya peran manusia yang tetap melaksanakan atau
mempertahankan kebudayaan tersebut. Namun, meskipun demikian kebudayaan tidak
akan hilang meskipun satu generasi punah. Kerena kebudayaan akan terus Manusia
Kebudayaan diturunkan atau diwariskan kepada generasi berikutnya. karena manusia
adalah pencipta budaya maka manusia disebut juga sebagai makhluk berbudaya. Wujud
kebudayaan yang ditunjukkan oleh manusia merupakan bentuk eksistensi manusia di
dunia.

Kebudayaan mempunyai kegunaan sangat besar bagi manusia,sehingga


kebudayaan memiliki peran sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya.
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan manusia.
4. Pembeda manusia dan binatang.
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berperilaku
didalam pergaulan.
6. Pengantar agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak,
berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

8
C. APRESIASI TERHADAP KEMANUSIAAN DAN KEBUDAYAAN

1. Manusia dan Kemanusiaan


Kemanusiaan merupakan merupakan prinsip prinsip atau nilai yang berisi
keharusan/tuntutan untuk berkesusaian dengan hakikat dari manusia. Hakikat manusia
bisa dipandang secara segmental atau dalam arti persial. Misalkan manusia dikatakan
sebagai homo economicus, homo faber, homo socius, homo homini lupus, zoon politicon
dan sebagainya.
Hakikat manusia bisa dipandang secara segmental/parsial, misalnya sebagai:
Homo economicus - Homo socius - Homo homoni lupus - Homo faber dan- Zoon
politicon
Hakikat manusia Indonesia berdasarkan Pancasila dikenal sebagai Hakikat kodrat
Monopluralis, yang terdiri dari:
a. Monodualis susunan kodrat terdiri dari aspek keragaan dan kejiwaan. Keragaan meliputi
(wujud materi anorganis benda mati, vegetatif dan animalis.Sedangkan kejiwaan meliputi
cipta, rasa, dan karsa.
b. Monodualis sifat kodrat terdiri dari individu dan segi sosial. Monodualis kedudukan
kodrat meliputi keberadaan manusia sebagai makhluk yang berkepribadian merdeka
(berdiri sendiri) dan keterbatasan makhluk Tuhan.
Prinsip kemanusiaan mengandung arti adanya penghargaan dan penghormatan
terhadap harkat dan martabat yang luhur. Semua manusia adalah luhur, karena itu
manusia tidak harus dibedakan perlakuannya hanya karena perbedaan suku, ras,
keyakinan, status sosial ekonomi, asal usul dan sebagainya. Dengan demikian, sudah
sewajarnya antar sesama manusia tidak saling menindas, tetapi saling menghargai dan
saling menghormati dengan pijakan prinsip kemanusiaan.

9
2. Manusia sebagai kebudayaan
Dalam bahas Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Dalam bahasa Belanda, culture
bisa diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Dengan demikian bisa kata
budaya ada hubungan nya dengan kemampuan manusia dalam mengelola sumber-
sumber kehidupan, dalam hal pertanian.

Definisi kebudayaan telah banyak di kemukakan oleh banyak ahli. Beberapa


contoh sebagai berikut:
a. Herskovits; memandang kebudaaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic
b. Andreas Eppink; menyatakan menyatakan bahwa kebudayaan megandung
keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan. Serta keseluruhan
keseluruhan struktur-struktur  struktur-struktur  sosial, religius, dan lain-lain,
ditambah lagi dengan segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri
khas suatu masyarakat.
c. Edward B. Edward B. Taylor; mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan
keseluruhan yang kompleks, yang didalam nya terkandung pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat moral, hukum, adat istiada istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
d. Selo Soemardja dan Soelaiman Soemard; mengatakan kebudayaan kebudayaan
adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
e. Koentjaraningrat; berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan
karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar beserta dari hasil budi
pekertinya.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,
kebudayaan itu bersifat abstrak atau tak terlihat.

10
J.J Hoeningman membagi wujud kebudayaan menjadi 3 yaitu :
a. Wujud gagasan
Gagasan dalam kebudayaan dapat berupa kumpulan ide, gagasan, nilai, norma,
kumpulan peraturan yang tidak dapat diraba atau terlihat (abstrak). Wujud gagasan ini
berasal dari hasil pikiran masyarakat. Sehingga, berbeda kumpulan masyarakat akan
menghasilkan gagasan atau ide yang beragam.

b. Wujud Aktivitas
Wujud aktivitas dalam kebudayaan dapat dilihat dari hasil tindakan yang berpola dari
masyarakat itu sendiri. Bentuk tindakan ini sering juga disebut sebagai sistem sosial.
Sistem sosial ini berasal dari hasil interaksi antar masyarakat yang memiliki pola
tertentu. Bentuknya dapat langsung terlihat dari kehidupan atau aktivitas masyarakat
sehari-hari.

c. Wujud Artefak (hasil karya)


Artefak diartikan sebagai bentuk kebudayaan yang berupa benda –benda hasil karya
manusia yang dapat diraba, dilihat atau didokumentasikan. bentuk artefak dapat
dikatakan paling konkret dibandingkan gagasan atau aktivitas.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

11
D. ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA

1. Etika manusia dalam berbudaya


Etika pada umumnya membahas membicarakan masalah-masalah yang berkaitan
dengan predikat nilai sosial, atau tidak asusila, baik dan buruk. Dalam hal ini, etika
termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan etika itu sendiri berkaitan dengan baik
buruk perbuatan manusia.

Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. ada tiga jenis makna etika yaitu:
a. Etika dalam nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau
kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.
b. Etika dalam ariti kumpulan asas atau nilai moral (yang moral (yang dimaksud
di sini adalah ini adalah kode etik).
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik dan buruk. Disini etika sama
artinya dengan filsafat moral

2. Estetika manusia dalam berbudaya


Estika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni.
estetika berkaitan dengan nilai indah-jelek (tidak indah). Nilai estetika berarti nilai
tentang keindahan. Keindahan dapat diberi makna secara luas, secara sempit dan
estetika murni.
a. Secara luas keindahan mengandung ide kebaikan. Bahwa segala sesuatu yang
baik termasuk yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide kebaikan adalah
indah.
b. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan
(bentuk dan warna)
c. Secara estetika murni, menyangkut pengalaman seseorang dalam hubungannya
dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan, pendengaran,
perabaan, dan perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan persepsi (anggapan)
indah.

12
Sesuatu yang estetik yang berati memenuhi unsur keindahan. Keindahan secara
murni maupun secara sempit, baik dalam bentuk, warna, garis, kata, ataupun
nada. Nilai ekstetika tidak bisa dipaksakan pada orang lain.
Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah
lukisan sebagai sebagaimana pandangan kita. Nilai-nilai esteika lebih bersifat
perasaan, bukan pernyataan.

Budaya sebagai hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk


memunuhi unsur keindahan. Disinilah manusia berusaha berestetika dalam
berbudaya.
Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang dipandang indah oleh
masyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain.
Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata-mata dalam berbudaya harus
memenuhi nilai-nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya menyiratkan
perlunya manusia untuk menghargai keindahan budaya yang dihasilkan manusia
lainnya.

E. MEMANUSIAKAN MANUSIA MELALUI PEMAHAMAN KONSEP


DASAR KEMANUSIAAN

Manusia harus memiliki prinsip, nilai, dan rasa kemanusiaan yang melekat dalam
dirinya. Manusia memiliki perikemanusiaan, tetapi binatang tidak biasa dikatakan
memiliki perikebinatangan. Hal ini karena binatang tidak memiliki akal budi, sedangkan
manusia memiliki akal budi yang biasa memunculkan rasa atau perikemanusiaan.
Perikemanusiaan inilah yang mendorong perilaku baik sebagai manusia.
Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa menghargai
dan menghormati harkat dan derajat manusia lainya. Memanusiakan manusia adalah
tidak menindas sesama, tidak menghardik, tidak bersifat kasar, tidak menyakiti, dan
perilaku-perilaku buruk lainnya.

13
Memanusiakan manusia berarti pula perilaku memanusiawikan antar sesama.
Memanusiakan manusia memberikan keuntungan bagi diri sendiri maupun orang lain.
Bagi diri sendiri akan menunjukkan harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai
manusia. Sedangkan bagi orang lain akan memberikan rasa percaya, rasa hormat,
kedamaian, dan kesejahteraan hidup.

Sebaliknya, sikap tidak manusiawi terhadap manusia lain hanya akan


merendahkan harga diri dan martabatnya sebagai manusia yang sesungguhnya makhluk
mulia. sedangkan bagi orang lain sebagai korban tindakan yang tidak manusiawi akan
menciptakan penderitaan, kesusahan, kekuatan, perasan dendam, dan sebagainya.
Sejarah Sejarah membuktikan bahwa perseteruan, pertentangan, dan peperangan
yang terjadi di berbagai belahan dunia adalah karena manusia belum mampu
memanusiakan manusia lain, sekelompok bangsa menindas bangsa lain.
Penjajahan tidak sesuai dengan perikemanusiaan. Dewasa ini, perilaku tidak
manusiawi dicontohkan dengan adanya kasus kekerasan terhadap para pembantu rumah
tangga. Misalkan seorang pembantu disiksa, tidak diberi upah, dikurung dalam rumah,
dan sebagainya. Para majikan telah melakukan tindakan yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip kemanusiaan.
Sikap dan perilaku memanusiakan manusia didasarkan atas prinsip kemanusiaan
yang disebut the mankind is one. Prinsip kemanusiaan tidak membeda-bedakan kita
dalam memperlakukan orang lain atas dasar warna kulit, suku, agama, ras, asal, dan
status sosial ekonomi. Kita tetap harus manusiawi terhadap orang lain, apa pun latar
belakangnya, karena semua manusia adalah makhluk Tuhan yang sama harkat dan
martabatnya. Perilaku yang manusiawi atau memanusiakan manusia adalah sesuai dengan
kodrat manusia. Sebaiknya, perilaku yang tidak manusiawi bertentangan dengan hakikat
kodrat manusia. Perilaku yang tidak manusiawi pasti akan mendatangkan kerusakan
hidup manusia.

14
F. PENGARUH BUDAYA TERHADAP LINGKUNGAN

Kebudayaan merupakan kata berimbuhan dari kata dasarbudaya. Budaya atau


kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekertayaitu budayyah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budiatau akal), diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan
budidan akal manusia.

Dalam Bahasa Inggris, kebudayaan disebut dengan culture yang berasal dari


Bahasa Latin Colere, yang berarti mengolah ataumengerjakan. Dalam Bahasa Indonesia.
Culture sudah menjadi kataserapan yaitu kultur.

Kebudayaan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan


Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukanoleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dalam
kehidupan sehari-hari kita melihat segala upaya yang dilakukan manusia untuk
menemukan dan penciptakan suatu inovasi merupakan proses dan hasil dari budaya.

  Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandungkeseluruhan pengertian nilai


sosial, norma sosial, ilmu pengetahuanserta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius,
dan lain-lain,tambahan lagi, segala penryataan intelektual dan artistik yngmenjadi ciri
khas suatu masyarakat.

Sedangkan definisi dari Ki Hajar Dewantara, mengartikankebudayaan sebagai


buah budi manusia yang merupakanperjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat,
yaitu zaman alamyang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasiberbagai macam rintangan dan kesukaran dalam hidup.

Perwujudan dari kebudayaan adalah benda-benda yangdiciptakan oleh manusia


sebagai makhluk yang berbudaya, berupaperilaku dan benda-benda yang bersifat nyata,
misalnya pola-polaperilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni,

15
danlain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusiadalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.

Jadi, kebudayaan merupakan suatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan


yang meliputi ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-harikebudayaan itu bersifat abstrak. Namun, kebudayaan dapat
dilihatdari perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata yang ada dilingkungan
masyarakat sebagai wujud ciptaannya sebagai makhlukyang berbudaya.

Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan adalah hasil cipta,karsa dan rasa


manusia oleh karenanya kebudayaan mengalami perubahan dan perkembangannya
sejalan dengan perkembangan manusia itu. Perkembangan tersebut dimaksudkan untuk
kepentingan manusia sendiri, karena kebudayaan diciptakan olehdan untuk manusia.

Setiap kehidupan di dunia ini tergantung pada kemampuan beradaptasi terhadap


lingkungannya dalam arti luas. Akan tetapi berbeda dengan kehidupan lainnya, manusia
membina hubungan dengan lingkungannya secara aktif. Karena kemampuannya
beradaptasi secara aktif itu pula, manusia berhasil menempatkandiri sebagai makhluk
yang tertinggi derajatnya di muka bumi dan paling luas persebarannya memenuhi dunia.

Suatu masyarakat akan terus berupaya mengadakan proses modernisasi pada


berbagai bidang kehidupan, apakah aspekekonomis, birokrasi, pertahanan keamanan, dan
bidang iptek,namun demikian, tidaklah luput dari perhatian masyarakat tersebut untuk
berupaya menelusuri, mengeksplorasi, dan menggali serta menemukan unsur-unsur atau
nilai-nilai kepribadian atau jati dirisebagai masyarakat yang bermartabat

16
G. PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN

Kebudayaan yang diciptakan manusia dalam kelompok dan wilayah


yang berbeda-beda menghasilkan keragaman kebudayaan. Tiap persekutuan hidup
manusia (masyarakat, suku, atau bangsa) memiliki kebudayaan yang berbeda dengan
kelompok lain, yang membentuk ciri dan menjadi pembeda dengan kelompok lain.
Dengan demikian kebudayaan menjadi identitas dari persekutuan hidup manusia.
Kebudayaan yang ada ikut pula mengalami dinamika seiring dengan dinamika
pergaulan hidup manusia sebagai pemilik kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita
mengenal adanya pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, dan penyebaran
kebudayaan.
1. Pewarisan kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah peroses pemindahan, penerusan, pemilikan dan
pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara berkesinambungan.
Pewarisan budaya bersifat vertikal artinya budaya diwariskan dari generasi terdahulu
kepada generasi berikutnya untuk digunakan, dan selanjutnya diteruskan ke generasi
yang akan datang.
Dalam hal pewarisan budaya dapat muncul masalah antara lain: sesuai atau
tidaknya budaya warisan tersebut dengan dinamika masyarakat saat
sekarang, penolakan generasi penerima terhadap warisan budaya tersebut, dan
munculnya budaya baru yang tidak sesuai lagi dengan budaya warisan.

2. Perubahan kebudayaan
Perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat adanya
ketidaksesuaian diantara unsur-unsur budaya yang saling berbeda sehingga terjadi
keadaan yang fungsinya tidak sesuai bagi kehidupan yang dapat menimbulkan sebuah
masalah.

17
3. Penyebaran kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses penyebarannya unsur-unsur
kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat
kemasyarakat yang lain. Kebudayaan kelompok masyarakat di suatu wilayah bisa
menyebar ke masyarakat wilayah lain. Misalnya, kebudayaan dari masyarakat Barat
(negara-negara Eropa) masuk dan memengaruhi kebudayaan Timur (bangsa Asia dan
Afrika). Globalisasi budaya bisa dikatakan pula sebagai penyebaran suatu
kebudayaan secara meluas.

Beberapa problematika kebudayaan antara lain:


1. Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan idup system kepercayaan.
Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun-temurun
diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka enggan meninggalkan kampung
halamannyan atau beralih pola hidup sebagai petani. padahal umumnya miskin.

2. Hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan prinsip atau sudut pandang.
hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang
ini dapat terjadi antara masyarakat dan laksana pembangunan. Contohnya, program
Keluarga Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa
banyak anak banyak rezeki.

3. Hambatan budaya berkaitan dengan faktor piskologi atau kejiwaan.


Upaya untuk mentransmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena  bencana
alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan adanya mekhawatiran
penduduk bahwa di tempat yang baru hidup mereka akan lebih sengsara
dibandingkan mereka hidup di tempat yang lama.

18
4. Masyarakat tersaing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang berkomunikasi dengan
masyarakat luar, karena pengatahuaan sangat terbatas, seolah-olah tertutup untuk
menerima program-program pembangunan.
5. Sikap tradisionalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisional sedemikian rupa, yang
menganggap hal-hal baru ini akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah
memililki secara turun-temurun.

6. Sikap Etnosentrisme.
Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya
sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan
mudah memicu timbulnya kasus-kasus sara, yakni pertentangan suku, agama, ras, dan
antargolongan.
Masing-masing kebudayaan itu dianggap sebagai satu ciri khas daerah lokal,
Yang terkadang justru menimbulkan sikap etnosentrisme pada anggota masyarakat
dalam memandang kebudayaan orang lain
Sikap etnosentrisme dapat menimbulkan kecenderungan perpecahan dengan sikap
kelakuan yang lebih tinggi terhadap budaya lain.

7. Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan.


sering kali di salah gunakan oleh manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat
justru untuk  menghancurkan manusia bukan untuk melestarikan suatu generasi, obat-
obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam penggunaannya disalahgunakan yang
justru menggangu Kesehatan.

Problematika yang terjadi terkait dengan isu kebudayaan. Beberapa hal tersebut
yaitu :
1. Ketidaksesuaian budaya yang diwariskan dengan dinamika masyarakat saat ini.

19
Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat dunia selalu mengalami perubahan zaman
atau era yang ikut menyertai perubahan dalam kehidupan masyarakat. Kondisi ini
dapat mengakibatkan suatu kebudayaan tidak sesuai lagi pada suatu masyarakat.

2. Adanya penolakan generasi penerima atas budaya yang diwariskan tersebut.


Dalam suatu kasus tertentu, dapat ditemukan generasi muda menolak budaya yang
diwariskan oleh pendahulunya. Warisan budaya tersebut dianggap tidak lagi sesuai
dengan kepentingan hidup generasi tersebut, bahkan bisa jadi juga dianggap bertolak
belakang dengan nilai-nilai budaya yang batu yang diterima saat ini.

3. Munculnya budaya baru yang tidak lagi sesuai dengan budaya warisan.
Budaya baru ini bisa jadi akan dianggap lebih sesuai dengan dinamina atau kondisi
masyarakat saat itu sehingga penerimaan masyarakat akan lebih terbuka pada
datangnya budaya baru bagi mereka.

4. Pemahaman atau wawasan masyarakat yang semakin maju dan baik memungkinkan
mereka meninggalkan budaya yang telah diwariskan.
seperti misalnya masyarakat yang memilki pemahaman yang baik pada ajaran agama
akan menghubungkan budaya tersebut dengan konteks keagamaan. Hal ini
memungkinkan mereka meninggalkan budaya tersebut apabila dipandang
bertentangan dengan ajaran agama atau keyakinan masyarakat.

5. Adanya penyebaran kebudayaan (difusi).


Difusi merupakan bentuk kontak antarkebudayaan. Masyarakat penerima akan
kehilangan nilai-nilai budaya local sebagai akibat kuatnya budaya asing yang masuk
dalam masyarakat. Contohnya dapat dilihat pada globalisasi yang bersumber dari
kebudayaan barat dewasa ini yang dinilai memberikan dampak negatif. Misalnya pola
hidup kosumtif, hedonisme, hidup individualistis, dan lain sebagainya. Akibatnya,

20
nilai budaya suatu bangsa lambat laut mulai tergerus dari nilai-nilai budaya asli
bangsanya.

Selain difusi, akulturasi dan asimilasi merupakan bentuk lain dari adanya
kontak kebudayaan. Akulturasi berarti pertemuan antara dua kebudayaan atau lebih
yang berbeda. Akulturasi merupakan kontak antarkebudayaan, namun masing-masing
masih memperlihatkan unsur-unsur kebudayaan aslinya. Sedangkan asimilasi
diartikan sebagai peleburan antar kebudayaan yang bertemu. Asimilasi ini terjadi
karena adanya proses yang berlangsung lama dan intensif antar masyarakat yang
berlainan latar belakang, suku, ras atau bangsa. Sehingga hasil dari adanya
asimilasinya ini pada umumnya akan menghasilkan suatu kebudayaan baru.

H. PROSES DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN

Berbicara tentang kebudayaan Indonesia yang ada di bayangan kita adalah sebuah
budaya yang sangat beranekaragam. Bagaimana tidak, Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia, hal inilah yang menyebabkan Indonesia memiliki
kebudayaan yang beraneka ragam. Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk
memahami dan menginterpretasi
lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagitingkah lakunya. Suatu
kebudayaan merupakan milik Bersama anggota suatu masyarakat atau suatu golongan
sosial, yang penyebarannya kepada anggota-anggotanya dan pewarisannya kepada
generasi berikutnya dilakukan melalui proses belajar dan dengan menggunakan simbol-
simbol yang terwujud dalam bentuk yang terucapkan maupun yang tidak (termasuk juga
berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia). Dengan demikian, setiapa nggota
masyarakat mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya tersebut yang dapat

21
tidak sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan oleh pengalaman dan proses
belajaryang berbeda dan karena lingkungan-lingkungan yang merekahadapi tidak
selamanya sama.

Kebudayaan yang dimiliki oleh suatu bangsa merupakan keseluruhan hasil cipta,
karsa, dan karya manusia. Indonesia sendiri sebagai Negara kepulauan dikenal dengan
keberagaman budayanya, yang mana keanekaragaman itulah menunjukkan betapa
pentingnya aspek kebudayaan bagi suatu Negara.
Karena jelas bahwa kebudayaan adalah suatu identitas dan jati diri bagisuatu bangsa dan
Negara. Proses perkembangan budaya dapatterjadi melalui penetrasi. penetrasi
kebudayaan adalah masuknyapengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya.
Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

1. Penetrasi Damai
Merupakan proses masuknya sebuah kebudayaan
dengan jalan damai. Misalnya,masuknya pengaruh kebudayaan Hindudan Islam ke
Indonesia. Contoh lainnya sepertikebudayaanTionghoa, kebudayaan India dan
kebudayaan Arab.Kebudayaan India masukmelalui proses yang damai yaitumelalui
penyebaran agama Hindu dan Buddha diNusantarayang jauh sebelum Indonesia
terbentuk.
2. Penetrasi kekerasan (penetration violante)
Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa danmerusak. Contohnya,
masuknya kebudayaan Barat keIndonesia pada zaman penjajahan disertai dengan
kekerasansehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang
merusakkeseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia baratantara lain
adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama350 tahun lamanya. Budaya
warisan Belanda masih melekat diIndonesia antara lain pada sistem pemerintahan
Indonesia.

22
I. PERUBAHAN KEBUDAYAAN

Perubahan kebudayaan adalah suatu penerimaan cara-carabaru atau suatu


perbaikan dari cara cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Jadi, perubahan
kebudayaan terjadi sesuai dengan perkembangan masyarakat pendukungnya. Tidak ada
dukungan dari masyarakat, maka tidak akan ada perubahan, baik itu ke arah positif atau
negatif. Selama hidupnya, setiap manusia (masyarakat dalam arti luas) pasti mengalami
perubahan-perubahan. Apabila misalnya dihubungan dengan definisi kebudayaan yang
dipaparkan oleh Taylor, dimana kebudayaan adalah suatu kompleks yang meliputi unsur-
unsur seperti pengetahuan, kepercayaan,kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan setiap
kemampuan sertakebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan itubisa
terjadi melalui unsur-unsur kebudayaan tersebut baik untukindividu atau masyarakat,
baik terjadi secara lambat atau cepat.

Sebagai contoh, Si A atau masyarakat A, pada tahun 1994 sangat buta sekali
dengan dunia internet. Namun, di tahun 2015 ini hampir 90% masyarakat A sedikit
banyak tahu apa itu internet, manfaat dan mudharatnya. Berdasarkan contoh ini, maka
masyarakat A mengalami perubahan kebudayaan dalam hal ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dari sedikit gambaran dan contoh diatas,

bentuk-bentuk perubahan kebudayaan antara lain:

1. Perubahan yang terjadi secara lambat

  atau dalam istilah lainnya terkenal dengan sebutan Evolusi. Contoh misalnya
adalah evolusi peralatan pada zaman Batu Tua. Di zaman Batu Tua, peralatan yang
digunakan oleh manusia sebagai alat untuk bertahan hidup, begitu lama bertahan hingga
ribuan tahun. Atau kalau di Indonesia adalah pada masa Kemerdekaan, setelah dijajah
selama beratus tahun.

23
2. Perubahan yang terjadi secara cepat

  atau dalam istilah ilmiahnya disebut Revolusi. Salah satu contoh adalah Revolusi
Industri

3. Perubahan-perubahan yang memiliki pengaruh kecil

Contoh mode pakaian, tata rambut dan sebagainya. Kecildisini mengandung arti
bahwa, perubahan itu hanya terjadibagi sebagian orang saja, tidak menyeluruh.

4. Perubahan yang pengaruhnya besar

Misalnya proses industrialisasi masyarakat agraris, atau untuk lebih gampangnya


saya contohkan dengan adanya listrik, telepon,televisi dan lain sebagainya.

5. Perubahan yang direncanakan atau dikehendaki

Misalnya,dalam arti luas bisa dicontohkan dengan adanya Repelitayang pernah


dijalankan pada masa Orde Baru. Dan dalam artisempit, bisa dicontohkan ketika
seseorang merencanakanpernikahan. Tentu setelah nikah, ada perubahan yang terjadidi
antara pasangan nikah tersebut

6. Perubahan yang tidak dikehendaki atau tidakdirencanakan

Contohnya gaya fashion yang kebarat-kebaratan dengan mengumbar aurat secara


vulgar di depan umum yang bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginka

24
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas, maka dapat mengambil beberapa kesimpulan yaitu, Manusia
sebagai makhluk yang berbudaya adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal
budinya untuk menciptakan kebudayaan baik dengan alam maupun manusia lainnya. Untuk itu
manusia dapat dikatakan sebagai pencipta kebudayaan dan makhluk berbudaya. Budaya sendiri
merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang yang diwariskan dari generasi ke generasi dan budaya yang dihasilkan manusia
bergantung dari paham/ideologi yang diyakini manusia pendukung  budaya tersebut.

Budaya merupakan perwujudan dari ide dan gagasan manusia. Sedangkan kebudayaan
adalah kristalisasi dari berbagai pemikiran manusia, kebudayaan sebagai sistem pengetahuan
yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia.

Manusia memiliki keterkaitan yang erat dengan budaya. Sehingga manusia dikenal juga
sebagai makhluk budaya. Hal ini dikarenakan pola hubungan antar keduanya yang tidak dapat
dipisahkan. Manusia merupakan makhluk yang dianugerahi oleh tuhan kemampuan akal dan
usaha atau budi dan daya. Sehingga manusia mampu menciptakan kebudayaan, mengkreasikan,
memperlakukam, memperbarui, memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang
ada untuk kepentingan hidup manusia, baik dengan alam maupun manusia lainnya. Untuk itu
manusia dapat dikatakan sebagai pencipta kebudayaan dan makhluk berbudaya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Huda, Fatkhana Amirul, “ISBD: Pengertian Manusia Sebagai Mahkluk Budaya”, fatkhan.web.id,
15 Desesmber 2016, https://fatkhan.web.id/isbd-pengertian-manusia-sebagai-mahkluk-budaya/

Mumtazinur, (2019), Ilmu sosial & budaya dasar, Aceh: Lembaga Kajian Konstitusi Indonesia, hlm. 21-28

Sarinah, (2018), Ilmu sosial budaya dasar (Diperguruan Tinggi), Yogyakarta: Deepublish, hlm. 19-27

Rusmin Tumanggor, Dkk, (2010), Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana

Elly M. Setiadi, Dkk, (2007), Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana

Herimanto,Winarno, (2013),Ilmu Sosial & Budaya Dasar, Jakarta: Bumi Aksara

Herimanto, Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 18-20

Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2007), Ed.2. Cet.2, hlm. 38

Herimanto, Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 22-23
Ibid, hlm. 24
Ibid, hlm.25-30
Ibid, hlm.30-31

Rusmin Tumanggor, Dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm.40

Herimanto, Winarno, Ilmu Sosial & Budaya Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm. 32
Ibid, hlm.33
Ibid, hlm.33-34
Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, (Jakarta: Kencana, 2007), Ed.2. Cet.2, hlm. 42
Ibid, hlm.43

26

Anda mungkin juga menyukai