MK.ANTROPOLOGI SOSIAL
BUDAYA
PRODI S1 PENDIDIKAN
ANTROPOLOGI
SKOR NILAI:
Disusun Oleh :
Kelompok :kelompok 2
Kelas : C Reguler 2022
Dosen Pengampu : Dr. Rosramadhana, S.Pd., M.Si
Zanrison naibaho M.Si
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
karunia-Nya krena telah memberikan kami kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan salah satu tugas KKNI Yaitu Rekayasa Ide tentang ADAPTASI
UGAMO PARMALIM DI KOTA MEDAN, Pada Mata kuliah Antropologi sosial
budaya.Rekayasa ide ini kami buat semaksimal mungkin dan kami berterimakasih
atas berbagai dukungan dari berbagai pihak keluarga, teman seperjuangan dan
Terutama Dosen Pengampu mata pelajaran.
Terlepas dari itu semua, kami sangat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi bahasa, susunan kalimat ataupun sistematisnya. Oleh
Kerena itu kami meminta para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun agar dapat laporan rekayasa ide ini bisa lebih bagus lagi.
Akhir kata kami berharap semoga Rekayasa Ide tentang ADAPTASI UGAMO
PARMALIM DI KOTA MEDAN, bermanfaat untuk para pembaca dan menambah
pengetahuan serta wawasan. Terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR ISI......................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................5
A. a.Rasionalisasi permasalahan/isu yang di bahas dalam TRI .....................5
B. b.Tujuan TRI ............................................................................5
C. c.Manfaat TRI ...........................................................................5
BAB IV PENUTUP................................................................................8
A. Kesimpulan...............................................................................8
B. Rekomendasi.............................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................9
iii
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi permasalahan
B. Tujuan TRI
1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Antropologi sosial budaya.
2. Untuk memberikan gambaran mengenai rekayasa ide ugamo parmalim
dengan berbagai permasalahan dan solusi yang di bahas.
3. Mengetahui bagaimana penerapan rekayasa ide ini dalam kehidupan
sehari-hari sehingga dapat diambil manfaatnya.
C. Manfaat TRI
1.Manfaat Bagi Penulis
Rekayasa ide ini ini diharapkan dapat melatih penulis dalam
mengeluarkan ide dansisi kreatif nya sehingga menyumbang suatu manfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai masalah yang
timbul dari keberadaan ugamo parmalim.
BAB II
5
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
A. Permasalahan Umum
Agama adalah keyakinan yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat pemeluknya.
Keyakinan akan kepemilikan terhadap agama ini sudah melekat dari nenek moyang
masyarakat terdahulu hingga saat ini yang disosialisasikan secara turun temurun, dan
selama ada masyarakat agama akan tetap ada. Sumatera Utara memiliki banyak etnik
misalnya Batak Toba, Karo, Melayu, Nias dan masih banyak lagi. Diantara suku
bangsa yang melakukan migrasi ke Medan, salah satunya adalah suku bangsa Batak
Toba, sebagian dari suku bangsa Batak Toba itu sendiri masih menganut Ugamo
Malim atau Parmalim.
Kata Parmalim berasal dari bahasa Batak Toba yang terdiri dari dua kata yaitu: par-
yang berarti pengikut dan kata malim mempunyai arti suci. Dengan demikian
Parmalim dapat diartikan sebagai pengikut ajaran kesucian (hamalimon) pada
masyarakat Batak Toba. Ciri kehidupan kelompok masyarakat parmalim ini ditandai
dengan penekanan yang begitu kuat terhadap adat dan budaya. Cara berpakaian dan
aturan kehidupan bersumber dari hukum adat yang diyakini diturunkan oleh Mulajadi
na Bolon. Nilai-nilai modernitas dan globalitas tidak meruntuhkan pola hidup mereka
yang menekankan kepada pola hidup yang tradisional.
Dalam kehidupan bersosial, kerapkali parmalim kurang mendapat perhatian baik dari
pemerintah maupun dari masyarakat setempat. Penganut gereja arus utama sering
menjustifikasi parmalim sebagai kelompok masyarakat yang menyembah roh nenek
moyang atau sipelebegu. Oleh sebab itu penulis akan meneliti mengenai eksistensi
atau keberadaan Agama Malim mempertahankan adat dan budaya Batak Toba
ditengah-tengah kehidupan masyarakat di zaman modern masa kini. berbagai strategi
adaptasi dilakukan oleh penganut Agama Malim di kota Medan untuk
mempertahankan kepercayaan tersebut dikarenakan berbagai penganut agama lain
yang lebih modern di kota Medan. Walaupun di era gempuran berbagai penganut
agama lainnya agama Malim tetap melakukan berbagai aktivitas agama, sosial,
budaya, dan ekonomi sesuai dengan kebiasaan yang lakukan sehari-hari. Mereka tidak
terpengaruh dan tidak merasa terganggu oleh penganut agama lain.
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN
6
Strategi adaptasi penganut agama Malim dapat dilihat dari keberadaan penganut
agama Malim di kota Medan yang masih tetap menjalankan/melaksanakan ritual
agama Malim tanpa mengubah tata cara pelaksanaannya seperti apa yang mereka
peroleh dari daerah asal. Meskipun penganut agama Malim tidak memiliki misi untuk
menyebarluaskan ajaran agamanya, hanya tetap berusaha bertahan dan memegang
teguh nilai-nilai adat Batak Toba dan mereka ingin selalu mempertahankan agama
parmalim dan berharap kepada muda_mudi mereka untuk tidak meninggalkan agama
malim.Keberatahanan penganut agama Malim terhadap agama Malim karena adanya
kesadaran dan keyakinan mereka terhadap Debata Mulajadi Na Bolon. Walaupun
sudah tinggal di tempat yang sudah berkelompok etnis berbeda dan agama yg berbeda
Parmalim tetap merupakan kelompok masyarakat minoritas.bagi mereka itu bukan lh
penghalang untuk mempertahankan agama mereka . contoh mereka tetap pelaksanaan
upacara keagamaan dimana laki-laki yang sudah menikah mengenakan sorban di
kepala, juga sarung dan selendang Batak atau ulos. Sementara perempuan memakai
sarung, juga mengonde rambut mereka. Penggunaan pakaian seperti ini menurut
mereka adalah merupakan perwujudan rasa hormat dalam menyampaikan pujian dan
persembahan yang dilakuakn dengan hati suci atau hamalimon terhadap Debata
Mulajadi Nabolon.
Pada saat saat ini komunitas parmalim yang ada pada istana parmalim tersebut harus
mampu beradaptasi dengan masyarakat-masyarakat yang berbeda kepercayaan dari
mereka. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari informan, seiring berkembangnya
zaman, para penganut agama parmalim ini sudah mulai mampu melakukan adaptasi
terhadap masyarakat di sekitaran mereka. Dari berbagai segi kehidupan baik dari segi
sosial penganut Agama Malim telah terbiasa dengan kehidupan sosial pada istana
parmalim tersebut. Berdasarkan data dari informan, beliau mengatakan bahwa mereka
tidak lagi terlalu memperhatikan tindakan-tindakan diskriminasi dan pengecualian
yang dilakukan oleh masyarakat penganut agama lain tersebut. Mereka sudah mampu
menerima tindakan-tindakan tersebut dan di sini informan mengatakan mereka sudah
fokus melakukan kegiatan-kegiatan adat mereka dan berbagai pekerjaan pekerjaan
mereka.Adaptasi yang dilakukan Parmalim dengan masyarakat non Parmalim,
khususnya orang Batak lebih condong pada proses interaksi assosiatif dalam bentuk
kerja sama. Adapun yang faktor utama pendorong mereka untuk bekerja sama adalah
adat istiadat yang sama terdapat diantara mereka.Dalam bidang sosial, mereka
biasanya melakukan perkawinan dengan perempuan atau laki-laki non Parmalim
untuk menarik mereka menjadi parmalim dan keluarga dari pihak non Parmalim dapat
diberi penjelasan mengenai apa itu Ugamo Malim dan diharapkan semaik banyak
yang mengerti mereka, namun demikian banyak juga dari antara mereka yang justeru
berpaling dari Malim dan masuk agama lain.
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
7
Penganut Agama Malim yang ada di istana parmalim di kota Medan yang bermigrasi
dari kabupaten Toba Samosir. Migrasi yang mereka lakukan bertujuan untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari daerah asalnya. Parmalim melakukan
migrasi ke kota Medan dengan segala adat istiadat dan ciri khasnya. Dalam
mempertahankan agama Malim tersebut, parmalim harus mampu melakukan berbagai
strategi adaptasi untuk mampu mempertahankan agama Malim di kota Medan
tersebut. Berbagai strategi adaptasi dapat dilihat dari keberadaan penganut Agama
Malim di kota Medan yang masih tetap menjalankan atau melaksanakan ritual agama
tersebut tanpa mengubah tata cara pelaksanaannya. Hidup dalam kelompok minoritas
tentu sesuatu yang sangat menjadi tantangan. Menghadapi hidup yang penuh
tantangan penganut Agama Malim mempunyai strategi adaptasi dalam memperoleh
hak pencatatan sipil misalnya pengurusan aktif perkawinan dan KTP penganut Agama
Malim lebih memilih untuk dikosongkan dengan-atau mereka diganti dengan agama
lain. Hidup dengan ketidakberdayaan dalam memperoleh pengakuan sebagai pemeluk
agama Malim, parmalim memilih untuk hidup dalam kepasrahan terhadap status
keagamaan. Penganut Agama Malim tidak lagi memiliki misi untuk menyebarluaskan
agamanya, tetapi tetap terus berusaha bertahan dan memegang teguh nilai-nilai adat
Batak Toba. Mereka percaya bahwa nilai-nilai adat Batak Toba sangatlah perlu
diwariskan sebagai bagian dari ajaran agama Malim yang tidak dapat terpisahkan.
Parmalim memiliki pengharapan dan tujuan hidup dalam kesucian dengan alasan
ajaran agama Malim mampu memberikan keselamatan dan kehidupan yang kekal
sehingga agama Malim tersebut tetap eksis di tengah maraknya penyebaran agama-
agama besar yang telah diresmikan oleh negara Indonesia khususnya di kota Medan.
B.Rekomendasi
Sebagai sebuah warisan budaya spiritual masa lalu negeri ini, agama Malim
seharusnya dipandang sama dengan aliran-alirab kepercayaan yang ada.
Pememerintah seharusnya memberikan ruang lebih terbuka kepada penganut agama
Malim sehingga dapat menunjukkan eksistensinya di tengah pergaulan antar pemeluk
agama. Semestinya toleransi beragama diberikan kepada semua keyakinan, agar tidak
muncul prasangka dan toleransi beragama tidak digunakan untuk kepentingan sempit
agama tertentu saja. Komunitas penganut agama Malim yang minoritas hendaknya
mampu berkomunikasi dan bersikap terbuka dengan keberadaan/eksistensi mereka
dalam kehidupan masyarakat luas yang majemuk. Sehingga para penganut agama
Malim dapat menghapus persepsi negatif atau kontradiksi opini publik yang mereka
terima dalam bermasyarakat. Strategi adaptasi yang dilakuakan penganut agama
Malim tidak hanya dalam strategi adaptasi dalam memenuhi kebutuhan hidup/
8
mempertahankan hidup, berupa strategi adaptasi sosial, ekonomi, dan sosial budaya.
Tetapi, penganut agama Malim melakukan strategi adaptasi untuk mempertahankan
eksistensi keberadaan agama Malim di tengah kehidupan masyarakat kota yang
majemuk di kota Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Dapot Siregar, Y. G. (2020). Eksistensi Mempertahankan Adat dan Budaya Batak
Toba di Era Modern. Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya, 1-11.