Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN

"HAKIKAT MANUSIA DALAM KAJIAN FILSAFAT MANUSIA


SEBAGAI MAKHLUK BERBUDAYA MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
RELIGIUS"

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:


 FEDRY FRANSYAH SINURAT (NIM: 3223122025 )
 CLARA KARTIKA BAIDURI (NIM: 3223122017)
 AYU CHINTYA (NIM: 3223122019)
 FADILA HUSNA HALAWA (NIM: 3221122019)

Dosen: Drs. Arifin Siregar,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatulahi wabarakatuh,Salam sejahtera,Om Swastiastu,


Namo Buddhaya, Salam kebajikan. Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya yang selalu memberikan kesehatan, kekuatan,
ketabahan, kesabaran, kecukupan dan selalu menyertai dan menolong penulis
sehingga makalah dengan judul “Hakikat Manusia Dalam Kajian Filsafat Manusia
Sebagai Makhluk Berbudaya Makhluk Sebagai Makhluk Religius”, dengan baik
dan diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam proses penyelesaian makalah ini,
penulis banyak mendapat bantuan berupa sumber-sumber yang terkait. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Drs. Arifin Siregar M.Pd.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Pengantar Antropologi. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan
agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempuraan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca.

Medan, Agustus 2022

Penulis
i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................... i
Daftar Isi..................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................ iii


A. Latar Belakang..................................................................... iii
B. Rumusan Masalah................................................................ iii
C. Tujuan................................................................................. iii

BAB 2 KAJIAN TEORI................................................................... 1


1. Pengertian Hakikat Manusia................................................... 1
2. Pengertian Budaya Menurut Para Ahli ..................... 3
3. Pengertian Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Religius............ 5

BAB 3 PEMBAHASAN.................................................................... 6
A.Pengertian Manusia Sebagai Berbudaya.................................. 6
B. Pengertian Manusia Sebagai Religius...................................... 9

BAB 4 PENUTUP................................................................... 13
Kesimpulan............................................................................. 13

Daftar Pustaka.............................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehidupan manusia sangatlah kompleks, begitu pula dengan hubungan yang
terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut terjadi antara manusia
dengan makhluk hidup di sekitarnya serta dengan Sang Pencipta. Maka setiap
hubungan tersebut haruslah berjalan dengan seimbang.

Manusia sebagai makhluk sosial harus bersosialisasi sebagai bentuk interaksi


sosial. Dengan berlandaskan ketuhanan sehingga manusia tersebut dapat
membedakan antara hak dan yang bathil. Sehingga norma-norma dalam
masyarakat berjalan dengan seimbang dan dapat diimplementasikan di masyarakat.

Dengan demikian, kualitas manusia akan menentukan kebudayaan yang tinggi.


Karena kebudayaan merupakan hasil dari pendidikan suatu negara.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan definisi manusia sebagai makhluk berbudaya!
2. Jelaskan manusia sebagai makhluk religius!

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Memahami hakikat manusia
2. Melakukan ibadah dengan baik, karena telah memahami hakikat manusia.
3. Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas filsafat pendidikan tentang
berbudaya serta sebagai bahan atau referensi bagi pembaca untuk menambah
wawasan yang mencakup manusia sebagai makhluk budaya.

iii
BAB 2
KAJIAN TEORI

1. PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA

Manusia adalah makhluk bertanya, ia mempunyai hasrat untuk


mengetahui segala sesuatu. Atas dorongan hasrat ingin tahunya, manusia
tidak hanya bertanya tentang berbagai hal yang ada di luar dirinya, tetapi
juga bertanya tentang dirinya sendiri. Dalam rentang ruang dan waktu,
manusia telah dan selalu berupaya mengetahui dirinya sendiri. Hakikat
manusia dipelajari melalui berbagai pendekatan (common sense, ilmiah,
filosofis, religi) dan melalui berbagai sudut pandang (biologi, sosiologi,
antropobiologi, psikologi, politik).
Dalam kehidupannya yang riil manusia menunjukkan keragaman dalam
berbagai hal, baik tampilan fisiknya, strata sosialnya, kebiasaannya,
bahkan sebagaimana dikemukakan di atas, pengetahuan tentang manusia
pun bersifat ragam sesuai pendekatan dan sudut pandang dalam
melakukan studinya. Alasannya bukankah karena mereka semua adalah
manusia maka

harus diakui kesamaannya sebagai manusia? (M.I. Soelaiman, 1988).


Berbagai kesamaan yang menjadi karakteristik esensial setiap manusia
ini disebut pula sebagai hakikat manusia, sebab dengan karakteristik
esensialnya itulah manusia mempunyai martabat khusus sebagai
manusia yang berbeda dari yang lainnya. Contoh: manusia adalah
animal rasional, animal symbolicum, homo feber, homo sapiens, homo
sicius, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa pengertian


hakikat manusia adalah seperangkat gagasan atau konsep yang mendasar
tentang manusia dan makna eksistensi manusia di dunia. Pengertian
hakikat manusia berkenaan dengan “prinsip adanya” (principe de’etre)
manusia. Dengan kata lain, pengertian hakikat manusia adalah
seperangkat gagasan tentang “sesuatu yang olehnya” manusia memiliki
karakteristik khas yang memiliki sesuatu martabat khusus” (Louis
Leahy, 1985). Aspek-aspek hakikat manusia, antara lain berkenaan
dengan asal-usulnya (contoh: manusia sebagai makhluk Tuhan), struktur
metafisikanya (contoh: manusia sebagai kesatuan badan-ruh), serta
karakteristik dan makna eksistensi manusia di dunia (contoh: manusia
sebagai makhluk individual, sebagai makhluk sosial, sebagai makhluk
berbudaya, sebagai makhluk susila, dan sebagai makhluk beragama).

2.. PENGERTIAN BUDAYA MENURUT PARA AHLI

A. Pengertian Budaya
Budaya merupakan bentuk majemuk dari kata budi-daya yang berarti
cipta, karsa, dan rasa. Budaya berasal dari bahasa sansekerta “budhayah”
yang berarti budi dan akal. Budaya dalam bahasa belanda yaitu
“culturur”. Dalam bahasa inggris “culture”. Sedangkan dalam bahasa
latin dari kata “colera”. Colera berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan serta mengembangkan tanah (bertani). Dengan demikian
pengertian budaya adalah segala aktifitas manusia untuk mengolah dan
mengubah alam.

Adapun pandangan ahli-ahli mendefinisikan pengertian budaya sebagai


berikut:

▫️E.B Taylor :1871


Bahwa budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat
istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari
manusia sebagai anggota masyarakat.
3

▫️Linton 1940

Budaya adalah keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku


yang merupakankebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota
masyarakat.

▫️Koentjaraningrat 1979

Budaya adalah keseluruhan system gagasan, tindakan, hasil karya


manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.

Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta rasa manusia . Manusia


menghasilkan budaya yang mempunyai nilai etika dan estetika . Budaya
dapat juga digunakan sebagai identitas suatu masyarakat seperti pakaian
adat,senjata tradisional maupun makanan itu semua dapat dikatakan
budaya karna berasal dari manusia dan sudah ada sejak turun temurun.
Budaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia karna budaya
mempengaruhi sikap dan pola pikir masyarakat.

4
3. PENGERTIAN HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK
RELIGIUS

Manusia yang percaya kepada Tuhan sebagai pencipta dari alam


semesta dan mahluk hidup didunia.Hanya manusia sajalah makhluk di
muka bumi ini yang memiliki sifat-sifat religius. Religius adalah bersifat
religi, keagamaan, nilai-nilai kerohanian yang tertinggi yang bersumber
dari keyakinan dan agama yang dianutnya.

Hanya manusia juga di muka bumi ini yang memiliki keyakinan dan
agama. Hewan tidak memiliki keyakinan dan agama.

Berabad-abad lamanya manusia bertanya tentang dirinya dan adanya


dunia dari mana, dan karena kemampuannya dikaruniai akal budi dan
pikirannya hingga memeroleh suatu jawaban bahwa dunia dan isinya ada
karena ada juga yang mengadakan dan menciptakannya.

Di dalam masyarakat yang masih asing, hidup di pedalaman secara


alami, jauh dari keramaian dan peradaban modern, mereka
menggunakan bahasa isyarat setempat, bertempat tinggal, berpakaian
mencari makan, menggunakan peralatan yang sederhana.

BAB 3
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MANUSIA SEBAGAI MAKLUK
BERBUDAYA

Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk


yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya
sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu
berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan. Manusia
memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan, hidup
berbudaya, dan membudaya. Kebudayaan bertautan dengan kehidupan
manusia sepenuhnya, kebudayaan menyangkut sesuatu yang nampak
dalam bidang eksistensi setiap manusia. Manusia tidak terlepas dari
kebudayaan, bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena bersama
kebudayaannya
(C. A. Van Peursen, 1957). Sejalan dengan ini, Ernst Cassirer
menegaskan bahwa "manusia tidak menjadi manusia karena sebuah
faktor di dalam dirinya, seperti misalnya naluri atau akal budi,
melainkan fungsi kehidupannya, yaitu pekerjaannya, kebudayaannya.
Demikianlah kebudayaan termasuk hakikat manusia" (C.A. Van
Peursen, 1988).

Sebagaimana dinyatakan di atas, kebudayaan memiliki fungsi positif


bagi kemungkinan eksistensi manusia, namun demikian apabila manusia
kurang bijaksana dalam mengembangkannya, kebudayaanpun dapat
menimbulkan kekuatan-kekuatan yang mengancam eksistensi manusia.
Contoh: dalam perkembangan kebudayaan yang begitu cepat, sejak abad
yang lalu kebudayaan disinyalir telah menimbulkan krisis antropologis.
Martin Buber, antara lainSebagaimana dinyatakan di atas, kebudayaan
memiliki fungsi positif bagi kemungkinan eksistensi manusia, namun
demikian apabila manusia kurang bijaksana dalam mengembangkannya,
kebudayaanpun dapat menimbulkan kekuatan-kekuatan yang
mengancam eksistensi manusia. Contoh: dalam perkembangan
kebudayaan yang begitu cepat, sejak abad yang lalu kebudayaan
disinyalir telah menimbulkan krisis antropologis. Martin Buber, antara
lain mengemukakan keterhukuman manusia oleh karyanya sendiri.
Manusia menciptakan mesin untuk melayani dirinya, tetapi akhirnya
manusia menjadi pelayan mesin. Demikian pula dalam bidang ekonomi,
semula manusia berproduksi untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi
akhirnya manusia tenggelam dan dikuasai produksi (Ronald Gregor
Smith, 1959).

Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kodrat dinamika


pada diri manusia mengimplikasikan adanya perubahan dan
pembaharuan kebudayaan. Hal ini tentu saja didukung pula oleh
pengaruh kebudayaan masyarakat atau bangsa lain terhadap kebudayaan
masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, mengingat adanya dampak
positif dan negatif dari kebudayaan terhadap manusia, masyarakat
kadang-kadang terombang-ambing di antara dua relasi kecenderungan.
Di satu pihak ada yang mau melestarikan bentuk-bentuk lama (tradisi),
sedangkan yang lain terdorong untuk menciptakan hal-hal baru
(inovasi). Ada pergolakan yang tak kunjung reda antara tradisi dan
inovasi. Hal ini meliputi semua kehidupan budaya (Ernst Cassirer,
1987).

B. PENGERTIAN MANUSIA SEBAGAI MAKLUK


RELIGIUS(AGAMA)

Religius berasal dari kata Religi yang diartikan sebagai agama.


Religius adalah sifat yang menyangkut keagamaan. Orang yang religius
adalah orang yang menunjukkan kepercayaan dan penghormatan kepada
Tuhan.Aspek keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial
eksistensi manusia yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau
keyakinan akan kebenaran suatu agama yang diwujudkan dalam sikap
dan perilaku. Hal ini terdapat pada manusia manapun baik dalam rentang
waktu (dulu-sekarang-akan datang) maupun dalam rentang geografis
tempat manusia berada. Keberagamaan menyiratkan adanya pengakuan
dan pelaksanaan yang sungguh atas suatu agama. Adapun yang
dimaksud dengan agama ialah "satu sistem credo (tata keimanan atau
keyakinan) atas adanya sesuatu yang mutlak di luar manusia; satu sistem
ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya mutlak itu;
dan satu sistem norma (tata kaidah) yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia dan alam lainnya yang sesuai dan sejalan dengan tata
keimanan dan tata peribadatan termaksud di atas (Endang Saifuddin
Anshari, 1982).
9

Seperti telah kita maklumi dari uraian terdahulu, manusia memiliki


potensi untuk mampu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. Di
lain pihak, Tuhan pun telah menurunkan wahyu melalui utusan
utusanNya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk
dipikirkan oleh manusia agar manusia beriman dan bertakwa
kepadaNya. Manusia hidup beragama karena agama menyangkut
masalah-masalah yang bersifat mutlak maka pelaksanaan keberagamaan
akan tampak dalam kehidupan sesuai agama yang dianut masing-masing
individu. Hal ini baik berkenaan dengan sistem keyakinannya, sistem
peribadatan maupun pelaksanaan tata kaidah yang mengatur hubungan
manusia dengan Tuhannya, hubungan manusia dengan manusia serta
hubungan manusia dengan alam.

Dalam keberagamaan ini manusia akan merasakan hidupnya menjadi


bermakna. Tata cara hidup dalam berbagai aspek kehidupannya, jelas
pula apa yang menjadi tujuan hidupnya sebagai berikut.

a. Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural


dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat yang
mulia.

10

b. Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yang luar biasa


dan tidak dapat dijelaskan: kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan
telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yang
bebas kepadanya dunia alam world of nature, sejarah, dan masyarakat
sepenuhnya bergantung serta terus menerus.

c. Manusia adalah makhluk yang sadar. Ini adalah kualitasnya yang


paling menonjol. Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yang
menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap
rahasia.

11

BAB 4
PENUTUP

*KESIMPULAN
Hakikat manusia harus dipandang secara utuh, manusia merupakan
makhluk tuhan yang paling sempurna, karena ia dibekali akal budi.
Manusia memiliki harkat dan derajad yang tinggi. Harkat adalah
nilai sedangkan derajat adalah kedudukan. Pandangan demikian
berlandaskan pada ajaran agama yang diyakini oleh manusia sendiri.
Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan hal tersebut, maka
prinsip kemanusiaan berbicara, prinsip kemanusiaan mangandung arti
adanya penghargaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat
manusia yang luhur itu, semua manusia adalah luhur, karena itu
manusia tidak harus dibedakan perlakuannya hanya karea perbedaan
suku, ras, keyakinan, status sosial ekonomi, asal usul dan
sebagainya.
13

Manusia merupakan makhluk individu, makhluk berbudaya, dan


makhluk religious. Manusia berkedudukan sebagai makhluk individu
artinya manusia itu sendiri (pribadi), makan, minum, tidur, dll.
Kemudian Manusia disebut sebagai mahluk berbudaya karena manusia
memiliki akal dan budi atau pikiran dan perasaan. Dengan akal dan budi
manusia berusaha terus menciptakan benda-benda baru untuk memenuhi
tuntutan jasmani dan rohani yang akhirnya menimbulkan kebahagiaan.
Hakikat manusia sebagai makluk budaya adalah penerapan sikap dan
pola pikir dalam kehidupan sehari hari berdasarkan kebudayaan yang
sudah turun temurun sejak dulu. Selanjutnya manusia dikatakan sebagai
makhluk religious ditunjukan dengan adanya pola fikir manusia tentang
siapa sebenarnya yang menciptakan saya. Dari sini timbul jawaban
bahwa yang menciptakan saya adalah tuhan, sehingga lahirlah suatu
kepercayaan/keyakinan (agama).

14

DAFTAR PUSTAKA

Sumber web:
https://onlinelearning.uhamka.ac.id/mod/resource/view.php?id=272078#:~:text=
%E2%80%9CMANUSIA%20SEBAGAI%20MAKHLUK%20YANG
%20BERBUDAYA,MENCIPTAKAN%20KEBAIKAN%2C%20KEBENARAN
%20DAN%20KEADILAN
https://www.kompasiana.com/riandryrr/5f1583fd097f361b607ddac4/hakikat-
manusia-sebagai-makhluk-religius

https://www.academia.edu/31291722/
HAKIKAT_MANUSIA_SEBAGAI_MAKHLUK_BUDAYA_docx

15

Anda mungkin juga menyukai