Anda di halaman 1dari 12

QIRA’AT

DAN
QURRA
Oleh :
Helmi Ilman Yasir

PENGERTIAN SEJARAH

PEMBAHASAN
PENGERTIAN QIRO’AT
•Kata qiro’at jamak dari qiro’ah,merupakan masdar  dari kata qoro’a yang
berarti membaca.Maka qiraat secara harfiah adalah bacaan,dan ilmu
qiro’at berarti ilmu tentang bacaan.
•Secara istilah ilmu qiro’at berarti suatu ilmu atau pengetahuan yang
mempelajari tentang cara membaca Alquran.Menurut Muhasyin ilmu
qiro’at adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang cara menuturkan atau
menyampaikan kata-kata (kalimat) Alqur’an,baik yang disepakati atau
diperbedakan sesuai dengan jalan orang yang menukilkannya.

BACK
SEJARAH QIRA’ATIL QUR’AN
Pada periode awal  kaum muslimin memperoleh ayat-yat Al- Qur’an lansung dari Nabi
Saw. kepada para sahabat, dan dari para sabat ini kemudian kepada para tabi’in serta
para imam-imam Qira’at pada masa selanjutnya. Pada masa Nabi Saw. ayat-ayat ini
diperoleh dari Nabi dengan cara mendegarkan, membaca lalu beberapa sahadat
menhafalkannya. sehingga pada periode ini Alqur’an belum dibukukan, pedoman dasar
bacaan dan pelajarannya langsung bersumber dari Nabi Saw. Serta para sahabat yang
hafal Al-Qur’an . hal ini berlangsung hingga masa para sahabat yang pada
perkembangannya Al-Qur’an dibukukan atas dasar ikhtiar Abu Bakar dan inisiatif Umar
bin Khattab. pada perkembangan berikutnya, al-qur’an justru tertata lebih karena kholifah 
usman berinisiatif untuk menyalin mushaf dan dicetak lebih banyak untuk kemudiyan
disebarkan kepada kaum muslimindi berbagai kawasan. Langkah ini ditempuh oleh
utsman bin affan karena pada waktu itu terjadi perselisihan diantara kaum muslimin
tentang perbedaan bacaan yang mereka terima, maka dengan dasar inilah sejarah awal
terjadinya perdebatan Qira’at yang kemudiyan dipadankan oleh Utsman bin Affan dengan
menyalin mushaf itu menjadi satu bentuk yang sama dan mengirimnya ke berbagai
daerah.. Dengan cara seperti ini maka tidak akan ada lagi perbedaan, karena seluruh
mushaf yang ada di daerah-daerah kaum muslimin semuanya sama, yaitu mushaf yang
berasal dari kholifah utsman bin affan.
Setelah masa itu, maka muncullah para qurra’ (para ahli dalam Membaca Al-Qur’an),
merekalah yang menjadi penutan di daerahnya masing-masing dan dari bacaan mereka
diBACK
jadikan pedoman serta cara-cara membaca Al-Qur’an.
BANYAKNYA QURRO’ DAN SEBAB
HANYA DIBATASI 7
 Imam Ibnul Jazari dalam an-nasyr mengemukakan bahwa
imam pertama yang telah menghimpun bermacam-macam
Qiraat dalam satu kitab adalah Abu Ubaid Al- Qasim Bin Salam.
Menurut prhitungn saya, lanjut Ibnul Jazari, ia mengumpulkan
dua puluh lima orang ulama ahli Qiraat selain dari imam yang
tujuh itu. Ia wafat pada 224 H. Sesudah itu Abu Bakar Ahmad
Bin Musa Bin Abbas Bin Mujahid merupakan orang pertama
yang pertama yang membatasi hanya pada Qiraat tujuh orang
saja. Ia wafat pada 324 H. Kami mendapat berita dari sebagian
orang yang tidak berpengetahuan Qiraat yang benar hanyalah
Qiraat-Qiraat yang berasal dari tujuh imam. Bahkan dalam
pandangan sebagian besar orang yang jahil, Qiraat-Qiraat yang
benar itu hanya yang terdapat di dalam Asy-syathibiyah dan At-
Taysir.
IMAM QIRO’AT SAB’AH
1. Nafi’ Al-Madani
2. Ibn Khatir Al-Makki
3. Abu Amr Al-Basri
4. Ibn Amir Al-Shami
5. ‘Asim Al-Kufi
6. Hamzah Al-Kufi
7. Al-Kisa’i Al-Kufi
MACAM-MACAM QIRO’AT,HUKUM DAN
KETENTUANNYA
Dalam pembahasan tentang macam-macam qira’at ini akan di jelaskan pendapat para ulama yang
menjelaskan adanya beberapa macam qiraat yaitu;
1.      Qiraat Mutawatir
Qiraat Mutawatir adalah Qiraat yang diriwayatkan oleh orang banyak dari banyak orang yang tidak
mungkin terjadi kesepakatan diantara   mereka untuk berbuat kebohongan.
Contoh untuk Qiraat mutawatir ini ialah Qiraat yang telah disepakati jalan perawiannya dari imam Qiraat
Sab’ah
2.     Qiraat Masyhur
Qiraat Masyhur adalah Qiraat yang sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah SAW, diriwayatkan
oleh beberapa orang yang adil dan kuat hafalannya, serta Qiraat -nya sesuai dengan salah satu rasam
Usmani; baik Qiraat itu dari para imam Qiraat  sab’ah, atau imam Qiraat’asyarah ataupun imam-imam lain
yang dapat diterima Qiraat -nya dan dikenal di kalangan ahli Qiraat bahwa Qiraat itu tidak salah dan tidak
syadz, hanya saja derajatnya tidak sampai kepada derajat Mutawatir.
3.      Qiraat Ahad
Qiraat  Ahad adalah qiraat yang sanadnya bersih dari cacat tetapi menyalahi rasam Utsamani dan tidak
sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Juga tidak terkenal di kalangan imam qiraat. Qiraat  Ahad ini tidak boleh
dipakai untuk membaca al Quran dan tidak wajib meyakininya sebagai al Quran.
4.      Qiraat  Syazah
Qiraat  Syazah adalah Qiraat yang cacat sanadnya dan tidak bersambung  sampai kepada Rasulullah
SAW. Hukum Qiraat Syazah ini tidak boleh dibaca di dalam maupun di luar sholat.
5.      Qiraat Maudu’
Qiraat Maudu’ adalah Qiraat yang dibuat-buat dan disandarkan kepada seseorang tanpa mempunyai
dasar periwayatan sama sekali.
6.      Qiraat Syabih bil Mudraj
Qiraat Sabih bil Mudraj adalah Qiraat yang menyerupai kelompok Mudraj dalam hadis, yakni Qiraat yang
telah memperoleh sisipan atau tambahan kalimat yang merupakan tafsir dari ayat tersebut.
SYARAT-SYARAT QIRO’AT SHAHIH
Suatu bacaan dianggap sahih dan boleh diikuti haruslah
memenuhi tiga syarat yaitu sebagai berikut:
1.Bacaan itu sesuai dengan salah satu musthaf usmani.

2. Diterima dan sampai dengan kita secara mutawattir.Ini


menurut para ahli usul damn muhaddistin.Menurut imam
lainnya ,qiraat yang tidak mutawattir tetapi sahih boleh diikuti.
3.Sesuai dengan bahasa arab.Artinya jangan sampai bacaaan itu
bertentangan dengan kaidah bahasa arab.
Apabila suatu qiraat telah memenuhi syarat-syarat ini maka
qiraat itu dianggap benar dan boleh diikuti bahkan tidak boleh
diingkari.Akan tetapi jika ada diantara syarat ini yang kurang
maka qiraatnya dianggap tidak sahih dan tidak boleh diikiuti.
 
FAEDAH BERANEKA RAGAM
QIRA’AT YANG SHAHIH
Diantara manfaat dan hikmah dari perbedaan qiraat Al
Qur'an ,adalah :
1)   Membuktikan betapa terjaganya dan terpeliharanya kitab
Allah dari perubahan dan penyimpangan padahal kitab ini
mempunyai sekian banyak segi bacaan yang berbeda-beda.
2)  Membuktikan dan memudahkan umat dalam membaca Al
Qur'an.
3)   Membuktikan keagungan mukjizat Al Qur'an dari segi
kepadatan makna(i’jaz)-nya.
4)   Menolak tafsiran atau bacaan yang tidak diinginkan.
 
 
Waqaf dan Ibtida
Waqaf (berhenti) dan ibtida (memulai) mempunyai peranan sangat penting dalam
pengucapan Al Qur’an untuk menjaga keselamatan makna ayat dan meghindari
kesalahan.
 
.Macam-macam Waqaf
 
Menurut pendapat yang masyhur, waqaf terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Tamm; ialah waqaf pada lafazh yang tidak berhubungan sedikit pun
dengan lafazh sesudahnya.
2. Kafin Ja’iz; yaitu waqaf pada suatu lafazh yang dari segi lafazh telah
terputus dari lafazh sesudahnya, tetapi maknanya masih tetap
bersambung.
3. Hasan; yaitu waqaf pada lafazh yang dipandang baik padanya, tetapi
tidak baik memulai dengan lafazh yang sesudahnya, karena masih ada
hubungan dengannya secara lafazh dan maknanya.
4. Qabih; yaitu waqaf pada lafazh yang tidak dapat dipahami maksud
sebenarnya.
Tajwid dan Membaca Al-Qur’an
Tajwid sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah-kaidah tertentu
yang harus dipedomani dalam pengucapan huruf-huruf dari makhrajnya
disamping pula harus pula diperhatikan hubungan setiap huruf dengan
yang sebelum dan yang sesudahnya dalam cara pengucapan.
Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa ingin membaca Al-Qur’an dengan tepat seperti ketika
diturunkan, hendaklah ia membacanya menurut bacaan Ibnu Ummi
Abd.” Ibnu Ummi Abd yaitu Ibnu Mas’ud.
Sesungguhnya Al-Qur’an itu mesti dibaca dengan cara tahqiq, yaitu
dengan cara memberikan kepada setiap huruf akan haknya sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan para ulama. Atau dengan tartil,
yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan tenang. Atau dengan cara
hadar, yaitu membaca dengan cepat tetapi tetap memperhatikan syarat-
syarat pengucapan yang benar. Dan, ada pula bacaan dengan cara
tadwir, yaitu pertengahan antara tahqiq dan hadar.
Adab Membaca Al-Qur’an
1. Membaca Al Qur’an sesudah berwudlu.
2. Membacanya ditempat yang bersih dan suci, untuk membaca keagungan
membaca Al Qur’an.
3. Membacanya dengan khusyu tenang dan poenuh hormat
4. Bersiwak sebelum membaca.
5. Membaca taawudz pada permulaanya
6. Membaca basmalah pada permulaan setiap surah kecuali surah Al Baraah
7. Membacanya dengan tartil
8. Memikirkan ayat-ayat yang dibacanya.
9. Meresapi makna dan maksud ayat-ayat Al Qur’an yang berhubungan
dengan janji dan ancaman.
10. Membaguskan suara
11. Mengeraskan bacaan Al Qur’an karena membacanya dengan suara jahr
lebih utama.

Anda mungkin juga menyukai