Anda di halaman 1dari 19

LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN

Di Susun
Oleh :

Kelompok 6
Ilma Helvina (238420210014)
M. Iklil Arkan (238420210006)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS ALMUSLIM
BIREUEN
2024

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
taufiq, hidayah, serta inayahnya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini bisa terwujud atas
bantuan dan jasa dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Untuk
itu penulis tidak lupa mengucap terima kasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah yang telah memberikan masukan terhadap pembuatan makalah ini.
Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya. Dan kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari makalah
ini, maka dari itu kami mengharapkan banyak kritik serta saran agar kami dapat
memperbaikinya dimasa yang akan datang.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
2.1 Pendidikan Periode Orde Lama Dan Orde Baru..................................3
2.2 Pendidikan Saat ini dan Antisipasi Pendidikan Masa Depan..............8
2.3 Upaya Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional.............................10
BAB III PENUTUP...........................................................................................13
3.1 Kesimpulan.........................................................................................13
3.2 Saran...................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah pendidikan sering hadir disetiap bahan diskusi kita. Semua
elemen masyarakat tak usang membicarakan perihal pendidikan. Hal ini
dikarenakan pendidikan merupakan tonggak majunya bangsa-bangsa
dunia. Sejarah telah mencatat bahwa majunya bangsa-bangsa di dunia hari
ini dikarenakan negara tersebut memfokuskan untuk melakukan
pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) terlebih dahulu melalui
sektor pendidikan sebelum melakukan pembangunan sektor yang lain. Hal
inilah yang dimaksud oleh mantan Presiden Afrika Selatan Nelson
Mandela, “Education is the most powerful weapon which you can use to
change the world”. Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat
digunakan untuk mengubah dunia.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2016, Anies
Baswedan dalam pidatonya memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei
2016 mengungkapkan bahwa, memastikan setiap manusia Indonesia
mendapatkan akses pendidikan yang bermutu sepanjang hidupnya sama
dengan memastikan kejayaan dan keberlangsungan bangsa. Sama halnya
dengan Kamaluddin (2014), maju mundurnya peradaban suatu bangsa
tidak ditentukan oleh letak geografi apakah barat ataukah timur, tidak juga
ditentukan oleh warna kulit atau agamanya, akan tetapi jatuh bangunnya
peradaban suatu bangsa lebih ditentukan oleh ada atau tidaknya talenta-
talenta bibit unggul yang terus dihasilkan oleh dunia pendidikan dari
bangsa tersebut. Kita bisa belajar dari pengalaman negara-negara maju
dunia hari ini, sebut saja Jepang. Melalui restorasi Meiji yang berlangsung
tahun 1866-1869, Jepang kini hadir menjadi macan Asia bahkan menjadi
negara yang patut diperhitungkan dunia.
Tujuan pendidikan Indonesia adalah untuk membentuk manusia
Indonesia seutuhnya yang pancasilais dengan dimotori oleh

1
pengembangan afeksi, seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa
percaya diri, mencintai prestasi tinggi, punya etos kerja, kreatif dan
produktif, serta puas akan sukses yang akan dicapai. Manusia Indonesia
yang pancasilais akan lahir dengan baik jika generasi muda Indonesia telah
mengalami kemerdekaan lahir maupun kemerdekaan bathin. Menurut
Dewantara, pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia
atas hidupnya lahir, sedangkan merdekanya hidup batin itu terdapat dari
pendidikan. Pengajaran akan memberikan pemahaman lahiriah berupa
keilmuan kepada manusia, sedangkan pendidikan akan memberikan
pemahaman karakter berupa batiniyah kepada manusia.
Sejarah tentu memberikan kegunaan bagi kita, baik kegunaan
edukatif, inspiratif, Instruktif, maupun rekreatif. Sehingga pendidikan pun
mesti ditinjau pula dari segi historis agar tujuan pendidikan sebagaimana
dimaksud diatas dan termaktub pula dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dapat tercapai sesuai harapan dan keinginan
bersama sebagimana diamantkan dalam alinea keempat UUD 1945. Hal
ini pula yang menjadikan tinjauan historis pendidikan sangat perlu
dilakukan untuk menjadi bahan referensi dan bahan rujukan bagi
pendidikan generasi masa kini dan generasi masa depan. Secara historis,
pendidikan merupakan kebudayaan dan kegiatan universal dalam
kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhananya suatu kehidupan
masyarakat disekitar itu pasti didalamnya selalu berlangsung suatu proses
pengajaran atau pendidikan, baik berupa pendidikan formal, informal,
maupun nonformal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaiman pendidikan periode orde lama dan orde baru?
2. Bagaiman pendidikan saat ini dan antisipasi pendidikan masa depan?
3. Apa upaya pembangunan sistem pendidikan nasional?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Landasan Historis


Sejarah atau history adalah keadaan masa lampau dengan segala
macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu.
Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian,
model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya
(Pidarta, 2007: 109). Landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional
Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu. Pandangan ini melahirkan
studi-studi historis tentang proses perjalanan pendidikan nasional
Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau.
Pendidikan di Indonesia sudah ada sebelum Negara Indonesia
berdiri. Sebab itu sejarah pendidikan di Indonesia juga cukup panjang.
Pendidikan itu telah ada sejak zaman kuno, kemudian diteruskan dengan
zaman pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman pengaruh agama Islam,
pendidikan pada zaman kemerdekaan. Pada waktu bangsa Indonesia
berjuang merintis kemerdekaan ada tiga tokoh pendidikan sekaligus
pejuang kemerdekaan, yang berjuang melalui pendidikan. Tokoh-tokoh
pendidik itu adalah :
1) Mohamad Safei
Mohamad Syafei mendirikan sekolah INS atau Indonesisch
Nederlandse School di Sumatera Barat pada Tahun 1926. Sekolah ini lebih
dikenal dengan nama Sekolah Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di

3
Kayutanam. Maksud ulama Syafei adalah mendidik anak-anak agar dapat
berdiri sendiri atas usaha sendiri dengan jiwa yang merdeka.
2) Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara yang mendirikan Taman Siswa di Yogyakarta.
Sifat, system, dan metode pendidikannya diringkas ke dalam empat
keemasan, yaitu asas Taman Siswa, Panca Darma, Adat Istiadat, dan
semboyan atau perlambang.Asas Taman Siswa dirumuskan pada Tahun
1922, yang sebagian besar merupakan asas perjuangan untuk menentang
penjajah Belanda pada waktu itu.
3) Ahmad Dahlan
Ahmad Dahlan yang mendirikan organisasi Agama Islam pada
tahun 1912 di Yogyakarta, yang kemudian berkembang menjadi
pendidikan Agama Islam. Pendidikan Muhammadiyah ini sebagian besar
memusatkan diri pada pengembangan agama Islam, dengan beberapa cirri
seperti berikut (TIM MKDK, 1990). Asas pendidikannya adalah Islam
dengan tujuan mewujudkan orang-orang muslim yang berakhlak mulia,
cakap, percaya kepada diri sendiri, dan berguna bagi masyarakat serta
Negara.

2.2 Pendidikan Periode Orde Lama Dan Orde Baru


1. Zaman Orde Lama
Kemerdekaan yang berhasil diraih bangsa Indonesia pada tahun 1945
ternyata masih menjadikan Belanda ingin kembali bercokol diatas bumi
Nuasantara. Kosentrasi para pemimpin bangsa mesti terpecah, antara
menghadapi penjajah yang mencoba kembali menguasasi Indonesia sebagai
negara berdaulat yang sudah merdeka, atau mengisi kemerdekaan “dalam
bahasa Anies Baswedan, melunasi janji kemerdekaan” dengan pembangunan
Sumber daya Manusia (SDM) dan pembangunan infrastruktur. Kondisi ini
menuntut segenap daya pikir para pemimpin bangsa yang baru lahir untuk
mengerahkan segala upaya untuk membangun dunia pendidikan demi masa
depan bangsa Indonesia (Kamaluddin, 2014: 28).

4
Ir. Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia kemudian muncul
dengan visi cemerlang membawa semangat “Nation and Character Building”
dalam dunia pendidikan. Menurutnya, rakyat Indonesia sebagai rakyat dari
sebuah negara yang baru lahir membutuhkan pembangunan karakter
kebangsaan yang kokoh sebagai prasyarat utama dari kokohnya bangsa
Indonesia dalam jangka panjang. Sehingga pendidikan dimasa itu lebih
ditekankan pada konsep kewarganegaraan dan kebangsaan bagi rakyat
Indonesia. Kala itu bidang-bidang keilmuan masih dalam fase “dianjurkan”
sedangkan pendidikan kewarganegaraan dan kebangsaan adalah yang paling
ditekankan, karena ini sesuai dengan kebutuhan masa awal kemerdekaan. Pada
tanggal 29 Desember 1945, Badan Pekerja KNIP mengusulkan kepada
Kemeterian Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan agar segera
mengusahakan pembaharuan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan
rencana pokok-pokok usaha pendidikan dan pengajaran baru (Moestoko,
1986: 145).
Pemerintah maupun rakyat sejak kemerdekaan tidak tinggal diam dan
telah menunjukkan kegiatannya dalam pelbagai usaha mengenai pendidikan
dan pengajaran. Sesudah pemerintah Jepang meniggalkan kantor-kantor
birokrasi, Pemerintah Indonesia mulai menduduki tempat tersebut. Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia pertama (Ki Hajar Dewantara) mulai
menyiarkan beberapa pedoman tentang penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran. Pengibaran “Sang Merah Putih” tiap hari dihalaman sekolah,
melagukan Indonesia Raya, menghentikan pengibaran bendera Jepang dan
menghapuskan nyanyian “Kimigayo”, memberi semangat kebangsaan kepada
anak-anak sekolah dan meniadakan pelajaran bahasa Jepang serta segala
upacara yang berasal sari pemerintah Jepang, itulah instruksi yang diberikan
kepada kepala Sekolah (Dewantara, 1977: 200).
Semangat melakukan pengajaran dan pendidikan kemudian dilanjutkan
Soewandi dan Ali Sastroamidjojo sebagai menteri pendidikan yang
selanjutnya. Menurut Kamaluddin (2016: 33), beberapa usaha yang dilakukan
oleh Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan masa itu adalah

5
membentuk Panitia Penyelidik Pendidikan Pengajaran pada tahun 1946 yang
bertugas meninjau kembali dasar-dasar, isi, susunan dan seluruh usaha
pendidikan dan pengajaran. Kemudian pada tahun 1947 diadakan kongres
pendidikan di Solo, dan tahun 1948 membentuk panitia pembentukan rencana
Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran (UUP) yang bertugas menyusun
UUPP. Setelah tahun 1950 rencana UUPP diterima dan disahkan oleh Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, maka dengan itu UU No.04 Tahun
1950 dengan nama “UU tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di
Sekolah”.
Waktu terus berjalan, anak-anak didik di level pendidikan dasar pada
tahun 1950-an yang muncul dari desa-desa tumbuh menjadi mahasiswa dan
berhasil meraih gelar sarjana-sarjana muda pada tahun 1965-an. Kelompok
inilah yang kemudian mendapati dirinya penuh dengan kegelisahan akan nasib
rakyat dan masa depan Indonesia. Mereka mendapati penyimpangan dan
penyelewengan dalam penyelenggaraan negara yang telah melenceng dari
cita-cita kemerdekaan. Salah satu organisasi yang dibuat kala itu adalah
Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang diinisiasi oleh Mari’e
Muhammad (wakil ketua PB HMI). Kelompok inilah yang berhasil
menumbangkan rezim Soekarno dan berakhirlah kekuasaan presiden pertama
pada tahun 1966.
2. Zaman Orde Baru
Perpindahan kekuasaan orde lama ke orde baru digerakkan
berdasarkan analisis yang menyatakan bahwa banyak kebijakan pemerintah
orde lama yang telah melenceng dari UUD 1945 dan Pancasila. Jika politik
menjadi panglima besar di orde lama, maka ekonomi adalah panglima besar di
orde baru. Sehingga pemerintah masa itu terlihat cukup pragmatis dengan
ditandai kembalinya Indonesia ke anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB). Pemerintah mulai melakukan rekonsiliasi kepada Singapura, Malaysia,
India, Thailand, dan Australia yang sempat renggang pada masa orde lama.
Hal ini bertujuan sebagai upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama
stabilitasi dan rehabilitasi ekonomi.

6
Ekonomi adalah panglima besar di orde baru, sehingga ekonom-
ekonom kelas dunia menjadi idola kaum akademisi. Dimasa itu, generasi
Indonesia mulai berdiaspora ke luar negeri untuk belajar berbagai bidang
keilmuan, khususnya ilmu ekonomi dan manajerial (Kamaluddin, 2014: 39).
Negara-negara Barat menjadi tujuan belajar mahaiswa Indonesia, khususnya
Amerika Serikat sebagai kiblat pendidikan dari peradaban Barat modern yang
sedang menguasai dunia. Sehingga presiden Soeharto mempelopori gerakan
“Swasembada Pangan” dengan mengirim ahli pertanian untuk belajar ke
pusat-pusat pendidikan di Amerika Serikat.
Pendidikan agama di orde baru dinilai menjadi pilar penting untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan anak didik. Oleh karena itu, dalam
UU No.02 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional terdapat beberapa
pasal yang melegitimasi pendidikan agama sebagai pilar pembangunan
keimanan dan ketakwaan. Sebelum keluar undang-undang ini pendidikan
agama hanya diwajibkan untuk sekolah negeri, sehingga dengan terbitnya UU
No.02 Tahun 1989 maka semua sekolah baik tingkat dasar, menengah,
maupun perguruan tinggi mewajibkan institusinya menyelenggarakan
pendidikan agama.
Kamaluddin (2014: 42), Indonesia telah membuat peningkatan kualitas
pendidikan yang signifikan dalam 40 tahun terakhir melalui beberapa
kebijakan dan program-program bidang pendidikan. Pada 1973, Indonesia
memulai program pembangunan Sekolah Dasar (SD) di setia desa dan
menyelenggarakan program Wajib Belajar 9 tahun pada 1994. Kemudian
periode 1974-1984, Pemerintah membangun 138.940 gedung sekolah SD tiap
desa seluruh wilayah Indonesia. Sehingga keterlibatan anak Indonesia di SD
meningkat drastis dari hanya 2,5 juta pada awalnya menjadi 26,6 juta (Bjork,
2013: 57).
3. Zaman Reformasi
Era reformasi ditandai dengan lengsernya rezim Soeharto pada tahun
1998 dari kursi kepemimpinn setelah 32 tahun memimpin Indonesia,
kemudian digantikan oleh B.J. Habibie. Lahirnya era reformasi disambut

7
euforia oleh segenap komponen bangsa yang telah lama meninginkan
perubahan (Saridjo, 2011:129). Era reformasi juga ditandai dengan tumbuhnya
demokrasi di Indonesia. Presiden Habibie menjanjikan akan
menyelenggarakan pemilihan umum lebih cepat dari biasanya. Pasca
reformasi, demokrasi telah mewarnai berbagai bidang kehidupan kebangsaan
di Indonesia.
Pemilihan umum yang diselenggarakan pada tahun 1999 menghasilkan
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sebagai presiden keempat. Gebrakannya
dibidang pendidikan yang paling menonjol adalah rencananya untuk
mengubah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menjadi Kementerian
Pendidikan Nasional. Hal ini disebabkan karena madrasah dan sekolah
diketahui ada kesenjangan yang cukup signifikan perihal alokasi anggaran,
madrasah mengalami diskriminasi dalam dunia pendidikan Indonesia. Diduga
kuat alasan inilah ayng menjadi dasar pemikiran Gus Dur untuk mendesak
menterinya, Yahya Muhaimin untuk secepatnya memindahkan pengelolaan
madrasah ke Depdiknas (Kamaluddin, 2014: 47). Setelah 2 tahun menduduki
kursi kepresidenan, dengan berbagai pertimbangan akhirnya Gus Dur
dilengserkan oleh MPR. Sehingga rencana menyatukan pembinaan dan
pengelolaan madrasah dibawah Kementerian Pendidikan Nasional untuk
sementara masih sekedar wacana, belum dapat terealisasikan.
Megawati Soekarno Putri kemudian hadir sebagai presiden dan
Hamzah Haz sebagai wakil presiden telah melahirkan regulasi baru dalam
dunia pendidikan dengan melahirkan UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Melalui ini, negara telah memberikan kerangka yang
jelas dalam penyelenggaraan pendidikan nasional sesuai dengan amanat Pasal
31 ayat (3) UUD 1945. Gebrakan lain presiden kelima ini adalah melahirkan
UU No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang mengatur hukum
pendidikan, kualitas pendidikan tinggi, akses terhadap pendidikan tinggi, dan
tanggung jawab pemerintah dalam menyelnggarakan pendidikan tinggi.
Menurut Kamaluddin (2014: 53), hal penting yang perlu dicatat dalam UU
No.12 Tahun 2012 adalah pasal 31 tentang Pendidikan Jarak Jauh. Pasal ini

8
memungkinkan pemerintah dalam mengambil kebijakan dan langkah strategis
untuk mengintegrasikan ICT (Information, Communication, and Technology)
dalam dunia pendidikan secara nasional dan merata. Sedangkan di era SBY,
perubahan kurikulum tiap pergantian menteri sangat mencolok, terlihat dari
perubahan KBK 2004, KTSP 2006, dan Kurikulum 2013.
Sejarah mencatat hari ini di Era Joko Widodo, kementerian pendidikan
dipisahkan menjadi Kemnterian Pendidikan Tinggi, Riset dan Tekhnologi dan
Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah. Karena program
Indonesia Mengajarnya, maka nama Anies Baswedan dilirik dan diangkat
menjadi Menteri Pendidikan. Tahun 2015, pertama kami di Indonesia Ujian
Nasional (UN) tidak lagi dijadikan sebagai penentu kelulusan dan UN berbasis
komputer. Kemudian setelah Muhadjir Efendi naik menggantikan Anies
Baswedan, program pendidikan yang paling menonjol adalah munculnya
wacana“Full Day School”.

2.3 Pendidikan Saat ini dan Antisipasi Pendidikan Masa Depan


Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peseta
didik agar dapat berperan aktif dan positif dalam hidupnya sekarang dan
yang akan datang. Sedangkan pendidikan nasional Indonesia adalah
pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasar
kepada pencapaian tujuan pembangunan Indonesia. Sistem pendidikan
nasional merupakan satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
kegiatan pendidikan yang saling berkaitan untuk mengusahakan
tercapainya tujuan pendidikan nasional. Yakni mencerdaskan kehidupan
bangsa dan terciptanya kesejahteraan umum dalam masyarakat.

9
Setiap bangsa memiliki sistem pendidikan nasional. Sistem
pendidikan nasional Indonesia disusun berlandaskan kepada kebudayaan
bangsa Indonesia dan berdasarkan pada pancasila dan UUD 1945 sebagai
kristalisasi nilai-nilai hidup bangsa Indonesia. Sehingga penyelenggaraan
sistem pendidikan nasional sesuai dengan kebutuhan pendidikan Indonesia
secara geografis, demokrafis, historis, dan kultural berciri khas.
Sistem pendidikan nasional diselenggarakan oleh pemerintah dan
swasta di bawah tanggung jawab menteri pendidikan dan kebudayaan dan
menteri lainnya. Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional
dilaksanakan melalui bentuk-bentuk kelembagaan beserta program-
programnya.
Secara konsep sudah cukup bagus, mengarah ke pendidikan yang
integral/ terpadu, meliputi semua aspek kepribadian (IQ, EQ dan SQ).
Namun yang seringkali yang menjadi masalah adalah bagaimana
implementasi di lapangan, di sekolah, dan di universitas. Bisa jadi jauh
dari harapan. Keragaman SDM, lingkungan, sarana prasarana mungkin
menjadi beberapa hal penyebabnya. Berikut beberapa UU Sisdiknas:
1. Pasal 1
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
2. Pasal 3
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

10
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
3. Pasal 4
Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan
serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

4. Pasal 12
Mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya. Mendapatkan biaya pendidikan
bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya.
5. Pasal 25
Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk
memperoleh gelar akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan
jiplakan dicabut gelarnya.
6. Pasal 36
Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

a) peningkatan iman dan takwa;


b) peningkatan akhlak mulia;
c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;
d) keragaman potensi daerah dan lingkungan;
e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional;
f) tuntutan dunia kerja;
g) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
h) agama;
i) dinamika perkembangan global; dan
j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
7. Pasal 68

11
Setiap orang yang membantu memberikan ijazah, sertifikat
kompetensi, gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi dari satuan
pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Setiap orang yang menggunakan ijazah, sertifikat kompetensi,
gelar akademik, profesi, dan/atau vokasi yang diperoleh dari satuan
pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan, dipidana dengan pidana
penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

2.4 Upaya Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional


1. Jenis Upaya Pembaruan Pendidikan
 Pembaruan Landasan Yuridis
Merupakan pembaharuan paling mendasar yang tertuju pada
landasan Yuridisnya. Dikatakan demikian karena landasan Yuridis
mendasari semua kegiatan pelaksanaan pendidikan dan mengenai hal-
hal yang penting seperti komponen struktur pendidikan.
 Pembaruan Kurikulum
Ada dua faktor pengendali yang menentukan pembaruan
kurikulum, yaitu yang sifatnya mempertahankan dan yang mengubah.
a) Faktor pertama
Landasan Filosofis, yaitu falsafah bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan
UUD 1945 dan landasan historis.
b) Faktor kedua
- Landasan Sosial, berupa kekuatan-kekuatan sosial dalam
masyarakat.
- Landasan Psikologis, yaitu cara peserta di dalam belajar.
 Pembaruan Pola Masa Studi
Pembaruan pola masa studi termaksud pendidikan yang meliputi
pembaruan jenjang dan jenis pendidikan serta lama waktu belajar pada

12
satuan pendidikan. Perubahan pola masa studi sebagai suatu tanda
adanya pembaruan pendidikan berupa penambahan/pengurangan.
Perubahan pola tersebut, dilakukan dengan tujuan dan alasan-alasan
tertentu.
 Pembaruan Tenaga Kependidikan
Yang dimaksud tenaga kependidikan adalah tenaga yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan mengajar, melatih, meneliti,
mengembangkan, mengelola serta memberikan pelayanan teknis dalam
bidang pendidikan. Pembaruan terhadap komponen tenaga
kependidikan dipandang sangat penting karena pembaruan pada
komponen-komponen lain tanpa ditunjang oleh tenaga-tenaga
pelaksana yang kompeten, tidak akan ada artinya. Tenaga lain selain
guru adalah pustakawan, laboran, konselor, teknisi sumber belajar, dan
lain-lain.
2. Dasar dan Aspek Legal Pembangunan Pendidikan Nasional
Berupa ketentuan-ketentuan Yuridis yang menjadi dasar, acuan,
serta mengatur penyelenggaraan pendidikan nasional, seperti Pancasila,
UUD 1945, GBHN, UU organik pendidikan, Perda, dan lain-lain. Program
Utama Pembangunan Pendidikan.
1. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan.
2. Peningkatan mutu pendidikan.
3. Peningkatan relevansi pendidikan.
4. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pendidikan.
5. Pengembangan kebudayaan.
6. Pembinaan generasi muda.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Nelson Mandela, mantan presiden Afrika Selatan telah
mengingatkan kita tentang urgensi pendidikan dalam perubahan sebuah
bangsa, “Education is the most powerful weapon which you can use to
change the world”. Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat
digunakan untuk mengubah dunia. Perubahan sebuah bangsa ditentukan
oleh kualitas pendidikannya. Meminjam kalimat Anies Baswedan bahwa
memastikan setiap manusia Indonesia mendapatkan akses pendidikan yang
bermutu sepanjang hidupnya sama dengan memastikan kejayaan dan
keberlangsungan bangsa. Prospek masa depan Indonesia dilihat dari
prospek pendidikannya. Namun pendidikan Indonesia akan baik untuk
diformulasikan kembali apabila mengetahui dan memahami sejarah
perjalanan pendidikan dari dari zaman ke zaman, baik sejarah pendidikan
dunia maupun sejarah pendidikan nasional. Karena sejarah akan mengajak
kita untuk mengingat semangat perjuangan pendidikan masa lalu, maka
heroik dan spirit ini mesti direvitalisasi dimasa kini dan masa.
Sejak masa kolonial, dengan politik etis Indonesia berhasil
melahirkan para kelompok intelektual yang berhasil memproklamirkan
kemerdekaan Indonesia. Regulasi-regulasi pendidikan yang dibuat di orde
lama dan orde baru berhasil membuat mahasiswa kala itu sadar akan
ketertindasan, penyelewengan, dan melenceng dari cita-cita kemerdekaan
yang dibangun dengan tetesan darah. Zaman reformasi telah melahirkan
gebrakan baru dalam dunia pendidikan, meski banyak problema
pendidikan yang masih menimpa bangsa ini. Saatnya generasi muda yang
lahir di era digital membuktikan dirinya untuk menjadi generasi emas
2045 dan bentribusi di bonus demografi Indonesia, menjadikan Indonesia
sebagai negara super power dunia. Semua itu kita awali dengan
memperbaiki dan merevitalisasi pendidikan Indonesia.

14
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi
pemakalah. Dan dalam penulisan dan penyusanan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu pemakalah mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun agar dalam pembuatan makalah yang berikutnya dapat
menjadi lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bjork, Christopher. 2013. Teacher Training, School, Norms and Teacher


Effectivennes in Indonesia. Singapura: ESEAS Publishing.
Driyarkara, Nicolaus. 1966. Pertjikan Filsafat. Jakarta: PT Pembangunan.
Kamaluddin, Laode Masihu. 2014. Reorientasi (Strategi) Pendidikan Nasional
Indonesia (2015-2020). Semarang: Unissula Press.
Mudhofir, Ali. 2001. Kamus Filsafat Barat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mudyahardjo, Redja. 2008. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang
Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan Indonesia.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Muhadjir, Neong. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Pendekatan
Positivistik, Rasionalistik, Phenomenologik, dan Realisme Metaphisik
Telaah Studi Teks dan Penelitian Agama. Yogyakarta: Rake Sarasin.
Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Qomar, Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam: dari Metode Rasional
hingga Metode Kritik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sadulloh, Uyoh. 2003. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Saridjo, Marwan. 2011. Pendidikan Islam dari Masa ke Masa. Bogor: Yayasan
Ngali Aksara & Al-Manar Press.
Zuhairini, Abdul Ghofir dan Slamet As Yusuf. 1981. Metodik Khusus Pendidikan
Agama. Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel.

16

Anda mungkin juga menyukai