Anda di halaman 1dari 5

Siti Aisyah, Nofa Amiliya , Qiraat Al-Qur’an

QIRAAT AL-QUR’AN

Siti Aisyah, Nofa Amiliya


Program Studi Ekonomi Syariah
Universitas Zainul Hasan Genggong

ABSTRAK

Qira’at adalah tata cara melafalkan ayat-ayat al-Qur’an dengan menisbahkan kepada penukilnya.
Bangsa Arab terdiri dari beberapa suku atau ras yang mana masing-masing suku mempunyai bahasa
atau dialek yang berbeda-beda, dengan adanya perbedaan dialek tersebut menimbulkan pula adanya
perbedaan qiraat. Perbedaam qiraat itu dilatar belakangi oleh faktor sejarah dan cara penyampaian
para sahabat dalam menyampaikan kepada murid-muridnya. Untuk mengetahui apakah qira’at itu benar
atau tidak, harus memenuhi syarat sebagai berikut: pertama, sesuai kaedah bahasa Arab kedua, sesuai
dengan mushaf usmani dan ketiga, sanadnya shahih.

Kata-kata Kunci: perbedaan, qira’at al-Qur’an

ABSTRACT

Qiraat is procedures to recite ayah al-Qur’an with mention to the writer .The arabs consisting of several
tribes or thoroughbred that which each the strange languages or dialect different, with differences in
dialect it causes also differences in if you .Perbedaam when you that while belakangi by a factor of
history and way delivery of friends in conveying to his disciples .To see if qiraat is true or not , to be
qualified as follows: first , in accordance kaedah arabic second , in accordance with mushaf of Usmani
and third the sanad is shahih .

Keywords: the difference, qira’at of al-Qur’an

1
PENDAHULUAN pelosok. qira‟at tersebut diajarkan secara
turun temurun dari guru ke guru, sehingga
Pada masa hidup Nabi Muhammad
sampai pada para imam qira‟at, baik yang
SAW, perhatian umat terhadap kitab Al-
tujuh maupun sepuluh. Sebab-sebab
Qur‟an ialah memperoleh ayat-ayat Al-
mengapa hanya tujuh imam qira‟at yang
Qur‟an dengan mendengarkan, membaca
masyhur padahal masih banyak imam-imam
dan menghafalkannya secara lisan dari
qira‟at lain yang lebih tinggi kedudukannya,
mulut ke mulut. Pada periode pertama, Al-
karena sangat banyaknya periwayat qira‟at
Qur‟an belum dibukukan, sehingga dasar
mereka. Ketika semangat dan perhatian
pembacaan dan pelajarannya masih secara
generasi sesudahnya menurun, mereka lalu
lisan. Hal ini berlangsung terus sampai pada
berupaya untuk membatasi hanya pada
masa sahabat, masa pemerintah Khalifah
qira‟at yang sesuai dengan khaf mushaf
Abu Bakar dan Umar r.a. Pada masa
serta dapat mempermudah penghafalan dan
mereka, Kitab Al-Qur‟an sudah dibukukan
pendabitan qira’atnya.
dalam satu mushaf. Pembukuan Al-Qur‟an
tersebut merupakan ikhtiar khalifah Abu HASIL PENELITIAN DAN
Bakar r.a. atas inisiatif Umar bin Khattab r.a. PEMBAHASAN
Pada masa Khalifah Utsman bin Affan r.a.
Pengertian Qiraat
mushaf Al-Qur‟an itu disalin dan dibuat
banyak, serta dikirim ke daerah-daerah Secara etimologi qira’at merupakan
Islam yang pada waktu itu sudah menyebar kata jadian (masdar) dari kata kerja qara’a
luas guna menjadi pedoman bacaan (membaca). Sedangkan secara terminologi
pelajaran dan hafalan Al-Qur‟an. Hal itu ada beberapa definisi yang dikemukakan
diupayakan Khalifah Utsman, karena pada oleh para ulama antara lain:
waktu ada perselisihan sesama muslim di
1. Ibnu al-Jazari: Qira’at adalah ilmu yang
daerah Azzerbeijan mengenai bacaan
menyangkut cara-cara mengucapkan
AlQur‟an. Perselisihan tersebut hampir saja
katakata Al-Qur’an dan
menimbulkan perang saudara sesama umat
perbedaanperbedaannya dengan cara
Islam. Sebab, mereka berlainan dalam
menisbahkan kepada penukilnya. (Rosihan
menerima bacaan ayat-ayat Al-Qur‟an
Anwar: 2000)
karena oleh Nabi Muhammad SAW
diajarkan cara bacaan yang relevan dengan 2. Al-Zarqasyi: Qira’at adalah perbedaan
dialek mereka masing-masing. Tetapi karena cara-cara melafalkan Al-Qur’an, baik
tidak memahami maksud tujuan Nabi mengenai huruf-hurufnya atau cara
Muhammad SAW, lalu tiap golongan pengucapan huruf-huruf tersebut seperti
menganggap hanya bacaan mereka sendiri takhfif (meringankan), tasqil (memberatkan)
yang benar, sedang bacaan yang lain salah, atau yang lainnya. (Rosihan Anwar: 2000)
sehingga mengakibatkan perselisihan. Itulah
3. Al-Shabuni: Qira’at adalah suatu mazhab
pangkal perbedaan qira‟at dan tonggak
cara melafalkan Alqur’an yang dianut oleh
sejarah tumbuhnya ilmu qira‟at. Tatkala
salah seorang imam berdasarkan sanad-
para qari‟ sudah tersebar di berbagai

2
sanad yang bersambung kepada Rasulullah 1. Dari segi Kuantitas
saw.
a. Qira’at Sab’ah (qira’at tujuh) yaitu qira’at
Dari definisi tersebut walaupun yang disandarkan kepada imam qira’at yang
redaksi berbeda-beda, tapi pada hakikatnya tujuh mereka adalah Abdullah al-Katsir al-
mempunyai makna yang sama, yakni ada Dari, Nafi’ bin Abdrrahmana bin Abi Naim,
beberapa cara melafalkan Alqur’an Abdullah al-Yasibi, Abu Amar, Ya’kub,
walaupun sama-sama berasal dari sumber Hamzah dan Ashim
yang sama yaitu Rasulullah saw. Dengan
b. Qira’at Asyarah (qira’at sepuluh), yaitu
demikian, bahwa qira’at berkisar pada dua
qira’at tujuh ditambah tiga ahli qira’at yaitu
hal: pertama, qira’at berkaitan dengan cara
Yazid bin al-Qa’qa alMaksumi al-madani,
melafalkan Al-Qur’an yang dilakukan oleh
Ya’kub bin Ishak dan Khallaf bin Hisyam.
seorang imam dan berbeda dengan imam
lainnya. Kedua, cara melafalkan ayat-ayat 2. Dari Segi Kualitas
Al-Qur’an berdasarkan pada riwayat yang
a. Qira’at mutawatir yaitu qira’at yang
mutawatir dari Nabi saw.
disampaikan oleh sekolompok orang mulai
Latar Belakang Munculnya Perbedaan dari awal sampai akhir sanad tidak mungkin
Qiraat sepakat untuk berdusta.maka sebagian
ulama sepakat yang termasuk dalam
Beberapa faktor yang melatar
kelompok ini adalah qira’ah sab’ah, qira’at
belakangi timbulnya perbedaan qiraat
asyarah, dan qira’at arba’ah asyarah.
Al-Qur’an menurut Abdul Hadi al-Fadli
dalam kitab Al-Qira’ah Al-Qur’aniyah b. Qira’at masyhur yaitu, qira’at yang
sebagaimana yang dikutip oleh Nur memiliki sanad yang shahih, tetapi tidak
Faizah, perbedaan qiraat disebabkan sampai pada kualitas mutawatir, hanya
oleh beberapa hal. sesuai dengan kaedah bahasa Arab dan
1. Karena perbedaan qiraat Nabi tulisan mushaf usmani.
Muhammad dalam membaca dan
c. Qira’at ahad yaitu, qira’at yang memiliki
mengajarkan Al-Qur’an dengan
sanad shahih, tetapi menyalahi tulisan
beberapa versi.
mushaf usmani dan kaedah bahasa Arab.
2. Karena adanya taqrir (pengakuan)
Nabi Muhammad terhadap berbagai d. Qira’at syadz yaitu qira’at yang sanadnya
macam qiraat. tidak shahih e. Qira’at yang menyerupai
3. Karena berbedanya qiraat yang hadis mudraj (sisipan) yaitu adanya sisipan
diturunkan Allah SWT kepada Nabi pada bacaan dengan tujuan penafsiran.
Muhammad melalui perantara
Urgensi Qiraat Dan Pengaruhnya
malaikat Jibril.
Terhadap Penetapan Hukum Islam
4. Karena adanya riwayat dari sahabat
menyangkut berbagai versi qiraat Menurut Syekh Manna’ Al-Qaththan dalam
yang ada. kitab Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an
Macam Macam Qiraat Al-qur’an

3
mempelajari urgensi qiraat mengandung Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk
banyak faedah sebagai berikut. mengetahui penyebab perbedaan qira’at
1.Dapat mengetahui betapa terjaganya dan yang bersumber dari hadis Nabi Muhammad
terpeliharanya Kitab Allah dari perubahan Saw dan dampaknya terhadap penetapan
dan penyimpangan. hukum Islam. Kesimpulannya bahwa
2.Dapat mempermudah dalam membaca Al- perbedaan qira’at ternyata dapat
Qur’an. menimbulkan pengaruh terhadap perbedaan
3.Dapat mengetahui bukti kemukjizatan Al- hukum yang diistinbatkan dan ada yang
Qur’an dari segi kepadatan makna. tidak menimbulkan pengaruh terhadap
4.Penjelasan terhadap sesuatu yang perbedaan hukum yang ditimbulkan.
kemungkinan masih global dalam qiraat
KESIMPULAN
yampng lain.
Qira’at merupakan suatu aliran Dari uraian tersebut dapat
dalam melafalkan al-Qur’an yang dipelopori disimpulkan bahwa Bangsa Arab merupakan
oleh seorang imam qira’at yang berbeda dari komunitas dari berbagai suku di mana setiap
pembacaan imam-imam yang lain, dari segi suku mempunyai dialek yang berbeda,
pengucapan huruf-huruf atau haiah-nya. namun demikian mereka menjadikan bahasa
Dalam kajian ilmu tafsir, terdapat tujuh Quraisy sebagai bahasa bersama dalam
qira’at al-Qur’an, kemudian disebut qirā’āt berkomunikasi. Kenyataan tersebut
al-sab’ah. Ayat-ayat al-Qur’an yang di membawa suatu konsekuensi lahirnya
dalamnya terdapat perbedaan qira’at, berbagai macam qira’at dalam melafazkan
kemungkinan besar memiliki pengaruh Al-Qur’an, namun Rasulullah saw.
terhadap istinbath hukum Islam, walaupun senantiasa membenarkan qira’at mereka,
jumlahnya relatif sedikit, akan tetapi karena AlQur’an itu diturunkan dalam tujuh
ternyata dapat menambah keluasan dan huruf, artinya sebagai kemudahan bagi umat
keluwesan hukum Islam. Di samping itu Islam dalam melafazkan atau membaca
dapat menambah dan memperkaya alternatif AlQur’an. Sebagaimana diketahui bahwa
bagi kaum muslimin dalam memahami dan AlQur’an itu diturunkan tujuh huruf,
mengamalkan hukum Islam, sekaligus sehingga harus diketahui bahwa ini qira’at
mungkin bisa meredam antara dua kutub yang shahih dan ini qira’at yang syadz
pandangan yang sama-sama terlihat ketat.

4
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan. Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2000.

Anwar, Hamdani. Pengantar Ilmu Tafsir, Fikahati Aneska, t.th.


Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: yayasan Penerjemah/Penafsir
alQur’an, 1981.

Al-Maliki, al-Hasani, Muhammad bin Alawy. Mutiara Ilmu-ilmu al-Qur’an, Bandung: Pustaka
Setia, 1999.
As-Shabuni, Muhammad Ali. Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1991.

al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, diterjemahkan oleh Muh.


Kadirun Nur, dengan judul “Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, Jakarta: Pustaka Amani, 1988.

Ash-Shiddieqy, Hasbi. Ilmu-ilmu al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1972.


Syadali, Ahmad. Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka setia, 2000.

Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 2013), 242-243.


Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an, (Riyadh: Mansyurat al-Ashri al-Hadits,
1973), hlm. 180.

Hasanuddin Af, Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum Dalam Al-
Qur’an, hlm. 146-149.
AF, Hasanuddin. Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya Terhadap Istinbath Hukum Dalam Al-
Qur’an. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1995.

Al-Maliki, Muhammad Alawi. Mutiara Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Terjemahan Rosihon Anwar.


Bandung: CV Pustaka Setia. 1983.

Al-Qaththan, Manna’. Mabahits fi ‘Ulumil Qur’an. Riyadh: Mansyurat al-Ashri al-Hadits. 1973.

Anda mungkin juga menyukai