Anda di halaman 1dari 23

Dosen pengampu : Drs. D. Yaceu Priyatna. M.

AP

MAKALAH
“MEMAHAMI MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA
BERETIKA DAN BERESTETIKA”
Diajukan sebagai salah satu memenuhi tugas Dasar-Dasar Ilmu Sosial

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Ketua : Nuraida A1B211026
Anggota : Hera Handayani A1B211016
Iin Indriyanti A1B211015
Neng Yayu Lasmanawati A1B211005
Novi Lestari A1B211004

ADMINISTRASI NIAGA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
UNIVERSITAS SUBANG
2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ala yang


telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Dasar-Dasar Ilmu Sosial ”Memahami Manusia Sebagai Makhluk
Beretika dan Berestetika”. Tidak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan
kepada:
1. Bapak Drs. D. Yaceu Priyatna. M.AP selaku Dosen Pengampu mata kuliah
Dasar-Dasar Ilmu Sosial
2. Orang tua kami yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam
penyusunan makalah.
3. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam menyusun makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat membantu pembaca untuk menambah
pengetahuan. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan. Dengan demikian, Kami menerima kritik dan saran yang
membangun untuk penyempurnaan dalam penyusunan makalah di masa yang
akan datang.

Subang, 18 Desember 2021

Penulis

ii
iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .............................................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................................

DAFTAR ISI ..........................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN ....................................................................................................................

1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................

1.3 Tujuan Masalah ............................................................................................................

1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN .......................................................................................................................

2.1 Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya .............................................................

2.2 Apresiasi Kemanusiaan dan Kebudayaan .................................................................

2.3 Etika dan Estetika Kebudayaan ...............................................................................

BAB III

PENUTUP ...............................................................................................................................

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................

3.2 Saran ............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang memiliki kemampuan menciptakan


kebaikan, kebenaran, keadilan, dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk
berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan
hidupnya dengan menciptakan kebudayaan. Di samping itu, manusia mampu
menciptakan, mengkreasi, memperbaharui, memperbaiki, mengembangkan dan
meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia.

Kebutuhan manusia dalam hidup dibagi menjadi 5 tingkatan :

1. Kebutuhan fisiologis; Kebutuhan dasar, primer, dan vital. Menyangkut


fungsi-fungsi biologis dasar manusia, seperti makanan, pakaian, tempat
tinggal.
2. Kebutuhan rasa aman & perlindungan; Menyangkut perasaan, bebas dari
rasa takut, terlindung dari bahaya & ancaman penyakit, perang, kelaparan,
kemiskinan.
3. Kebutuhan sosial; kebutuhan untuk dicintai, diperhitungkan sebagai
pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama,
dan sebagainya
4. Kebutuhan akan penghargaan; kebutuhan untuk dihargai kemampuannya,
kedudukan, jabatan, status, dan pangkat.
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri; kebutuhan untuk memaksimalkan
penggunaan potensi-potensi diri, kemampuan, bakat, kreativitas, ekspresi
diri, dan prestasi.

Dengan akal budi, manusia tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup,
tetapi juga mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai makhluk yang

1
tinggi dibandingkan makhluk lain. Kebudayaan pada dasarnya adalah hasil akal
budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam maupun manusia lainnya.
Manusia merupakan makhluk berbudaya dan pencipta kebudayaan.

Pendidikan sebagai hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai


“motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah
memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan
memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa
pada umumnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas manusia pada
suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut,
begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi.
Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu “Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya?”


2. Apa itu “Apresiasi Kemanusiaan dan Kebudayaan?”
3. Apa itu “Etika dan Estetika Kebudayaan? “

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk memahami “Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya”.


2. Untuk memahami “Apresiasi Kemanusiaan dan Kebudayaan”.
3. Untuk memahami “Etika dan Estetika Kebudayaan”.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Sebagai Indentitas individu dan kelompok.

2. Pengendali perilaku masyarakat.

3. Pedoman intraksi sesama manusia.

4. Wadah menyalurkan perasaan tentang kehidupan.

5. Pedoman hidup manusia

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

a. Pengertian Manusia

Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens”


(Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi
(mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia
merupakan suatu organisme hidup (living organism). Terbentuknya pribadi
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan,
setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan. Tatkala seorang
bayi lahir, ia merasakan perbedaan suhu dan kehilangan energi, dan oleh karena
itu ia menangis, menuntut agar perbedaan itu berkurang dan kehilangan itu
tergantikan. Dari sana timbul anggapan dasar bahwa setiap manusia dianugerahi
kepekaan (sense) untuk membedakan (sense of discrimination) dan keinginan
untuk hidup. Untuk dapat hidup, ia membutuhkan sesuatu. Alat untuk memenuhi
kebutuhan itu bersumber dari lingkungan.

b. Pengertian Budaya

Budaya berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah yang merupakan


bentuk jamak dari kata buddhi yang berarti budi atau akal diartikan sebagai halhal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata


culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata
colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti

3
culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan
mengubah alam. Budaya mempunyai tiga unsur yang berada dalam diri manusia
dan saling melengkapi satu sama lain dalam satu kesatuan kebudayaan seutuhnya.
Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut.

a. Cipta
Cipta adalah akal pikiran yang di milik oleh manusia, sehingga
dengan akal pikiran tersebut manusia dapat berkreasi menuangkan
segala ide yang non kebendaan. Namun cipta yang ada dalam diri
manusia bersifat tidak universal dalam hal karya. Artinya dalam hal
keterampilan berkarya manusia tentu saja memiliki keahlian yang
berbeda-beda satu sama lain, seseorang yang terampil mengelola kayu
menjadi barang-barang meubel belum tentu terampil dalam hal olah
vocal, begitupun seorang penyanyi yang mahir melantunkan lagu-lagu
belum tentu dalam hal merancang busana dan sebagainya.
a. Rasa Rasa adalah tanggapan atau reaksi perasaan ketiak melihat
ataupun mendengar sesuatu satu bentuk karya, tanggapan ini dapat
berupa kepuasan, keterangan, kekaguman, kesedihan, ketidakpuasan
dan sebagainya. Selain dibekali kekuatan menciptakan manusia juga
di lengkapi dengan perasaan hingga hasil karya yang dibuatnya dapat
bernilai seni tinggi. Dengan adanya rasa yang di miliki oleh manusia
maka sudah tentu ia dapat membedakan mutu suatu karya cipta satu
dengan yang lain.
b. Karsa Karsa adalah kehendak, dorongan atau motivasi yang lahir dari
hasrat seseorang. Seseorang yang memiliki keterampilan luar bisa dan
perasaan yang begitu peka tidak akan berbuah apa-apa jika tidak
didasari keinginan dari orang tersebut. Karsa biasa saja berasal dari
diri, tersendiri atau bahkan dari orang lain yaitu berupa rangsangan
atau pengaruh yang diterima oleh daya nalar kita.

Ketiga unsur inilah yang mendasari manusia berbudaya, dengan adanya


unsur-unsur tersebut dalam diri manusia maka dapat di katakan bahwa manusia

4
adalah makhluk yang senantiasa memiliki kebudayaan. Antara manusia dan
masyarakat serta kebudayaan ada hubungan erat. Tanpa masyarakat, manusia dan
kebudayaan tidak mungkin berkembang layak. Tanpa manusia tidak mungkin ada
kebudayaan, tanpa manusia tidak mungkin ada masyarakat. Dalam diri manusia
wujud kebudayaan ada yang rohani misalnya adat istiadat dan ilmu pengetahuan.
Ada yang jasmani misalnya rumah dan pakaian. Buku adalah kebudayaan
jasmani, akan tetapi isi buku adalah kebudayaan rohani. Ilmu pengetahuan
merupakan unsur kebudayaan universal yang rohani.

Sebagai insan yang berkebudayaan maka sepatutnya manusia menjaga


citra di muka bumi ini bahkan budaya telah menjadikan manusia sebagai makhluk
beradab sekaligus telah mengantar manusia ke kasta tertinggi makhluk-makhluk
penghuni bumi yang lain yaitu sebagai yang paling sempurna di bandingkan
dengan yang lainnya.

Akan tetapi manusia sebagai makhluk budaya, budaya bukan berarti


bahwa manusia dibebaskan untuk berkarya apapun itu tanpa menilainya dari segi
norma maupun hukum. Budaya yang seperti ini adalah kebudayaan yang bersifat
merusak dan sangat berbahaya bagi keutuhan bangsa dan negara. Untuk itu
diperlukan kesadaran manusia sebagai makhluk budaya agar dalam berbudaya
memang teguh norma-norma yang berlaku agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.

Budaya bahkan dapat menambah rasa rasionalisme seseorang warga


negara Indonesia misalnya, memiliki kebudayaan yang amat sangat beraneka
ragam bentuk dan ciri khasnya yang tidak semua bangsa memilikinya. Hal ini
tentu saja merupakan kebanggaan tersendiri bangsa Indonesia yang akhirnya
berimbas pada tingginya nasionalisme para warga negara. Berikut pengertian
budaya adalah kebudayaan dari beberapa ahli:

a. E. B. Tylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang


meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan,

5
hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang
di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
b. R. Linton, Kebudayaan dapat sebagai konfigurasi tingkah laku yang
dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur
pembentuknya didukung dan diterapkan oleh anggota masyarakat
lainnya.
c. Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar. d.
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat e.
Herkovitas, kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang
diciptakan oleh manusia.

Dengan demikian, kebudayaan menyangkut keseluruhan aspek kehidupan


manusia baik material maupun non material. Sebagian besar ahli mengatakan
kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan
evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan
berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.

Dalam terminologi ,budaya merupakan sistem yang memiliki kesesuaian.


Kebudayaan meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum ,adat
istiadat, pembawaan lain yang diperoleh dari anggota masyarakat yang terbentuk
dari anggota masyarakat yang terbentuk dari pemahaman suatu bangsa

Dalam sudut terminologi ,manusia dapat dilihat dari berbagai macam


bidang ilmu seperti biologi. Dalam biologi manusia diartikan sebagai spesies
primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Di
dalam bidang antropologi kebudayaan, manusia lebih ditekankan terutama dalam
bidang konsep penciptaan dan penggunaan serta perkembangan teknologi.

Isi dari kepribadian manusia terdiri dari

a. Pengetahuan

6
Pengetahuan artinya gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang
mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan
pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Selain itu
pengetahuan adalah segala sesuatu yang mengisi akal dan jiwa seseorang
yang sadar, secara nyata terkandung di dalam otak manusia melalui
penerimaan panca inderanya serta alat penerima yang lain.
(Koentjaraningrat, 1986: 101-111).
b. Perasaan
Perasaan merupakan pengalaman subjektif secara sadar mengenai emosi.
Unsur perasaan muncul karena dipengaruhi oleh pengetahuan manusia,
maka kesadaran manusia yang tidak ditimbulkan oleh pengaruh
pengetahuan manusia melainkan karena sudah terkandung dalam
organismenya disebut sebagai naluri.
c. Dorongan Naluri.
Naluri merupakan suatu pola perilaku dan reaksi terhadap suatu
rangsangan tertentu yang tidak dipelajari tapi telah ada sejak kelahiran
suatu makhluk hidup dan diperoleh secara turun-temurun. Dalam
psikoanalisis, naluri dianggap sebagai tenaga psikis bawah sadar yang
dibagi atas naluri kehidupan (eros) dan naluri kematian (thanos).
Sehubungan dengan naluri tersebut, kemauan yang sudah merupakan
naluri pada tiap manusia disebut sebagai “dorongan” (drive), maka
disebut juga sebagai dorongan naluri. Macam-macam dorongan naluri
manusia , antara lain adalah:
1) Dorongan untuk mempertahankan hidup
2) Dorongan sex
3) Dorongan untuk usaha mencari makan
4) Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia
5) Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya

7
6) Dorongan untuk berbakti
7) Dorongan akan keindahan, dalam arti keindahan bentuk, warna,
suara, atau gerak.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk


yang memiliki ciri tertentu dan memiliki tingkat intelektual yang tinggi dan
membutuhkan orang lain atau makhluk sosial .

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah
suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.
Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosiobudaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-


anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan
dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling
bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.

Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang


koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya
meramalkan perilaku orang lain.

Selain itu terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu:

a. Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan dan sebagainya.


Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran
masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup.
b. Aktivitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial
terdiri atas aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi,
berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu
mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini
bersifat nyata atau konkret.

8
c. Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktivitas perbuatan
dan karya manusia dalam masyarakat.
4. Hubungan manusia dan kebudayaan\
Dipandang dari sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dari 2 segi.
yaitu:
a. Manusia sebagai makhluk biologis
b. Manusia sebagai makhluk sosio-budaya

Sebagai mahluk biologi, manusia di pelajari dalam ilmu biologi atau


anatomi; dan sebagai mahluk sosio-budaya manusia dipelajari dalam antropologi
budaya. Antropologi budaya menyelidiki seluruh cara hidup manusia, bagaimana
manusia dan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah lingkungan
berdasarkan pengalamannya juga memahami dan melukiskan kebudayaan yang
terdapat dalam masyarakat manusia.

Akhirnya terdapat konsepsi tentang kebudayaan manusia yang


menganalisa masalah-masalah hidup sosial-kebudayaan manusia. Konsepsi
tersebut ternyata memberi gambaran kepada kita bahwasanya hanya manusialah
yang mampu berkebudayaan. Sedang pada hewan tidak memiliki kemampuan
tersebut. Mengapa hanya manusia saja yang memiliki kebudayaan? Hal ini
dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang semuanya
itu bersumber pada akal manusia.

2.2 Apresiasi Kemanusiaan dan Kebudayaan

1. Perwujudan Kebudayaan

Kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide


atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang di ciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata.

J.J. Hoeningman membagi wujud kebudayaan menjadi tiga yaitu :

9
a. Gagasan (wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah
kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide, gagasan, nilai, norma,
peraturan dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat di raba
atau di sentuh.
b. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai
suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
c. Artefak (karya) Wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari
aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat di raba, di lihat dan
didokumentasikan. Sifatnya konkret di antara ketiga wujud
kebudayaan.

Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan menjadi tiga pula, yaitu :

a. Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-


norma dan peraturan lain.Wujud tersebut menunjukan ide dari
kebudayaan, sifatnya abstrak tak dapat di raba, di pegang, ataupun di foto,
dan tempatnya ada di dalam pikiran warga masyarakat di mana
kebudayaan yang bersangkutan itu hidup.
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud tersebut dinamakan
sistem sosial, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari
manusia itu sendiri. Wujud ini bisa di observasi, di foto dan
didokumentasikan karena dalam sistem sosial ini terdapat
aktivitasaktivitas manusia yang berinteraksi.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini
di sebut pula kebudayaan fisik. Di mana wujud ini hampir seluruhnya
merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan dan karya semua manusia
dalam masyarakat.
Berdasarkan penggolongan wujud budaya di atas kita dapat
mengelompokkan budaya menjadi dua, yaitu:

10
a. Budaya yang Bersifat Abstrak Budaya yang bersifat abstrak ini
letaknya ada di dalam alam pikiran manusia, misalnya terwujud dalam
ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma, peraturan-peraturan, dan cita-
cita. Jadi budaya yang bersifat abstrak adalah wujud ideal dari
kebudayaan. Ideal artinya sesuatu yang menjadi cita-cita atau harapan
bagi manusia sesuai dengan ukuran yang telah menjadi kesepakatan.
b. Budaya yang Bersifat konkret Wujud budaya yang bersifat konkret
berpola dari tindakan atau peraturan dan aktivitas manusia di dalam
masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati dan disimpan.

Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem sosial dan


fisik, yang terdiri atas:

a. perilaku,
bahasa dan materi.Perilaku Perilaku adalah cara bertindak atau
bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap perilaku manusia
dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of
behavior) masyarakatnya.
b. Bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan
dengan suara (vokal) dan ditangkap dengan telinga (auditory).
Ralp Linton mengatakan salah satu sebab paling penting dalam
melambangkan budaya sampai mencapai ke tingkat seperti
sekarang ini adalah pemakaian bahasa. Bahasa berfungsi sebagai
alat berpikir dan berkomunikasi. Tanpa kemampuan berpikir dan
berkomunikasi budaya tidak akan ada.
c. Materi Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan
manusia. Bentuk materi misalnya pakaian, perumahan, kesenian,
alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi, dan alat transportasi.

Unsur-unsur materi dalam budaya dapat diklasifikasikan dari yang kecil


hingga ke yang besar adalah sebagai berikut:

11
a. Items, adalah unsur yang paling kecil dalam budaya.
b. Trait, merupakan gabungan dari beberapa unsur terkecil
c. Kompleks budaya, gabungan dari beberapa items dan trait
d. Aktivitas budaya, merupakan gabungan dari beberapa
kompleks budaya.

Gabungan dari beberapa aktivitas budaya menghasilkan unsur-unsur


budaya menyeluruh (culture universal). Terjadinya unsur-unsur budaya tersebut
dapat melalui discovery (penemuan atau usaha yang disengaja untuk menemukan
halhal baru).

A. Substansi Utama Budaya


Substansi utama budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan
hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang
terpenting adalah sistem pengetahuan, nilai, dan pandangan hidup .
a. Sistem Pengetahuan
Para ahli menyadari bahwa masing-masing suku bangsa di dunia memiliki
sistem pengetahuan tentang: Alam sekitar, Alam flora dan fauna, Zat-zat
manusia, Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia, Ruang dan waktu.
Unsur-usur dalam pengetahuan inilah yang sebenarnya menjadi materi
pokok dalam dunia pendidikan di seluruh dunia.
b. Nilai
Menilai berarti menimbang, yaitu kegiatan manusia untuk
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk dijadikan
pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat
menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik
atau buruk, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa manusia. Sesuatu
dikatakan mempunyai nilai apabila berguna dan berharga (nilai
kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai
agama). Prof. Dr. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu:
- Nilai material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi manusia

12
- Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
mengadakan kegiatan dan aktivitas
- Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani
manusia.
c. Pandangan Hidup
Pandangan hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat dan dipilih secara selektif oleh individu, kelompok atau suatu
bangsa. Pandangan hidup suatu bangsa adalah kristalisasi nilainilai yang
dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya, dan
menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.

Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa manusia sebagai makhluk yang


paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai kewajiban
dan tanggung jawab untuk mengelola bumi.

Oleh karena itu untuk menjadi manusia yang berbudaya, harus memiliki
ilmu pengetahuan, teknologi, budaya dan industrialisasi serta akhlak yang tinggi
(tata nilai budaya) sebagai suatu kesinambungan yang saling bersinergi.

Disinilah peran manusia sebagai makhluk yang diberi kelebihan dalam


segala hal, untuk dapat memanfaatkan segala fasilitas yang disediakan oleh Allah
SWT melalui alam ini. Sehingga dengan alam tersebut manusia dapat membentuk
suatu kebudayaan yang bermartabat dan bernilai tinggi. Namun perlu
digarisbawahi bahwa setiap kebudayaan akan bernilai tatkala manusia sebagai
masyarakat mampu melaksanakan norma-norma yang ada sesuai dengan tata
aturan agama.

2.3 Etika dan Estetika Kebudayaan

1. Etika Manusia dalam Berbudaya

Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Secara etimologis, etika
adalah ajaran tentang baik–buruk, yang diterima umum atau tentang sikap,
perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Etika bisa disamakan artinya dengan moral

13
(mores dalam bahasa latin), akhlak, atau kesusilaan. Etika berkaitan dengan
masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah–masalah yang
berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk. Dalam hal
ini, etika termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan nilai etika itu sendiri berkaitan
dengan baik–buruk perbuatan manusia.

Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada


tiga jenis makna etika sebagai berikut :

a. Etika dalam arti nilai–nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.
b. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud disini
adalah kode etik)
c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk .
Disini etika sama artinya dengan filsafat moral.

Etika sebagai nilai dan norma etik atau moral berhubungan dengan makna
etika yang pertama. Nilai–nilai etik adalah nilai tentang baik buruk kelakuan
manusia. Nilai etik diwujudkan kedalam norma etik, norma moral, norma
kesusilaan.

Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu karena


menyangkut kehidupan pribadi. Pendukung norma etik adalah nurani individu dan
bukan manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat yang
terorganisir. Norma ini dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup pribadi dan
mencegah kegelisahan diri sendiri.

Norma etik ditujukan kepada umat manusia agar tebentuk kebaikan akhlak
pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan
perbuatan jahat. Membunuh, berzina, mencuri, dan sebagainya. Tidak hanya
dilarang oleh norma kepercayaan atau keagamaan saja, tetapi dirasakan juga
sebagai bertentangan dengan (norma) kesusilaan dalam setia hati nurani manusia.
Norma etik hanya membebani manusia dengan kewajiban–kewajiban saja.

2. Estetika Manusia dalam Berbudaya

14
Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni.
Estetika berkaitan dengan nilai indah–jelek (tidak indah). Nilai estetika berarti
nilai tentang keindahan. Keindahan dapat diberi makna secara luas, secara
sempit, dan estetik murni.

a. Secara luas keindahan mengandung ide kebaikan, bahwa segala


sesuatunya yang baik termasuk yang abstrak maupun nyata yang
mengandung ide kebaikan adalah indah. Keindahan dalam arti luas
meliputi banyak hal, seperti watak yang indah, hukum yang indah, ilmu
yang indah, dan kebajikan yang indah. Indah dalam arti luas mencakup
hampir seluruh yang ada apakah merupakan hasil seni, alam, moral,
dan intelektual.
b. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup persepsi
penglihatan (bentuk dan warna).
c. Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam
hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui
penglihatan, pendengaran perabaan dan perasaan, yang semuanya dapat
menimbulkan persepsi (anggapan) indah.

Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai
tentang baik–buruk, sedangkan estetika berkaitan dengan hal yang indah–jelak.
Sesuatu yang estetik berarti memenuhi unsur keindahan (secara estetik murni
maupun secara sempit, baik dalam bentuk, warna, garis, kata, ataupun nada).
Budaya yang estetik berarti budaya tersebut memiliki unsur keindahan.

Apabila nilai etik bersifat relatif universal, dalam arti bisa diterima banyak
orang, namun nilai estetik amat subjektif dan partikular. Sesuatu yang indah bagi
seseorang belum tentu indah bagi orang lain. Misalkan dua orang memandang
sebuah lukisan. Orang yang pertama akan mengakui keindahan yang terkandung
dalam lukisan tersebut, namun bisa jadi orang kedua sama sekali tidak
menemukan keindahan di lukisan tersebut.

15
Oleh karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang lain.
Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah lukisan
sebagaimana pandangan kita. Nilai–nilai estetik lebih bersifat perasaan, bukan
pernyataan.

Budaya sebagai hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk


memenuhi unsur keindahan. Manusia sendiri memang suka akan keindahan.Di
sinilah manusia berusaha berestetika dalam berbudaya. Semua kebudayaan
pastilah dipandang memiliki nilai–nilai estetik bagi masyarakat pendukung
budaya tersebut. Hal–hal yang indah dan kesukaannya pada keindahan
diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.

Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang dipandang indah oleh
masyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain.
Contohnya, budaya suku–suku bangsa Indonesia. Tarian suatu suku berikut penari
dan pakaiannya mungkin dilihat tidak ada nilai estetikanya, bahkan dipandang
aneh oleh warga dari suku lain, demikian pula sebaliknya.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas maka kami dapat mengambil beberapa


kesimpulan yaitu:

1. Manusia adalah mahluk berbudaya. Manusia sebagai makhluk yang


berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan
akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang
membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar
dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan
kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar
manusia berbudaya.
2. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, intelegensi, intuisi,
perasaan, emosi, kemauan, fantasi, dan perilaku. Budaya adalah suatu cara
hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok
orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Dan seiring dinamika
pergaulan manusia sebagai makhluk budaya tentunya akan menimbulkan
berbagai problema dalam kehidupan manusia
3. Kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide
atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang di ciptakan oleh
manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan
bendabenda yang bersifat nyata.
4. Substansi utama budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan hidup,
kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang terpenting
adalah sistem pengetahuan, nilai, dan pandangan hidup.
5. Etika adalah ajaran tentang baik–buruk, yang diterima umum atau
tentang sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Etika bisa

17
disamakan artinya dengan moral (mores dalam bahasa latin), akhlak, atau
kesusilaan. Etika berkaitan dengan masalah nilai, karena etika pada
pokoknya membicarakan masalah–masalah yang berkaitan dengan
predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk.
6. Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni.
Estetika berkaitan dengan nilai indah–jelek (tidak indah). Nilai estetika
berarti nilai tentang keindahan. Keindahan dapat diberi makna secara
luas, secara sempit, dan estetik murni.

3.2 Saran

Makalah ini berisi materi dari kajian pustaka yang bertujuan untuk menambah
wawasan dan sebagai acuan dalam pembelajaran. Namun, makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan sebagai mana manusia yang tidak luput dari kesalahan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
kesempurnaan makalah-makalah selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://repository.unikom.ac.id/44909/1/2%20Manusia%20sebagai
%20Makhluk%20Berbudaya.pdf

http://myunanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/
70607/02+MANUSIA+SEBAGAI+MAHLUK+BUDAYA.pdf

https://ilmu.lpkn.id/2021/01/05/memahami-etika-dan-estetika-manusia-
dalam-berbudaya/

19

Anda mungkin juga menyukai