Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Puji syukur kami haturkan kehadirta Allah swt karena berkat nikmat dan karunia nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Tak lupa pula kami ucapkan terimakaasih kepada Bapak Moh. Athar, M.Ag selaku dosen
pangampu pada Mata Kuliah Studi Al-Qur’an yang telah memberikan kami bimbingan dalam
mengerjakan tugas makalah ini.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui , maka
dari itu kami mohon saran dan kritik dari teman-teman maupun dosen, demi tercapainya
makalah yang sempurna.
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Pada masa hidup Naabi Muhammad saw, perhatian ummat terhadap kitab Al-Qur’an
ialah memperoleh ayat-ayat Al-Qur’an dengan mendengarkan, membaca dan menghafalkannya
secara lisan dari mulut ke mulut.
Hal itu di upayakan Khalifah Utsman, karena pada waktu ada perselisihan
sesame muslim di daerah Azzerbeijan mengenai bacaan Al-Qur’an. Perselisihan tersebut hampir
menimbulkan perang saudara sesame ummat Islam. Sebab, mereka berlainan dalam menerima
bacaan ayat-ayat AAl-Qur’an karena oleh Nabi Muhammad saw diajarkan cara bacaan yang
relevan dengan dialek mereka massing-masing. Tetapi karena tidak memahami maksud tyjuan
Nabi Muhammad saw, lalu tiap golongan menganggap hanya bacaan mereka sendiri yang
benar, sedang bacaan yang lain salah, sehingga mengakibatkan perselisihan. Itulah pangkal
perbedaan qira’at dan tonggak sejarah tumbuhnya ilmu qira’at.
B.Fokus Masalah
c.Tujuan Masalah
6. Untuk mendeskripsikan contoh perbedaan Qira’at pada Qs. Alfatihah dan implikasinya pada
pemaknaan ayat-ayatnya.
BAB II
Pembahasan
Adapun kriteria diterimanya Qira‟ah itu ada tiga hal, sebagai berikut:
3. Bacaan dari qira‟at tersebut harus cocok diterapkan kepada salah satu mushaf
Utsman.
Oleh karena itu, Qira‟at Al-Qur‟an yang shahih harus memenuhi ketiga kriteria
di atas. Sebab, qira‟ah yang demikian itu termasuk salah satu dari Sab’atu ahrufin (tujuh
macam bacaan diturunkannya Al-Qur‟an).
Menurut Al-Kawasy, semua qira‟at yang shahih sanadnya, selaras dengan kaidah
bahasa Arab dan cocok dengan salah satu mushaf Utsman itu adalah termasuk
qira‟ah sab‟ah yang dinashkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW.
Ibnul Jauzi dalam Kitab Munjidul Muqrin mengganti syarat-syarat kedua
(harus shahih sanadnya) dengan harus mutawatir. Karena, riwayat Al-Qur‟an tidak bisa
diterima kecuali dengan sanad mutawatir. Contoh, sanad-sanad qira‟at yang lebih
dari qira‟at asyrah itu sanadnya shahih semua, akan tetapi berupa hadis ahad
yang tidak mutawatir, sehingga bukan Al-Qur‟an dan tidak dapat diterima. Yang
dapat diterima harus yang sanadnya mutawatir saja.\
2. Ibnu Katsir, nama lengkapnya Abdullah Abu Ma‟bad al-Athar ad-Dari al-Farisi al-
Makki. Lahir pada tahun 45 H dan meninggal tahun 120 H. Beliau belajar qia‟at dari
sahabat Nabi SAW ialah Abdullah bin Sa‟ib.10 Adapun dua orang perawinya yang
terkenal adalah:
a. Al-Bazzi, nama lengkapnya Ahmad bin Muhammad bin Abdullah Abu al-Hasan
al-Bazzi. Beliau seorang qari‟ di Makkah dan Muadzin di masjid al-Haram. Lahir
pada tahun 170 H dan meninggal pada tahun 250 H.
b. Qunbul, nama lengkapnya Muhammad bin Abdurrahman al-Makhzumi Abu
Umar al-Makki. Beliau lahir pada tahun 195 H dan meninggal pada tahun 291 H.
3. Abu Amr bin al-Ala, nama lengkapnya Zabban bin al-Ala at-Tamimi al-Mazani al-
Bashari. Lahir pada tahun 68 H dan meninggal tahun 154 H. Adapun dua orang
perawinya yang terkenal adalah:
a. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al-Azdi al-Baghdadi an-
Nahwi adh-Dharir. Wafat tahun 26 H.
b. As-Susi, nama lengkapnya Shaleh bin Zaid Abu Syu‟aib as-Susi ar-Ruqi. Beliau
muqri‟ dhabit dan tsiqah dan meninggal tahun 261 H.
4. Ibn Amir ad-Dimasyqi, nama lengkapnya Abdullah Abu Imran al-Yahshabi. Beliau
seorang Imam qira‟ah di Syam. Lahir tahun 21 H dan meninggal tahun 118 H. Adapun
dua orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Hisyam bin Ammar, nama lengkapnya Abu al-Walid as-Sullami ad-Dimasyqi. Bliau
seorang imam, khatib, dan mufti penduduk Damaskus. Lahir tahun 153 H dan
meninggal tahun 245 H.
b. Ibnu Dzakwan, nama lengkapnya Abu Amr Abdullah bin Ahmad al-Fahri ad-
Dimasyqi. Lahir tahun 173 H dan meninggal tahun 242 H. Beliau seorang qari‟ di
Syam dan Imam di Masjid Jami‟ Damaskus.
5. „Ashim bin Abi an-Najud al-Kufi, nama lengkapnya Abu Bakar Ibnu Bahdalah al-
Hannath. Penguasa Bani As‟ad, qari‟ terkemuka di Kufah. Meninggal tahun 127 H.
Adapun dua orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Syu‟bah, nama lengkapnya Abu Bakar bin „Iyasy al-Asadi an-Nahsyali al-Kufi al-
Hannath. Lahir tahun 95 H dan meninggal tahun 193 H.
b. Hafsh bin Sulaiman, nama lengkapnya Abu Umar al-Asadi al-Kufi al-Bazzar. Lahir
tahun 90 H dan meningeal tahun 180 H.
6. Hamzah bin Habib az-Zayyat, nama lengkapnya Abu „Imarh al-Kufi at-Taimi. Lahir
tahun 80 H dan meninggal tahun 156 H. Beliau belajar qira‟at dari Abi Muhammad
Sulaiman bin Mahran Al-A‟masy dan Humran bin A‟yan.12 Adapun dua orang
perawinya yang terkenal adalah:
a. Khalaf bin Hisyam, nama lengkapnya Abu Muhammad al-Asadi al-Bazzar al-Baghdadi.
Lahir tahun 150 H dan meninggal tahun 229 H.
b. Khallad, Nama Lengkapnya Abu Isa bin Khalid asy-Syaibani asy-Shairafi al-Kufi.
Beliau wafat tahun 220 H.
7. Al-Kisa‟I, nama lengkapnya Abu al-Hasan Ali bin Hamzah, asli Persia dan menjadi
Imam di Kufah dalam bahasa Arab. Lahir tahun 119 H dan wafat tahun 189 H. Adapun
dua orang perawinya yang terkenal adalah:
a. Abu al-Haris, nama lengkapnya al-Laits bin Khalid al-Baghdadi dan wafat tahun 240 H.
b. Ad-Duri, nama lengkapnya Hafsh bin Umar Abu Umar al-Azdi al-Baghdadi an-Nahwi
adh-Dharir. Wafat tahun 246 H.
Selain tujuh orang qari yang terkenal itu masih terdapat tiga orang qari‟ lagi
yang cukup populer, namun tingkatan qira‟at mereka masih di bawah qira‟at dari
tujuh qari‟ di atas, di antaranya ialah:
1. Abu Ja‟far al-Madani (w. 130 H), Qira‟atnya kemudian diriwayatkan oleh Ibn Wirdan
(w. 160 H) dan Ibn Jammaz (w. 170 H).
2. Ya‟qub al-Bashari (w. 205 H), Qira‟atnya diriwayatkan oleh Ruwais (w. 238 H) dan
Rauh ibn „Abd al-Mu‟min (w. 234 H).
3. Khalf ibn Hisyam (w. 229 H), salah satu qari‟ yang juga telah meriwayatkan
qira‟at Hamzah. Qira‟atnya diriwayatkan oleh Abu Ya‟qub Ishaq ibn Ibrahim al-
Marwazi (w. 286 H), dan Abu al-Hasan Idris ibn „Abd al-Karim (w. 292 H).
Yang Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan
pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu
saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang
dari tempat buang air atau kamu Telah menyentuh perempuan, Kemudian kamu tidak
mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah
mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.”
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Hamzah dan Al-Kisa‟i memendekkan huruf
lam pada kata لمستمsementara Imam lainnya memanjangkannya المستم.Bertolak dari
perbedaan qira‟at ini, terdapat tiga versi pendapat para ulama mengenai maksud kata
itu, yaitu bersetubuh, bersentuh, dan sambil bersetubuh. Sedangkan para ulama fiqh
ada yang berpendapat bahwa persentuhan laki-laki dan perempuan itu membatalkan
wudhu‟. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa bersentuhan itu tidak
membatalkan wudhu‟, kecuali kalau berhubungan badan.
Dengan menasabkan dan mengkhafadkan kata واَرْ ُجلَ ُك ْم.َ Dalam qira‟at yang
menasabkannya terdapat penjelasan tentang hukum membasuh kaki, karena ia
di‟atafkan kepada ma‟mul fi‟il (objek kata kerja) gasala اغسِ لُ ْوا وُ ج ُْو َه ُك ْم َواَ ْي ِد َي ُك ْم ِالَى ْال َم َراف ِِق
ْ َف
Sedang qira‟at dengan jar (khafad) menjelaskan hukum menyapu sepatu ketika
terdapat keadaan yang menuntut demikian, dengan alasan lafadzh itu di „atafkan
kepada mamul fi‟il masaha َوا ْم َسح ُْوا ِب ُرء ُْوسِ ُك ْم َواَرْ ُجلَ ُك ْم. Dengan demikian, maka kita dapat
menyimpulkan dua hukum tanpa berpanjang lebar kata. Hal ini sebagian makna
kemukjizatan Al-Qur‟an dari segi kepadatan maknanya.
d. Penjelasan terhadap apa yang mungkin masih global dalam qira‟at lain.
F. Contoh Perbedaan Qira’at pada Qs. Al-Fatihah [1] dan Implikasinya pada Pemaknaan
Ayat-ayatnya
G. Qs. Al-Fatihah [1]: 1-7
ِبسْ ِم ٱهَّلل ِ ٱلرَّ حْ ٰ َم ِن ٱلرَّ حِيم
ِ اَ ْل َح ْم ُد هّٰلِل ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِمي َْن
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Ilmu Qira‟at Al-Qur‟an adalah
ilmu yang mempelajari tentang cara membaca ayat-ayat Al-Qur‟an yang berupa wahyu
Allah SWT, dipilih oleh salah seorang imam ahli qira‟at, berbeda dengan cara
ulama lain, berdasarkan riwayat-riwayat mutawatir sanadnya dan selaras dengan
kaidah-kaidah bahasa Arab serta cocok dengan bacaan terhadap tulisan Al-Qur‟an
yang terdapat dalam salah satu mushaf Utsman.
Perbedaan qira‟at terkadang berpengaruh dalam menetapkan ketentuan hukum,
antara lain ada pada Qs. Al-Baqarah ayat 222 dan Qs. An-Nisa‟ ayat 43.
Kemudian, dari variasinya qira‟at yang shahih ada beberapa manfaatnya,
yaitu: Pertama, Menunjukkan betapa terjaganya Al-Qur‟an dari perubahan dan
penyimpangan. Kedua, Meringankan umat Islam dan memudahkan untuk membaca Al-
Qur‟an.