Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 4

Astriani (201410038)
Firly pahleviy (201410034)
Hana wardatusyifa (201410035)
Hanny Tahniatul Fallah (201410002)
Qira’ah Al-Qur’an wa Tahfidz
1. Pengertian Qira’at
2. Sejarah timbulnya Qira’at Sab’ah
3. Tingkat Qira’at
4. Riwayat Hidup para imam Qira’at dan
jalan untuk mendapatkan Qira’at
PENGERTIAN
QIRA’AT
Istilah qira’at berasal dari bahasa Arab‫ قرـاءاـت‬jamak (plural) dari ‫ قرـاءاـة‬, secara etimologi
merupakan akar kata (masdar) dari ‫ قرأـ‬yang berarti membaca.
Jadi lafal‫ قرـاءات‬secara bahasa berkonotasi “beberapa pembacaan”.
 
Sedangkan menurut istilah ilmiah, qira’at adalah salah satu mazhab pengucapan Qur’an yang
dipilih oleh salah seorang imam qurra’ sebagai suatu mazhab yang berbeda dengan mazhab
lainnya.
SEJARAH TIMBULNYA QIRA’AT
SAB’AH
• Pembahasan tentang sejarah dan perkembangan ilmu qira’at ini dimulai dengan adanya perbedaan pendapat
tentang waktu mulai diturunkannya qira’at. Ada dua pendapat tentang hal ini; Pertama, qira’at mulai
diturunkan di Makkah bersamaan dengan turunnya al-Qur’an. Alasannya adalah bahwa sebagian besar
surat-surat al-Qur’an adalah Makkiyah di mana terdapat juga di dalamnya qira’at sebagaimana yang
terdapat pada surat-surat Madaniyah. Hal ini menunjukkan bahwa qira’at itu sudah mulai diturunkan sejak
di Makkah.

• Kedua, qira’at mulai diturunkan di Madinah sesudah peristiwa Hijrah, dimana orang-orang yang masuk
Islam sudah banyak dan saling berbeda ungkapan bahasa Arab dan dialeknya. Pendapat ini dikuatkan oleh
hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya, demikian juga Ibn Jarir al-Tabari dalam
kitab tafsirnya. Hadis yang panjang tersebut menunjukkan tentang waktu dibolehkannya membaca al-
Qur’an dengan tujuh huruf adalah sesudah Hijrah, sebab sumber air Bani Gaffar – yang disebutkan dalam
hadis tersebutterletak di dekat kota Madinah.
TINGKATAN QIRA’AT
Berdasarkan jumlah sanad dalam periwayatan dan persyaratan di atas, para ulama mengklarifikasikan qiraat menjadi
enam tingkatan, yakni :

• Qiraat mutawatir Qiraat yang dinukil oleh banyak periwayat yang tidak mungkin bersepakat untuk berdusta, dan
sanadnya bersambung sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Qiraat inilah yang pada kebiasaannya digunakan di dalam
qiraat.
• Qiraat masyhur Qiraat yang sanadnya shohih namun tidak sampai pada derajat mutawatir, sesuai dengan kaidah bahasa
arab yang benar dan rasm (utsmani) serta terkenal di kalangan para ulama ahli qiraat sehingga menjadikannya tidak
termasuk dalam kategori qiraat syadz.
• Ahad Qiraat yang sanadnya shohih namun tidak sesuai dengan rasm utsman, kaidah bahasa arab atau tidak terkenal di
kalangan ulama ahli qiraat.
• Syadz Qiraat yang sanadnya tidak shahih.
• Maudlu’ Qiraat yang tidak ada asalnya dan tidak bersumberkan kepada Nabi SAW.
• Mudraj Qiraat yang di dalamnya terdapat tambahan kalimat, yang mana biasanya kalimat tersebut merupakan penafsiran
dari ayat sebelumnya. Misalnya qiraatnya Ibn Abbas.
Adapun berdasarkan kuantitas, qiraat terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut:

1. Qiraat Sab’ah, yaitu versi qiraat yang berjumlah tujuh yang dinisbatkan kepada imam
qiraat yang tujuh pula. Yaitu Abu ‘Amr bin A’la, Ibnu Katsir, Nafi’ Al-Madani, Ibn Amir
asy-Syami, ‘Asim al-Kufi, Hamzah al-Kufi, Al-Kisa’I al-Kufi.
2. Qiraat ‘Asyarah, ketujuh imam qiraat sab’ah tersebut di atas ditambah dengan Abu Ja’far
al-Madani, Ya’qub al-basri dan Khalaf.
3. Qiraat ‘Arba’at Asyrah, kesepuluh imam-imam qiraat tersebut di atas disempurnakan
oleh Hasan al-Basri, Muhammad bin Abdurrahman, dan Yahya bin Mubarak al-zahidi
an-nahwi, dan Abul Faraj Muhammad bin Ahmad Asy-syaukani.
Riwayat Hidup Para Imam Qira’at dan Jalan
Mendapatkannya Qira’at
Dalam ilmu qira’at, setiap imam memiliki dua perawi dan setiap perawi memiliki dua toriq atau jalur
bacaan. Dalam qiraat Imam ‘Asim, beliau memiliki dua perawi iaitu: Syu’bah dan Hafs

1. Syu’bah bin Ayyasy


Nama lengkapnya adalah Syu’bah bin Ayyasy bin Salim al-Hannath al-Nahsyali al-Kufi, nama
panggilannya (kuniyah) Abu Bakar. Beliau lahir pada tahun 95 H. Beliau merupakan imam besar yang
Alim, bergelar “hujjah” dan termasuk pembesar Ahlussunnah. Gelar hujjah Ahlussunnah layak
disematkan kepadanya, kerana keteguhannya dalam upaya mempertahankan ideologi Ahlussunnah.

2. Ilmu Imam Syu’bah


Perjalanan intelektual Imam Syu’bah ini diawali dengan menghafal Al-Quran, belajar dan
menyemakkannya (tasmik) kepada guru di kampung halamannya, kemudian dilanjutkan
pengembaraannya dengan belajar kepada satu guru ke guru yang lain, layaknya seorang penuntut ilmu
yang haus akan cahaya ilmu.
3. Komentar Ulama
Atas ketulusan dan keikhlasannya mengabdi kepada kalam-Nya, beliau menempati posisi yang
amat terpuji, sehingga Imam al-Jazari memberikan apresiasi yang sangat tinggi. Imam al-Jazari
berkata: “Syu’bah adalah seorang imam besar, yang alim dan mengamalkan ilmunya, dan
termasuk pembesar ulama sunnah”.

4. Antara Hafs dan Syu’bah


Tidak menghairankan juga jika riwayat Hafs ini paling masyhur di dunia, sebab dia mengajar
masyarakat dengan tempoh waktu yang lama. Kenapa riwayat Imam Syu’bah tidak semasyhur
riwayat Imam Hafs, padahal sama-sama lama mengajar dan sama-sama murid dari Imam ‘Asim?
Boleh jadi kerana Imam Syu’bah berhenti mengajarkan Al-Quran menjelang wafatnya selama
tujuh tahun, dan kemudian disibukkan oleh ilmu hadis. Maka dengan demikian, beliau
mendapatkan gelar pembesar sunnah.
THANK YOU!!
—KELOMPOK 4

Anda mungkin juga menyukai