Anda di halaman 1dari 11

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

OLEH

Novia Putri Antika. A13. 191310808

STIKES WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu.

Sesuai arahan dosen pengampu mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar, makalah

ini diberi judul “Manusia sebagai makhluk budaya”.

Makalah ini disusun dalam rangka menempuh mata kuliah Ilmu Budaya

Dasar yang diampu oleh Bapak I Putu Gede Subhaktiyasa,ST.MM pada Semester

Ganjil Tahun Akademik 2019/2020. Di sini akan dikaji masalah yang berkaitan

dengan manusia sebagai makhluk budaya.

Pada mulanya cukup banyak hambatan dan kesulitan yang dialami dalam

menyusun makalah ini. Namun berkat adanya bantuan dari berbagai pihak,

hambatan dan kesulitan tersebut dapat diatasi dengan baik. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada berbagai pihak.

Meskipun penulis sudah mengumpulkan banyak referensi untuk

menunjang penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kelemahan dan

kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran, serta

masukan dari para pembaca demi tersusunya karya yang lebih baik di kemudian

hari . Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ini ada manfaatnya.

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang…...................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................4

2.1 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya..........................................4

2.2 Hubungan Manusia dan Kebudayaan………….....................................6

2.3 …....................10

BAB 3 PENUTUP..................................................................................................12

3.1 Kesimpulan..........................................................................................12

3.2 Saran.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan menciptakan

kebaikan, kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk

berbudaya, manusia menggunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan,

baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya dengan

menciptakan kebudayaan. Di samping itu, manusia menciptakan, mengkreasi,

memperbaharui, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk

kepentingan hidup manusia. Kebutuhan manusia dalam hidup di bagi menjadi 5

tingkatan yaitu :

1. Kebutuhan fisiologis; Kebutuhan dasar, primer, dan vital.

Menyangkut fungsi-fungsi biologis dasar manusia, seperti

makanan, pakaian, tempat tinggal.

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan; Menyangkut perasaan,

bebas dari rasa takut, terlindung dari bahaya dan ancaman

penyakit, dan kemiskinanan.

3. Kebutuhan sosial; Kebutuhan untuk di cintai, di perhitungkan

sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia

kawan, dan kerjas sama.

4. Kebutuhan akan penghargaan; Kebutuhan untuk dihargai

kemampuannya, kedudukan, jabatan, status dan pangkat.


5. Kebutuhan akan aktualisasi diri; Kebutuhan untuk memaksimalkan

penggunaan potensi-potensi diri, kemampuan, bakat, kreativitas,

ekspresi diri dan prestasi.

Dengan akal budi, manusia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan

hidup, tetapi juga mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai

makhluk yang tinggi dibandingkan makhluk yang lain. Kebudayaan pada

dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam

maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk berbudaya dan pencipta

kebudayaan.

Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah di pandang sebagai

“motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah

memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan

memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri maupun bagi bangsa. Dengan

demikian dapat di katakana bahwa kualitas manusia pada suatu Negara akan

menentukan kualitas kebudayaan dari suatu Negara tersebut, begitu pula

pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi karena

kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.

Manusia sebagai makhluk budaya mempunyai berbagai ragam kebutuhan.

Kebutuhan tersebut hanya dapat di penuhi dengan sempurna apabila berhubungan

dengan manusia lain dalam masyarakat. Hubungan tersebut dilandasi oleh ikatan

moral yang mewajibkan pihak-pihak mematuhinya. Berdasarkan ikatan moral

tersebut pihak-pihak memenuhi apa yang seharusnya dilakukan (kewajiban) dan

memperoleh apa yang seharusnya didapati (hak) dalam keadaan seimbang.


(abdulkadir Muhammad, etika profesi notaris, (bandung: Citra Aditya

Bakti, 2006)hlm.6

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah bagi penulis dalam penyusunan

makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah hakikat manusia sebagai makhluk budaya?

2. Bagaimanakah hubungan manusia dan kebudayaan?

3. Contoh kebudayaan

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulis dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian manusia sebagai makhluk budaya

2. Untuk mengetahui hakikat manusia sebagai makhluk budaya

3.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Manusia adalah makhluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang

berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal

budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup

manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia

yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang

berhak menyandang gelar manusia berbudaya.

Berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding makhluk lain.

Manusia adalah makhluk paling sempurna bila dibanding dengan makhluk

lainnya, mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh

karena itu manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan

kepemimpinannya di muka bumi di samping tanggung jawab dan etika moral

harus dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung

jawab agar bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus

mendayagunakan akal budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk

Tuhan.

Dengan berbudaya, manusia dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab

tantangan hidupnya. Kebudayaan merupakan perangkat yang ampuh dalam

sejarah kehidupan manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui

sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya. Banyak pengertian tentang

budaya atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckhon (1952) menginventarisasi lebih


dari 160 definisi tetntang kebudayaan, namun pada dasarnya tidak terdapat

perbedaan yang bersifat prinsip.

Kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan dasar

hidupnya. Manusia berbeda dengan binatang, bukan saja dalam banyaknya

kebutuhan, namun juga dalam cara memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah

yang memberikkan garis pemisah antara manusia dan binatang.

Dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki ciri

tertentu dan memiliki tingkat intelektual yang tinggi dan membutuhkan orang lain

atau makhluk sosial. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan

dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwarisi dari generasi ke

generasi. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang

koheren untuk mengorganisaikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya

meramalkan perilaku orang lain.

https://www.academia.edu/30532776/HAKIKAT_MANUSIA_SEBAGAI_MAK

HLUK_BUDAYA

2.2 Hubungan Manusia dan Kebudayaan

Dipandang dari sudut antropologi, manusia dapat di tinjau dari 2 segi

yaitu:

a. Manusia sebagai makhluk biologis

b. Manusia sebagai makhluk sosio-budaya

Sebagai mahluk biologi, manusia di pelajari dalam ilmu biologi atau

anatomi dan sebagai mahluk sosio-budaya manusia dipelajari dalam antropologi

budaya. Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana


manusia dan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan

berdasarkan pengalamannya juga memahami dan melukiskan kebudayaan yang

terdapat dalam masyarakat manusia. Akhirnya terdapat konsepsi tentang

kebudayaan manusia yang menganalisa masalah-masalah hidup sosial-

kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata memberi gambaran kepada kita

bahwasanya hanya manusialah yang mampu berkebudayaan. Sedangkan pada

hewan tidak memiliki kemampuan tersebut. Hal ini dikarenakan manusia dapat

belajar dan dapat memahami bahasa, yang semuanya itu bersumber pada akal

manusia.

2.3 Contoh Kebudayaan

Kemeriahan Denpasar Festival Kembali Digelar

Denpasar – Denpasar Festival (Denfest) 2019 kembali dibuka. Denpasar Festival

yang ke-12 ini mengusung tema “Jentera Kebahagiaan”. Denpasar Festival ini

sudah menjadi event tahunan yang di gelar menjelang penghujung tahun.


Selain itu, di festival ini ada berbagai macam boot pameran mulai dari

kesenian hingga kuliner. Denfest ini akan berlangsung selama tiga hari berturut-

turut. Dengan disimbolkan penabuhan gong oleh walikota Denpasar di area Catur

Muka, Jalan Veteran, Kota Denpasar, Sabtu (28/12/2019) Denpasar Festival ini

resmi dibuka. Dalam pembukaan disajikan dengan menampilkan parade budaya

gamelan Bali yang dipadukan dengan Perkusi budaya Musik Vietnam. Denfest

diharapkan bisa memperkenalkan warisan budaya yang dikemas secara kekinian.

Denpasar Festival sebagai satu diantara ruang unggulan dalam hal

pemanggungan kreativias, sesungguhnya memposisikan kemakmuran, kecerdasan

dan kebahagiaan masyarakat sedari awal. Denfest merespon perkembangan

sebuah kota yang ulet merawat pusaka budaya, merangsang kekinian kreatifitas

dan mendorong inovasi masa depan setiap tahunnya. Ragam ekspresi seni budaya,

baik yang bernuansa tradisional, modern maupun event-garde ini, setidaknya

dipilih dan dipersiapkan memenuhi 6 aspek yang meliputi: display, menjual,

menginspirasi, mentransformasi, menghibur, dan mendidik.

‘Jentera Kebahagiaan’
Jentera Kebahagiaan mencerminkan sebuah mandala kebahagiaan yang bersumber dari
pertalian dan perikatan yang kuat dan saling memperkaya antara pribadi kerabat,
keluarga dan komunitas dalam skala yang luas.
Denpasar adalah tenun kreativitas demi kebahagiaan baik sebagai pendakian spiritual,
penghidupan sehari-hari, ekspresi diri, perekat kebersamaan dan latamohasadhi'obat'
dalam mencapai keseimbangan dan kebahagiaan lahir dan bathin.
Kebahagiaan merupakan atma yang selalu ada pada tiap kehidupan manusia.
Seperti layaknya naik turun dinamika kehidupan, begitu juga dengan kemilau yang
terpancar.
Kesuksesan dan kegagalan memiliki sinaran pembelajarannya masing-masing, disinilah
semangat jentera satu sama lainnya saling bersinergi.
Berputar dan memutarkan setiap kendala mencerahkan solusi, setiap keberhasilan
memancarkan inovasi.
Denfest diharapkan mampu merajut semua potensi Kota Denpasar yang mewujudkan
kebahagiaan di segala lini.
Stand yang Wajib Ada
Dalam setiap pelaksanaan Denpasar Festival (Denfest) terdapat stand yang wajib ada.
Adapun stand yang wajib ada adalah stand kuliner heritage dan stand industri kreatif
kerajinan.
100 buah stand kuliner heritage dan 126 buah stand industri kreatif kerajinan.
Selebihnya diisi dengan 1 buah stand los untuk Bank Indonesia (BI), 1 stand los untuk
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Denpasar, 26 stand untuk Wirausaha
Muda Denpasar (WMD), dan 20 stand flora dan flori. (*)

Anda mungkin juga menyukai