Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SOSIO ANTROPOLOGI

SISTEM BUDAYA

Nama : Ananda Liza Aryansya Putri


Kelas : 1B
NIM : P07131122037

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua
umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan yang kelak
mendapatkan syafaatnya.

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta
pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah
ini menjadi lebih baik lagi.

Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini
murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan
kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih
meningkatkan kualitas di kemudian hari.

Mataram, April 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebudayaan
B. Budaya yang ada di lingkungan keluarga
C. Perubahan budaya dalam lingkungan keluarga

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi sosial budaya menjadi salah satu fungsi keluarga yang mempunyai
peran penting untuk mengenalkan kebiasaan, adat istiadat, tradisi dan budaya
bangsa pada seluruh anggota keluarga. Sebagai institusi terkecil dalam
masyarakat, keluarga menjadi pintu pertama dan utama untuk menjadikan
seluruh anggota keluarga yang sekaligus sebagai anggota masyarakat paham
akan kebiasaan, adat istiadat, tradisi dan budaya sendiri. Pemahaman ini
harapannya akan menumbuhkan kesadaran dan kepedulian seluruh anggota
keluarga untuk melestarikan kekayaan sosial budaya kita dengan berbagai
upaya yang positif.

Upaya menghidupkan fungsi sosial budaya dalam keluarga secara


berkelanjutan akan menjadikan seluruh anggota keluarga mampu menggali dan
mengembangkan kekayaan sosial budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Sebagaimana diketahui bahwa bangsa kita memiliki kekayaan sosial budaya
yang demikian ragam. Kekayaan ini bukan hanya perlu dijaga atau dipelihara,
tetapi perlu dilestarikan, dikembangkan dan dimantapkan keberadaannya, agar
tetap eksis dan menjadi ciri khas budaya bangsa kita.

Terkait dengan hal tersebut, ada beberapa upaya yang dapat ditempuh oleh
keluarga agar seluruh anggota mendukung upaya pelestarian adat istiadat,
tradisi dan budaya bangsa kita di antaranya: Pertama, memberi contoh konkret
dalam kehidupan sehari-hari dalam pengamalan ajaran sesuai norma dan
budaya yang berlaku.Utamanya norma-norma dan budaya bangsa yang baik dan
dapat mengangkat masyarakat, keluarga dan bangsa ke posisi yang lebih
terhormat dihadapan bangsa-bangsa lain di dunia.

Kedua, membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring


norma dan budaya asing yang tidak sesuai. Upaya ini mendasarkan pada
kenyataan bahwa tidak setiap budaya dan perilaku asing itu cocok untuk
diterapkan di masyarakat dan keluarga kita, sehingga keluarga perlu lebih teliti
memilah-memilah budaya mana yang boleh masuk ke keluarga dan mana yang
tidak.

Ketiga, membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga di mana anggota-


anggotanya mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif
globalisasi dunia. Keluarga harus menjadi lembaga yang efektif untuk
memberikan solusi bagaimana mengatasi persoalan yang dihadapi setiap
anggota akibat berkembang pesatnya teknologi informasi dan industri yang
berbasis budaya

Keempat, membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga di mana


anggotanya mengadakan kompromi/adaptasi dari praktek kehidupan globalisasi
dunia. Adaptasi yang dimaksud adalah penyesuaian diri tanpa meninggalkan ciri
khas budaya sendiri.

Kelima, membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang


dengan budaya masyarakat/bangsa yang menunjang terwujudnya Norma
Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dalam rangka menguatkan
terbentuknya keluarga berkualitas yang tentram, mandiri dan bahagia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu sistem budaya?
2. Bagaimana bentuk kebudayaan yang ada di lingkungan keluargamu?
3. Bagaimana pengaruh perubahan dari budaya yang ada di lingkungan
keluargamu?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian sistem budaya
2. Mengetahui budaya apa saja yang ada di lingkungan keluarga
3. Mengetahui pengaruh perubahan dari budaya yang ada di lingkungan
keluarga
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebudayaan

Berbicara tentang kebudayaan banyak kalangan memberi pengertian baik oleh


kalangan awam maupun para ilmuwan yang dapat melahirkan banyak definisi atau
batasan. Namun semua pengertian atau definisi tersebut adalah sama dimana
kebudayaan merupakan kesatuan dari norma dan prilaku, sedangkan perbedaannya
hanya terletak pada pihak yang tetap menganggap bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan dari norma, prilaku, dan benda kebudayaan, sedangkan pihak lain
berpendapat bahwa prilaku dan norma harus dipisahkan secara tegas guna
kepentingan studi dan analisa kehidupan masyarakat (Soputan, 1998). Dalam tulisan ini
kebudayaan difahami sebagai sistem ide atau sistem gagasan milik suatu masyarakat
yang dijadikan acuan bagi tingkah laku dalam kehidupan sosial dari masyarakat yang
bersangkutan.

Konsep kebudayaan di atas dapat dikembangkan dalam suatu rincian untuk


mendapatkan suatu pemahaman dan tujuan yang lebih operasional (Melalatoa, 1977).
Rincian tersebut terdiri atas unsur-unsur gagasan yang terkait dalam satu sistem yang
dikenal sebagai konsep sistem budaya (culture system) yang meliputi pandangan
hidup, keyakinan, nilai, norma, aturan, hukum yang menjadi milik suatu masyarakat
melalui suatu proses belajar, kemudian diacu untuk menata, menilai, dan
menginterpretasi sejumlah benda dan peristiwa dalam beragam aspek kehidupan
dalam lingkungan masyarakat yang bersangkutan.
 

Suparlan dalam Melalatoa (1997) mengemukakan bahwa tidak mudah


mengatakan apa itu kebudayaan Indonesia, karena baru terbentuk pada tanggal 17
Agustus 1945, apalagi corak masyarakatnya yang majemuk. Tetapi secara garis besar
ada tiga macam kebudayaan dalam masyarakat Indonesia.

1. Kebudayaan Nasional Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-


Undang Dasar 1945.
2. Kebudayaan Suku-suku bangsa.
3. Kebudayaan lokal sebagai sebuah wadah yang mengakomodasi lestarinya
perbedaaan identitas suku bangsa serta masyarakat yang saling berbeda
kebudayaannya yang hidup dalam satu wilayah misalnya pasar atau kota.

Konsep masyarakat Indonesia banyak didefinisikan orang tergantung fakta empiris


yang bisa diamati. Namun oleh Bachtiar (1985), secara umum para ilmuwan sosial
menggambarkan masyarakat Indonesia sebagai suatu masyarakat yang majemuk
karena terdiri atas berbagai suku bangsa, agama, ras, dan golongan sosial, berbicara
dengan berbagai bahasa daerah, tersebar dalam berribu pulau, tetapi tetap berada
dalam wadah negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Istilah masyarakat majemuk yang digunakan oleh ilmuan sosial pada mulanya
diperkenalkan oleh J. F. Furnival pada tahun 1967 dalam kajiannya mengenai dampak
pemerintahan kolonial di Burma dan Indonesia. Sebelumnya istilah ini dikembangkan
oleh M. G. Smith dalam kajiannya di kepulauan Karibia, dimana sukubangsa yang
berbeda “berbaur tapi tidak larut” (mix but do not combine), dominasi politik oleh satu
sukubangsa dan pengarahan kelompok-kelompok yang berbeda untuk terlibat didalam
suatu sistem ekonomi bersama, dimana masing-masing menempati suatu posisi khusus
dalam pembagian kerja (division of labour) adalah hal-hal yang memlihara masyarakat
majemuk dalam keseimbangan (Wacana Antropologi Nomor 4, 1999).

B. Budaya Yang Ada Di Dalam Lingkungan Kelurga


Sebelum membahas budaya yang ada di dalam keluarga saya, saya akan
memberitahukan sedikit tentang keluarga saya. Saya mempunyai anggota
keluarga sebanyak 5 orang yang terdiri dari Bapak, Ibu, adik saya 2 orang dan
terakhir adalah saya sendiri. Saya adalah anak pertama dari 3 bersaudara, adik
pertama saya kelas 6 SD, dan adik terakhir kelas 1 SD. Baiklah saya akan
langsung ke pembahasannya.

Budaya yang biasanya ada di lingkungan keluarga saya adalah budaya


disiplin.
Budaya disiplin termasuk salah satu contoh budaya baik yang perlu mendapat
pembinaan di lingkungan keluarga. Disiplin terhadap waktu, aturan dan tata tertib
yang berlaku dimana kita berada.

Ini perlu menjadi pusat perhatian orangtua di lingkungan keluarga. Mengapa?


Sudah umum diketahui bahwa budaya disiplin belum memasyarakat secara baik
di tengah masyarakat Indonesia. Kelompok-kelompok tertentu masih senang
untuk melanggar aturan tertentu di lingkungannya. Melanggar aturan berlalu
lintas, tidak mau menikuti aturan antri dan masih banyak lagi aturan yang sering
diabaikan.

Pelanggaran terhadap disiplin dan aturan yang berlaku berdampak terhadap


diri pribadi maupun orang lain. Pelanggaran disiplin berlalu lintas dapat beresiko
buruk terhadap keselamatan diri dan orang lain.
Pelanggaran terhadap disiplin waktu berakibat terkendalanya
penyelenggaraan suatu proses yang berlangsung. Tidak mau antri di tempat
umum sering menimbulkan kekacauan prosedur.

Fenomena di atas hanyalah sebagian contoh kecil budaya tidak baik di tengah
masyarakat. Maka disinilah perannya lingkungan keluarga untuk menumbuhkan
kesadaran berbudaya baik.

Orangtua dan anggota keluarga perlu membiasakan diri untuk memulai


budaya baik seperti budaya disiplin, budaya antri, dan budaya lainnya di
lingkungan keluarga. Keteladanan orangtua menjadi tolok ukur dalam
mengembangkan disiplin dan budaya baik lainnya.

Ada banyak hal yang harus di lakukan atau di kerjakan dengan cara disiplin di
dalam keluarga saya, contohnhya adalah :
 Setelah bangun tidur menata kembali tempat tidur
Kami biasanya saat bangun tidur, sudah menjadi kebiasaan untuk
membereskan kembali tempat tidur kami. Hal itu sudah di biasakan oleh
orang tua kami dari kecil jadi kami terbiasa sampai besar.
 Mengerjakan tugas di rumah yang menjadi tanggung jawabnya.
Kami di rumah memiliki tugasnya masing”. Terlebih lagi saat hari libur,
misalkan ibu memasak di dapur untuk kami semua, bapak mencuci motor,
saya mencuci pakaian, dan adik menyapu halaman rumah. Hal tersebut
sudah menjadi kebiasaan yang keluarga kami lakukan.
 Menghormati orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
Dari kecil kami di ajarkan untuk selalu bersikap sopan kepada yang lebih
tua dan tidak boleh membantah omongan orang tua. Misalkan adek tidak
boleh berbicara lantang apalagi kasar kepada kakaknya dan kakak tidak
boleh berlaku kasar atau seenaknya kepada adiknya.
 Menjaga nama baik keluarga.
Bagi kami keluarga adalah sebuah privasi yang harus tetep dijaga nama
baiknya. Jadi mau itu di dalam atau di luar rumah kami harus tetap
bersikap baik agar nama baik keluarga kami tetap ada dan tidak rusak
atau di pandang jelek oleh orang lain.
 Mentaati dan mematuhi peraturan yang ada dalam keluarga yang sudah
menjadi kesepakatan bersama.
Di dalam keluarga saya ada beberapa peraturan yang harus di taati.
Salah satunya adalah saya dan saudara saya tidak boleh keluar malam
tanpa dampingan dari orang tua. Walaupun saya sudah kuliah tapi tetap
tidak boleh keluar malam, kecuali memang ada acara bersama teman-
teman seperti reunian dan itupun tidak boleh pulang terlalu malam, hal itu
sudah di biasakan dari kecil jadi kita tidak ada yang berani melanggarnya.

C. Perubahan Budaya Di Lingkungan Keluarga


Semenjak saya memasuki dunia perkuliahan, ada sedikit perubahan budaya
dalam keluarga saya. Karena jarak rumah dan kampus yang dapat di katakan
jauh, jadi mau tidak mau saya harus tinggal sendiri dan hidup mandiri di kost.
Yang di rumah dulu biasanya bangun sudah ada makanan, sekarang harus
masak sendiri dan melakukan semuanya sendiri. Yang dulu setiap mau belanja
minta langsung ke orang tua sekarang sudah berbeda, sekarang memegang
uang sendiri dan di jatahkan perminggu.
Di rumah ramai dengan aggota keluarga namun sekarang sendiri di kost,
berangkat ke kampus tanpa bersalaman berbeda dengan saat di rumah, dan
masi banyak lagi perbedaannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Keluarga adalah kesatuan masyarakat terkecil yang merupakan inti dari
bagian masyarakat. Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan
utama bagi perkembangan pribadi anak. Hal ini menjadi pertama karena
sejak anak masih ada dalam kandungan dan lahir berada di dalam keluarga.
Hal tersebut menunjukan keluarga merupakan lingkungan yang sangat
penting dalam proses pendidikan untuk membentuk pribadi yang utuh. Jadi
semua aspek kepribadian dapat dibentuk di lingkungan ini. Anak melihat dan
menerima sikap orang tuanya dan memperhatikan suatu reaksi dalam tingkah
lakunya yang di biasakan, sehingga akhirnya menjadi suatu pola kepribadian.
Keluarga terjadi proses pembudayaan dari orangtua kepada anak tentang
pengenalan budaya secara dini, mengenal sesama anggota dalam
lingkungan yang diikuti tentang pemahaman nilai-nilai serta norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat. Kehidupan berkeluarga pula akan membuat
anak-anak merasakan bagaimana perlakuan orang tua dalam mengasuh
anak-anaknya, apakah merasa diperhatikan atau diabaikan. Disinilah anak-
anak akan merasakan situasi-situasi yang menentukan perilakunya dimasa
depan kelak.
Pola asuh adalah tata sikap dan perilaku orangtua dalam membina
kelangsungan hidup anak, pertumbuhan, dan perkembangannya dengan
memberikan perlindungan kepada anak secara menyeluruh baik fisik, sosial,
2 maupun spiritual untuk menghasilkan anak yang berkepribadian. Pola asuh
merupakan aktifitas kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik
yang bekerja secara individual dan serentak dalam mempengaruhi tingkah
laku anak (Geertz, 1983:50).
Seorang anak dalam keluarga akan diasuh menurut nilai budaya yang
diyakini oleh orangtuanya. Proses sosialisasi nilai budaya tersebut dapat
dilakukan melalui komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal antara
orang tua dan anak. Pola asuh anak dalam sebuah keluarga juga berkaitan
erat dengan pola komunikasi dan relasi gender di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbsulut/sistem-budaya-masyarakat-
indonesia/
https://www.matrapendidikan.com/2014/03/budaya-baik-di-lingkungan-
keluarga.html

Anda mungkin juga menyukai