Anda di halaman 1dari 16

Makalah

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA,


BERETIKA, DAN BERESTETIKA

Di susun oleh :

Kelompok 1
Aulia Azmi (238420510010)
Sulisma (238420510014)
Nurul hikmah (238420510007)
Dosen pengampu : Muslihin M.Pd
Mata kuliah : ISBD

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2023
2
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. SWT yang telah memberikan nikmat serta
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Manusia Sebagai Makhluk Berbudaya,
Beretika, Dan Berestetika”.
Sholawat beserta salam kita sampaikan kepada nabi besar kita Muhammad
Saw yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.
Akhirnya penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan
dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 3
2.1 Kedudukan Manusia Sebagai Makhluk Tuhan................................ 3
2.2 Pengertian Budaya dan Kebudayaan................................................ 3
2.3 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya.................................... 4
2.4 Hakikat manusia dalam kajian islam................................................ 6
BAB III PENUTUP........................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 10
3.2 Saran.................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan menciptakan
kebaikan, kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk
berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan
hidupnya dengan menciptakan kebudayaan. Di samping itu, manusia mampu
menciptakan, mengkreasi, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan dan
meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia. Kebutuhan
manusia dalam hidup dibagi menjadi 5 tingkatan :
1. Kebutuhan fisiologis; Kebutuhan dasar, primer, dan vital. Menyangkut
fungsi-fungsi biologis dasar manusia, seperti makanan, pakaian,
tempattinggal.
2. Kebutuhan rasa aman & perlindungan; Menyangkut perasaan, bebas dari
rasa takut, terlindung dari bahaya & ancaman penyakit, perang, kelaparan,
kemiskinan.
3. Kebutuhan sosial; kebutuhan untuk dicintai, diperhitungkan sebagai
pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama,dan
sebagainya.
4. Kebutuhan akan penghargaan; kebutuhan untuk dihargai kemampuannya,
kedudukan, jabatan, status, dan pangkat.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri; kebutuhan untuk memaksimalkan
penggunaan potensi-potensi diri, kemampuan, bakat, kreativitas,
ekspresidiri, dan prestasi.
Dengan akal budi, manusia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan
hidup, tetapi juga mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai
makhluk yang tinggi dibandingkan makhluk lain. Kebudayaan pada dasarnya
adalah hasil akalbudi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun
manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk berbudaya dan pencipta
kebudayaan. Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai

3
“motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan
haruslahmemberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang
dihasilkanmemberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun bagi
bangsapada umumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas manusia
padasuatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara
tersebut,begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang
tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan ?
2. Apa pengertian budaya dan kebudayaan?
3. Bagaimana Hakikat manusia sebagai makhluk budaya ?
4. Bagaimana Hakikat manusia dalam kajian islam ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan manusia sebagai makhluk Tuhan
?
2. Untuk mengetahui apa pengertian budaya dan kebudayaan?
3. Untuk mengetahui bagaimana Hakikat manusia sebagai makhluk budaya ?
4. Untuk mengetahui bagaimana Hakikat manusia dalam kajian islam ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan Manusia Sebagai Makhluk Tuhan


Kesadaran manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
hendaknya tidak mengabaikan eksistensinya sebagai makhluk Tuhan. Bentuk dari
tanggung jawab manusia terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara
merupakan. bagian dari bentuk pengabdian dan penghambaan diri terhadap
Tuhan. Menusia sebagai makhluk Tuhan juga memiliki kewajiban untuk selalu
berdakwah dan menebarkan kebaikan dan menegakkan kebenaran.

2.2 Pengertian Budaya Dan Kebudayaan


Budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang
merupakanbentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal diartikan
sebagai halhalyang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Budaya atau
kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kataculturur. Dalam
bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari katacolera. Colera
berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, danmengembangkan tanah
(bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai
segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah danmengubah alam.
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat ialah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik manusia dengan belajar.
Dengan demikian, kebudayaan menyangkut keseluruhan aspek
kehidupanmanusia baik material maupun non material. Sebagian besar ahli
mengatakankebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh
pandanganevolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan
itu akanberkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih
kompleks. Dalam terminologi ,budaya merupakan sistem yang memiliki
kesesuaian.Kebudayaan meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum ,adatistiadat, pembawaan lain yang diperoleh dari anggota masyarakat

5
yang terbentukdari anggota masyarakat yang terbentuk dari pemahaman suatu
bangsa Dalam sudut terminologi ,manusia dapat dilihat dari berbagai
macambidang ilmu seperti biologi. Dalam biologi manusia diartikan sebagai
spesiesprimata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan
tinggi. Didalam bidang antropologi kebudayaan, manusia lebih ditekankan
terutama dalambidang konsep penciptaan dan penggunaan serta perkembangan
teknologi.
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersamaoleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Budayaterbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan
politik, adatistiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya
adalahsuatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-
unsursosiobudaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Citra
budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkandunia makna dan nilai
logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang palingbersahaja untuk
memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.

2.3 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya


2.3.1 Hubungan Manusia dan Kebudayaan
Dipandang dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari 2 segi.yaitu:
a. Manusia sebagai makhluk biologis
b. Manusia sebagai makhluk sosio-budaya
Sebagai mahluk biologi, manusia di pelajari dalam ilmu biologi
atauanatomi; dan sebagai mahluk sosio-budaya manusia dipelajari dalam
antropologibudaya. Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia,
bagaimanamanusia dan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah
lingkunganberdasarkan pengalamannya juga memahami dan melukiskan
kebudayaan yangterdapat dalam masyarakat manusia.

6
Akhirnya terdapat konsepsi tentang kebudayaan manusia yangmenganalisa
masalah-masalah hidup sosial-kebudayaan manusia. Konsepsitersebut ternyata
memberi gambaran kepada kita bahwasanya hanya manusialahyang mampu
berkebudayaan. Sedang pada hewan tidak memiliki kemampuantersebut.
Mengapa hanya manusia saja yang memiliki kebudayaan? Hal ini dikarenakan
manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang semuanyaitu bersumber
pada akal manusia.
2.3.2 Etika dan Estetika Kebudayaan
Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Secara etimologis,
etikaadalah ajaran tentang baik–buruk, yang diterima umum atau tentang
sikap,perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Etika bisa disamakan artinya dengan
moral (mores dalam bahasa latin), akhlak, atau kesusilaan. Etika berkaitan dengan
masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah–masalah
yangberkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk.
Dalam halini, etika termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan nilai etika itu
sendiri berkaitandengan baik–buruk perbuatan manusia.
Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan
adatiga jenis makna etika sebagai berikut :
a. a. Etika dalam arti nilai–nilai atau norma yang menjadi pegangan
bagiseseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.
b. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud
disiniadalah kode etik)
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang
buruk. Disini etika sama artinya dengan filsafat moral.
Etika sebagai nilai dan norma etik atau moral berhubungan dengan
maknaetika yang pertama. Nilai–nilai etik adalah nilai tentang baik buruk
kelakuanmanusia. Nilai etik diwujudkan kedalam norma etik, norma moral,
normakesusilaan. Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu
karena menyangkut kehidupan pribadi. Pendukung norma etik adalah nurani
individu danbukan manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai anggota
masyarakat yang terorganisir. Norma ini dapat melengkapi ketidakseimbangan

7
hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri. Norma etik ditujukan
kepada umat manusia agar tebentuk kebaikan akhlak pribadi guna penyempurnaan
manusia dan melarang manusia melakukan perbuatan jahat. Membunuh, berzina,
mencuri, dan sebagainya. Tidak hanya dilarang oleh norma kepercayaan atau
keagamaan saja, tetapi dirasakan juga sebagai bertentangan dengan (norma)
kesusilaan dalam setia hati nurani manusia.Norma etik hanya membebani manusia
dengan kewajiban–kewajiban saja.
Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni.Estetika
berkaitan dengan nilai indah–jelek (tidak indah). Nilai estetika berartinilai tentang
keindahan. Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan
nilai tentang baik–buruk, sedangkan estetika berkaitan dengan hal yang indah–
jelak.Sesuatu yang estetik berarti memenuhi unsur keindahan (secara estetik
murnimaupun secara sempit, baik dalam bentuk, warna, garis, kata, ataupun
nada). Budaya yang estetik berarti budaya tersebut memiliki unsur keindahan.
Oleh karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang
lain.Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah lukisan
sebagaimana pandangan kita. Nilai–nilai estetik lebih bersifat perasaan,
bukanpernyataan.
Budaya sebagai hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk
memenuhi unsur keindahan. Manusia sendiri memang suka akan
keindahan.Disinilah manusia berusaha berestetika dalam berbudaya. Semua
kebudayaan pastilah dipandang memiliki nilai–nilai estetik bagi masyarakat
pendukung budaya tersebut. Hal–hal yang indah dan kesukaannya pada keindahan
diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.
Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang dipandang indah
olehmasyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain.
Contohnya, budaya suku–suku bangsa Indonesia. Tarian suatu suku berikut
penaridan pakaiannya mungkin dilihat tidak ada nilai estetikanya, bahkan
dipandanganeh oleh warga dari suku lain, demikian pula sebaliknya.

2.4 Hakikat Manusia Dalam Kajian Islam

8
Kita dapat berkomentar bahwa keterbatasan untuk mengetahui hakekat
manusia disebabkan karena manusia adalah satu-satunya mahluk yang lain unsur
penciptaannya terdapat ruh Ilahi sedang manusia tidak diberi pengetahuan tentang
ruh kecuali sedikit. Al-Qur’an dengan gamblang memaparkan tentang
keterbatasan manusia, tetapi alQur’an juga memberikan kejelasan tentang
pertolongan Allah yang telah diberikan kepada manusia ketika berada dalam
kegelapan rahim, ketika ditumbuhkan sebagai janin dan dikembangkan hingga
tuntas penciptaannnya.
Berbagai hal yang berkenaan dengan manusia, baik positif maupun negatif
membuktikan akan kelemahan-kelemahan manusia, dan manusia tidak akan
mampu mengetahuai hakekat dirinya. Keterbatasan pengetahuan manusia tentang
dirinya menurut M. Quraish Shihab itu disebabkan oleh :
a. Pembahasan tentang masalah manusia terlambat dilakukan karena pada
mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penyelidikan tentang
alam materi.
b. Ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memikirkan hal-hal yang
tidak kompleks. Ini disebabkan oleh sifat akal kita seperti yang
dinyatakan oleh Hendry Bergson tidak mampu mengetahui hakekat
hidup.
c. Multi kompleksnya masalah manusia.
Memahami kedudukan manusia serta potensi yang dimilikinya hanya
dapat diketahuai secara pasti dari Sang Pencipta melalui wahyu sebagai petunjuk
yang mengungkap rahasia makhluk Tuhan ini.
Menurut al-Raghib al-Ishfahany, kata basyar adalah bentuk dari kata
basyirah, yang artinya “kulit”. Manusia disebut basyar karena memiliki kulit yang
permukaannya ditumbuhi rambut, dan berbeda dengan kulit pada hewan yang
umumnya ditumbuhi bulu. Kata ini dalam al-Qur’an digunakan dalam makna
yang khusus untuk menggambarkan sosok tubuh lahiriah manusia. Makna
etimologis ini dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki
segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks,

9
keamanan, kebahagiaan, dan lain-lain. Penunjukkan kata al-basyar ditunjukkan
Allah kepada seluruh manusia tanpa terkecuali.
Kedudukan manusia di alam ini yang sering diangkat oleh para pakar
adalah sebagai hamba yang harus beribadah kepada Allah swt. Hal ini biasanya
didasarkan pada petunjuk ayat yang berbunyi:

‫َو َم ا َخ َلۡق ُت ٱۡل ِج َّن َو ٱِإۡل نَس ِإاَّل ِلَيۡع ُبُدوِن‬


Artinya : Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka
menyembah (ibadah) kepada-Ku.
Manusia sebagai makhluk yang paling mulia diberi potensi untuk
mengembangkan diri dan kemanusiaannya. Potensi-potensi tersebut merupakan
modal dasar bagi manusia dalam menjalankan berbagai fungsi dan tanggungjawab
kemanusiaannya. Agar potensipotensi itu menjadi aktual dalam kehidupan perlu
dikembangkan dan digiring pada penyempurnaan-penyempurnaan melalui upaya
pendidikan, karena itu diperlukan penciptaan arah bangun pendidikan yang
menjadikan manusia layak untuk mengembang misi Ilahi. Beribadah berarti
mencakup keseluruhan kegiatan manusia dalam hidup di dunia ini, termasuk
kegiatan duniawi sehari-hari, jika kegiatan itu dilakukan dengan sikap batin serta
niat pengabdian dan penghambaan diri kepada Tuhan, yakni sebagai tindakan
bermoral yakni untuk menempuh hidup dengan kesabaran penuh bahwa makna
dan tujuan keberadaan manusia ialah “perkenan” atau ridha Allah swt.
Manusia diberi status yang terhormat yaitu sebagai khalifah Allah di muka
bumi, lengkap dengan kerangka dan program kerjanya. Secara simbolis fungsi dan
kerangka kerja itu dinyatakan Allah pada proses penciptaan Adam as, sebagai
mana difirmankan Allah swt.
Artinya :
“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi
dan sekaligus menugaskan manusia untuk memakmurkan bumi”.
Untuk menjalankan tugas-tugas yang dimaksudkan itu, agar dapat berjalan
dengan lancar, Allah swt, memberikan seperangkat perlengkapan yang diperlukan
manusia. Perlengkapan pertama dan utama adalah berupa potensi tauhid,dengan
sinyalemen selanjutnya berupa penyempurnaan bentuk kejadian dan

10
penghembusan ruh. Pernyataan Allah swt ini menurut Hasan Langgulung
mengisyaratkan akan adanya sifat -sifat Tuhan (walaupun dalam kadar yang
terbatas) pada diri manusia.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang
berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan
akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar
dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan
kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar
manusia berbudaya.
2. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensi, intuisi,
perasaan, emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku. Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dan seiring dinamika
pergaulan manusia sebagai makhluk budaya tentunya akan menimbulkan
berbagai problema dalam kehidupan manusia
3. Kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau
gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang di ciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata.
4. Substansi utama budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan hidup,
kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang terpenting
adalah sistem pengetahuan, nilai, dan pandangan hidup.
5. Etika adalah ajaran tentang baik–buruk, yang diterima umum atau tentang
sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Etika bisa Estetika dapat
dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni. Estetika berkaitan
dengan nilai indah–jelek (tidak indah). Nilai estetika berarti nilai tentang

12
keindahan. Keindahan dapat diberi makna secara luas, secara sempit, dan
estetik murni.

3.2 Saran
Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk
menambah wawasan dan sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan sebagai mana manusia yang tidak luput dari
kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca untuk kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://myunanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/70607/02+MANUSIA
+SEBAGAI+MAHLUK+BUDAYA.pdf
https://ilmu.lpkn.id/2021/01/05/memahami-etika-dan-estetika-manusia-dalam-
berbudaya/
https://repository.unikom.ac.id/44909/1/2%20Manusia%20sebagai %20Makhluk
%20Berbudaya.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai