Anda di halaman 1dari 12

KARAKTERISTIK ILMU TATA-TATA CARA MEMBACA

AL-QUR'AN
(ILMU QIRA'AT)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


STUDI AL-QUR'AN

Dosen Pengampu:
Bpk. MASYKUR, M. PDI

Disusun Oleh:
Moch Saiful Ramadhan NPM. 202248030994
Heru Nur Cahyono NPM. 202248030990
Khabib Sholeh NPM. 202248030993

INSTITUT AGAMA ISLAM HASANUDDIN (IAIH) PARE


FAKULTAS SYARI'AH
PROGAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM
SEPTEMBER 2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas Taufik dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya
hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang
telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini. Harapan
kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan
maupun pendoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga
nantinya kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini menjadi lebih baik.
Kami sadar bahwa ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan baik dari aspek
kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni didasari
oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan saran
kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas
dikemudian hari.

Tim
Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iiii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................2
A. Latar Belakang.................................................................................................2
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Masalah................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
A. Definisi Qiraat..................................................................................................3
B. Sejarah ilmu Qiraat..........................................................................................4
C. Perbedaan dalam ilmu Qiraat...........................................................................4
D. Syarat qira'ah yang diterima.............................................................................5
E. Manfaat mempelajari ilmu Qiraat....................................................................6
F. Metode penyampaian ilmu Qiraat....................................................................7
BAB III PENUTUP...................................................................................................8
A. Kesimpulan......................................................................................................8
B. Kritik dan Saran...............................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Qiraat merupakan salah satu cabang ilmu dalam ‘Ulum al-Qur’an, namun tidak
banyak orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja, biasanya
kalangan akademik. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, di antaranya adalah
ilmu ini tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia
sehari-hari, tidak seperti ilmu fiqih, hadis, dan tafsir misalnya. Hal ini dikarenakan
ilmu qira’at tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara langsung
dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia.
Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk dipelajari, banyak hal yang harus
diketahui oleh peminat ilmu qira’at ini, yang terpenting adalah pengenalan al-Qur’an
secara mendalam dalam banyak seginya, bahkan hafal sebagian besar dari ayat-ayat
al-Qur’an merupakan salah satu kunci memasuki gerbang ilmu ini, pengetahuan
bahasa Arab yang mendalam dan luas dalam berbagai seginya, juga merupakan alat
pokok dalam menggeluti ilmu ini, pengenalan berbagai macam qiraat dan para
perawinya adalah hal yang mutlak bagi pengkajian ilmu ini. Hal-hal inilah barangkali
yang menjadikan ilmu ini tidak begitu populer.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definis ilmui Qiraat?
2. Bagaimana sejarah ilmu Qiraat?
3. Apa perbedaan dalam ilmu Qiraat?
4. Apa saja syarat qira'ah yang diterima?
5. Apa manfaat mempelajari ilmu Qiraat?
6. Bagaimana metode penyampaian ilmu Qiraat?

4
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi Qiraat.
2. Untuk mengetahui sejarah ilmu Qiraat.
3. Untuk mengetahui perbedaan dalam ilmu Qiraat.
4. Untuk mengetahui syarat qira'ah yang diterima.
5. Untuk mengetahui manfaat mempelajari ilmu Qiraat.
6. Untuk mengetahui metode penyampaian ilmu Qiraat.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Qiraat
Menurut bahasa, qira'at ( ‫ )قراءك‬adalah bentuk jamak dari qira'ah (‫ )قراءة‬yang
merupakan isim masdar dari qaraa (‫ )قرأ‬yang artinya bacaa.
Sedangkan menurut istilah cukup beragam artian. Hal ini disebabkan oleh
keluasan makna dan sisi pandang yang dipakai oleh ulama tersebut. Berikut adalah
beberapa pengertian qira'at menurut istilah:
1. Menurut A-Zarqani
‫َم ْذ َهُب ِإَلْيِه ِإَم اٌم ِم ْن َأِئَّمِة الُقَّراِء ُم َخا ِلًفا ِبِه َغْيَر ُه ِفى الُّنْطِق ِبا لُقرآِن الَك ِر يِم َم َع اتَفاِق الِّر َو اَي اِت‬
‫َو الُّطُر ِق َعنُه َس َو آٌء َکاَنْت ِهِذِه الُم َخ ا َلَفُة ِفى ُنْطِق الُحُرْو ِف َأْم ِفى ُنْطٍق َهْيَئِتَها‬
"Suatu madzhab yang dianut oleh seorang imam qiraat yang berbeda dengan yang
lainnya dalam pengucapan Al-Quran al-Karim serta sepakat riwayat-riwayat dan
jalur-jalur daripadanya, baik perbedaan ini dalam pengucapan huruf-huruf
maupun dalam pengucapan keadaan-keadaan."
2. Menurut ibnu Al-Jazira
‫ِع لٌم ِبَكْيِفَيا ِتَأَداِء َك ِلَم اِت الُقْر آِن َو اْخ ِتالِفَها ِبَع ْز ِو الَّناِفَلة‬
"Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata Al-Quran dan
perbedaan-perbedaannya dengan cara mengisbatkan kepada penukilnya."
3. Menurut Ash-Shabuni
‫َم ْذ َهٌب ِم ْن َم َذ اِهِب الُّنْطِق ِفى الُقْر آِن َي ْذ َهُب ِإَلْي ِه ِإَم اٌم ِم َن ْاأل ِئَّم ِة ِبَأَس ا ِنْي ِد َه اِإَلى َر ُس ْو ِل ِهّللا‬
‫َّٰل‬
‫َص ى ُهّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
5
"suatu madzhab cara pelafalan Al-Quran yang dianut oleh salah seorang imam
berdasarkan sanad-sanad yang bersambung kepada Rasulullah s.a.w."1
Perbedaan cara pendefinisian di atas sebenarnya berasal pada satu kerangka
yang sama, yaitu bahwa ada beberapa cara melafalkan Al-Quran walaupun sama-
sama berasal dari satu sumber, yaitu Nabi Muhammad Saw.
Ada beberapa kata kunci dalam membicarakan qiraat yang harus diketahui.
Kata kunci tersebut adalah qira’at, riwayat dan tariqah. Berikut ini akan
dipaparkan pengetian dan perbedaan antara qira’at dengan riwayat dan tariqah,
sebagai berikut :
Qira’at adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang imam dari
qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas; seperti qira’at Nafi’, qira’at Ibn
Kasir, qira’at Ya’qub dan lain sebagainya
Sedangkan Riwayat adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang
perawi dari para qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas. Misalnya, Nafi’
mempunyai dua orang perawi, yaitu Qalun dan Warsy, maka disebut dengan
riwayat Qalun ‘an Nafi’ atau riwayat Warsy ‘an Nafi’.
Adapun yang dimaksud dengan tariqah adalah bacaan yang disandarkan
kepada orang yang mengambil qira’at dari periwayat qurra’ yang tujuh, sepuluh
atau empat belas. Misalnya, Warsy mempunyai dua murid yaitu al-Azraq dan al-
Asbahani, maka disebut tariq al-Azraq ‘an Warsy, atau riwayat Warsy min thariq
al-Azraq. Bisa juga disebut dengan qira’at Nafi’ min riwayati Warsy min tariq al-
Azraq.2

B. Sejarah ilmu Qiraat


Pada dasarnya, ilmu Qira'at sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Hanya saja,
masa itu qira'ah terbatas pada sahabat yang secara khusus menekuni bacan al-Qur'an,
mengajarkan, dan mempelajarinya. Para sahabat ini selalu ingin mengetahui ayat yang
diturunkan kepada Rasulullah Saw. Untuk itu, mereka kemudian menghafalkan
bahkan membacakannya di hadapan Nabi untuk disimak. 3 Hal ini berlangsung hingga
masa para sahabat yang pada perkembangannya al-Qur’an dibukukan atas dasar iktiar
dari khalifah Abu Bakar dan inisiatif Umar bin Khattab.
Pada perkembangan berikutnya, al-Qur’an justru tertata lebih rapi karena
khalifah Usman berinisiatif untuk menyalin mushaf dan dicetak lebih banyak untuk
kemudian disebarkan kepada kaum muslimin di berbagai kawasan. Langkah ini
ditempuh oleh Utsman bin Affan karena pada waktu itu terjadi perselisihan diantara
sesama kaum muslimin tentang perbedaan bacaan yang mereka terima, maka dengan
dasar inilah diketahui sejarah awal terjadinya perbedaat Qira’at yang kemudian
dipadamkan oleh Utsman bin Affan dengan cara menyalin mushaf itu menjadi satu
bentuk yang sama dan mengirimnya ke berbagai daerah. Dengan cara seperti ini maka
tidak akan ada lagi perbedaan, karena seluruh mushaf yang ada di daerah-daerah
1
Nur, Muhammad Qadirun. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur'an Praktis. Jakarta. Pustaka Amani.
2
Al-Qattan, Manna Khalil. 1973. Mabahis Fi Ulumil Qur'an. Surabaya. Al-hidayah.
3
Ibid, yang dikutip dari bukunya Muhammad Thabathaba'i, Mengungkap Rahasia al-Qur’an (Bandung: al-Mizan, 1990)
hlm, 134.
6
kaum muslimin semuanya sama, yaitu mushaf yang berasal dari khalifah Utsman bin
Affan.
Setelah masa itu, maka muncullah para qurra’ (para ahli dalam membaca al-
Qur’an), merekalah yang menjadi panutan di daerahnya masing-masing dan dari
bacaan mereka dijadikan pedoman serta cara-cara membaca al-Qur’an.
Ilmu Qira'ah baru dibukukan pada abad ke-3 Hijriah. Para ahli sejarah
mengatakan bahwa orang yang berjasa menuliskan ilmu qira'ah aalah Imam Abu
ubaid al-Qasim bin salam (224 H). Abu Ubaid menulis yang menghimpun qira'at dari
25 orang perawi, dan menamainya dengan kitab Qira'at.4
Menurut Ibnu Jazari, antusiasme para ulama terhadap ilmu qira'ah di
latarbelakangi oleh maraknya kebohongan yang dilakukan para musuh Islam terhadap
al-Qur'an. Pada saat yang bersamaan, ilmu mengenai al-Qur'an dan hadits sudah
memiliki banyak cabang. Alasan lainnya adalah berkaitan dengan kaum muslim yang
sangat memerlukan ilmu qira'at sebagai upaya menjaga dan memelihara al-Qur'an dari
perubahan dan pemutar balikan yang akan dilakukan oleh musuh-musuh Islam.5

C. Perbedaan dalam ilmu Qiraat


Ada beberapa macam madzhab dalam ilmu qira'ah. Sedangkan madzhab qira'ah
yang sangat popular adalah Qira’ah Sab’ah, Qira’ah ’Asyrah juga Qira’ah Arba’a
‘Asyroh. Terjadinya perbedaan madzhab qira'ah ini di sebabkan oleh perbedaan
intelektual serta kesempatan masing-masing sahabat dalam mengetahui dan membaca
al-Qur'an.6
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam membaca alQur'an
adalah hal tulisan. Tulisan al-Qur'an dalam Mushaf Utsmani, misalnya yang
sebelumnya belum diberi baris dan tanda baca menyebabkan terjadinya perbedaan
qira'ah. Terjadinya perbedaan bacaan ini semakin meluas, terutama saat wilayah Islam
kian merambak. Keadaan tersebut menyebakan banyaknya para sahabat yang
mengajar al-Qur'an menyebar ke berbagai daerah.7
Seperti yang sudah di sebutkan, qira'ah yang paling masyhur adalah qira'ah
Sab'ah. Disebut Qira'ah Sab'ah karena merujuk kepada tujuh imam yang sangat
masyhur. Tujuh imam tersebut adalah Imam Nafi’ bin Abdurrahman (w. 169 H).
Imam Abdullah bin Katsir (w. 120 H). Imam Abu Amr, Zabban bin AL-Ala’ Al-
Bashriy (w. 154 H). Imam Abdullah Ibnu Amir Al-Syamiy (w. 118 H). Imam Ashim
bin Abi Al-Najud Al-Kufiy (w. 128 H). Imam Hamzah bin Al-Zayyat (w. 156 H).
Imam Ali bin Hamzah Al-Kisa’i (w. 189 H).
Sedangkan Qira'ah Asyrah merupakan qira'ah yang merujuk pada sepuluh imam.
Pada dasarnya, Qira'ah Sab'ah yang ditambah tiga imam qira'ah, antara lain Abu
Muhammad Ya'qub bin Ishaq al-Madhrami dai Bashrah (205 H), Abu Muhammad
4
Rusydi Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits Teori dan Metodologi, (Yogyakarta: IRCSoD, 2015), yang
dikutip dari Kitab Manahilul ‘Irfan Fi Ulumil Qur’an karya Az-Zarqani, (Beirut: Darul Fikr, 1988)
5
Ibid, hlm 134 yang dikutip dari bukunya Sya'ban Muhammad Ismail, Mengenal Qira’at al-Qur’an (Semarang: Dimas,
1993) hlm, 124.
6
Muhammad Ali Ash-Sha'abuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis.
7
Muhammad Ali Ash-Sha'abuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis.
7
Khalaf bin Hisyam bin Thalih al-Makki al-Bashar(229 H), Abu Ja'far Yazid bin al-
Qa'qa' al-Makhzumi al-Madani (230 H).8
Qira'ah masyhur lainnya adalah Qira'ah Arba'a 'Asyrah, yakni qira'ah yang
merujuk pada empat belas imam atau Qira'ah sepuluh ditambah empat. Mereka adalah
Imam Hasan al-Bashri, Imam Ibnu Mahisy, Imam yahya al-Yazidi dan Imam asy-
Syambudzi.9

D. Syarat qira'ah yang diterima


Para ulama melakukan persyaratan untuk menentukan qira'ah yang baik dan
diterima. Beberapa persyaratan itu sebagai berikut:
1. Qira'ah harus sesuai dengan kaidah bahasa Arab
2. Qira'ah itu harus sesuai dengan salah satu mushaf Utsmani, dan
3. Qira'ah itu harus shahih Sanadnya.10
Dalam menentukan keshahihan sanad Qira'ah, ibnu Jazari membuat
beberapa kelompok kategori , yaitu sebagai berikut;
1. Qira’ah mutawatir, yakni qira'ah yang diriwayatkan oleh sejumlah rawi yang
banyak dan juga periwayat yang banyak pula, sehingga tidak mungkin mereka
sepakat untuk berdusta. Seperti Qira'ah Sab'ah menurut jumhur ulama termasuk
qira'ah yang mutawatir.
2. Qira’ah masyhur, yaitu qira'ah yang sanadnya bersambung kepada Rasulullah
Saw, tetapi hanya diriwayatkan oleh seorang atau beberapa orang yang adil dan
tsiqah, sesuai dengan bahasa Arab, sesuai dengan salah satu mushaf Utsmani baik
berasal dari imam tujuh, imam sepuluh maupun imam lain yang diakui.
3. Qira’ah ahad, yaitu qira'ah yang sanadnya shahih tetapi menyalahi Mushaf
Utsmani atau kaidah bahasa Arab atau tidak populer seperti qiro'ah mutawatir dan
masyhur. Qira'ah ini tidak boleh dibaca dan tidak wajib diyakini seperti riwayat
Al-Hakim dari Ashim al-Jahdari dari Abi Bakrah yang menyatakan bahwa
Rasulullah SAW, pernah membaca laqad ja-akum min anfusikum dengan fa’
dibaca fathah (min anfasakum).
4. Qira’ah syadz, yakni qira'ah yang sanadnya cacat dan tidak bersambung kepada
Rasulullah Saw.
5. Qira’ah maudhu’, yakni qira'ah yang nisbatkna kepada seseorang tanpa dasar.11
6. Qira’ah mudraj, yaitu qira'ah yang di dalamnya terdapat lafadz atau kalimat
tambahan yang biasanya di jadikan penafsiran bagian ayat alQur'an, seperti qira'at

8
Muhammad Ali Ash-Sha`abuni, Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis. hlm, 132.
9
Ibid, yang dikutip dari bukunya Muhammad Thabathaba'i, Mengungkap Rahasia al-Qur’an (Bandung: al-Mizan, 1990)
hlm, 138.
10
Rusydi Anwar, 124
11
Rusydi Anwar, 135
8
Ibnu Abbas, laisa alaikum an tabtaghu fadhlan mirrabikum yang kemudian
ditambah dengan kalimat fimawasimil hajj.12

E. Manfaat mempelajari ilmu Qiraat


Dengan memahami ilmu qira'ah sekaligus perbedaan-perbedaannya, maka kita
akan mendapatkan beberapa manfaaat, yakni sebagai berikut :13
1. Memudahkan kita memahami perbedaan logat dari tiap-tiap suku, tekan suara dan
bahasa mereka dengan bahasa al-Qur'an. Terutama berkaitan dengan orang Arab
pada awal Islam yang terdapat banyak kabilah dan suku-suku.
2. Membantu kita dalam melakukan kajian tafsir serta dapat menjelaskan apa yang
mungkin masih dianggap global bagi qira'ah lain, terutama dalam istinbath
hukum. Seperti qira'ah Ibnu Mas'ud; assariqu wassariqatu faqtha’u aidiayahuma.
Dalam qira'ah lain di baca faqtha’u aimanahuma.
3. Menunjukan terpelihanya al-Qur'an dari perubahan dan penyimpangan, mengingat
kitab tersebut memiliki banyak segi bacaan.
4. Sebagai salah satu bukti akan kemukjizatan al-Qur'an, baik dari segi lafadz dan
maknanya. Ada kalanya perbedaan qira'ah itu hanya sebatas perbedaan lafadz,
bukan maknanya, seperti lafadz ash-shirath dibaca as-sirath. Namun ada
perbedaan ini menyangkut perbedaan lafadz maaliki dan maliki sebagaimana
dalam surat al-Fatihah.

F. Metode penyampaian ilmu Qiraat


Menurut Dr. Muhammad bin Alawi Al-Maliki dalam bukunya berjudul Zubdah
al-itqan fi ulumil Qur’an mengatakan, bahwa di kalangan ahli hadits ada beberapa
periwayatan atau penyampaian qira’ah diantaranya:
1. Mendengar langsung dari guru (al-Sima’)
2. Membacakan teks atau hafalan didepan guru (al-Qira’ah ‘ala al-Syaikh)
3. Melalui ijazah dari guru kepada murid
4. Guru memberikan sebuah naskah asli kepada muridnya atau salinan yang
dikoreksinya untuk diriwayatkan (al-Munalah)
5. Guru menuliskan sesuatu untuk diberikan kepada muridnya (Mukatabah)
6. Wasiat dari guru kepada para murid-muridnya
7. Pemberitahuan tentang qira’ah tertentu (al-I’lam)

12
Rusydi Anwar, 136
13
Rusydi Anwar, 136-137
9
8. Hasil temuan (al-Wijadah)
Para imam qira’ah, baik salaf maupun kholaf dalam meriwayatkan lebih banyak
menggunakan metode qira’ah ‘ala as-Syaikh. Metode ini juga digunakan oleh Nabi
saw. Ketika beliau menyodorkan bacaan al-Qur’an di hadapan Jibril pada setiap bulan
Ramadhan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut bahasa, qira'at (‫ )قراءك‬adalah bentuk jamak dari qira'ah (‫ )قراءة‬yang
merupakan isim masdar dari qaraa (‫ )قرأ‬yang artinya bacaa.
Sedangkan menurut istilah cukup beragam artian yang disebabkan oleh keluasan
makna dan sisi pandang yang dipakai oleh para Ulama tersebut. salah satunya
adalah menurut ibnu Al-Jazira yaitu "Ilmu yang menyangkut cara-cara
mengucapkan kata-kata Al-Quran dan perbedaan-perbedaannya dengan cara
mengisbatkan kepada penukilnya."
2. Pada dasarnya, ilmu Qira'at sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw. Hanya saja,
masa itu qira'ah terbatas pada sahabat yang secara khusus menekuni bacan al-
Qur'an, mengajarkan, dan mempelajarinya.
Pada perkembangan berikutnya, al-Qur’an justru tertata lebih rapi karena khalifah
Usman berinisiatif untuk menyalin mushaf dan dicetak lebih banyak untuk
kemudian disebarkan kepada kaum muslimin di berbagai kawasan. Setelah masa
10
itu muncullah para qurra’ (para ahli dalam membaca al-Qur’an), yang menjadi
panutan pedoman serta cara-cara membaca al-Qur’an.
3. Ada beberapa madzhab dalam ilmu qira'ah, madzhab yang sangat populer adalah
Qira’ah Sab’ah, Qira’ah ’Asyrah juga Qira’ah Arba’a ‘Asyroh. Terjadinya
perbedaan madzhab qira'ah ini di sebabkan oleh perbedaan intelektual serta
kesempatan masing-masing sahabat dalam mengetahui dan membaca al-Qur'an,
faktor lain yang menyebabkan terjadinya perbedaan dalam membaca alQur'an
hanya dalam hal tulisan.
4. Para ulama melakukan persyaratan untuk menentukan qira'ah yang baik dan
diterima. persyaratan itu sebagai berikut:
a. Qira'ah harus sesuai dengan kaidah bahasa Arab
b. Qira'ah itu harus sesuai dengan salah satu mushaf Utsmani, dan
c. Qira'ah itu harus shahih Sanadnya.
Menurut ibnu Jazira dalam menentukan Keshahihan sanad dibagi beberapa
kategori, yaitu:
a. Qira'ah mutawatir
b. Qira'ah masyhur
c. Qira'ah ahad
d. Qira'ah syadz
e. Qira'ah maudhu'
f. Qira'ah mudraj

5. Ada beberapa manfaat dalam memahami Ilmu Qira'ah, yaitu:


a. Memudahkan kita memahami perbedaan logat dari tiap-tiap suku, tekan suara
dan bahasa mereka dengan bahasa al-Qur'an.
b. Membantu kita dalam melakukan kajian tafsir serta dapat menjelaskan apa
yang mungkin masih dianggap global bagi qira'ah lain, terutama dalam
istinbath hukum.
c. Menunjukan terpelihanya al-Qur'an dari perubahan dan penyimpangan,
mengingat kitab tersebut memiliki banyak segi bacaan.
d. Sebagai salah satu bukti akan kemukjizatan al-Qur'an, baik dari segi lafadz
dan maknanya. Ada kalanya perbedaan qira'ah itu hanya sebatas perbedaan
lafadz bukan maknanya.
6. Beberapa metode penyampaian Qira'ah Menurut Dr. Muhammad bin Alawi Al-
Maliki, yaitu:
a. Mendengar langsung dari guru (al-Sima’)
b. Membacakan teks atau hafalan didepan guru (al-Qira’ah ‘ala al-Syaikh)
c. Melalui ijazah dari guru kepada murid
d. Guru memberikan sebuah naskah asli kepada muridnya atau salinan yang
dikoreksinya untuk diriwayatkan (al-Munalah)
e. Guru menuliskan sesuatu untuk diberikan kepada muridnya (Mukatabah)
f. Wasiat dari guru kepada para murid-muridnya
11
g. Pemberitahuan tentang qira’ah tertentu (al-I’lam)
h. Hasil temuan (al-Wijadah)

B. Kritik dan Saran


Kami dari pemakalah memohon kepada teman-teman semua jika terdapat banyak
kesalahan dalam makalah ini kami meminta saran dan kritik dari semuanya. Semoga
apapun saran dan kritikan dari teman-teman bisa menjadi motivasi buat kami agar
lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna Khalil. 1973. Mabahis Fi Ulumil Qur'an. Surabaya: Al-hidayah.


Muhammad Ali Ash-Sha'abuni, Nur, Muhammad Qadirun. 2001. Ikhtisar Ulumul
Qur’an Praktis. Jakarta: Pustaka Amani
Muhammad Thabathaba'i. 1990. Mengungkap Rahasia al-Qur’an. Bandung: al-
Mizan.
Nur, Muhammad Qadirun. 2001. Ikhtisar Ulumul Qur'an Praktis. Jakarta. Pustaka
Amani
Rusydi Anwar. 2015. Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits Teori dan
Metodologi. Yogyakarta: IRCSoD.
Sya'ban Muhammad Ismail. 1993. Mengenal Qira’at al-Qur’an. Semarang: Dimas.

12

Anda mungkin juga menyukai