Ilmu Qira’at
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an yang diampu
oleh Bapak Rosidin, S.Sos.I, M.Pd.I
Oleh :
Inayatul Mufidah
NIM : 2213082
Segala puji bagi Allah SWT. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas rahmat
dan karunia Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang ilmu al muhkam
wal mutasyabih. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah ulumul
qur'an. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung
Muhammad SAW. Nabi yang menuntun kita dari zaman jahiliah menuju zaman islamiah.
Dan satu-satunya nabi yang dapat memberikan syafaat kelak di hari kiamat, semoga kita
termasuk umat yang mendapatkan syafaatnya.
Dengan terselesaikannya makalah ini, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
pihak yang bersangkutan, atas bantuannya baik doa maupun tenaganya dalam penyusunan
makalah ini.
Kami sadar bahwasanya makalah ini masih banyak sekali kesalahan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami harap keikhlasan kepada para pembaca maupun pihak lain
dalam memberikan kritik dan saran yang membangun untuk penyusunan makalah yang lebih
baik dan berkualitas.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Macam- macam Qira’at..........................................................................................................2
1. Segi kualitas...........................................................................................................................2
2. Segi kwantitas........................................................................................................................3
B. Syarat Diterimanya Qira’at....................................................................................................6
BAB III.................................................................................................................................................9
PENUTUP............................................................................................................................................9
A. Kesimpulan................................................................................................................................9
B. Saran..........................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terdapat macam-macam qira’at yang terdiri dari kualitas dan kuantitasnya. Qira’atyang
terdiri dari segi kualitasnya adalah
a. qira’at Mutawatir,
b. qira’at Masyhur,
c. qira’atAhad,
d. qira’at Syadz,
e. qira’at Maudhu,
f. qira’at Mudraj.
a. al-Qira’at Al-Sab,
b. al-Qira’at Al-Asyr,
c. al-Qira’atArba’ah ‘Asyarah.
Yang mana didalam macam-macam qira’at tersebut pada segikuantitas banyak yang
diriwayatkan oleh beberapa Imam. Dan terdapat pembahasan tentang syarat diterimanya
qira’at
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian qira'at
2. Latar belakang adanya perbedaan qira'at
3. syarat dan qira'at yg mashur
4. Pengaruh qira'at terhadap istimbat hukum
5. pengertian israiliat
6. Sebab2 & penggunaan israiliat
7. macam2 israiliat
8. pandangan ulama tentang israiliat & contoh2nya
iv
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Segi kualitas
a. Qira’at Mutawatir
Mutawatir adalah qira’at yang dinukil oleh sejumlah besar
periwayatyang tidak mungkin mereka bersepakat untuk berdusta, dari
sejumlah orangdan sanad-nya bersambung hingga panghabisan sanadnya.
Contoh untuk qira’at mutawatir ini ialah qira’at yang telah disepakati jalan
perawiannya dari imam Qiraat Sab’ah
b. Qira’at Mashyur
Adalah Qiraah yang sanadnya shahih tetapi tidak sampai ketingkat
mutawatir,tidak menyalahi mushaf Utsmani, tidak bertentangan dengan
kaedah bahasaArab, masyhur dikalangan qura’ seperti qiraah dari imam yang
tujuh yang disampaikan melalui jalur yang berbeda-beda.
c. Qira’at Ahad
Qiraat
v
Ahad adalah Qiraat yang tidak mencapai derajat masyhur ,sanadnya
shahih, akan tetapi menyalahi rasm utsmani atau pun kaidah BahasaArab.
Dalam makna lain: kata kerja bentuk lampau, yaitu malaka dan memfathahkan
kata yauma di qiraatkan yang benar dengan mengkasrahkannya
d. Qira’at Syadz
Qira'at Syazd yaitu qira'at yang diriwayatkan perawi yang lemah dan
kualitas sanadnya tidak shahih. Contohnya seperti bacaan maliki dan yaum
pada surat Al-Fatihah ayat dibaca dengan sighat fi'il madhi dan menasabkan
yauma. Contoh lain qira'at Ibn Samaifa' dan Abi al-Samal pada lafazd
nunajjika dan khalfaka dalam QS. Yunus (10) : 92 yakni dengan
menggantikan huruf jim pada kata nunajjika dengan ha, sehingga bacaannya
menjadi nunahhika. Sedangkan khalfaka dengan mem-fathahkankan huruf
lam, sehingga bacaannya menjadi khalafaka.
e. Qira’at Maudhu
Qiroat maudhu (palsu) adalah qira’at yang dinisbatkan kepada orang
yang mengatakannya (mengajarkannya) tanpa memiliki asal usul
riwayatqira’at sama sekali. Seperti qiro’at yang dihimpun oleh Muhammad bin
Ja’far al Khuza’I dan al-Khazani. Sebagai contoh , qiraat yang dinisbahkan
kepada Imam Abu Hanifah dalam surah al Fatir ayat 28
2. Segi kwantitas
a) Al-Qira’at Al-Sab’Qira'at Sab'ah
vi
Adalah Qira'at yang diriwayatkan oleh tujuh imam qiraah yang
terkenal hafalan, ketelitian dan pengalaman mereka yang lama dalam dunia
qira'at, serta disepakati untuk diambil dan dikembangkan qira'at dari mereka.
Di bawah ini nama ketujuh imam tersebut dan juga murid-murid nya.
Nafi' al-Madani.
Nama lengkapnya Abu Ruwaim Nafi' ibn Abdirrahmanibn Abi
Nu'aim al-Laisi al-Madani (w. 169 H di Madinah). Dua orang
perawinya adalah Qalun dan Warasy. Qalun adalah 'Isa ibn Munya al-
Madani (w. 220 H di Madinah), seorang guru bahasa Arab yang
mempunyai kunyah Abu Musa dan julukan Qalun. Nafi' memberinya
julukan qalun karena keindahan qira'atnya. Sedang Warasy adalah
'Utsmanibn Sa'id al-Mishri. Ia diberi kunyah Abu Sa'id dan diberi
julukan Warasykarena teramat putihnya. Ia wafat di Mesir pada 197 H.
vii
dari 'Utsman ibn 'Affan, dari Rasulullah SAW. Dua orang perawinya
yang terkenal adalah Hisyam dan Ibn Zakwan. Hisyam adalah Hisyam
ibn 'Amar ibn Nushair, qadhi Damaskus. Wafat pada 245 H. Sedang
Ibn Zakwan adalah Abdullah ibn Ahmad ibn Basyir ibn Zakwanal-
Qurasyi ad-Dimasyqi. Wafat pada 242 H di Damaskus.
'Ashim al-Kufi.
Nama lengkapnya 'Ashim ibn Abi an-Nujud al-Asadi (w.128 H
di Kufah). Termasuk seorang tabi'in. Dua perawinya adalah
Syu'bahdan Hafsh. Syu'bah adalah Abu Bakar Syu'bah ibn 'Abbas ibn
Salim al-Kufi. Wafat pada 193 H. Sedangkan Hafsh adalah Hafsh ibn
Sulaiman ibnal-Mughirah al-Bazaz al-Kufi. Wafat pada 180 H.
Hamzah al-Kufi.
Nama lengkapnya Abu 'Amarah Hamzah ibn Habib ibn'Imarah
az-Zayyat al-Fardhi at-Taimi (w. 156 H di Halwan). Beliau adalah
maula 'Ikhrimah ibn Rabi' at-Taimi. Dua orang perawinya adalah
Khalaf dan Khalad. Khalaf adalah Khalaf ibn Hisyam al-Bazaz. Wafat
di Baghdad pada 229 H. Sedangkan Khalad adalah Khalad ibn Khalid,
dan dikatakan pula Ibn Khalid as-Shairafi al-Kufi. Wafat pada 220 H.
Al-Kisa'i al-Kufi.
Nama lengkapnya Abu al-Hasan 'Ali ibn Hamzah al-Kisa'i al-
Kufi (w. 189 H di Barnabawaih). Beliau dikenal juga sebagai imam
ahli Nahwu dari Kufah. Dua orang perawinya adalah Abu al-Harisdan
ad-Dauri. Abu al-Haris adalah al-Laits ibn Khalid alBaghdadi,
wafat240 H. Sedangkan ad-Dauri sama dengan ad-Dauri perawi dari
Abu 'Amruibn al-'Ala al-Bashri yang sudah disebutkan sebelumnya.
b) Al-Qira’at Al-Asyr
Qira’at ‘Asyarah adalah qira’at Sab’ah di atas ditambah dengan tiga
imam qiraat lain yang bacaannya mutawattir, mereka bersama dengan tujuh
imam qiraat sehingga berjumlah 10. Mereka di antaranya adalah :
Abu Ja’far al-Madaniy,
yang nama lengkapnya Yazid binal-Qaqa’, wafat tahun 128 H di
Madinah. Ada yang mengatakan tahun 132 H. Dua orang perawinya
ialah Ibn Wardan, wafat di Madinah pada tahun 160 H dan Ibn Jimaz,
wafat pada tahun 170 H di Madinah.
viii
Ya’qub al-Bashriy,
yang nama lengkapnya Abu Muhammad Ya’qub bin Ishaq bin Zaid al-
Hadhrami,wafat tahun 205 H dan dikatakan pula 185 H di Bashrah.
Perawinya adalah Ruwais, wafat di Bashrah pada tahun 238 H dan
Rauh, wafat pada tahun 234 Hatau 235 H.
Khalaf,
yang nama lengkapnya Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam bin
Tsa’lab al-Bagdadiy, wafat pada tahun229 H. Adapun dua orang
perawinya ialah Ishaq (w. 286H) dan Idris (w. 292 H)
c) Al-Qira’at Arba’ah ‘Asyarah
ix
ulama ahli qira’at menetapkan pedoman atau persyaratan tertentu. Terdapat sedikit
perbedaan pendapat dikalangan para ahli qira’at dalam menetapkan persyaratan
bagiqira’at yang tergolong sahih , namun prinsipnya sama. Adapun persyaratan
tersebut adalah sebagai berikut adalah sebagai berikut :
o Ibnu khalawayh (w. 370 H) menetapkan persyaratan sebagai berikut:
1. Qira’at tersebut harus sesuai dengan rasm al-mushaf.
2. Qira’at tersebut harus sesuai dengan kaidah bahasa arab.
3. Qira’at tersebut bersambung periwayatannya
o Makki ibn Abi Thalib (w. 347 H) menetapkan persyaratan sebagai berikut:
1. Qira’at tersebut sesuai dengan kaidah bahasa arab yang baku.
2. Qira’at tersebut harus sesuai dengan rasm al-mushaf.
3. Qira’at tersebut disepakati oleh ahli qira’at pada umumnya.
o Al-Kawasyi (w. 680 H) menetapkan persyaratan sebagai berikut:
1. Qira’at tersebut memiliki sanad yang sahih.
2. Qira’at tersebut sesuai kaidah bahasa arab.
3. Qira’at tersebut sesuai rasm al-Mushaf.
o Ibn al-Jaziri (w. 833 H) menetapkan persyaratan sebagai berikut:
1. Qira’at tersebut memiliki sanad yang sahih.
2. Qira’at tersebut sesuai dengan kaidah bahasa arab secara mutlak.
3. Qira’at tersebut sesuai dengan rasm al-Mushaf meskipun tidak persis betul.
Dari keempat persyaratan tersebut diatas dapat disimpulkan, bahwa ada tiga
persyaratan bagi qira’at al-Qur’an untuk dapat digolongkan sebagai qira’at yang
sahih, yaitu:
1. Memiliki sanad yang sahih walaupun diterima dari qari yang selain dariyang
tujuh dan qari sepuluh.
2. Sesuai dengan salah satu rasm al-mushaf Ustmani.
3. Sesuai dengan kaidah bahasa arab.
x
oleh khalaf dan salaf, dari abad ke abad hingga sekarang. Dan tidak ada qira’at yang
mutawatir yang lain selain dari yang 10.
Setiap qira’at yang memenuhi kriteria tersebut adalah qiraat yang benar yang
tidak boleh ditolak dan harus diterima. sebaliknya qira’at yang kurang salah satu dari
tiga syarat tersebut disebut qira’at yang lemah atau aneh atau batal. Itulah beberapa
patokan qira’at yang shahih. Apabila ketiga syarat diatas telah terpenuhi, maka qira’at
tersebut adalah qira’at yang shaih. Dan bila salah satu syarat atau lebih tidak
terpenuhi, maka qira’at itu dinamakan qira’at yang lemah, syadz atau batil.
Imam Nawawi (w. 676 H) menjelaskan dalam kitab Syarah Muhazzab bahwa
tidak sah membaca qira’at yang syadzzah (aneh) didalam dan diluar shalat. Sebab,
qira’at syazzah (aneh) tidak mutawatir. Barangsiapa berpendapat tidak demikian maka
orang itu salah dan jahil. Sekiranya ia menyalahi pendapat itu dan membaca riwayat
yang syadzz (aneh), qira’atnya ditolak diluar dan didalam shalat. Ulama fiqh Baghdad
sepakat untuk menyuruh orang-orang yang membaca riwayat yang syadz untuk
bertaubat. Abd al-Barr mengutip ijma’ kaum muslimin atas ketidakbolehan membaca
qira’at yang syadzzah dan tidak boleh shalat dibelakangnya. Keterangan ini
menegaskan kedudkan qira’at yang syazzah dalam hubungannya dengan al-
Qur’an.Qira’at ini tidak berstatus al-Qur’an dan karena itu membacanya tidak
termasuk kedalam ibadah. Namun, tentang penggunaannya sebagai hujjah atau
argumen dalam menafsirkan al-Qur’an , para ulama berbeda pendapat. Imam al-
Haramain mengutip makna lahir dari madzhab Syafi’i bahwa tidak boleh
mengamalkan qira’at syazzah.Abu Nashral-Qusyairi mengikuti pendapat ini
kemudian ibnu al-Hajib menegaskannya. Sementara itu, al-Qadhi Abu Al-Thayyib, al-
Qadhi al-Husein, al-Rumani, al-Rifa’i menyebutkan boleh mengamalkannya denagn
menempatkannya sebagai khabar ahad. Pendapat ini dibenarkan oleh Ibnu al-Subhi
dalam kitab Jam al-Jawami dsn Syarah al-Mukhtasar.
xi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Macam-macam qira’at ini dapat diliat dari dua segi, yaitu segi kualitas
dankuantitasnya yang mana jika dilihat dari segi kualitas qira’at terbagi menjadi enamqira’at
yaitu qira’at mutawatir (Contoh untuk qira’at mutawatir ini ialah qira’at yangtelah disepakati
jalan perawiannya dari imam Qiraat Sab’ah), qira’at masyhur (Qiraahyang sanadnya shahih
tetapi tidak sampai ketingkat mutawatir), qira’at ahad (Qiraatyang tidak mencapai derajat
masyhur , sanadnya shahih, akan tetapi menyalahi rasm utsmani atau pun kaidah Bahasa
Arab), qira’at syadz (qira'at yang diriwayatkan perawi yang lemah dan kualitas sanadnya
tidak shahih), qira’at maudhu (qira’at yang dinisbatkan kepada orang yang mengatakannya
(mengajarkannya) tanpa memilikiasal usul riwayat qira’at sama sekali), dan qira’at mudraj
(qira’at yang menambahkan kalimat penafsiran dalam ayat-ayat al-Qur’an). Kemudian ada
syarat diterimanya qira’at menurut bebrapa Imam.
B. Saran
Kami tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahandan jauh dari kesempurnaan. Kami akan memperbaiki makalah tersebut dengan
xii
berpedoman pada banyak sumber kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Pelopor Al-Qur’an Kota Seribu Parit Indragiri Hilir karya Shabri Shaleh Anwar
Al-Qur’an Sang Mahkota Cahaya karya Gus Arifin dan Suhendri Abu Faqih
xiii
Ilmu-Ilmu AL-Qur’an Media-Media Pokok Dalam Menafsirkan Al-Qur’an karya M.
Hasbi Ash-Shiddieqy
xiv