DOSEN PENGAMPU
DISUSUN OLEH
Asalin Musoffa
NIM : 2021220003
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ..ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Definisi Hadits Dhaif.............................................................................................2
2.2 klasifikasi Hadits Dhaif........................................................................................
a. Ke-dhaifan Dari Segi Sandaran Matannya.....................................................................
b. Ke-dha’if-an Dari Segi Gugurnya Rawi Dalam Sanad.....................................................
c. Ke-dhaifan Dari Segi Kecacatan Rawinya....................................................................
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
b. Hadits Maqthu’
Kata maqthu’ merupakan isim maf;ul dari kata qatha’a lawan dari washala
(menghubungkan), arti maqthu’ adalah yang diputuskan atau yang terputus, sehingga hadits
maqthu’ adalah hadits yang dipotong sandarannya hanya sampai pada tabi’in. Secara istilah
pengertian hadits maqthu’ adalah:
ما جاء عن تابعي من قوله او فعله موقوفا عليه سواء اتصل سنده ام ال
“ialah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi’in serta dimauqufkan
padanya. Baik sanadr-nya bersambung atau tidak”.
Hadits ini disebut mmaqthu’ karena tidak ditemukan qarinah atau kaitan yang
menunjukkan bahwa hadits ini disandarkan kepada Nabi saw. Contohnya adalah perkataan
Haram bin Jubair yang merupakan seorang tabi’in:
و اذا احبه اقبل اليه,المؤمن اذا عرف ربه عز و جل احبه
“Orang mukmin itu bila sudah mengenal Tuhannya ‘Azza wa Jalla, niscaya ia mencintainya
dan bila ia mencintainya Allah menerimanya”
Sebagai ulama ada yang mengatakan hadits mauquf dan maqthu dengan sebutan Atsar dan
Khabar.
Kata Mudallas merupakan isim maf’ul dari kata tadlis yang berarti gelap. Hadits ini
dinamakan demikian dikarenakan mengandung kesamaran dan ketutupan. Secara istilah
hadits mudallas adalah:
ما روي على وجه يوهم انه ال عيب في
“Hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits itu telah ternoda”
Hadits mudallas terbagi menjadi tiga yaitu:
Pertama, tadlis isnad yaitu hadits yang disampaikan oleh seorang rawi dari orang
yang sezaman dengannya dan ia bertemu dengan orang tersebut, tetapi ia tidak mendengar
hadits yang diriwayatkan itu darinya atau orang yang semasa dengannya tetapi ia seolah-olah
mendengar darinya.
Kedua, tadlis syuyukh yaitu hadits yang diriwayatkan seorang rawi dari gurunya
dengan menyebut nama kuniyahnya, nama keturunannya atau mensifati gurunya dengan
sifat-sifat yang tidak atau belum dikenal banyak.
Ketiga, tadlis taswiyah yaitu bila seorang rawi meriwayatkan dari perawinya yang
tsiqah yang oleh guru tersebut diterima oleh guru yang lemah dan guru yang lemah ini
menerima dari guru yang tsiqah tapi si mudallis meriwayatkan tanpa menyebut nama rawi
yang lemah bahkan ia meriwayatkan dengan lafadz yang mengandung pengertian bahwa
semua perawinya tsiqah.
3. Ke-dhaifan Dari Segi Kecacatan Rawinya
Banyak macam cacat yang dapat menimpa para rawi. Pendusta, pernah berdusta, fasiq,
tidak dikenal, dan berbuat bid’ah merupakan cacat-cacat, yang masing-masing dapat
menghilangkan sifat adil rawi. Banyak keliru, banyak waham, buruk hafalan, menyalahi
rawi-rawi yang dipercaya, merupakan cacat-cacat, yang masing-masingnya menghilangkan
sifat dlabtih pada rawi.
Dari segi kecacatan rawinya mereka berpendapat bahwa hadits dha’if terbagi menjadi
ada 12 macam. Karena sebagian ulama tidak menganggap hadits maudhu’ bagian dari hadits,
maka tidak memasukannya kebagian dari hadits dha’if dan berpendapat hadits dha’if ada 11
macam, yaitu:
1. Hadits matruk
Hadits matruk, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang yang tertuduh dusta dalam
ilmu hadits atau nampak kefasikannya baik pada perkataannya maupun perbuatannya
atauatau orang yang banyak lupa dan banyak ragu. Hadits matruk adalah hadits yang
sangat lemah setelah hadits maudhu’.
2. Hadits munkar dan ma’ruf
Hadits munkar adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya
dan banyak kelengahannya atau jelas kefasikannya yang bertentangan dengan
periwayatan orang yang terpercaya. Lawan dari hadits munkar adalah hadits ma’ruf
yaituhadits yang diriwayatkan oleh rawi yang tsiqah.
3. Hadits mu’alal
Hadits mu’alal yaitu hadits yang pada lahiriyahnya tidak ada cacat, namun setelah
diadakan penelitian dan penyelidikan terdapat ‘ilat baik pada sanadnya atau matannya.
4. Hadits mudraj
Hadits mudraj yaitu hadits yang disalin dengan sesuatu yang bukan hadits dengan
perkiraan bahwa salinan itu termasuk hadits. Salinan ini dapat terjadi pada sanad ataupun
pada matan. Contoh salinan dalam sanad adalah seorang rawi memasukkan hadits lain ke
dalam hadits yang diriwayatkan yang berbeda sanadnya atau dengan menyisipkan orang
lain yang bukan rawi sebenarnya.
5. Hadits maqlub
Hadits maqlub adalah hadits mukhalafah (menyalahi hadits lain) baik disebabkan
karena mendahulukan atau mengakhirkan. Tukar menukar kalimat pada matan hadits,
baik disebabkan karena mendahulukannya pada tempat lain dan ini adakalanya terjadi
pada matan hadits dan adakalanya pada sanad hadits.
6. Hadits mudltharib
Hadits mudltharib yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi dengan beberapa
jalan yang berbeda yang tidak mungkin dikumpulkan atau ditarjih.
7. Hadits muharraf
Hadits muharraf yaitu hadits yang mukhalafahnya (bersalahannya dengan hadits
riwayat orang lain), terjadi disebabkan karena perubahan syakal kata dengan masih
tetapnya bentuk tulisan. Maksud syakal disini adalah tanda hidup (harakat) dan tanda
mati.
8. Hadits mushahaf
Hadits mushahaf yaitu hadits yang muhalafahnya terjadi pada titik kata sedangkan
bentuk tulisannya tidak berubah. Hadits mushahaf ini terbagi dua, yakni mushahaf fi al-
matan dan mushahaf bi al-sanad.
9. Hadits mubham, majhul, dan mastur
Hadits mubham adalah hadits yang dalam sanad atau matannya terdapat seorang rawi
yang tidak jelas apakah ia laki-laki atau perempuan. Ke-ibham-annya dalam hadits ini
terjadi karena tidak disebutkan nama rawinya atau disebutkan namun tidak dijelaskan
siapa yang sebenarnya yang dimaksud dengan nama itu.
10. Hadits syadz dan makhfudh
Hadits syadz yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang yang tsiqah yang menyalahi
riwayat orang yang lebih rajin karena mempunyai kelebihan atau banyaknya sanad atau
lainnya dari segi pentarjihan.
11. Hadits mukhtalith
Hadits mukhtalith adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya disebabkan sudah
lanjut usia, tertimpa bahaya, atau terbakar/hilang kitab-kitabnha. Yang dimaksud buruk
hafalannya adalah salahnya lebih banyak dari pada benarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami sebagai penyusun mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar bisa membuat
makalah yang lebih baik untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/05/gogo_all.pdf
https://123dok.com/document/wye3lm1q-makalah-pemerintahan-yang-baik.html
Jakarta, 2009.