Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF-


PROGRESIF DAN TEORI BELAJAR MODERN YANG MELANDASI
MODEL PEMBELAJARAN

DOSEN PENGAMPU

Mustika Dewi Muttaqien, M. Si

DISUSUN OLEH

Asalin Musoffa
NIM : 2021220003
Aqila Fikhia
NIM : 2021220002

STAI AL-HAMIDIYAH JAKARTA


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puja dan puji syukur saya haturkan kepada Allah


Subhanahu Wata’ala, Tuhan semesta alam, Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Yang telah
memberikan banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah ini yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Inovatif-Progresif dan Teori
Belajar Modern yang Melandasi Model Pembelajaran” dengan baik. Shalawat dan Salam
selalu tercurah kepada junjungan nabi besar, Nabi Muhammad Sallallahu “alayhi wassalam,
beserta keluarga, sahabat, dan pengikut beliau yang selalu setia melaksanakan sunnah-sunnah
beliau hingga akhir zaman.
Makalah ini telah saya selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Selain itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, saya selaku penyusun memohon kepada
pembaca untuk membukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.
Dengan penuh hormat dan kerendahan hati, penulis sampaikan rasa terima kasih dan
apresiasi yang setinggi-tingginya kepada:
1. Mustika Dewi Muttaqien, M. Si. selaku dosen yang telah memberikan ilmunya kepada
saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu dalam menyelesaikan
makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum dan perkembangan.
2. Para dosen STAI al-Hamidiyah Jakarta yang telah memberikan dukungan kepada penulis.
3. Kedua orang tua (Ayahanda Suidat dan Ibunda Halipah) yang juga banyak membantu
penulis dan selalu mendoakan penulis dengan penuh keridhaan.
4. Semua teman kuliah yang selalu men-support, menjadi partner diskusi dan memberikan
pandangan-pandangannya kepada penulis.
Demikian yang bisa saya sampaikan, semoga tugas akhir ini dapat menambah ilmu
pengetahuan dan memberikan manfaat yang banyak untuk masyarakat luas.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
2.1. Pengertian Sejarah Pendidikan Islam..................................................................................2
2.1.1 Periode Klasik.................................................................................................................10
a. Masa Pembinaan Pendidikan Islam (Pra Islam Dan Masa Rasulullah)...........................
b. Masa Pertumbuhan Dan Perkembangan Pendidikan Islam..............................................
c. Masa Kejayaan Pendidikan Islam....................................................................................

2.1.2 Periode Pertengahan............................................................................................................


a. Masa Kemunduran Pendidikan Islam...............................................................................

2.2. Periode Modern.....................................................................................................................


a. Masa Pembaruan Pendidikan Islam..................................................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................15


3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................15
3.2 Saran...................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia tidak akan bisa hidup tanpa adanya sejarah, baik sejarah tentang hal-hal yang
menguntungkan maupun hal-hal yang merugikan. Mengingat istilah ‘Jasmerah’ yang
diucapkan Presiden Soekarno, yang berarti ‘jangan sekali-kali meninggalkan sejarah’.
Presiden Soekarno memberitahu kita bahwa sejarah harus terus diingat, karena perubahan
yang terjadi pada masa lalu mempengaruhi kehidupan manusia di masa kini. Perubahan
tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan manusia seperti sosial, politik, ekonomi, dan
budaya.
Pada pembahasan sejarah pendidikan islam itu sendiri akan banyak sekali yang
dibahas. Karena pendidikan memiliki sejarah yang sangat panjang dan nantinya kita dapat
mengambil intisari atau pelajaran yang bisa kita petik dari sejarah tersebut untuk dijadikan
pelajaran di kehidupan kita di masa yang akan datang agar kita bisa menjadi yang lebih baik
lagi dari hari-hari sebelumnya.
Menurut Prof. DR. H. Ramayulis dalam bukunya Sejarah Pendidikan Islam membagi
sejarah pendidikan Islam dalam lima masa, yaitu:
1. Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman nabi Muhammad
Saw
2. Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yaitu Masa Khalifah yang empat (khulafa ar-
rasyidin: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali di Madinah) dan Masa Daulah
Umayyah.
3. Periode kejayaan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak permulaan daulah
Abbasiyah, yang diwarnai berkembangnya banyak disiplin ilmu dan timbulnya
madrasah.
4. Periode kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad disitulah
menjadi sebagai awal periode kemunduran pendidikan.
5. Periode pembaharuan pendidikan Islam, yang ditandai dengan gejala kebangkitan
kembali umat dan kebudayaan Islam.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa Pengertian Sejarah Pendidikan Islam?
2. Bagaimana Asal-Usul Adanya Pendidikan Islam?
3. Apa Saja Yang Membuat Pendidikan Islam Berkembang?
1.3 Tujuan
1. Agar kita bisa mengetahui bagaimana asal-usul adanya pendidikan Islam
2. Agar kita bisa mengetahui bagaimana pendidikan Islam berkembang
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Paradigma Proses Pembelajaran Pada Pendidikan Formal


Pendidikan nasional pastinya memiliki tujuan, seperti yang sudah tercatat dalam
Undang-Undang Dasar. Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah telah
menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis
dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukan hasil yang memuaskan.
UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)
memberikat empat pilar pendidikan yang terdiri atas learning to know, learning to do,
learning to be, dan learning to live together in peace.
a) Learning to know (Belajar untuk mencari tahu); Belajar untuk mencari tahu terkait
dengan cara mendapatkan pengetahuan melalui penggunaan media atau alat yang ada.
Media bisa berupa buku, orang, internet, dan teknologi yang lainnya. Implementasinya
untuk mencari tahu tersebut di Indonesia sudah berjalan melalui proses belajar membaca,
menghafal, dan mendengarkan, baik yang terjadi di dalam kelas maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Belajar tidak hanya terbatas di dalam kelas, sekarang belajar bisa
dilakukan kapan saja dan dimana saja karena sudah banyak media yang tersedia untuk
belajar jika seseorang memiliki keinginan untuk belajar.
b) Learning to do (Belajar untuk mengerjakan); Learning to do ini berkaitan dengan
kemampuan hard skill dan soft skill. Soft skill dan hard skill sangat penting dan
dibutuhkan dalam dunia pendidikan, karena sesungguhnya pendidikan merupakan bagian
terpenting dari proses penyiapan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas,
tangguh, dan terampil dan siap untuk mengikuti tuntutan zaman. Peserta didik sebagai
hasil dari produk pendidikan memang harus dituntut memiliki kemampuan soft skill dan
hard skill.
c) Learning to be (Belajar untuk menjadi); learning to be sangat erat kaitannya dengan
bakat, minat, perkembangan fisik, kejiwaan anak serta kondisi lingkungannya. Misal
bagi siswa yang pasif, peran guru sebagai fasilitator bertugas sebagai penunjuk arah
sekaligus menjadi mediator bagi peserta didik. Hal ini sangat diperlukan untuk
menumbuh kembangkan potensi diri peserta didik secara utuh dan maksimal. Selain itu,
pendidikan juga harus bermuara pada bagaimana peserta didik menjadi lebih manusiawi,
menjadi manusia yang berperi kemanusiaan.
d) Learning to live together (Belajar untuk berkehidupan bersama); Pada pilar keempat ini,
kebiasaan hidp bersama, saling menghargai, terbuka, memberi dan menerima perlu
dikembangkan di sekolah. Dengan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik, sebagai
hasil dari proses pembelajaran, dapat dijadikan sebagai bekal untuk mampu berperan
dalam lingkungan dimana individu tersebut berada, dan sekaligus mampu menempatkan
diri sesuai dengan perannya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam
kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisasi di masyarakat. Untuk itu,
pembelajaran di lembaga formal dan non formal harus diarahkan pada peningkatan
kualitas dan kemampuan intelektual dan profesional serta sikap dalam hal ini adalah
kemampuan hard skill dan soft skill. Dengan kemampuan dan sikap manusia di
Indonesia yang demikian maka pada gilirannya akan menjadikan masyarakat Indonesia
masyarakat yang bermartabat di mata masyarakat dunia.

Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini
adalah masih rendahnya daya serap peserta didik yang berdampak pada rendahnya efektifitas
belajar siswa, kejenuhan siswa dalam belajar, suasana belajar yang pasif dan situasi belajar
yang berpusat pada guru.
Masih banyak sekolah yang cenderung berpusat pada guru (teacher centered)
sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, guru lebih suka menerapkan model
tersebut, sebab tidak memerlukan alat atau bahan praktek, cukup dengan menjelaskan
konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau refrensi lain. Masalah ini banyak dijumpai
dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, perlu menerapkan suatu
model belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Satu inovasi yang dapat mengubah paradigma pembelajaran, yang awalnya
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada murid (student
centered); metodologi yang awalnya lebih didominasi ekspositori berganti ke paritisipatori;
pendekatan yang awalnya lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua
perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan. Berdasarkan alasan
tersebut, maka sangatlah penting bagi para guru memahami karakteristik peserta didik, materi
dan metodologi pembelajaran dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian proses
pembelajarana akan lebih variatif, inovatif dan konstruktif dalam merekonstruksi wawasan
pengetahuan dan implementasinya sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas
peserta didik.
Dari beberapa hal di atas, salah satu hal penting yang dihadapi guru adalah minimnya
keterlibatan siswa dalam proses pembelajran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

2.1.1 Urgensi Tentang Pemikiran Belajar Melalui Pengembangan Model Pembelajaran


Inovatif-Progresif

1. Konsep model pembelajaran Inovatif Progresif


Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat diindikasikan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku,
kecakapan, keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain yang pada
individu yang belajar.
Pada berlakunya kurikulum 2004 yang berbasis kompetensi yang menjadi roh bagi
berlakunya kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) hingga kurikulum 2013
menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran, khususnya di lembaga
pendidikan formal (sekolah). Perubahan tersebut harus pula diikuti oleh guru yang
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pembelajaran di sekolah (di dalam kelas maupun di
luar kelas).
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah perubahan orientasi
pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada
murid (student centered); metode yang awal lebih di dominasi oleh ekspositori berganti ke
partisipatori; dan pendekatan yang awal lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi
kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan,
baik dari segi proses maupun tujuan pendidikan.
Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigma tersebut adalah
ditemukan dan diterapkannya model pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan
digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar.
Model pembelajaran terkait dengan pemilihan strategi dan pembuatan struktur metode,
keterampilan, dan aktivitas peserta didik. Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah
adanya tahapan atau sintaks pembelajaran.
Model pelajaran inovatif progresif atau biasa disebut praktik belajar. Inovasi yang
bermula dari suatu pengetahuan dengan nama praktik belajar pengetahuan ini, kemudian
berkembang pada berbagai mata pelajaran atau bidang studi. Praktik belajar diartikan sebagai
suatu inovasi pembelajaran yang dibuat untuk membantu peserta didik memahami teori
melalu pengalaman belajar praktik-empiris. Dalam konteks yang lebih luas, praktik belajar
berarti suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami
teori atau konsep-konsep pengetahuan melalu pengalaman belajar praktik empirik. Oleh
karena itu pada model pembelajaran ini hasil akhirnya adalah assesmen (penilaian) yang
bersifat komprehensif, baik dari segi proses maupun produk pada semua aspek pembelajaran,
yaitu kognitif, efektif, maupun psikomotorik.

2. Penerapan Model Pembelajaran Inovatif Progresif

Menurut Trianto “Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif”. Maka model


pembelajaran inovatif-progresif mendasarkan diri (Self oriented) pada kecenderungan
pemikiran belajar sebagai berikut.
a. Proses Belajar
1) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengalaman
di benak mereka sendiri.
2) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
3) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan
mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
4) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang
terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
5) Manusia memiliki tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi yang baru.
6) Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna
bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
7) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan
terus seiring perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.
b. Transfer Belajar
Dalam proses penerapan model pembelajaran inovatif proresif ini berlangsung
transfer atau proses pembelajaran telah dijabarkan Trianto sebagai berikut;
1) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
2) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi
sedikit)
3) Penting bagi siswa tahu untuk apa saja dia belajar dan bagaimana dia menggunakan
pengetahuan dan keterampilan itu.
c. Siswa sebagai Pembelajar
1) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan
seseorang anak mempunyai ketertarikan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
2) Strategi belajar itu penting. anak dengan mudah mempelajari hal-hal yang baru dan
yang sudah diketahui.
3) Peran guru membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
4) Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan pada
siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa
untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
d. Pentingnya Lingkungan Belajar
1) Belajar efektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru
memberikan contoh di depang kelas, siswa memperhatikan dan menirukan, guru
mengarahkan.
2) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan
baru mereka. strategi lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
3) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
4) Menumbukan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

Model-model pembelajaran inovatif progresif merupakan konsep belajar yang


memebantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa
dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran
berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan
mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil.

2.1.2 Teori Belajar Modern yang Melandasi Model Pembelajaran


Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya
belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa itu. Berdasarkan suatu teori
belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai
hasil belajar.
Sejalan dengan Thorndike dan Skinner, Gagne juga salah satu penganut aliran
psikologi Stimulus-Respon. Belajar merupakan interaksi antara “keadaan internal dan proses
kognitif siswa” dan “stimulus dan lingkungan”; proses kognitif tersebut menghasilkan suatu
hasil belajar yang terdiri atas informasi verbal, keterampilan intelek, strategi kognitif,
keterampilan motorik, dan sikap.
Informasi verbal merupakan kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa. Keterampilan intelek merupakan keterampilan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan lingkungan hidupnya. Strategi kognitif adalah kemampuan untuk
mengarahkan aktivitas kognitifnya. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi. Sikap merpakan kemampuan
menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
1. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme adalah teori belajar yang mengedepankan kegiatan
mencipta serta membangun dari sesuatu yang telah dipelajari. Kegiatan membangun
(konstruktif) dapat memacu siswa untuk selalu aktif, sehingga kecerdasannya akan turut
meningkat.
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan teori belajar konstruktivisme. Hill
memberikan pengertian bahwa teori belajar konstruktivisme adalah tindakan mencipta suatu
makna dari apa yang sudah dipelajari seseorang. Shymansky mengatakan bahwa teori belajar
konstruktivisme merupakan aktivitas yang aktif, ketika siswa melatih sendiri
pengetahuannya, mencari tahu apa yang sudah dipelajari, dan merupakan proses
menyelesaikan konsep dan ide baru dengan kerangka berpikir sendiri.
Ahli lainnya yang turut memberikan pengertian tentang teori belajar ini adalah Karli
dan Margareta. Menurut mereka teori belajar konstruktivisme adalah sebuah proses belajar
yang diawali dengan adanya konflik kognitif, sehingga akhirnya pengetahuan dibangun
sendiri oleh siswa lewat pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Sedangkan
Samsul Hadi berpendapat bahwa teori belajar konstruktivisme merupakan sebuah upaya
membangun tata susunan hidup berbudaya modern.
2. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Piaget merupakan salah seorang tokoh yang disebut-sebut pelopor aliran
konstruktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai
rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan
perkembangan individo. Menurut Piaget bahwa perkembangan kognitif individu meliputi
empat tahap yaitu : (1) sensory motor (2) pre-operational; (3) concrete operational dan (4)
formal operational.
Pemikiran lain dari Piaget tentang proses rekonstruksi pengetahuan individu yaitu
asimilasi dan akomodasi. James Atherton (2005) menyebutkan bahwa asimilasi adalah “the
process by which a person takes material into their mind form the environment , which may
mean changing the evidence of their senses to make it fit” dan alomodasi adalah “ the
difference made to one’s mind or concept by the process of assimilation”.
Dikemukakannya pula, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan
tahap perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk
melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan
rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif,
mencari dan menemukan berbagai hal dan lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah :
1) Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru
mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak.
2) Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik.
guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.
3) Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
4) Berikan peluan agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.
5) Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi
dengan teman-temannya.
2.2 Periode Modern
Masa Pembaruan Pendidikan Islam
Periode ini merupakan zaman kebangkitan Islam. Kontak Islam dengan Barat
sekarang berlainan sekali dengan kontak Islam dengan Barat periode klasik. Pada waktu itu
Islam sedang menaik dan Barat sedang dalam kegelapan. Sekarang sebaliknya Islam sedang
dalam kegelapan dan Barat sedang menaik. Kini Islam yang ingin belajar dari Barat. Dengan
demikian timbullah apa yang disebut pemikiran dan aliran pembaharuan atau modernisasi
dalam Islam1. Pemuka-pemuka Islam mengeluarkan pemikiran-pemikiran bagaimana caranya
membuat umat Islam maju kembali sebagaimana yang terjadi pada periode klasik. Usaha-
usaha kearah itu pun mulai dijalankan dalam kalangan umat Islam. Akan tetapi dalam hal itu
Barat juga bertambah maju.
Raja dan para pemuka Islam mulai berfikir mencari jalan keluar untuk
mengembalikan balance of power yang telah membahayakan umat Islam. Timbullah gerakan
pembaharuan yang dilakukan diberbagai Negara, terutama Turki Utsmani dan Mesir.
Pembaharuan pada periode modern di Turki Utsmani dipelopori oleh beberapa tokoh di
antaranya yang terkenal yaitu:
1. Sultan Mahmud II
Beberapa usaha pembaharuan yang dilakukan Mahmud II dalam bidang pendidikan
a. Pendidikan Umum
Pendidikan yang ada pada masanya hanya pendidikan madrasah yang
mengajarkan ilmu agama. Ia merasa perlu untuk memasukkan pengetahuan umum ke
sekolah tersebut. Hal ini dapat tantangan dari kaum ulama. Pada tahun 1838 M ia
berhasil mendirikan sekolah umum dan sastra. Mata pelajarannya adalah bahasa Arab,
bahasa Perancis, geografi, geometri, sejarah dan ilmu politik. Ia juga mendirikan
sekolah kedokteran, di sekolah ini deiberikan berbagai kursus yang bersifat umum,
seperti mata pelajaran anatomi, phatology, surgery, surgical, dan military surgery.
b. Pendidikan Militer
Pada tahun 1826 M ia membentuk suatu korps tentara baru di bawah asuhan
pelatih yang dikirim Muhammad Ali Pasya dari Mesir. Ia berhasil pula membentuk
40.000 tentara yang berdisiplin ketat dengan sistem Eropa yang kemudian diharapkan
akan meningkat menjadi 250.000 tentara. Bahkan untuk menjamin kelangsungan
kekuatan militernya ia mendirikan Sekolah Militer tahun 1834 M. Tenaga
pengajarnya didatangkan dari Perancis dan Rusia. Sertai mengirimnya mahasiswa
Turki ke Inggris, Perancis, Austria, dan Rusia. Diharapkan setelah kembali ke tanah
air dapat menggantikan tenaga asing tersebut.

2. Mustafa Kemal Attartuk


Ide-ide Pembaruan Mustafa Kemal dalam Pendidikan

1
http://rovisulistiono.blogspot.com/2015/04/periodesasi-sejarah-pendidikan-islam.html
a. Westernisasi
Sebagai seorang yang pernah berhubungan langsung dengan kehidupan Barat
dan membaca karya para filosof Barat yang banyak membawa kemajuan. Maka
Mustafa Kemal berpendapat bila Turki ingin maju harus meniru Barat. Masyarakat
yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan reaksioner harus dihancurkan.
Barat dapat melebihi bangsa lain bukan hanya karena kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi saja, tetapi karena kesuluruhannya. Westernisasi juga
mencakup masalah pakaian tradisional Turki yang harus diganti dengan pakaian ala
Barat yang dianggap pakaian orang yang beradab. Begitu juga dengan penggunaan
tanggal hiriyah diganti dengan tanggal masehi, hari libur juga dirubah dari hari jum’at
menjadi hari minggu.
Dalam masalah agamapun tidak luput dari westernisasi, seperti azan diganti
dengan bahasa Turki. Menurutnya bahasa azan tidak dimengerti oleh bangsa Turki
dan tidak ada artinya. Baginya Islam adalah agama rasional dan ia tidak menentang
Islam.
b. Sekularisasi
Mustafa Kemal berpendapat bahwa Barat maju karena adanya sekularisasi.
Sekularisasi yang dijalankan Mustafa Kemal adalah tidak sampai meninggalkan
agama akan tetapi sekularisasinya berpusat pada menghilangkan campur tangan
golongan ulama dalam soal Negara dan politik. Pembentukan partai berdasarkan
agama dilarang. Pemerintah harus dipisahkan dari agama. Republik Turki masih
mengurus soal agama melalui Departemen Urusan Agama, Sekolah pemerintahan
untuk imam dan khatib masih ada.

Kemudian pembaruan pendidikan Islam di Mesir dipengaruhi oleh beberapa tokoh


juga antara lain Muhammad Ali, Rifa’ah Badawi Rafi’ Ath-Thahthawi, Jamaluddin Al-
Afgani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Pada saat itu di kalangan umat Islam, muncul
kepemihakan baru dalam hal gagasan untuk menerjemahkan Islam ke dalam dunia modern.
Gagasan ini dipelopori oleh pemikiran-pemikiran Jamaluddin al-Afghani, dan kemudian
dilanjutkan oleh dua orang pengikutnya: Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. 2

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

2
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 1984, hlm.
94.
Kami sebagai penyusun mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat
makalah yang lebih baik untuk kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam: Napaktilas Perubahan Konsep, Filsafat dan


Metodologi Pendidikan Islam dari Era Nabi SAW sampai Ulama Nusantara, Jakarta:
KALAM MULIA, 2012, hlm. 1.
https://nelsaarlusi.wordpress.com/2018/04/30/pengertian-tujuan-dan-ruang-lingkup-sejarah-
pendidikan-islam/

https://makalahe19.blogspot.com/2015/12/makalah-sejarah-pendidikan-islam.html?m=1

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, JAKARTA: PT. HIDAKARYA AGUNG, 1992,
hlm. 5.

Abdul Kodir, Sejarah Pendidikan Islam; Dari Masa Rasulullah hingga Reformasi di
Indonesia, Bandung: CV. PUSTAKA SETIA, 2018, hlm. 101.
http://rovisulistiono.blogspot.com/2015/04/periodesasi-sejarah-pendidikan-islam.html
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta:
LP3ES, 1984, hlm. 94.

Anda mungkin juga menyukai