Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

QIRA`AT AL-QUR`AN

Dosen Pengampu :

Khoirul Huda M.Pd

Disusun Oleh :

NURUL QOMARIYAH (1904032012)

KELAS B

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmad dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang diberi judul
“QIRA`AT AL-QUR`AN” .

Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis


hadapi karena keterbatasan pengetahuan serta bahan referensi yang dapat
dijadikan acuan. Namun, berkat bantuan berbagai pihak, akhirnya makalah ini
dapat penulis selesaikan. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang terkait dalam penyusunan
makalah, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan
masih banyak kekurangan apalagi pengetahuan. Penyusun juga masih belum
seberapa mengenal hal yang dibahas dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang positif sangat penulis harapkan agar makalah ini menjadi lebih
baik. Semoga makalah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
pembaca untuk saat ini dan dapat pula dijadikan pedoman pada masa yang akan
datang.

Metro, September 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................i

KATA PENGANTAR.................................................................................ii

DARTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan Penulisan............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................2

A. Pengertian Qira`at Al-Quran..........................................................2


B. Macam-macam Qira`at Al-Qur`an.................................................2
C. Kaidah Qira`at yang Shahih...........................................................7
D. Identifikasi Faedah Beraneka Ragamnya Qira’at al-Qur’an..........8
E. Kegunaan Mempelajari Qira’at......................................................8

BAB III PENUTUP.....................................................................................10

A. Kesimpulan....................................................................................10
B. Saran..............................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Qira’at atau macam-macam bacaan al-Qur`an telah mantap pada masa
Rasulullah saw., dan beliau mengajarkan kepada sahabat sebagaimana beliau
menerima bacaan itu dari Jibril AS. Sehingga muncul beberapa sahabat yang
ahli bacaan al-Qur`an seperti: Ubay bin Kaab, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin
Tsabit, Ibnu Mas’ud, dan Abu Musa al-Asy’ari, mereka itulah yang menjadi
sumber bacaan al-Qur`an bagi sebagian besar sahabat dan tabi`in. Pada masa
tabi`in seratus tahun pertama hijriyah segolongan masyarakat mengkhususkan
diri dalam penentuan bacaan al-Qur`an karena memang memerlukannya,
mereka menjadikan Qira’at sebagai ilmu pengetahuan, dan akhirnya mereka
menjadi imam Qira’at yang dianut orang dan menjadi rujukan.

B. Rumusan Makalah
1. Bagaimana pengertian Qira`at Al-Qur`an ?
2. Apa saja macam-macam Qiraat al-Qur’an ?
3. Bagaimana kaidah Qira’at yang Shahih ?
4. Bagaimana identifikasi faedah beraneka ragamnya Qira’at al-Qur’an ?
5. Apa saja kegunaan mempelajari Qira`at ?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian Qira`at Al-Qur`an
2. Untuk mengetahui macam-macam Qira`at Al-Qur`an
3. Untuk mengetahui kaidah Qira`at Al-Qur`an
4. Untuk mengetahui identifikasi faedah beraneka ragamnya Qira’at al-Qur’an
5. Untuk mengetahui kegunaan mempelajari Al-Qur`an

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Qira’at Al-Qur’an

Secara etimologis, lafal Qira’at (‫ ) قرأة‬merupakan bentuk masdar dari (‫) قرأ‬
yang artinya bacaan.
Sedangkan secara terminologi Qira`ah adalah perbedaan lafazh-lafazh
wahyu yang disebutkan (Al-Qur`an) dalam penulisan huruf, atau cara
mengucapkan lafazh-lafazh Al-Qur`an seperti ringan dan berat serta lainnya.
Sebagian ulama mendefinisikan qira`ah sebagai “ ilmu tentang
pengucapan kalimat-kalimat Al-Qur`an dengan berbagai macam variasinya
dengan cara menyandarkan kepada penutur asal dan aslinya secara mutawatir.”
Yang dimaksud dengan “kalimat-kalimat Al-Qur`an” adalah kalimat atau kata-
kata yang ada dalam Al-Qur`an mulsi dari awal Al-Fatihah sampai akhir An-
Nas. Tata cara mengucapkan kata-kata tersebut harus berdasarkan kaidah yang
telah ditentukan, seperti membaca saktah (berhenti sejenak tanpa bernafas)
pada kata `iwaja surat Al-Kahfi dan sebagainya.

B. Macam-macam Qiraat al-Qur’an


Adapun macam-macam qiraat al-Qur’an sebagai berikut :
1. Qiraat Tujuh (al-Qira’at as-Sab’)
Ibnu alJazari dalam kitab an-Nasyr menggambarkan situasi pada abad-
abad kedua dan ketiga hijriyah dalam hal qiraat yang beredar di masyarakat,
bahwa keadaannya sudah mulai tidak kondusif, hampir saja kebenaran
bercampur dengan kebatilan. Pada sisi lain, adanya mushaf usmani yang
ditulis pada masa Usmani tidak mengandung tanda baca, dalam hal ini, bisa
menjadi pintu gerbang yang mulus bagi ahli bid’ah untuk membaca apa saja
yang mereka kehendaki, tanda harus mengaitkan hal tersebut dengan
sohihnya sanad dan Imam Ibnu al-Jazari berpendapat bahwa Ilmu Qiroat
adalah Ilmu yang mempelajari tata cara pengucapan redaksi al-Qur’an dan

2
perbedaannya dengan menyandarkan bacaan tersebut kepada perowi-
perowinya. Kemasyhuran bacaan tersebut Muhammad al-Jawwad al-“aili
menambahkan bahwa minat masyarakat untuk mempelajari qiraat dengan
banyak riwayat telah menurun. Melihat situasi ini para ulama qira’at mulai
tanggap lalu memilah dan memilih bacaan yang bisa dianggap betul-betul
bacaan yang sah.
Pada permulaan abad keempat hijriyah, ulama qiraat memilih orang-
orang yang dipandang mumpuni dalam hal qiraat, terpercaya, masyhur,
mempunyai pengalaman yang cukup lama dalam pengajaran ilmu qiraat.
Mereka memilih ahli qiraat dari setiap negeri di mana mushaf “Usmani”
dikirim kepada mereka sebagai orang yang bisa mewakili bacaan penduduk
negeri tersebut. Dipilihnya tujuh iman yang mewakili setiap negeri
diantaranya :
1. Imam Nafi’ Ibn Abi Nu’aim al-Asfahani (w. 169 H)
2. Imam Abdullah Ibn Kasir (w. 120 H)
3. Imam Abu Amr al-Basri (w.154 H)
4. Imam Abdullah Ibn Amir (w.118H)
5. Imam Asim Ibn Abi an-Najud (w.129 H)
6. Hamzah bin Habib az- Zayyat ( w. 156 H )
7. Al-Kisa’I Ali Bin Hamzah (w. 189 H )

Patut dicatat bahwa orang pertama yang memprakarsai untuk memilih


tujuh imam qira’at atau penggagas pertama munculnya al-qira’at as-sab
(qira`at assab’ah) adalah Imam Abu Bakar bin Mujahid al-Bagdadi (w. 324
H). kitab as-Sab’ah yang ditulisnya berisi bacaan imam-imam tujuh
akhirnya menjadi rujukan banyak kalangan. Ibnu Mujahid pada saat
menentukan tujuh imam qiraat berpijak pada ketokohan seseorang dalam
bidang Ilmu qiraat dan keseuaian bacaan mereka dengan mushaf Usmani
yang ada pada negeri mereka dan bacaan mereka betul-betul masyhur di
kalangan ulama di negerinya masing-masing.
Penyebab kemunculannya al-Qira’at as-Sab’ah diantaranya :

3
a. Banyaknya riwayat tentang qiraat yang beredar di masyarakat, sehingga
menjadi rancu bagi kalangan awan
b. Adanya mushaf Usmani yang tidak berbaris menjadi pintuk masuk bagi
kalangan ahli bid’ah untuk membaca sesuai dengan apa yang mereka
kehendaki tanpa harus melihat sahihnya sanad
c. Menurunnya semangat untuk mempelajari qiraat dengan banyaknya qiraat,
sehingga diperlukan penyederhanaan dalamperiwayatan.
Setelah kemunculankitab as-Sab’ah, terjadi perubahan positif yang
mengarah pada penyusunan kitab qiraat. Para ulama qiraat mulai meneliti
riwayat yang akhirnya bermuara kepada imam tujuh. Ternyata para perawi
dari imam tujuh cukup banyak. Dengan adanya banyak rawi dari imam
tujuh yang mengakibatkan banyaknya variasi bacaan, hal ini bisa
menyusahkan bagi para peminat ilmu qiraat sehingga Imam Abu ‘Amr ad-
Dani (w. 444H) menyederhanakan jumlah perawi dari setiap imam menjadi
dua rawi saja. Dalam kitab at-Taysir fil Qira’at as-Sab’ ad-Dani hanya
mencantumkan dua perawi dari setiap imam diantaranya :
1) Nafi : rawiny qalun dan Warsy
2) Ibnu Kasir : Rawinya al-Bazzi dan Qunbul
3) Abu ‘Amr : rawinya ad-Duri dan as-Susi
4) Ibnu ‘Amir : rawinya : Hisyam dan Ibnu Zakwan
5) ‘Asim: rawinya : Su’bah dan Hafs
6) Hamzah : rawinya : Khalaf dan Khallad
7) Al-Kisa’i: rawinya : abul Haris dan ad-Duri al Kisa’i
Dengan penyederhanaan ini, lebih mudah mengenal qiraatnya imam
tujuh tersebut, untuk lebih memudahkan menghafalmateri qiraat tujuh
menurut Imam asy-Syatibi (w.591 H) dalam kitab Hirzul amani wa Wajhut-
Tahani yang isinya nazm (syair) yang memuat 1071 bait syair yang berisi
materi qiraatnya imam tujuh. Kitab ini sangat terkenal dan bahan rujukan
untuk kalangan masyarakat.
Contoh qira’at sab’ah yang tidak mempengaruhi makna, adalah: ‫َوقُ ْولُ ْوا‬
ِ َّ‫ } ِللن‬Ibn Katsir, Abu Amr, Nafi, Ashm dan Ibn Amir
83 : ‫اس ُح ْسنًا {البقرة‬

4
membaca ‫ ُح ْسبًا‬, sementara Hamzah dan al-Kisai membaca ‫سنًا‬
َ ‫ َح‬.
Contoh qira’at sab’ah yang mempengaruhi makna, adalah: ‫َو َما َربُّكَ ِبغَافِ ٍل َع َّما‬
132 : ‫ } يَ ْع َملُ ْونَ {األنعام‬Ibn Amir membaca َ‫ تَ ْع َملُ ْون‬, sementara yang lainnya
membaca َ‫ يَ ْع َملُ ْون‬.

2. Qira’at Sepuluh (al-Qira’at al-‘Asyr)


Disamping qiraat tujuh, masih ada lagi qiraat yang juga masyhur di
kalangan para ulama adalah Qira’at Sepuluh (al-Qira’at al-‘Asyr). Mereka
adalah imam tujuh ditambah tiga imam yaitu ;’
1) Nafi : rawinya qalun dan Warsy
2) Ibnu Kasir : Rawinya al-Bazzi dan Qunbul
3) Abu ‘Amr : rawinya ad-Duri dan as-Susi
4) Ibnu ‘Amir : rawinya : Hisyam dan Ibnu Zakwan
5) ‘Asim: rawinya : Su’bah dan Hafs
6) Hamzah : rawinya : Khalaf dan Khallad
7) Al-Kisa’i: rawinya : abul Haris dan ad-Duri al Kisa’i
Penyebab kemunculannya al-Qira’at as-Sab’ah :
a) Banyaknya riwayat tentang qiraat yang beredar di masyarakat
b) Adanya mushaf Usmani yang tidak berbaris menjadi pintuk masuk
bagi kalangan ahli bid’ah untuk membaca.
8) Imam Abu Ja’far Yazid bin al-Qa’qa’ (w. 130 H) guru Imam Nafi’,
dengan kedua rawinya yang masyhur : Ibnu Wardan (w.sekitar 160 H)
dan Ibnu Jammaz (w.setelah 170 H)
9) Imam Ya’kub al-Hadrami (w.205 H) dengan kedua rawinya : Ruwais
(w.238 H) dan Rauh.
10) Imam Khalaf bin Hisyam al-Bazzar (w.229 H) dengan dua perawinya :
Ishaq (w.286 H) dan Idris (w.292 H)

Bacaan mereka dari segi kualitas bisa disamakan dengan qira’at tujuh.
Bacaan mereka memenuhi tiga persyaratan diterimanya dan sahihnya
sebuah qira’at sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

5
Bacaan imam sepuluh dihimpun dengan sangat baik dan sangat teliti
oleh Imam Ibnu al-Jazari (w. 833 H), seorang yang dijuluki pamungkas dan
penuntas masalah qira’at pada abad ke 9 H. Beliau mengarang kitab an-
Nasyr fil Qira’at al-‘Asyr. Karya puncak dari Ilmu Qira’at yang ada saat ini.
Kitab ini hasil telaah mendalam dari sekitar 64 kitab qira’at sebelumnya
yang menjadi rujukannya. Ibnu al-Jazari mengaku bahwa jumlah riwayat
imam sepuluh yang dilibatkan dalam kitab ini 980 riwayat. Banyaknya
riwayat yang menopang qira’at sepuluh ini menjadikan qira’at sepuluh ini
kokoh dan tidak terbantahkan.

3. Qira’at Empat Belas (al-Qira’at al-Arba’ah ‘Asyr)


Para ulama qira’at masih terus berupaya menghimpun qira’at imam
lainnya. Lalu muncul empat iman lain. Hanya saja, bacaan mereka di bawah
kualitas bacaan imam sepuluh oleh karena itu ulama qira’at sepakat bahwa
qira’atnya imam empat terakhir ini syaz. Artinya, tidak boleh dibaca sebagai
al-Qur’an karena tidak memenuhi tiga kriteria yang disebut dimuka. Mereka
adalah :
1) Nafi : rawinya qalun dan Warsy
2) Ibnu Kasir : Rawinya al-Bazzi dan Qunbul
3) Abu ‘Amr : rawinya ad-Duri dan as-Susi
4) Ibnu ‘Amir : rawinya : Hisyam dan Ibnu Zakwan
5) ‘Asim: rawinya : Su’bah dan Hafs
6) Hamzah : rawinya : Khalaf dan Khallad
7) Al-Kisa’i: rawinya : abul Haris dan ad-Duri al Kisa’i
8) Imam Abu Ja’far Yazid bin al-Qa’qa’ (w. 130 H) guru Imam Nafi’,
dengan kedua rawinya yang masyhur : Ibnu Wardan (w.sekitar 160 H)
dan Ibnu Jammaz (w.setelah 170 H)
9) Imam Ya’kub al-Hadrami (w.205 H) dengan kedua rawinya : Ruwais
(w.238 H) dan Rauh.
10) Imam Khalaf bin Hisyam al-Bazzar (w.229 H) dengan dua perawinya :
Ishaq (w.286 H) dan Idris (w.292 H)

6
11) Ibn Muhaisin (w.122 H) dengan dua rawinya yang masyhur yaitu ; al-
Bazzi dan Ibnu Syannabuz
12) Al-Yazidi (dengan dua rawinya: Sulaiman bin al-Hakam dan Ahmad
bin Farah)
13) Al-A’masy (w.147 H) dengan rawinya : al-Muttawwi’i dan asy-
Syanabuzi.
14) Al-Hasan al-Basri (w.110 H) dengan rawinya : Syuja’ al-Balkhi dan ad-
Duri.

C. Kaidah Qira’at yang Shahih


Ada 3 persyaratan bagi qira’at al-Qur’an untuk dapat digolongkan
sebagaiqira’atshahih, yaitu:
1. ‫ صحة السند‬, harus memiliki sanad yang shahih
2. ‫ مطابقة الرسم‬, harus sesuai dengan rasm mushaf salah satu mushaf Utsmani
3. ‫ موافقة العربية‬, harus sesuai dengan kaidah Bahasa Arab.
Muhammad al-Jawwad al- Amili berpendapat tentang minat masyarakat
untuk mempelajari qiraat dengan banyaknya riwayat telah menurun sebabkan
banyak qiraat yang berkembangan, dalam situasi seperti ini para ulama qira’at
mulai tanggap kemudian memilah dan memilih bacaan yang teruji validitasnya/
yang betul-betul bacaan shohih.
Adapun kaidah qiraat yang bisa diterima diantaranya ;
1. Bacaan betul-betul mutawatir dan masyhur dikalangan ulama qiraat. Bacaan
tersebut diriwayatkan oleh banyak orang dari banyak orang dan seterusnya
samapai kepada Nabi Muhammad SAW. Sebab al-Qur’an adalah
kalamullah yang menjadi sumber utama dalam agama Islam. Sebagai
sumber utama satu bacaan harus betul-betul meyakinkan. Jika ada satu
bacaan yang tidak masyhur seperti bacaan ahad, maka bacaan tersebut tidak
dapat diterima.
2. Harus sesuai dengan Rasm Usmani. Sebab para sahabat telah sepakat dengan
mushaf Usmani. Apa yang tidak tertera dalam mushaf Usmani dianggap
bacaan yang tidak masyhur. Jika ada satu bacaan tidak sesuai dengan Rasm

7
Usmani dianggap bacaan yang tidak masyhur. Jika ada satu bacaan tidak
sesuai dengan Rasm Usmani, maka bacaan tersebut ditolak walaupun ada
dalam kitab-kitab hadits yang sohih, karena para sahabat sudah sepakat
dengan Rasm Usmani.
3. Harus sesuai dengan kaedah-kaedah bahasa Arab, karena al-Qur’an adalah
berbahasa Arab. Jika hal tersebut terpenuhi maka bacaan tersebut wajib
diterima sebagai bacaan sahih, apakah berasal dari Imam tujuh, sepuluh atau
lainnya. Sebaliknya jika salah satunya tidak terpenuhi, seperti tidak sesuai
dengan Rasm Usmani atau tidak masyhur atau tidak sesuai dengan kaedah
Bahasa Arab, maka bacaan itu tidak bisa diterima dan anggap syaz.

D. Identifikasi Faedah Beraneka Ragamnya Qira’at al-Qur’an


Dengan perkembangan ilmu-ilmu keislaman terutama Qiroat yang
bermacam-macam diantaranya al-qiroat as-sab, al-qira’at al-‘Asyr, al-Qira’at
al-Arba’ah ‘Asyr.
Adapun faedah beraneka ragam qiroat al-qur’an sebagai berikut :
1) Menambah hasanah pengetahuan tentang qiro’at al-qur’an
2) Meningkatkan pemahaman pengetahuan qiro’at al-qur’an
3) Menghindari pengetahuan-pengetahuan qiro’at yang tidak soheh
4) Menghindari perbedaan-perbedaan pendapat tentang qiro’ah al-qur’an

Dengan demikian walaupun beragam qiro’at akan selalu dipedomani


sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditetapkan.
Faedah beraneka ragam qiroat al-qur’an:
a) Menambah hasanah pengetahuan
b) Meningkatkan pemahaman pengetahuan qiro’at
c) Menghindari perbedaan-perbedaan pendapat tentang qiro’ah al-qur’an

E. KEGUNAAN MEMPELAJARI QIRA`AT


Dengan bervariasinya qira’at, maka banyak sekali manfaat atau
faedahnya, diantaranya:

8
1. Menunjukkan betapa terpelihara dan terjaganya kitab Allah dari perubahan
dan penyimpangan.
2. Meringankan umat Islam dan memudahkan mereka untuk membaca al-
Qur’an
3. Bukti kemukjizatan al-Qur’an dari segi kepadatan makna, karena setiap
qira’at menunjukkan sesuatu hukum syara tertentu tanpa perlu pengulangan
lafadz.
4. Penjelasan terhadap apa yang mungkin masih global dalam qira’at lain.
5. Memperbesar pahala.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Menurut Imam Ibnu al-Jazari Ilmu Qiroat adalah Ilmu yang mempelajari tata
cara pengucapan redaksi al-Qur’an dan perbedaannya dengan menyandarkan
bacaan tersebut kepada perowi-perowinya
2. Macam-macam Qiraat al-Qur’an
a. Qiraat Tujuh (al-Qira’at as-Sab’)
Dipilihnya tujuh iman yang mewakili setiap negeri diantaranya :
1. Imam Nafi’ Ibn Abi Nu’aim al-Asfahani (w. 169 H)
2. Imam Abdullah Ibn Kasir (w. 120 H)
3. Imam Abu Amr al-Basri (w.154 H)
4. Imam Abdullah Ibn Amir (w.118H)
5. Imam Asim Ibn Abi an-Najud (w.129 H)
6. Hamzah bin Habib az- Zayyat ( w. 156 H )
7. Al-Kisa’I Ali Bin Hamzah (w. 189 H )
3. Kaidah qiraat yang bisa diterima diantaranya ;
a. Bacaan betul-betul mutawatir dan masyhur dikalangan ulama qiraat
b. Harus sesuai dengan Rasm Usani.
c. Harus sesuai dengan kaedah-kaedah bahasa Arab
B. Saran
Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai
penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terimakasih.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Anshori, LAL. M.A. dan M. Ulinnuha Khusnan. (2013). Ulumul Qur`an.
Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
https://ridwan202.wordpress.com/istilah-agama/qiraatul-quran/
https://www.sinizam.com/2016/09/pengertian-ilmu-macam-kaidah-perbedaan-
qiraat-al-quran-.html

11

Anda mungkin juga menyukai