Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMU QIRA’AT AL-QUR’AN

TUGAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul qur’an


pada jurussan ekonomi syariah

Disusun oleh :
Zulmansyah (200602011)
Dosen pengampu : tabsyirah, Lc., Mus.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

EKONOMI SYARIAH

TAHUN AJARAN 2020/2021


kata pengantar

Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh

bismillahirrahmanirrahim

syukur alhamdulillah,Segala puji dan puja hanya tercurahkan kepada Allah


SWTyang telah menganugerahkan begitu banyak limpahan nikmat dengan berbagai
rahmat dan petunjuk-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul ilmu Qira’at al-qur’an dengan sederhana dan munkin penuh dengan
kekurangan atau masih jauh dari kata sempurna,dan tidak lupa pula kita
mengirimkan selawat beriringan salam kepada junjungan kita yakni nabi sekaligus
rasul kita muhammad SAW yang telah begitu banyak mengajarkan kebijaksanaan
dan akhlak yang terpuji sehingga bisa membawa kita dari alam jahilliyah kepada
alam yang berilmu pengetahuan yang kita rasakan seperti saat sekarang ini.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang di
berikan  pada bidang studi/mata kuliah ulumul quran. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang apa itu ilmu qira’at,macam-macam
ilmu qira’at,untuk mengetahui kreteria qiraat yang diterima,dan sebagainya. Penulis
sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu tabsyirah,Lc,. MUs, selaku


guru/dosen bidang studi/mata kuliah ulumul qur’an yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

[gayo lues,juli 2021]

i
Daftar isi

Kata pengantar.................................................................................................. i

Daftar isi............................................................................................................ ii

BAB I Pendahuluan........................................................................................... 1

A. Latar belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan masalah.................................................................................... 1
C. Tujuan masalah......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 2

A. Pengertian ilmu qira’at................................................................................ 2


B. Macam-macam qiraat alqur’an................................................................... 3
C. Kriteria dan ketentuan qira’at alqur’an........................................................ 4
D. Madzhab Qira’at yang Mu’tabar................................................................. 4
E. Faedah mempelajari Ilmu Qira’at Al-Qur’an............................................... 6

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 7

A. Kesimpulan................................................................................................ 7
B. Daftar pustaka........................................................................................... 7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada masa hidup Nabi Muhammad SAW, perhatian umat terhadap kitab Al-
Qur‟an ialah memperoleh ayat-ayat Al-Qur‟an dengan mendengarkan, membaca
dan menghafalkannya secara lisan dari mulut ke mulut.
Pada periode pertama, Al-Qur‟an belum dibukukan, sehingga dasar pembacaan dan
pelajarannya masih secara lisan. Hal ini berlangsung terus sampai pada masa
sahabat, masa pemerintah Khalifah Abu Bakar dan Umar r.a. Pada masa mereka,
Kitab Al-Qur‟an sudah dibukukan dalam satu mushaf. Pembukuan Al-Qur‟an
tersebut merupakan ikhtiar khalifah Abu Bakar r.a. atas inisiatif Umar bin Khattab r.a.
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan r.a. mushaf Al-Qur‟an itu disalin dan dibuat
banyak, serta dikirim ke daerah-daerah Islam yang pada waktu itu sudah menyebar
luas guna menjadi pedoman bacaan pelajaran dan hafalan Al-Qur‟an.
Hal itu diupayakan Khalifah Utsman, karena pada waktu ada perselisihan sesama
muslim di daerah Azzerbeijan mengenai bacaan Al-Qur‟an. Perselisihan tersebut
hampir saja menimbulkan perang saudara sesama umat Islam. Sebab, mereka
berlainan dalam menerima bacaan ayat-ayat Al-Qur‟an karena oleh Nabi
Muhammad SAW diajarkan cara bacaan yang relevan dengan dialek mereka
masing-masing. Tetapi karena tidak memahami maksud tujuan Nabi Muhammad
SAW, lalu tiap golongan menganggap hanya bacaan mereka sendiri yang benar,
sedang bacaan yang lain salah, sehingga mengakibatkan perselisihan. Itulah
pangkal perbedaan qira‟at dan tonggak sejarah tumbuhnya ilmu qira‟at.1
Tatkala para qari‟ sudah tersebar di berbagai pelosok. qira‟at tersebut diajarkan
secara turun temurun dari guru ke guru, sehingga Sebab-sebab mengapa hanya
tujuh imam qira‟at yang masyhur padahal masih banyak imam-imam qira‟at lain
yang lebih tinggi kedudukannya, karena sangat banyaknya periwayat qira‟at mereka.
Ketika semangat dan perhatian generasi sesudahnya menurun, mereka lalu
berupaya untuk membatasi hanya pada qira‟at yang sesuai dengan khaf mushaf
serta dapat mempermudah penghafalan dan pendabitan qira‟atnya.2
Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah ini, kami akan menyajikan bahan
seminar kelas yang berjudul “Ilmu Qira’at Al-Qur’an” sehingga kita mengetahui
makna yang sesungguhnya.

B. rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Ilmu Qira‟at Al-Qur‟an?
2. Apa saja macam-macam ilmu qira’at ?
3. Apa saja kriteria dan ketentuan Qira‟at ?
4. Siapa saja Madzhab Qira‟ah yang Mu‟tabar?
5. Apa saja faedah mempelajari Ilmu Qira‟at Al-Qur‟an?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari Ilmu Qira‟at Al-Qur‟an.
2. Untuk mengetahui macam-macam ilmu qira’at.
3. Untuk mengetahui kriterian dan ketentuan Qira‟at.
4. Untuk mengetahui Madzhab Qira‟ah yang Mu‟tabar.
5. Untuk mengetahui faedah mempelajari Ilmu Qira‟at Al-Qur‟an.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ilmu qiraat
Qira’at adalah jamak dari qira’ah, yang berarti bacaan sedangkan menurut
bahasa merupakan isim mashdar dari lafal qara’a (fi’il madhi) yang berarti membaca.
Maka qira’at berarti bacaan atau cara mebaca. Sedangkan menurut istilah qira’at
adalah salah satu madzhab (aliran) pengucapan Al-Qur’an yang dipilih oleh salah
seorang imam qurra’ sebagai suatu madzhab yang berbeda dengan madzhab
lainnya.
Bila dirujuk bedasarkan pengertian terminology (istilah), ada beberapa definisi
qira’at menurut para ulama, diantaranya:
a) Menurut Az-Zarqani
Az-Zarqani mendefinisikan qira’ah dalam terjemahan bukunya yaitu: madzhab
yang dianut oleh seorang imam qira’at yang berbeda dengan lainnya dalam
pengucapan Al-Qur’an serta kesepakatan riwayat-riwayat dan jalur-jalurnya, baik
perbedaan itu dalam pengucapan huruf-huruf ataupun bentuk-bentuk lainnya
b) Menurut Ibn Al-Jazari Ilmu yang menyangkut cara-cara mengucapkan kata-kata
Al-Qur’an dan perbedaan- perbedaannya dengan cara menisbatkan kepada
penukilnya
c) Menurut Al-Qasthalani
Suatu ilmu yang mempelajari hal-hal yang disepakati atau diperselisihkan ulama
yang menyangkut persoalan lughat, hadzaf, i’rab, itsbat, fashl dan washl yang
kesemuanya diperoleh secara periwayatan
d) Menurut Az-Zarkasyi
Qira’at adalah pebedaan cara mengucapkan lafadz-lafadz Al-Qur’an, baik
menyangkut huruf-hurufnya atau cara pengucapan huruf-huruf tersebut, seperti
takhfif (meringankan), tatsqil (memberatkan), dan atau yang lainnya.
e) Menurut Al-Jazari Qira’at
adalah pengetahuan tentang cara-cara melafalkan kalimat-kalimat Al-Qur’an
dan perbedaannya dengan membangsakannya kepada penukilnya.

2
B. Macam-Macam Qira’at Al-Qur’an
Macam-macam qiraat dilihat dari segi kuantitas:
1) Qiraah sab’ah (qira’ah tujuh)
Kata sab’ah artinya adalah imam-imam qiraat yang tujuh. Mereka itu adalah :
Abdullah bin Katsir ad-Dari (w. 120 H), Nafi bin Abdurrahman bin Abu Naim (w. 169
H),Abdullah al-Yashibi (q. 118 H), Abu ‘Amar (w. 154 H), Ya’qub (w. 205 H), Hamzah
(w.188 H), Ashim ibnu Abi al-Najub al-Asadi.

2) Qiraat Asyrah (qira’at sepuluh)


Yang dimaksud qiraat sepuluh adalah qiraat tujuh yang telah disebutkan di atas
ditambah tiga qiraat sebagai berikut : Abu Ja’far. Nama lengkapnya Yazid bin al-
Qa’qa al-Makhzumi al-Madani. Ya’qub (117 – 205 H) lengkapnya Ya’qub bin Ishaq
bin Yazid binAbdullah bin Abu Ishaq al-Hadrani, Khallaf bin Hisyam (w. 229 H)

3) Qiraat Arba’at Asyarh (qira’at empat belas)


Yang dimaksud qiraat empat belas adalah qiraat sepuluh sebagaimana yang telah
disebutkan di atas ditambah dengan empat qiraat lagi, yakni : al-Hasan al-Bashri (w.
110 H), Muhammad bin Abdurrahman (w. 23 H), Yahya bin al-Mubarak al-Yazidi
and-Nahwial-Baghdadi (w. 202 H), Abu al-Fajr Muhammad bin Ahmad asy-
Syambudz (w. 388 H).

Macam-macam qiraat dilihat dari segi kualitas


Berdasarkan penelitian al-Jazari, berdasarkan kualitas, qiraat dapat dikelompokkan
dalam lima bagian, yaitu:
1) Qiraat Mutawatir
Yakni yang disampaikan sekelompok orang mulai dari awal sampai akhir sanad,
yang tidak mungkin bersepakat untuk berbuat dusta.Umumnya, qiraat yang ada
masuk
dalam bagian ini.
2) Qiraat Masyhur
Yakni qiraat yang memiliki sanad sahih dengan kaidah bahasa arab dan tulisan
Mushaf utsmani. Umpamanya, qiraat dari tujuh yang disampaikan melalui jalur
berbedabeda,
sebagian perawi, misalnya meriwayatkan dari imam tujuh tersebut, sementara yang
lainnya tidak, dan qiraat semacam ini banyak digambarkan dalam kitab-kitab qiraat.
3) Qiraat Ahad
Yakni yang memiliki sanad sahih, tetapi menyalahi tulisan Mushaf Utsmani dan
kaidah bahasa arab, tidak memiliki kemasyhuran dan tidak dibaca sebagaimana
ketentuan
yang telah ditetapkan5.
4) Qiraat Syadz (menyimpang),
Yakni qiraat yang sanadnya tidak sahih.Telah banyak kitab yang ditulis untuk jenis
qiraat ini.
5) Qiraat Maudhu’ (palsu), seperti qiraat al-Khazzani
6) As-Suyuthi kemudian menambah qiraat yang keenam,
Yakni qiraat yang menyerupai hadits Mudraj (sisipan), yaitu adanya sisipan pada
bacaan dengan tujuan penafsiran.Umpamanya qiraat Abi Waqqash.

3
C. Kriteria dan Ketentuan Qira’at Al-Qur’an

Untuk menangkal penyelewengan qiraat yang sudah muncul, para ulama


membuat persyaratan-persyaratan bagi qiraat yang dapat diterima. Untuk
membedakan antara yang benar dan qiraat yang aneh (syazzah), para ulama
membuat tiga syarat bagi qiraat yang benar, yaitu:
a) Kesesuaiannya dengan Satu Ragam Dari Beberapa Macam Ragam Bahasa Arab.
Sama saja apakah ia ragam bahasa Arab yang fasih atau afshah (lebih fasih).
Karena qira’at adalah sunnah yang diikuti, wajib untuk diterima dan jalan untuk
mengarah kepadanya adalah dengan menggunakan sanad, bukan dengan ra’yu
(akal/rasio).
b) Qira’at Tersebut Sesuai dengan Salah Satu Mushaf ‘Utsmani.
Walaupun bersifat kemungkinan (tidak secara pasti).Karena para Shahabat
radhiyallahu 'anhum di dalam penulisan mushaf ‘Utsmani mereka berijtihad dalam
membuat rasm (bentuk tulisan/khat) berdasarkan apa yang mereka ketahui dari
bahasa-bahasa Qira’at. Maka mereka menulis ‫ الصراط‬misalnya dalam firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala: ‫ص َرا َط ا ْل ُم ْس َتقِی َم‬
ِّ ‫ اھْ ِد َنا ال‬Dengan menggunakan huruf ‫ ص‬-sebagai
ganti dari huruf ‫س‬- mereka tidak menggunakan huruf ‫ س‬yang ia adalah asal dari kata
tersebut, supaya qira’at (bacaan) ‫) )سالسراط‬. Dan meskipun ia menyelisihi rasm
(tulisan) dari satu ragam, namun ia telah datang sesuai dengan asal mula kata
tersebut secara bahasa yang telah dikenal, sehingga keduanya seimbang dan
jadilah bacaan dengan isymam mungkin untuk dilakukan. (Isymam adalah
memonyongkan kedua bibir seperti orang yang hendak mengucapkan
dhommahnamun dampak dari pemonyongan bibir tidak tampak dalam ucapan)
c) Qira’at tersebut harus shahih sanadnya
Karena Qira’at adalah sunnah yang diikuti, yang didasarkan pada kebenaran
penukilan dan keshahihan riwayat. Seringkali para ahli bahasa Arab mengingkari
suatu Qira’at di antara macam-macam Qira’at yang ada dengan alasan keluarnya
Qira’at tersebut dari aturan/kaidah bahasa Arab, atau karena lemahnya ia dari sisi
bahasa. Namun para imam ahli Qira’at tidak mengindahkan dan memeperhatikan
pengingkaran tersebut (karena mereka lebih mengedepankan keshahihan sanad.
Wallahu A’lam, ed)
Itulah patokan untuk sebuah Qira’at yang shahih. Mak jika terpenuhi ketiga rukun;
Pertama, kecocokannya dengan bahasa Arab, Kedua, Kecocokannya dengan
mushaf dan Ketiga adalah shahihnya sanad qira’at tersebut, maka ia adalah Qira’at
yang shahih. Dan kapan saja hilang salah satu rukun atau lebih dari rukun-rukun
tersebut, maka Qira’at tersebut dinamakan dengan Qira’at Dha’if, atau Syadz atau
Batil.
D. Madzhab Qira’at yang Mu’tabar
Madzhab Qira‟at yang mu‟tabar disini muncul pada abad keempat hijriyah di
tangan Imam Ahmad bin Musa bin al-Abbas yang masyhur dengan sebutan Ibnu
Mujahid (w. 324 H). Berdasarkan hasil kajian yang mendalam terhadap berbagai
macam qira‟at Al-Qur‟an yang berkembang pada saat itu, Ibnu Mujahid
menyimpulkan bahwa hanya ada tujuh macam qira‟at yang dianggap memenuhi
syarat dan layak diterima sebagai qira‟at Al-Qur‟an. Tujuh macam qira‟at atau yang
dikenal dengan sebutan qira‟at tujuh itu adalah qira‟at yang dipopulerkan oleh tujuh
orang imam, yaitu Imam Nafi, Ibnu Katsir, Abu Amr, Ibnu „Amir, „Ashim, Hamzah,
dan Kisa‟i.
Adapun biodata para Imam tujuh tersebut berikut dua orang perawinya adalah
sebagai berikut:

4
1. Imam Nafi, nama lengkapnya Nafi al-Madani Ibnu Abdurrahman bin Abi Nu‟aim
Abu Ruwaim al-Laitsi. Lahir tahun 70 H dan wafat tahun 169 H. Beliau termasuk
Imam tsiqah yang berasal dari Ashbahan. Beliau belajar qira‟at dari Abi Ja‟far
Yazid bin Al-Qa‟qa‟ Al-Madani, Ibnu Hurmuz Al-A‟raj, dan Muslim bin Jundub.
Semua guru Nafi ini mempelajari qira‟at dari sahabat seperti Ibnu Abbas, Abu
Hurairah, Ubay, dan Az-Zubir bin Al-Awwam
Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Qalun, nama lengkapnya Abu Musa Isa bin Mina az-Zarqa, penguasa Bani
Zahrah. Lahir pada tahun 120 H dan meninggal tahun 220 H. Beliau seorang
Qari‟ penduduk Madinah dan sekitarnya.
b. Warsy, nama lengkapnya Utsman bin Sa‟id al-Qibthi al-Mishri, penguasa
Quraisy. Lahir tahun 110 H dan meninggal pada tahun 197 H di Mesir

2. Ibnu Katsir, nama lengkapnya Abdullah Abu Ma‟bad al-Athar ad-Dari al-Farisi al-
Makki. Lahir pada tahun 45 H dan meninggal tahun 120 H. Beliau belajar qia‟at
dari sahabat Nabi SAW ialah Abdullah bin Sa‟ib.
Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Al-Bazzi, nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Abu
al-Hasan al-Bazzi. Beliau seorang qari‟ di Makkah dan Muadzin di masjid
al-Haram . Lahir pada tahun 170 H dan meninggal pada tahun 250 H.
b. Qunbul, nama lengkapnya Muhammad bin Abdurrahman al-Makhzumi
Abu Umar al-Makki. Beliau lahir pada tahun 195 H dan meninggal pada tahun
291 H.

3. Abu Amr bin al-Ala, nama lengkapnya Zabban bin al-Ala at-Tamimi al-Mazani al-
Bashari. Lahir pada tahun 68 H dan meninggal tahun 154 H. Adapun dua orang
perawinya yang terkenal adalah:
a. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al-Azdi al-Baghdadi
an-Nahwi adh-Dharir. Wafat tahun 26 H.
b. As-Susi, nama lengkapnya Shaleh bin Zaid Abu Syu‟aib as-Susi ar-Ruqi.
Beliau muqri‟ dhabit dan tsiqah dan meninggal tahun 261 H.

4. Ibn Amir ad-Dimasyqi, nama lengkapnya Abdullah Abu Imran al-Yahshabi.


Beliau seorang Imam qira‟ah di Syam. Lahir tahun 21 H dan meninggal tahun
118 H. Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Hisyam bin Ammar, nama lengkapnya Abu al-Walid as-Sullami ad-
Dimasyqi. Bliau seorang imam, khatib, dan mufti penduduk Damaskus. Lahir
tahun 153 H dan meninggal tahun 245 H.
b. Ibnu Dzakwan, nama lengkapnya Abu Amr Abdullah bin Ahmad al-Fahri
ad-Dimasyqi. Lahir tahun 173 H dan meninggal tahun 242 H. Beliau seorang
qari‟ di Syam dan Imam di Masjid Jami‟ Damaskus.

5. Ashim bin Abi an-Najud al-Kufi, nama lengkapnya Abu Bakar Ibnu Bahdalah al-
Hannath. Penguasa Bani As‟ad, qari‟ terkemuka di Kufah. Meninggal tahun
127 H . Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Syu‟bah, nama lengkapnya Abu Bakar bin „Iyasy al-Asadi an-Nahsyali al-
Kufi al-Hannath. Lahir tahun 95 H dan meninggal tahun 193 H.
b. Hafsh bin Sulaiman, nama lengkapnya Abu Umar al-Asadi al-Kufi al-
Bazzar. Lahir tahun 90 H dan meningeal tahun 180 H.

5
6. Hamzah bin Habib az-Zayyat, nama lengkapnya Abu „Imarh al-Kufi at-Taimi.
Lahir tahun 80 H dan meninggal tahun 156 H. Beliau belajar qira‟at dari Abi
Muhammad Sulaiman bin Mahran Al-A‟masy dan Humran bin A‟yan. 12 Adapun
dua orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Khalaf bin Hisyam, nama lengkapnya Abu Muhammad al-Asadi al-Bazzar
al-Baghdadi. Lahir tahun 150 H dan meninggal tahun 229 H.
b. Khallad, Nama Lengkapnya Abu Isa bin Khalid asy-Syaibani asy-Shairafi
al-Kufi. Beliau wafat tahun 220 H.
7. Al-Kisa‟I, nama lengkapnya Abu al-Hasan Ali bin Hamzah, asli Persia dan
menjadi Imam di Kufah dalam bahasa Arab. Lahir tahun 119 H dan wafat tahun
189 H. Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Abu al-Haris, nama lengkapnya al-Laits bin Khalid al-Baghdadi dan wafat
tahun 240 H.
b. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al-Azdi al-Baghdadi
an-Nahwi adh-Dharir. Wafat tahun 246 H.

Selain tujuh orang qari yang terkenal itu masih terdapat tiga orang qari‟ lagi yang
cukup populer, namun tingkatan qira‟at mereka masih di bawah qira‟at dari tujuh
qari‟ di atas, di antaranya ialah:

1. Abu Ja‟far al-Madani (w. 130 H), Qira‟atnya kemudian diriwayatkan oleh Ibn
Wirdan (w. 160 H) dan Ibn Jammaz (w. 170 H).
2. Ya‟qub al-Bashari (w. 205 H), Qira‟atnya diriwayatkan oleh Ruwais (w. 238 H)
dan Rauh ibn „Abd al-Mu‟min (w. 234 H).
3. Khalf ibn Hisyam (w. 229 H), salah satu qari‟ yang juga telah meriwayatkan
qira‟at Hamzah. Qira‟atnya diriwayatkan oleh Abu Ya‟qub Ishaq ibn Ibrahim
al-Marwazi (w. 286 H), dan Abu al-Hasan Idris ibn „Abd al-Karim (w. 292
H).Qira‟at 10 orang qari‟ ini disebut qira‟at „asyr (qira‟at sepuluh).

E. Faedah mempelajari Ilmu Qira’at Al-Qur’an


Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dalam mempelajari qira‟at Al-Qur‟an,
antara lain:
1. Dapat menguatkan ketentuan-ketentuan hukum bacaan yang telah disepakati
para ulama.
2. Dapat men-takhrij (mencari solusi) hukum bacaan yang diperselisihkan para
ulama.
3. Dapat menggabungkan dua ketentuan hukum bacaan yang berbeda.
4. Dapat menunjukkan dua ketentuan hukum bacaan yang berbeda dalam kondisi
berbeda pula.
5. Dapat memberikan penjelasan terhadap suatu kata di dalam ayat-ayat al-Qur‟an
yang mungkin sulit untuk dipahami maknanya.
Adapun bervariasinya qira‟at yang shahih juga mengandung banyak faedah dan
fungsinya, di antaranya:
a. Menunjukkan betapa terjaganya Al-Qur‟an dari perubahan dan penyimpangan.
b. Meringankan umat Islam dan memudahkan untuk membaca Al-Qur‟an.
c. Bukti kemukjizatan Al-Qur‟an dari segi kepadatan makna, karena setiap qira‟at
menunjukkan sesuatu hukum syara‟ tertentu tanpa perlu pengulangan lafadzh.
d. Penjelasan terhadap apa yang mungkin masih global dalam qira‟at lain.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Qira‟at Al-Qur‟an adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara membaca ayat-ayat Al-Qur‟an yang berupa
wahyu Allah SWT, dipilih oleh salah seorang imam ahli qira’at, berbeda dengan cara
ulama lain, berdasarkan riwayat-riwayat mutawatir sanadnya dan selaras dengan
kaidah-kaidah bahasa Arab serta cocok dengan bacaan terhadap tulisan Al-Qur‟an
yang terdapat dalam salah satu mushaf Utsman.Kemudian, dari variasinya qira’at
yang shahih ada beberapa manfaatnya, yaitu: Pertama, Menunjukkan betapa
terjaganya Al-Qur‟an dari perubahan dan penyimpangan. Kedua, Meringankan umat
Islam dan memudahkan untuk membaca Al-Qur’an.

B. Daftar pustaka
Al-Qattan, Manna‟ Khalil. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor: Litera Antar Nusa, 2016.
Anshori. Ulumul Qur’an; Kaidah-kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta: Rajawali
Press, 2014.
Anwar, Rosihun. Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2013.
Athaillah. Sejarah Al-Qur’an; Verifikasi tentang Otentisitas Al-Qur’an. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010.
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya: Dunia Ilmu, 2013.
Yusuf, Kadar M. Studi Al-Qur‟an. Jakarta: Amzah, 2014.
Manna Khalil Al-Khattan.2006. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: PT Pustaka Litera
Antar Nusa
Muhamad ‘Abd Al-Azhim Az-Zarqani.Tanpa tahun.Manhil Al-Irfan. Beirut: Daar Al-
Fikr
Rosihon Anwar. 2000. Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Setia
Syaikh Manna Al-Qaththan. 2011. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, cet. 6. Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar.

Anda mungkin juga menyukai