Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
Syukur kehadirat-NYA yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayahnya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. untuk itu kami menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Pengertian Nuzul Al-Quran ‘Ala Sab’atu Ahruf .............................................................. 3
B. Hadist-Hadist Sab’ah Ahruf ............................................................................................. 4
C. Pendapat Ulama Tentang Sab’atu Ahruf ........................................................................... 5
D. Hubungan Antara Sab’atu Ahruf dan Qiraat ..................................................................... 7
E. Hikmah Mengetahui Sab’atu Ahruf ................................................................................... 8
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................... 9
A. Kesimpulan ........................................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
Dan para sahabat tidak menemukan kesulitan yang berarti dalam membaca dan
memahami isi kandungan al-Quran. Bahkan al-Quran yang datang dengan gaya bahasa
dan sastra yang tinggi mampu memikat hati para pemuka Arab, sampai-sampai diantara
mereka ada yang mengatakan bahwa al-Quran adalah sihir, ini di karenakan
ketidakmampuan mereka membuat suatu tandingan terhadap al-Quran. Dari sinilah
tidak di temukan problem yang berarti terhadap teks-teks al-Quran pada periode
Makkah Ketika Rosulullah saw. dan para sahabat hijrah ke Madinah, situasi dan kondisi
telah berbeda jauh dengan apa yang ada di Makkah dimana banyak orang berbondong
bondong masuk Islam dari berbagai kalangan yang berbeda-beda, diantara mereka ada
yang lanjut usia dan tidak mengerti tulis baca sehingga mendapatkan kesulitan dalam
pengucapan al-Quran. Dari beberapa fenomena diatas, maka muncullah perbedaan-
perbedaan dialek dalam membaca al-Quran yang sebelumnya hal tersebut tidak terjadi
pada periode Makki.
B. Rumusan masalah
1. Memahami nuzul Al-Qur’an ‘ala Sab’atu Ahruf
2. Memahami tentang tinjauan hadis-hadis Sab’ah ahruf.
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian nuzul al qur’an ala sab’atu ahruf
Kata “Sab'atu" dalam bahasa Arab memilki makna tujuh. Dalam kerangka
etimologi, para ulama secara umum cenderung berpendapat bahwa kata “tujuh” dalam
hadis tentang sab'atu ahrufin tersebut adalah arti tujuh yang sebenarnya, dan bukan arti
kiasan. Artinya, tujuh adalah angka yang terletak antara angka enam dan
delapan.Adapun pengertian "Al-Ahruf" adalah huruf-huruf, ia merupakan bentuk
bentuk jamak dari lafal "Harfun". Di dalam kamus Muthahar, pengertian "Harfun”
adalah huruf, mata pisau, pinggir batas, tepi.1
Pengertian terminologis
Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kata ahruf dalam hadits-hadits yang
megatakan bahwa Al-Qur'an turun dalam tujuh huruf. Ibnu Hibban mengatakan bahwa
perbedaan pendapat tersebut mencapai 35 pendapat, yang sebagian besarnya saling
tumpang-tindih. Bahkan Suyuthi berpendapat bahwa perbedaan pendapat itu mencapai
45 pendapat.2 Fahd Arrumi, dalam bukunya Diraasaat fi Ulumi Alqur'an membagi
pendapat tersebut kepada 4 kelompok:
• Kelompok pertama, kelompok yang menafsirkan madlul (maksud) dari ahruf
sab'ah
• Kelompok kedua, kelompok yang mengatakan bahwa tujuh hurufini erat
kaitannya dengan perubahan arti dan bukan lafadz.
• Kelompok ketiga, kelompok yang mengatakan bahwa maksud dari tujuh huruf
adalah tujuh bentuk perubahan dalam Al-Qur'an.
• Kelompok keempat, kelompok yang mengatakan bahwa yang dimaksud
dengan ahruf sab'ah adalah tujuh bahasa (dialek) Arab.
Masing masing kelompok di atas memiliki perbedaan pendapat sesuai sudut pandang
penafsirannya, yaitu sebagai berikut:3
Kelompok pertama, yang menafsirkan madlul dari ahruf sab'ah, di mana mereka
memiliki dua pendapat, yaitu:
Satu, hadits-hadits mengenai tujuh huruf adalah hadits yang musykil lagi mutasyabih,
yang tidak diketahui maksud aslinya. Hal ini disebabkan kata huruf dalam hadits-hadits
tersebut adalah lafazh yang musytarak, di mana lafazh tersebut dapat diartikan dengan
banyak mana. Pendapat ini dipilih oleh Ibnu Sa'ad dan An-Nahwiy.
1
ali mutahar, “Kamus Muthahar Arab-Indonesia,” cetakan 1 (jakarta selatan : hikmah 2005): hal. 440.
2
“Op Cit” (n.d.): hal. 375.
3
“Op Cit” (n.d.): hal. 386-390.
3
4
Namun pendapat ini lemah, karena dalam hadits-hadits itu, Rasulullah jelas-jelas
menyuruh para Shahabat dan Umat Islam saat itu untuk membaca Al-Qur'an dengasalah
satu dari huruf yag tujuh. Hal ini menandakan bahwa makna tujuh huruf telah dipahami
oleh generasi Shahabat saat itu. Kecuali jika yang dimaksud oleh kelompok ini, bahwa
maksud dari tujuh huruf itu diketahui oleh generasi terdahulu lalu menjadi tidak jamak
diketahui oleh generasi selanjutnya. Maka hal seperti ini tidaklah maksud
kepada kategori yang mutasyabih, karena mutasyabih adalah yang tidak diketahui oleh
semua generasi.yang dimaksud tujuh dalam hadits-hadits itu bukanlah tujuh yang
sebenarnya. Akan tetapi angka tujuh di sini hanyalah sebagai simbol dalam budaya
Arab yang terbiasa mengindikasikan suatu kesempurnaan dengan angka tujuh. Angka
tujuh di sini sejatinya mengisyaratkan bahwa Al-Qur'an itu sempurna, baik dari segi
bahasa, retorika, makna, maupun mukjizatnya.Namun pendapat ini masih menuai
penolakan. Beberapa redaksi hadits, yang menegaskan maksud yang diinginkan adalah
angka tujuh yang sebenarnya. Seperti hadits Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhuma, "Jibril
membacakan Al-Qur'an kepadaku dengan satu huruf. Dan aku terus meminta tambahan
huruf dan Jibril menambahkan mendukung pendapat ini adalah Abu Hatim As-Sijistani,
Ibnu Qutaibah, Al- Baqilani, Abu Al-Fadh Ar-Razi, As-Sakhawi, Ibnu Al-Jazary, Al-
Khudri Ad-Dimyati, Az-Zarqani, dan lain-lain. Namun mereka berselisih pendapat
tentang pembatasan tujuh bentuk perubahan tersebut.
4
Al-Bukhori, “Al-Bukhori Dan Muslim,” no. no.4992, no 1899 (n.d.).
5
Abu Hatim al
Sajistani,Ibnu
qutaibah,al
Baqillani,Abu Beragam Bahasa dan Qira’at
Fadhl al-Razi,dan
Ibnu Jazari
Sufyan Ibnu Beragam versi lafadz yang punya makna hampir sama
Uyainah,Abdullah
Ibnu wahab,ibnu
abd al-barr al
thahawi
Abu Ubaid ahmad Tujuh macam Bahasa kabilah yang tersebar didalam al
ibnu yahya,tsa’lab qur’an
Khalil ibnu Satu lafadz memiliki tujuh versi qira’at yang berbeda
ahmad
As-shubkiy Satu lafadz tidak mesti memiliki tujuh versi qira’at yang
berbeda,tetapi tidak lebih dari tujuh
6
Celah-celah untuk membantah tujuh huruf yang dengannya Al Quran diturunkan, boleh
dibilang tertutup. Dalam waktu yang bersamaan, tidak ada informasi yang menunjuk kepastian
“Wujud” dari tujuh huruf itu tak ada satu pun riwayat yang memberi kejelasan tujuh huruf yang
dimaksud Rasulullah SAW. oleh karena itu, sekalipun para ulama sepakat Al Quran diturunkan
dengan tujuh huruf, mereka berbeda pendapat mengenai hakikat tujuh huruf itu.5 Persilangan
pendapat para ulama mengenai “Tujuh Huruf” ini begitu tajam. Jumlah pendapatnya pun
banyak sekali, misalnya sebagai berikut :
1. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab mengenai satu makna; dengan pengertian jika bahasa
mereka berbeda-beda dalam mengungkapkan satu makna, maka Al Quran pun diturunkan
dengan sejumlah lafaz sesuai dengan ragam bahasa tersebut tentang makna yang satu itu. Dan
jika tidak terdapat perbedaan, maka Al Quran hanya mendatangkan satu lafaz atau lebih saja.
Dikatakan bahwa ketujuh bahasa itu adalah bahasa Quraisy, Huzail, Saqif, Hawazin, Kinanah,
Tamim dan Yaman.
2. Suatu kaum berpendapat bahwa bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf adalah tujuh
macam bahasa dari bahasa-bahasa Arab dengan mana Al Quran diturunkan. Maksudnya adalah
bahwa tujuh huruf dalam pendapat ini adalah yang betebaaran di berbagai surah Al Quran,
bukan tujuh bahasa yang berbeda dalam kata tetapi sama dalam makna.
3. Sebagian ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud tujuh huruf adalah tujuh wajah, yaitu:
amr (perintah), nahyu (larangan), wa’d (janji), wa’id (ancaman),jadal (perdebatan), qasas
(cerita) dan masal (perumpamaan). Atau amr, nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan
amsal.
4. Segolongan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud tujuh huruf adalah tujuh macam hal
yang didalamnya terjadi ikhtilaf (perbedaan) yaitu:
a. Ikhtilaful asma’ (perbedaan kata benda): dalam bentuk mufrad, muzakkar dan cabang-
cabangnya, sepeti tasniyah, jamak dan ta’nis.
5
acep hermawan, “Ulumul Qur’an,” in PT Remaja Rosdakarya Offset (cet. 1, 2011), hal. 47.
7
g. Perbedaan lahjah, seperti bacaan tafkhim (menebalkan) dan tarqiq (menipiskan), fathah dan
imalah, izhar dan idgam, hamzah dan tashil, isymam, dan lain-lain.
5. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa bilangan tujuh itu tidak diarikan secara
harfiyah (maksudnya, bukan bilangan antara enamdan delapan) tetapi bilangan tersebut hanya
sebagai lambang kesempurnaan menurut kebiasaan orang Arab.
6. Segolongan ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tujuh huruf tersebut adalah
qiraat tujuh.6
Hubungan antara Tujuh Huruf dan Qiraat Sab'ah sangatlah erat. Karena seperti yang
sudah kita bahas, Qiraat Sab'ah adalah bagian dari Tujuh Huruf. Tapi bukan berarti kata tujuh
huruf dalam hadits bisa didefinisisikan dengan Qiraat Sab'ah, sebab qiraat sejatinya adalah
perbedaan cara baca menyangkut lafazh (kata yang sama),
Contoh perbedaan qiraat itu seperti perbedaan dalam menebalkan dan menipiskan
pelafalan huruf, memanjangkan atau memendekkan, dan serupa itu. Lagipula, istilah Qiraat
Sab'ah muncul belakangan. Qiraat Sab'ah adalah tujuh macam bacaan Al-Qur'an yang
dibakukan oleh Ibnu Mujahid pada awal tahun 300 H. Ia mengumpulkan ragam qiraat dari
tujuh imam yang berasal dari Makkah, Madinah, Iraq, dan Syam.
,Menurut Abbad Badruzzaman, upaya Ibnu Mujahid ini bersifat kebetulan, karena dia
mengoleksi tujuh qiraat dari tujuh imam. Padahal, boleh jadi masih banyak qiraat lain yang
kualitasnya justru lebih bagus dari yang disebutkan Ibnu Mujahid.7 Oleh karena itu, Ibnu Al-
Jazari mengatakan, "Para ulama berselisih pendapat mengenai pengertian tujuh huruf, hingga
mencapai 40 pendapat. Namun mereka sepakat bahwa tujuh huruf bukanlah Qiraat Sab'ah.8
Boleh jadi, yang membuat orang awam keliru dalam memahami Sab'ah Ahruf adalah
penetapan angka tujuh oleh Ibnu Mujahid pada Qiraat yang dikoleksinya.9 Sehingga mereka
memahami bahwa Sab'ah Ahruf adalah Qiraat Sab'ah. Padahal dua hal ini berbeda. Masing-
masing beroperasi di wilayah yang berbeda pula, meski tentu saja keduanya merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari Al-Qur'an.10
Selain itu, kekeliruan dalam memahami tujuh huruf sebagai Qiraat Sab'ah akan
berdampak pada dua hal berikut: Pertama, bahwa hadits-hadits mengenai sab'ah ahruf ini tidak
memiliki faidah sampai para ahli qiraat itu muncul di masa Ibnu Mujahid; Kedua, generasi
6
manna khalil al-qattan, “Studi Ilmu Qur’an” (pustaka litera antar nusa, 2013), hal. 229-234 cet. 16.
7
Abbad badruzzaman, “Ulumul Qur’an,” in Pendekatan Dan Wawasan Baru, n.d., hlm. 113.
8
muhammad bin ali haddad, “Al- Kawakib Ad-Duriyyah Fi Ma Warada Fi Inzal al-Qur’an ’ala Sab’ah Ahruf,” n.d.,
hlm. 5.
9
“Manna Al- Qattan,” in Mabahis Fi Ulum Al- Qur’an, n.d., hlm. 168.
10
abbad badruzzaman, “Ulum Al- Qur’an,” in Pendekatan Dan Wawasan Baru, n.d., hlm. 112.
8
sebelum ahli qiraat itu tidak boleh membaca Al-Qur'an sampai lahir para ahli qiraat yang tujuh
ini. Dan hal seperti ini sngatlah mustahil.
Banyak sekali hikmah yang dapat diambil dari turunnya Al-Qur'an dengan tujuh huruf.
Di antara hikmah diturunkannya Al-Qur'an dengan tujuh huruf adalah:11
a. Bahwa Al-Qur'an dengan tujuh hurufnya menjadi tantangan bagi seluruh bangsa arab. Allah
Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
) قل لئن اجتمعت اإلنس والجن على أن يأتوا بمثل هذا القرآن ال يأتون بمثله
Artinya, "Katakanlah sekiranya bangsa jin dan manusia berkumpul untuk mendatangkan yang
semisal Al-Qur'an, niscahya mereka tidak akan mampu melakukannya, meskipun sebagian
mereka menolong sebagian yang lain." Maka jika Al-Qur'an tidak diturunkan dalam tujuh huruf
maka sebagian kabilah akan mengatakan, A 1-Qur^ prime tidak diturunkan dengan
lahjah/bahasa kami. Jika Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa kami maka kami akan datangkan
sesuatu yang semisal dengan Al-Qur'an.12
b. Tujuh huruf sebagai bentuk keringanan dan rahmat terhadap umat Islam.
c. Membantu menyebarkan dakwah Islam. Karena dakwah Islam sangat berkaitan dengan
tersebarnya Al-Qur'an, dan tersebarnya Al-Qur'an sangat berkaitan dengan sarana kemudahan
lahjah dan ragam bahasa yang dipakai bangsa Arab kala itu.
d. Tujuh huruf adalah simbol mukjizat Al-Qur'an dibarengi dengan sifat Al-Qur'an yang
ringkas. Dengan artian, setiap huruf sama dengan satu ayat. Dan tentu saja makna yang dapat
ditarik dari ayat Al-Qur'an itu akan beraneka ragam, selama hurufnya juga bermacam macam.
g. Tujuh huruf adalah ciri khas Umat Muhammad Shallallah 'Alaihi Wasallam.
11
“Fahd Ar- Rumi,” in Dirasat Fi Ulum Al-Qur’an ’ala Sab’ati Ahruf, n.d., hlm. 397-401.
12
muhammad ali ahdad, “Kawakib Ad-Durriyah,” in Inzali Al-Qur’an ’ala Sab’ati Ahruf, n.d., hlm. 5.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kata “Sab'atu" dalam bahasa Arab memilki makna tujuh. Dalam kerangka etimologi,
para ulama berpendapat bahwa kata “tujuh” adalah arti tujuh yang sebenarnya, dan bukan arti
kiasan.Adapun pengertian "Al-Ahruf" adalah huruf-huruf, ia merupakan bentuk bentuk jamak
dari lafal "Harfun". Di dalam kamus Muthahar, pengertian "Harfun” adalah huruf, mata pisau,
pinggir batas, tepi.13Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan kata ahruf dalam hadits-
hadits yang megatakan bahwa Al-Qur'an turun dalam tujuh huruf. Ibnu Hibban mengatakan
bahwa perbedaan pendapat tersebut mencapai 35 pendapat, yang sebagian besarnya saling
tumpang-tindih. Bahkan Suyuthi berpendapat bahwa perbedaan pendapat itu mencapai 45
pendapat. Diturunkan Al-Qur’an dalam tujuh huruf itu setelah Nabi Muhammad SAW meminta
keringanan dan kemudahan bagi umatnya. Celah-celah untuk membantah tujuh huruf yang
dengannya Al Quran diturunkan, boleh dibilang tertutup. Dalam waktu yang bersamaan, tidak
ada informasi yang menunjuk kepastian “Wujud” dari tujuh huruf itu tak ada satu pun riwayat
yang memberi kejelasan tujuh huruf yang dimaksud Rasulullah SAW. oleh karena itu,
sekalipun para ulama sepakat Al Quran diturunkan dengan tujuh huruf, mereka berbeda
pendapat mengenai hakikat tujuh huruf itu. Hubungan antara Tujuh Huruf dan Qiraat Sab'ah
sangatlah erat. Karena seperti yang sudah kita bahas, Qiraat Sab'ah adalah bagian dari Tujuh
Huruf. Tapi bukan berarti kata tujuh huruf dalam hadits bisa didefinisisikan dengan Qiraat
Sab'ah, sebab qiraat sejatinya adalah perbedaan cara baca menyangkut lafazh (kata yang sama).
1. Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa yang Ummi,tidak bisa baca tulis.
2. Bukti kemukjizatan Al-Qur’an bagi naluri atau watak kebahasaan orang Arab
9
DAFTAR PUSTAKA
Ali mutahar, ''kamus muthahar arab-indonesia'', cerakan 1 (jakarta selatan: hikmah 2005)
hal.440.
Acep hermawan, ''ulumul qur'an' PT rosdakarya offset cetakan 1 2011, hal. 47.
Manna khalil al-qattan, ''studi ilmu qur'an (pustaka litera antar nusa, 2013) cetakan 16 halaman
229-234
Abbad badruzzaman, ''ulumul qur'an'' in pendekatan dan wawasan baru halaman 113.
Muhammad bin ali haddad' ''Al-kawakib ad-duriyyah fi ma warada fi inzal al-qur'an 'ala sab'ah
ahruf halaman 5.
Fahd ar-rumi, in dirasat fi ulum al-qur'an 'ala sab'ah ahruf halaman 397-401.
Muhammad ali ahdad, ''kawakib ad-duriyyah, in inzali al-qur'an 'ala sab'ah ahruf halaman 5.
10
11