Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Menjelaskan Tentang Qirā`at al-Qur`ān

Disusun oleh :
1.Derick Rizaldi

Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah


STIT MuhammadiyahTempurrejo Ngawi
2021/2022

Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang mana telah
Memberikan Rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga saya
mampu menyusun makalah yang berjudul Qiroatul qur’an dengan baik dan
tepat waktu untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Al-Qur’an &
Studi hadits. Shalawat dan dalam semoga tercurah limpahkan kepada
junjungan kita yakni Nabi besar Muhammad Saw. Kepada keluarganya,
sahabatnya, dan kita selaku umatnya.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan Masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk
itu, Penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini,
supaya Makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang Sebesar-besarnya.

Ngawi, 26 Oktober 2021

Daftar Isi

Judul.....................................................................................................................
Kata
pengantar.....................................................................................................
Pembahasan........................................................................................................
.
Pembahasan

• Pengertian Qira’at Al-Qur’an....................................................................


• Kaidah sistem Qira’at yang benar.............................................................
• Tingkatan Qira’at......................................................................................
• Macam-macam Qira’at.............................................................................
• Penyebab Perbedaan Qira’at....................................................................
• Bentuk-Bentuk perbedaan Qira’at............................................................ •
Urgensi mempelajari ilmu Qira’at.............................................................
Penutup

• Pengertian Qira’at Al-Qur’an

Qira’at adalah jamak dari qira’ah, yang berarti bacaan sedangkan menurut bahasa merupakan isim
mashdar dari lafal qara’a (fi’il madhi) yang berarti membaca. Maka qira’at berarti bacaan atau cara
mebaca. Sedangkan menurut istilah qira’at adalah salah satu madzhab (aliran) pengucapan AlQur’an
yang dipilih oleh salah seorang imam qurra’ sebagai suatu

• Kaidah sistem Qira’at yang benar


1. Bacaan betul-betul mutawatir dan masyhur di kalangan ulama Qira’at, Bacaan tersebut
diriwayatkan oleh banyak orang dan nabi Muhammad SAW sebab Al-Qur’an adalah kalamullah
yang menjadi sumber utama dalam agama Islam.
2. Harus sesuai dengan Rasm Usmani. Sebab para sahabat telah sepakat dengan mushaf Usmani.
Apa yang tidak tertera dalam mushaf Usmani dianggap bacaan yang tidak sesuai dengan Rasm
Usmani dianggap bacaan yang tidak masyhur.

3. Harus sesuai kaedah-kaedah bahasa Arab, Karena Al-Qur’an berbahasa arab

• Tingkatan Qira’at
1.. Mutawatir.

Ini adalah tingkatan tertinggi dan diakui oleh para ulama Al quran dan ulama hukum islam lainnya
sebagai bacaan Al quran yang sah. Bacaan ini diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang sangat
banyak, terpercaya, tidak memiliki cacat dan memiliki sanad yang bersambung hingga sampai
kepada Rasulullah saw.

2. Masyur Sanad

Bacaan Al quran itu shahih namun jumlah perawinya mencapai jumlah mutawatir. Tingkatan ini juga
diakui sebagai bacaan yang sah.

3. Ahad

Bacaan ini banyak menyalahi kaidah tata bahasa atau rasam ustmani namun ia memiliki sanad yang
shahih. Para ulama sepakat bahwa tingkatan bacaan ini tidak wajib diakui sebagai bacaan yang sah.

4. Syadz Bacaan

ini tidak memiliki sanad yang shahih, banyak menyalahi tata bahasa dan rasam ustmani sehingga
tidak diakui sebagai bacaan Al quran yang sah.

5. Mudraj

B ini tidak diakui sebagai bacaan al quran yang sah, karena mengandung kalimat tambahan terhadap
ayat-ayat Al quran. 6. Marudlu’

Tingkatan ini sangat menyimpang jauh dari kebenaran Al quran yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Oleh karena itu bacaan ini tidak diakui sebagai bacaan yang sah.

• Macam-macam Qira’at
Qira’at dibagi menjadi dua, yaitu dari segi kuantitas dan kualitas

A. Dari segi kuantitas

1. sab’ah (qira’ah tujuh)

Kata sab’ah artinya adalah imam-imam qiraat yang tujuh. Mereka itu adalah : Abdullah

bin Katsir ad-Dari (w. 120 H), Nafi bin Abdurrahman bin Abu Naim (w. 169 H),

Abdullah al-Yashibi (q. 118 H), Abu ‘Amar (w. 154 H), Ya’qub (w. 205 H), Hamzah (w.

188 H), Ashim ibnu Abi al-Najub al-Asadi.


2. Qiraat Asyrah (qira’at sepuluh)

Yang dimaksud qiraat sepuluh adalah qiraat tujuh yang telah disebutkan di atasDitambah tiga qiraat
sebagai berikut : Abu Ja’far. Nama lengkapnya Yazid bin al-Qa’qa alMakhzumi al-Madani. Ya’qub
(117 – 205 H) lengkapnya Ya’qub bin Ishaq bin Yazid binAbdullah bin Abu Ishaq al-Hadrani, Khallaf
bin Hisyam (w. 229 H)

3. Qiraat Arba’at Asyarh (qira’at empat belas) dimaksud qiraat empat belas adalah

qiraat sepuluh sebagaimana yang telah

Disebutkan di atas ditambah dengan empat qiraat lagi, yakni : al-Hasan al-Bashri (w. 110

H), Muhammad bin Abdurrahman (w. 23 H), Yahya bin al-Mubarak al-Yazidi and-Nahwi

Al-Baghdadi (w. 202 H), Abu al-Fajr Muhammad bin Ahmad asy-Syambudz (w. 388 H).

B. Dari segi kualitas

1. Qiraat Mutawatir

Yakni yang disampaikan sekelompok orang mulai dari awal sampai akhir sanad, Yang

tidak mungkin bersepakat untuk berbuat dusta.Umumnya, qiraat yang ada masuk

Dalam bagian ini.

2. Qiraat Masyhur

Yakni qiraat yang memiliki sanad sahih dengan kaidah bahasa arab dan tulisan

Mushaf utsmani. Umpamanya, qiraat dari tujuh yang disampaikan melalui jalur berbedabeda,
sebagian perawi, misalnya meriwayatkan dari imam tujuh tersebut, sementara yang

Lainnya tidak, dan qiraat semacam ini banyak digambarkan dalam kitab-kitab qiraat.

3. Qiraat Ahad

Yakni yang memiliki sanad sahih, tetapi menyalahi tulisan Mushaf Utsmani dan

Kaidah bahasa arab, tidak memiliki kemasyhuran dan tidak dibaca sebagaimana ketentuan Yang

telah ditetapkan5.

4. QQiraat Syadz (menyimpang),

Yakni qiraat yang sanadnya tidak sahih.Telah banyak kitab yang ditulis untuk jenis Qiraat

ini.
5. Qiraat Maudhu’ (palsu), seperti qiraat al-Khazzani

6. As-Suyuthi kemudian menambah qiraat yang keenam,

• Penyebab Perbedaan Qira’at

Sebab-sebab munculnya beberapa Qira’at yang berbeda adalah:

a) Perbedaan Qira’at Nabi, artinya dalam mengajarkan Al-Qur’an kepada para sahabatnya, Nabi
memakai beberapa versi Qira’at.
b) Pengakuan dari Nabi terhadap berbagai Qira’at yang berlaku di kalangan kaum muslimin waktu
itu, hal ini menyangkut dialek di antara mereka dalam mengucapkan kata-kata di dalam
AlQur’an.

Contohnya ketika seorang Hudzail membaca di hadapan Rasul “atta hin”.

Padahal ia menghendaki “hatta hin”.

Ada riwayat dari para sahabat Nabi menyangkut berbagai versi Qira’at yang ada atau perbedaan
riwayat dari para sahabat Nabi menyangkut ayat-ayat tertentu.

c) Adanya lahjah atau dialek kebahasaan di kalangan bangsa arab pada masa turunnya Al-Qur’an.
d) Perbedaan syakh, harakah atau huruf.

• Perbedaan Qira’at
Qira’at bagi menjadi dua antara lain.

1.Perbedaan qira’at yang berpengaruh terhadap perbedaan hukum yang

Diistinbatkan. Dalam QS. Al-Baqarah/2: 222. Lafaz (‫)يطهرن‬, dua versi

Bacaan yathhurna (‫ )يطهرن‬dengan bacaan takhfif, dan ) ‫ ) هر ن ط ي‬dengan


Bacaan tasydid. Bacaan pertama dengan (‫ )يطهرن‬bahwa suami haram

Hukumnya menggauli (berjima’) istrinya sebelum berhenti haidnya dan Mandi.

Sementara qira’at ( ‫ )هر ن ط ي‬dengan bacaan tasydid, halal menggauli Istrinya

apabila sudah berhenti haidnya meskipun belum mandi.

Dalam QS. Al-Maidah/5: 6. Lafaz ( ‫ )الكعب ي إلى وأرجلكم‬dua versi qira’at (‫)وأرجلكم‬
Dinasabkan huruf lam, dan (‫ )وأرجلكم‬dikasrahkan huruf lam. Apabila dibaca

Dengan bacaan pertama, maka dia ma‘thuf dari lafaz ( ‫إلى وأيدكم وجوهكم فاغسلوا‬

)‫المرافق‬bahwa hukum mencuci kaki sampai kedua mata kaki wajib, sama Hukum

wajibnya mencuci wajah dan kedua tangan sampai kedua siku.

Jika dibaca ( )‫وأرجلكم‬dengan dikasrahkan huruf lam, maka hukum wajibnya

Menyapu kaki sampai kedua mata kaki (sepatu khuf) sebagaimana

Wajibnya menyapu sebahagian kepala.

2.Perbedaan qira’at yang tidak berpengaruh terhadap perbedaan hukum

Yang diistinbatkan. Dalam QS al- Ahzab/33: 49. Dalam ayat tersebut dua

)‫ ن‬dan ,( )‫من قبل أن تم سوه ن‬versi qira’at

Dengan tambahan huruf ( ‫من قبل إن تماسه‬

Alif. Dan lafaz ( ,)‫ونها تعتد‬sesuai dengan teks dengan bacaan tasydid, huruf dal

Dan ( )‫تعتدونها‬dengan bacaan takhfif.

Begitu pula dalam QS. Al-Baqarah/2: 184. Dalam ayat tersebut dua versi

) ‫فدية طعام‬Kalimat selanjutnya .( )‫يط وقونه‬dan lafaz ,( )‫وعلى الذين يطيقونه‬qira’at

, )‫مسكين‬sesuai dengan teks dan (, )‫مساكين طعام فدية‬dalam bentuk jama’ lafaz

Miskin menjadi masakin.

• Urgensi mempelajari ilmu Qira’at


Kepentingan atau manfaat dalam mempelajari qira’atul qur’an adalah

1. Menguatkan ketentuan hukum yang telah disepakati para ulama

2. Menarjih hukum yang diperselisihkan para ulama

3. Menggabungkan dua ketentuan hukum yang berbeda

4. Menunjukkan dua ketentuan hukum yang berbeda dalam kondisi berbeda pula.
PENUTUP

A. Kesimpulan

Ulumul Qur’an adalah sejumlah pengetahuan (ilmu) yang berkaitan dengan al-Qur’an baik secara
umum seperti ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa Arab, dan secara khusus adalah kajian tentang
alQur’an seperti sebab turunnya al-Qur’an, Nuzul al-Qur’an, nasikh mansukh, I’jaz, Makki Madani,
dan ilmu-ilmu lainnya. Secara garis besar, pokok bahasan Ulumul Qur’an terbagi menjadi dua aspek
utama, yaitu: Pertama, ilmu yang berhubungan dengan riwayat semata mata, seperti ilmu yang
mempelajari tentang jenis-jenis bacaan (qira’at), tempat dan waktu turun ayat-ayat atau surah
alQur’an (makkiah-madaniah), dan sebab sebab turunnya al-Qur’an (asbab an-nuzul). Kedua, yaitu
ilmu yang berhubungan dengan dirayah, yakni ilmu yang diperoleh dengan jalan penelaahan secara
mendalam, misalnya pemahaman terhadap lafazh yang gharib (asing) serta mengetahui makna
ayatayat yang berkaitan dengan hukum. Sejarah ulumul Qur’an secara garis besar dapat
diklasifikasikan menjadi tiga tahap perjalanan yaitu tahap sebelum kodifikasi, awal permulaan
kodifikasi dan tahap kodifikasi yang melahirkan banyak ulama dan karya mereka tentang Ulumul
Qur’an. Sedangkan tujuan utama Ulumul Qur’an adalah untuk mengetahui arti-arti dari untaian
kalimat al-Qur’an, penjelasan ayat-ayatnya danketerangan makna-maknanya dan hal-hal yang
samar, mengemukakan hukum hukumnya dan selanjutnya melaksanakan tuntunannya untuk
memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Bin Abdurrahman Ar-Rumi, Fahd, ‘Ulumul Qur’an, Studi Kompleksitas Al-Qur’an’, Yogyakarta: Titian
Ilahi Press. Hlm, 1996, 82–84

Abubakar, Achmad, La Ode Ismail Ahmad, and Yusuf Assagaf, ‘Ulumul Qur’an : Pisau Analisis Dalam
Menafsirkan Al-Qur’an – Repositori UIN Alauddin Makassar’, Semesta Aksara, 2019

Ahmad Abubakar, ‘Modul I Pembelajaran Ulumul Qur’an’, UIN Alauddin Makassar, 2018
http://www.ulumulquranab.com/2018/11/modul -ulumulquran.html

Khalid, Rusydi, Mengkaji Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Makassar: Alauddin University Press, 2011)

Lal, Anshori, ‘Ulumul Qur’an “Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan”’, Jakarta: PT Raja Grafindo,
2016

Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami Al-Qur’an, Cet. I (Jakarta: Mapan, 2009)

Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al Quran: Tafsir Maudhu’i, Cet. VIII (Bandung: Mizan, 1998)

Anda mungkin juga menyukai