PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian ilmu Qira’at?
b. Apa saja kaidah sistem Qira’at yang benar?
c. Apa saja tingkatan Qira’at?
d. Apa saja macam-macam Qira’at?
e. Bagaimana latar belakang perbedaan Qira’at?
f. Apa saja bentuk-bentuk perbedaan Qira’at?
g. Apa urgensi mempelajari ilmu Qira’at?
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Menurut bahasa qira’at adalah bentuk jamak dari qira’ah yang merupakan
isim masdar qaraa, yang artinya: bacaan.
Pengertian qira’at menurut istilah cukup beragam. Hal ini disebabkan oleh
keluasan makna dan sisi pandang yang dipakai oleh umat tersebut. Berikut ini akan
diberikan beberapa pengertian qira’at menurut istilah.
1. Menurut A-Zarqani
Suatu madzhab yang dianut oleh seorang imam qira’at yang berbeda
dengan yang lainnya dalam pengucapan Al-Qur’an Al-karim serta sepakat riwayat-
riwayat dan jalur- jalur dari padanya, baik perbedaan ini dalam pengucapan huruf-
hurufmaupun dalam pengucapan keadaan-keadaan.
4. Menurut Ash-Shabuni
Suatu madzhab cara pelafalan Al-Quran yang dianut oleh seorang imam
berdasarkan sanad-sanad yang bersambung kepada Rasulullah saw.
1. Qira’at berkaitan dengan cara pelafalan ayat-ayat Al-Qur’an yang dilakukan salah
seorang imam dan berbeda dengan cara yang dilakukan imam lainnya.
2. Cara pelafalan ayat ayat Al-Qur’an itu berdasarkan atas riwayat yang bersambung
kepada Nabi, jadi bersifat taufiki dan tauhidi
3. Ruang lingkup perbedaan Qira’at itu menyangkut persoalan lughat, hazhaf, I’rab,
itsbat,washi
2
Ada beberapa kata kunci dalam membicarakan qira’at yang harus
diketahui. Kata kunci tersebut adalah qira’at, riwayat dan tariqah. Berikut ini akan
dipaparkan pengertian dan perbedaan antara qira’at, riwayat, dan tariqah, sebagai
berikut;
Qira’at adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang imam dari
qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas; seperti qira’at nafi’, qira’at ibn
kasir,qira’at Ya’qub, dan lain sebagainya.sedangkan riwayat bacaan yang disandarkan
kepada salah seorang dari imam qurra’yang tujuh, sepuluh atau empat belas. Misalnya
nafi’ mempunyai dua orang perawi, yaitu Qalun dan Warsy, maka disebut dengan
Qalun ‘an-nafi’ atau riwayat warsyi ‘an nafi.
C) Tingkatan Qira’at
Para ulama membagi qira’at menjadi beberapa tingkatan. Dalam hal ini
Ibnu al-jaziri sebagaimana yang dikutip oleh Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i
menjadi dua tingkatan;
3
1) Qira’at sahih, qira’ah sahih mencakup dua macam
a. Mutawatir, yaitu qira’at yang diriwayatkan oleh sejumlah periwayat yang
banyak dari periwayat yang banyak pula sehingga mereka tidak mungkin
sepakat untuk berdusta. Qira’at yang tergolong mutawatir, yaitu qira’ah
sab’ah. Qira’ah mutawatir ini adalah qira’ah yang sah dan resmi sebagai Al-
qur’an dan dapat dijadikan hujjah.
Utsmani. Qira’at ini dinisabkan kepada tiga imam terkenal yaitu: Abu Ja’far ibn
Qa’qa Madani , Ya’kub Al hadrami, dan khalaf Al-Bazzar.
2) Qira’at Syadzah mencakup tiga macam
menyalahi kaidah bahasa arab. Qira’at ini tidak sah dibaca sebagai riwayat
yang dikeluarkan oleh hakim dari jalur ashil al- jahdari dari abi bakrah.
b. Syadz,yaitu qira’at yang sanadnya tidak shahih.
c. Maudhu’, yaitu qira’at yang hanya dinisabkan kepada seseorang tanpa asal
usul yang pasti.
4
dari nabi. Seusai shalat, Hisyam diajak menghadap Nabiutuk melaporkan
peristiwa tersebut.
5
seperenam harta”. Dengan demikian Qira’at saad bin Abi Waqqas dapat
memperkuat dan mengukuhkan ketetapan hukum yang telah disepakati.
b. Dapat mentarjih hukum yang diperselisihkan para ulama, contoh dalam surah Al-
Maidah 89, disebutkan bahwa kifarat sumpah adalah berupa memerdekakan
budak. Namun, tidak disebutkan apakah budaknya muslim atau non muslim. Hal itu
mengandung perbedaan pendapat dikalangan fuqaha.
c. Dapat menggabungkan dua ketentuan berbeda. Misalnya, dalam surah Al-Baqarah
222, dijelaskan bahwa seorang suami dilarang melakukan hubungan seksual tatkala
istrinya sedang haid, sebelum haid nya berakhir.
d. Dapat menunjukan dua ketentuan hukum yang berbeda dalam kondisi yang
berbeda pula. Misalnya yang terdapat dalam surah Al-Maidah 6. Ada dua bacaan
mengenai ayat itu, yaitu yang membaca “arjulakum” dan yang membaca
“arjulikum”. Perbedaan Qira’at ini tentu saja mengkonsekuensikan kesimpulan
hukum berbeda.
e. Dapat memberikan penjelasan terhadap suatu kata didalam Al-Qur’anyang
mungkin sulit dipahami maknanya.
6
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dengan penjelasannya maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Qira’at merupakan cara baca Al-Qur’an sesuai dengan ajaran Rasulullah secara
taufiqi. Sedangkan ilmu Qira’at adalah ilmu yang mempelajari tentang berbagai
metode (cara) baca Al-Qur’an.
2. Syarat- syarat Qira’at dikatakan shahih menurut jumhur ulama :
a. Mutawatir, yaitu Qira’at dengan sifat turun- temurun.
b. Syarat dan kaidah bahasa Arab.
c. Tilisan mushaf Utsman.
d. Bersand shahih.
3. Pengelompokan Qira’at dengan enam versi bacaan yaitu : Mutawatir, Masyhur,
Ahad, Syadz, Mudlu’, Mudraj.
4. Imam- imam Qira’at yang memenuhi syarat mutawatir yaitu : Abdullah al-
Yahshibiy, Abu Amar, Ya’kub, Hamzah, ‘Ashim, Abu Ja’far, Adullah bin Katsir Al-
Dariy, Khalaf bin Hisyam Al-Bazzar dan Al-Kasa’i. Adapun imam Qiraat yang tidak
memenuhi syarat mutawatir atau syadz yaitu : Hasan Al-Bishry, Yahya bin Al-
Mubarak Al-Yazidiy, Abu Al-Faraj Muhammad bin Ahmad Al- syanbudziy,
Muhammad bin Abdu Ar- Rahman.
5. Mempelajari ilmu Qira’at dapat memberikan manfaat dan pemahaman bagi yang
mempelajarinya, diantaranya; dapat menguatkan ketentuan- ketentuan hukum
yang telah disepakati oleh para ulama, dapat mentarjihkan hukum yang
diperselisihkan para ulama, dapat menggabungkan dua ketentuan yang berbeda,
dapat menunjukan dua ketentuan hukum yang berbeda dalam kondisi yang
berbedla, dan dapat memberikan penjelasan terhadap suatu kata didalam Al-
Qur’an yang mungkin sulit dipahami maknanya.
B. Saran
Demikian makalah yang bisa Ananda sampaikan. Ananda menyadari sangat banyak
kekurangan yang terdapat pada makalah yang Ananda susun ini. Oleh karena itu, kritik
dan saran sangat membantu Ananda dalam penulisan makalah yang lebih baik lagi
untuk yang akan mendatang, semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
7
DAFTAR PUSTAKA
Al- Zarkasyi. 1957. Al- Burhan Fi Ulumul Al-Qur’an. Kairo; Isa al-Halabi.
An-Naysabury, Muhammad bin Husain al-Qammiy. 1996. Tafsir Gharaib Al-Qur’an Wa Raghaib Al-
Furqan. Beirut; Dar al-Kutub al- Ilmiyyah.
Ash-Shabuni, Muhammad Ali; 2003. At-Tibyan Fi Ulumul Qur’an. Beirut: Dar Al-Kutub Al-Islamiyah.
Bakar, Achmad Abu, La Ode Ismail Ahmad, and Yusuf Assagaf. 2019. Ulumul Qur’an : Pisau Analisis
Dalam Menafsirkan Al- Qur’an. Ed. Budiman. Yogyakarta: Semesta Aksara.
Madyan, Ahmad Shams. 2008. Peta Pembelajaran Al- Qur’an. Yogyakarta: Pustaka.
Al-Qaththan, Manna. 1994. Mabahits Fi Ulum Al-Q ur’an : Manna’ Al- Qaththan. Muassasah Al-
Risalah.