Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Sebab Hadits di Tolak


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al-Hadits
Dosen Pengampu:
H. Farid Adnir, Lc, M.TH

Disusun Oleh:
Indi Rahmadani (0403201054)
Muhammad Rizky Siregar (0403201015)
Muhammad Yunus Lubis (0403201012)

JURUSAN ILMU AL QUR`AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
‫الرحِ يم‬
‫الر ْح َم ِن ه‬
‫َّللا ه‬
ِ ‫بِس ِْم ه‬

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufik, rahmat dan hidayah-Nya
kepada kita semua. Dengan izin dan petunjuk Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
berjudul “Sebab Hadits di Tolak” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Al-Ustadz H. Farid Adnir, Lc, M.TH pada
mata kuliah Al-Hadits. Kami mengucapkan terima kasih kepada Al-Ustadz H. Farid Adnir, Lc,
M.TH selaku dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini kepada kami sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih tidak sempurna dan terdapat
banyak kesalahan serta kekurangan dalam segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh
karena itu, kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca untuk makalah ini. Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat menambah
wawasan dan manfaat untuk kita semua.

Medan, 31 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................................ ii
BAB I............................................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang................................................................................................................................. 1
B. Rumusan Makalah........................................................................................................................... 1
C. Tujuan Makalah .............................................................................................................................. 1
BAB II ........................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 2
A. Adh-Dhaif ......................................................................................................................................... 2
B. Hadits Yang Ditolak Disebabkan Gugurnya Sanad ..................................................................... 2
1. Gugur secara jelas/terang ............................................................................................................... 3
2. Gugur secara tersembunyi ............................................................................................................. 4
C. Hadits Yang Ditolak Disebabkan Cacat Pada Rawi .................................................................... 7
BAB III ......................................................................................................................................................... 8
PENUTUP .................................................................................................................................................... 8
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 8
B. Saran ................................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Hadits merupakan sumber pokok ajaran Islam setelah Al-Qur’an. Dalam tataran
aplikasinya, hadits dapat dijadikan hujjah dalam kehidupan dan menempati posisi yang sangat
penting dalam kajian keislaman. Secara struktural hadits merupakan sumber ajaran Islam
setelah Al-Qur’an yang bersifat global. Artinya, jika tidak menemukan penjelasan tentang
berbagai problematika kehidupan di dalam Al-Qur’an, maka harus dan wajib merujuk pada
hadits. Oleh karena itu, hadits merupakan hal terpenting dan memiliki kewenangan dalam
menetapkan suatu hukum yang tidak termaktub dalam Al-Qur’an.

B. Rumusan Makalah
1. Apa penyebab hadits ditolak?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui hadits yang ditolak disebabkan adh-dhaif.
2. Untuk mengetahui hadits yang ditolak disebabkan gugurnya sanad.
3. Untuk mengetahui hadits yang ditolak disebabkan cacat pada rawi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Adh-Dhaif

Secara etimologi Adh-Dhaif ialah lemah, secara terminologi Adh-Dhaif adalah hadits yang
tidak terkumpul didalamnya sifat-sifat hadits hasan, dikarenakan hilangnya salah satu syarat
dari syarat-syarat hadits hasan. 1 Tingkatan hadits dhaif berbeda-beda sesuai dengan berat
ringannya kadar kelemahan perawinya, sama seperti perbedaan tingkat hadits shahih. Ada yang
hanya dhaif, ada juga yang sangat dhaif, ada yang wahi (tidak kokoh), ada yang mungkar dan
yang paling buruk adalah hadits palsu (maudhu’).

Berdasarkan pembahasan dalam Ash-Shahih mengenai sanad yang paling kuat para ulama
menyebutkan sanad-sanad terlemah dalam pembahasan Adh-Dhaif. Al-Hakim An-Naisaburi
menyebutkan banyak sanad terlemah yang berkaitan dengan sebagian shahabat, sebagian sisi
dan negeri. Berikut sebagian contoh dari kitab Al-Hakim dan yang lainnya:

1. Sanad terlemah yang dinisbahkan kepada Abu Bakar Ash-Shiddiq: Shadaqah bin Musa
Ad-Daqiqi dari Farqad As-Saabakhi dari Murrah At-Thib dari Abu Bakar.
2. Sanad terlemah dari penduduk Syam: Muhammad bin Qais Al-Maslub dari Ubaidillah
bin Zahr dari Ali bin Zaid dari Al-Qasim dari Abu Umamah.
3. Sanad terlemah dari Ibnu Abbas: As-Suddi As-Shaghir Muhammad bin Marwan dari
Al-Kalbi dari Abu Shaleh dari Ibnu Abbas.2

B. Hadits Yang Ditolak Disebabkan Gugurnya Sanad

Yang dimaksud dengan gugurnya sanad adalah terputusnya rangkaian sanad dengan
gugurnya satu rawi atau lebih, baik dengan kesengajaan sebagian rawi atau tidak, baik (gugur)
diawal sanad, akhir, maupun pertengahan sanad, baik gugur secara jelas maupun tersembunyi.
Gugurnya sanad dilihat dari sisi jelas dan tersembunyinya terbagi menjadi dua: 3

1 Dr. Mahmud Ath-Thahhan. Dasar-Dasar Ilmu Hadits (Jakarta Timur, Ummul Qura, 2016), hlm. 76.
2 Ibid, hlm. 77.
3 Ibid, hlm. 80.

2
1. Gugur secara jelas/terang
Para Ulama maupun yang bergelut dalam Ilmu Hadits umumnya mengetahui macam
ini, keguguran dalam hal ini diketahui dengan gurunya, baik karena rawi tersebut tidak
hidup satu zaman dengan gurunya, atau hidup dalam satu zaman akan tetapi belum pernah
bertemu dengannya (kecuali hanya riwayat melalui ijazah atau wijadah4). Maka dari itu
peneliti hadits harus mengetahui sejarah para perawi, karena didalamnya menerangkan
kelahiran, kematian, kapan seorang rawi mulai mencari hadits, juga perjalanan rawi
tersebut (dalam mencari Hadits) dan lain-lain.

Para Ulama Hadits membagi gugurnya sanad secara jelas menjadi empat (nama),
tergantung pada tempat gugur, dan jumlah rawi yang gugur pada sanad tersebut, yaitu:

a. Al-Mu’allaq
Secara etimologi Al-Mu’allaq adalah isim Maf’ul dari kata ‘allaqa, yang berarti
menggantungkan dan mengikat. Suatu sanad dinamakan Mu’allaq dikarenakan hanya
bersambung pada bagian atasnya dan terputus di bagian bawahnya, seperti sesuatu
yang tergantung di atas atap atau yang lainnya. Sedangkan secara terminologi adalah
hadits yang hilang satu rawi atau lebih secara berkesinambungan pada awal sanadnya.
Hadits Mu’allaq termasuk hadits yang ditolak karena hilangnya salah satu syarat
dari beberapa syarat diterimanya hadits, yaitu sanad yang bersambung, dengan
hilangnya satu rawi atau lebih dari sanad tersebut, sementara kita tidak mengetahui
keadaan (kejujuran) rawi yang dibuang tersebut. 5
b. Al-Mursal
Secara etimologi Al-Mursal adalah isim maf’ul dari kata arsala, yang berarti
melepaskan, seakan orang yang melakukannya telah melepaskan sanad tersebut dan

4 Al-Ijazah: Pemberian izin untuk meriwayatkan suatu Hadits, kadang terjadi dari seorang rawi yang bertemu
dengan gurunya, seperti perkataan seorang guru, “Saya izinkan orang yang Hidup di zaman sayauntuk meriwayatkan
dari sayaapa yang pernah saya dengar”.
Al-Wijadah: Seorang rawi menemukan kitab milik seorang guru yang diketahui tulisannya, kemudian dia
meriwayatkan apa yang ada di dalam kitab itu dari jalur guru tersebur, dan akan ada pembahasan secara terperinci
pembahasan mengenai Al-Ijazah dan Al-Wijadah dalam pembahasan cara menerima hadits dan pembahasan lafal-lafal
menyampaikan suatu Hadits.
5 Dr. Mahmud Ath-Thahhan. Dasar-Dasar Ilmu Hadits (Jakarta Timur, Ummul Qura, 2016), hlm. 84.

3
tidak mengikatnya dengan rawi yang dikenal. Sedangkan secara terminologi Al-mursal
adalah hadits yang gugur pada akhir sanadnya setelah tabi’in.
Hukum asal hadits mursal adalah dhaif (lemah) yang tertolak dikarenakan hilang
didalamnya salah satu syarat hadits yang diterima, yaitu bersambungnya sanad, juga
tidak diketahuinya keadaan rawi yang terhapus. Karena ada kemungkinan bahwa rawi
yang terhapus bukan seorang sahabat, dari sisi ini ada kemungkinan bahwa rawi
tersebut lemah.6
c. Al-Mu’dhal
Secara etimologi Al-Mu’dhal adalah isim maf’ul dari a’dhala yang berarti
melemahkan. Sedangkan secara terminologi Al-Mu’dhal adalah hadits yang gugur
pada sanadnya, dua rawi atau lebih secara berturut-turut.
Hadits mu’dhal termasuk hadits yang dhaif, keadaannya adalah yang paling buruk
dibandingkan mursal dan munqati’, disebabkan banyaknya rawi yang terhapus.
Hukum ini disepakati oleh para ulama hadits.7
d. Al-Munqathi’
Secara etimologi Al-Munqathi’ merupakan isim fa’il dari inqhatha’a yang berarti
tidak bersambung. Sedangkan secara terminologi Al-Munqathi’ adalah hadits yang
sanadnya tidak bersambung, bagaimanapun bentuk tidak bersambungnya.
Para ulama sepakat bahwa hadits munqathi’ adalah dha’if, dikarenakan tidak
diketahuinya keadaan rawi yang terhapus.8

2. Gugur secara tersembunyi

Yang mengetahui hal ini hanya para pakar hadits yang sangat teliti serta mendalami
jalur-jalur hadits dan cacat-cacat (ilal) yang terdapat pada sanad. Hal ini mempunyai dua
bagian:

a. Al-Mudallas

6 Ibid, hlm. 85.


7 Ibid, hlm. 89.
8 Ibid, hlm. 91.

4
Secara etimologi Al-Mudallas adalah isim maf’ul dari at-tadlis, yang secara bahasa
artinya menyembunyikan cacat pada barang dagangan dari pembeli. Juga serapan dari
kata ad-dals yang berarti gelap atau gelap yang bercampuran, dikatakan demikian
sebab seorang mudallis seakan menggelapkan suatu hadits karena menutupi hadits
tersebut dari para muhaddits (pakar Hadits). Secara terminologi Al-Mudallas adalah
menyembunyikan aib pada sanad dan menghiasi sisi lahirnya.9

At-tadlis memiliki dua bagian pokok, yaitu Tadlis Isnad dan Tadlis Asy-Syuyukh.
Defenisi Tadlis Isnad menurut Imam Abu Ahmad bin Amru Al-Bazzar dan Imam Abu
Al-Hasan bin Al-Qathan adalah seorang rawi meriwayatkan dari seorang yang dia telah
mendengar darinya suatu hadits yang belum dia dengar darinya tanpa ada keterangan
bahwa dia benar-benar telah mendengar dari seorang tersebut. 10 Tadlis Asy-Syuyukh
adalah seorang rawi meriwayatkan hadits yang telah dia dengar dari guru, kemudian
dia menamakan, menjuluki, menisbahkan dan mensifati guru tersebut dengan yang
tidak diketahui agar orang tidak mengetahui. 11

Sebab-sebab yang mendorong untuk melakukan Tadlis:

1. Lima sebab yang mendorong rawi untuk melakukan Tadlis Isnad:


a) Terlalu mendambakan sanad yang tinggi.
b) Tertinggalnya sebagian hadits dari guru yang telah banyak dia dengar hadits
darinya.
c) Lemahnya guru atau guru tersebut tidak tsiqah (terpercaya).
d) Panjangnya umur guru, sehingga banyak rawi yang umurnya lebih muda
menyertainya (mudallis) dalam pengambilan hadits dari guru tersebut.
e) Umur guru yang muda, sehingga kadang lebih muda dari rawi yang
meriwatkan darinya.
2. Empat sebab yang mendorong rawi untuk melakukan Tadlis Asy-Syuyukh:
a) Lemahnya guru atau guru tersebut tidak tsiqah (terpercaya).

9
Ibid, hlm. 92.
10
Ibid, hlm. 92.
11
Ibid, hlm. 95.

5
b) Panjangnya umur guru, sehingga banyak rawi yang umurnya lebih muda
menyertainya (mudallis) dalam pengambilan hadits dari guru tersebut.
c) Umur guru yang muda, sehingga kadang lebih muda dari rawi yang
meriwatkan darinya.
d) Banyaknya riwayat dari guru tersebut, sehingga tidak menyukai penyebutan
guru tersebut dengan nama yang sama. 12

Sebab dicelanya seorang Mudallis ada tiga sebab, yaitu:

1. Pendegarannya yang meragukan dari guru yang dia belum pernah


mendengar darinya.
2. Meninggalkan sesuatu yang sudah jelas dan menuju kepada yang samar-
samar.
3. Dia mengetahui, jika disebutkan orang yang dia sembunyikan, hadits
tersebut tidak akan diterima. 13

b. Al- Mursal Al-Khafi

Secara etimologi Al-Mursal adalah isim maf’ul dari Al-Irsal yang berarti Al-Ithlaq
(melepaskan), seakan seorang mursil membiarkan sanad tersebut lepas dan tidak
menyambungnya. Al-Khafi (yang tersembunyi) antonim dari Al-Jali (yang nampak),
sebab irsal ini tidak nampak jelas, sehingga tidak diketahui kecuali dengan penelitian.
Secara terminologi seorang rawi meriwayatkan dari yang pernah dia jumpai atau hidup
semasa dengannya, hadits yang belum pernah dia dengar darinya, dengan lafal yang
menunjukkan adanya kemungkinan pernah mendengar, seperti “qala (telah
mengatkan)”.14

Al- Mursal Al-Khafi diketahui dengan salah satu dari tiga hal ini:
1. Penetapan sebagian imam-imam hadits bahwa rawi tersebut tidak pernah
bertemu atau tidak pernah mendengar sama sekali dari rawi yang
diriwayatkan darinya.

12 Ibid, hlm. 96.


13 Ibid, hlm. 97.
14 Ibid, hlm. 99.

6
2. Pengakuan rawi sendiri bahwa ia tidak pernah bertemu atau mendengar sama
sekali dari rawi yang dia riwayatkan.
3. Terdapat hadits dari jalur lain yang di dalamnya terdapat tambahan seorang
rawi, antara rawi tersebut dan rawi yang dia riwayatkan darinya. Para ulama
berselisih dalam hal yang ketiga ini, sebab bisa jadi termasuk dalam jenis al-
mazid fi muttashil al asanid (tambahan pada kesinambungan sanad). 15

C. Hadits Yang Ditolak Disebabkan Cacat Pada Rawi

Maksud dari cacat pada rawi adalah tercela yang disebabkan oleh perkataan, serta
kejujuran, agama, ke-dhabitan, hafalan, dan ingatannya. Sebab-sebab cacat pada rawi ini ada
sepuluh macam, lima diantaranya berkenaan dengan ke-dhabitan.

1. Adapun cacat yang berkenaan dengan kejujuran adalah:


a. Dusta.
b. Tuduhan berdusta.
c. Fasiq.
d. Bid’ah.
e. Ketidak jelasan identitas.
2. Cacat yang berkenaan dengan ke-dhabitan adalah:
a. Kesalahan yang fatal.
b. Hafalan yang jelek.
c. Kelalaian.
d. Banyak ragu-ragu.
3. Menyelisihi yang lebih kuat.16

15 Ibid, hlm. 100.


16 Ibid, hlm. 103.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara etimologi Adh-Dhaif ialah lemah, secara terminologi Adh-Dhaif adalah hadits yang
tidak terkumpul didalamnya sifat-sifat hadits hasan, dikarenakan hilangnya salah satu syarat
dari syarat-syarat hadits hasan. Tingkatan hadits dhaif berbeda-beda sesuai dengan berat
ringannya kadar kelemahan perawinya, sama seperti perbedaan tingkat hadits shahih. Ada yang
hanya dhaif, ada juga yang sangat dhaif, ada yang wahi (tidak kokoh), ada yang mungkar dan
yang paling buruk adalah hadits palsu (maudhu’).

Gugurnya sanad adalah terputusnya rangkaian sanad dengan gugurnya satu rawi atau lebih,
baik dengan kesengajaan sebagian rawi atau tidak, baik (gugur) diawal sanad, akhir, maupun
pertengahan sanad, baik gugur secara jelas maupun tersembunyi. Gugurnya sanad dilihat dari
sisi jelas dan tersembunyinya terbagi menjadi dua:

1. Gugurnya secara jelas/terang. Para Ulama Hadits membagi gugurnya sanad secara jelas
menjadi empat (nama), tergantung pada tempat gugur, dan jumlah rawi yang gugur
pada sanad tersebut, yaitu:
a. Al-Muallaq.
b. Al-Mursal.
c. Al-Mu’dhal.
d. Al-Munqathi’.
2. Gugur secara tersembunyi. Yang mengetahui hal ini hanya para pakar Hadits yang
sangat teliti serta mendalami jalur – jalur Hadits dan cacat – cacat (ilal) yang terdapat
pada sanad. Hal ini mempunyai dua bagian:
a. Al-Mudallas.
b. Al-Mursal Khafi.

Maksud dari cacat pada rawi adalah tercela yang disebabkan oleh perkataan, serta
kejujuran, agama, ke-dhabitan, hafalan dan ingatannya. Sebab-sebab cacat pada rawi ini ada
sepuluh macam, lima diantaranya berkenaan dengan ke-dhabitan.

8
1. Adapun cacat yang berkenaan dengan kejujuran adalah:
a. Dusta.
b. Tuduhan berdusta.
c. Fasiq.
d. Bid’ah.
e. Ketidak jelasan identitas.
2. Cacat yang berkenaan dengan ke-dhabitan adalah:
a. Kesalahan yang fatal.
b. Hafalan yang jelek.
c. Kelalaian.
d. Banyak ragu-ragu.
e. Menyelisihi yang lebih kuat.

B. Saran

Kami meyakini banyak kekurangan dari makalah ini, oleh sebab itu kami berharap
sekiranya pembaca dapat memberikan saran, pendapat dan kritik yang membangun untuk
pengembangan dan penyempurnaan makalah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Mahmud Ath-Thahhan. Dasar-Dasar Ilmu Hadits (Jakarta Timur, Ummul Qura, 2016)

10

Anda mungkin juga menyukai