Anda di halaman 1dari 7

QIRA’AT AL-QUR’AN

(Makna dan Latar Belakang Timbulnya Perbedaan Qira’at)

Oleh

Ratnah Umar
Dosen Tetap FUAD IAIN Palopo
ratnah_umar@iainpalopo.ac.id

ABSTRAK

Qira’at adalah tata cara melafalkan ayat-ayat al-Qur’an dengan menisbahkan kepada penukilnya.
Bangsa Arab terdiri dari beberapa suku atau ras yang mana masing-masing suku mempunyai bahasa
atau dialek yang berbeda-beda, dengan adanya perbedaan dialek tersebut menimbulkan pula adanya
perbedaan qiraat. Perbedaam qiraat itu dilatar belakangi oleh faktor sejarah dan cara penyampaian
para sahabat dalam menyampaikan kepada murid-muridnya. Untuk mengetahui apakah qira’at itu
benar atau tidak, harus memenuhi syarat sebagai berikut: pertama, sesuai kaedah bahasa Arab
kedua, sesuai dengan mushaf usmani dan ketiga, sanadnya shahih.

Kata-kata Kunci: perbedaan, qira’at al-Qur’an

ABSTRACT

Qiraat is procedures to recite ayah al-Qur’an with mention to the writer .The arabs consisting of
several tribes or thoroughbred that which each the strange languages or dialect different, with
differences in dialect it causes also differences in if you .Perbedaam when you that while belakangi
by a factor of history and way delivery of friends in conveying to his disciples .To see if qiraat is
true or not , to be qualified as follows: first , in accordance kaedah arabic second , in accordance
with mushaf of Usmani and third the sanad is shahih .

Keywords: the difference, qira’at of al-Qur’an

Pendahuluan karena pekerjaan orang-orang Quaraisy


Bangsa Arab merupakan komunitas adalah berdagang sehingga mereka banyak
dari berbagai suku yang tersebar di bergaul dengan warga yang melakukan
sepanjang Jazirah Arab, sehingga ibadah Haji, (Muhammad Ali As-
mempunyai dialek atau lahjah yang Shabuniy: 1991). Berarti secara tidak
berbeda dengan suku-suku lainnya, langsung orang-orang Quraisy mengambil
(Rosihan Anwar: 2000). Perbedaan dialek sebagaian dialek dan bahasa dari pendatang
tersebut tentunya sesuai dengan letak di Quraisy.
geografi dan sosiokultural dari masing- Dengan adanya perbedaan dialek
masing suku. Penyebab utamanya adalah atau lahjah itu membawa konsekuensi

35
Jurnal al-Asas, Vol. III, No. 2, Oktober 2019 Qira’at Al-Qur’an

lahirnya bermacam-macam bacaan (qira’at) Pengertian Qira’at


dalam melafazkan ayat-ayat Al- Secara etimologi qira’at merupakan
Qur’an,sehingga dapat dipahami alasan kata jadian (masdar) dari kata kerja qara’a
Allah swt., menurunkan Al-Qur’an dengan (membaca). Sedangkan secara terminologi
menggunakan bahasa Quraisy atau bahasa ada beberapa definisi yang dikemukakan
yang mudah dipahami oleh seluruh orang oleh para ulama antara lain:
Arab, dengan maksud untuk mempermudah 1. Ibnu al-Jazari:
mereka dalam memahaminya. Hal ini Qira’at adalah ilmu yang
sesuai dengan firman Allah swt., menyangkut cara-cara mengucapkan kata-
QS.Yusuf/12: 2: kata Al-Qur’an dan perbedaan-

ُ‫أَ ۡر ِس ۡلهُ ُ َم َعنَا ُ َغ ٗدا ُيَ ۡرتَ ۡع ُ َويَ ۡل َع ۡب ُ َوإِنَّا ُلَهُۥ‬ perbedaannya dengan cara menisbahkan
ُ ُ َ‫حفِظون‬ َ َٰ َ‫ل‬ kepada penukilnya. (Rosihan Anwar: 2000)
Terjemahnya: 2. Al-Zarqasyi:
Sesungguhnya Kami menurunkan
berupa al-Quran dengan berbahasa Qira’at adalah perbedaan cara-cara
Arab, agar kamu memahaminya. melafalkan Al-Qur’an, baik mengenai
Dari ayat tersebut dapat dipahami huruf-hurufnya atau cara pengucapan
bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah huruf-huruf tersebut seperti takhfif
swt., kepada Nabi Muhammad saw., (meringankan), tasqil (memberatkan) atau
melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk yang lainnya. (Rosihan Anwar: 2000)
bagi umat Islam, tentunya sebagai petunjuk 3. Al-Shabuni:
haruslah dibaca, namun pada awalnya para Qira’at adalah suatu mazhab cara
sahabat berbeda-beda melafazkannya, melafalkan Alqur’an yang dianut oleh salah
tetapi beliau tidak pernah menyalahkan seorang imam berdasarkan sanad-sanad
para sahabat, sekalipun masing-masing yang bersambung kepada Rasulullah saw.
sahabat menerima dari Rasulullah saw. Dari definisi tersebut walaupun
Oleh karena itu, sabda Nabi: “Unzila hadza redaksi berbeda-beda, tapi pada hakikatnya
al-Qur’an ala sab’ah ahrufin” (Al-Qur’an mempunyai makna yang sama, yakni ada
itu diturunkan dalam tujuh huruf), sebagai beberapa cara melafalkan Alqur’an
dasar pembenarannya dan hadis-hadis lain walaupun sama-sama berasal dari sumber
yang sepadan dengannya. yang sama yaitu Rasulullah saw. Dengan
Dari uraian tersebut, maka yang demikian, bahwa qira’at berkisar pada dua
menjadi pembahasan dalam tulisan ini hal: pertama, qira’at berkaitan dengan cara
adalah apa yang melatar belakangi melafalkan Al-Qur’an yang dilakukan oleh
timbulnya perbedaan qiraat. seorang imam dan berbeda dengan imam
36
Jurnal al-Asas, Vol. III, No. 2, Oktober 2019 Qira’at Al-Qur’an

lainnya. Kedua, cara melafalkan ayat-ayat c. Qira’at Arba’ah Asyarah (qira’at


Al-Qur’an berdasarkan pada riwayat yang empat belas), yaitu qira’at sepuluh
mutawatir dari Nabi saw. ditambah empat imam qira’at yaitu
Hasan Basri, Muhammad bin Abdul
Macam-Macam Qira’at
Rahman, Yahya bin al-Mubarak dan
Macam-macam qira’at itu
Abu al-Farj Muhammad bin Ahmad
sebenarnya banyak, sejak Abu Ubaid al-
asy-Syambusy. (Rosihan Anwar:
Kasim Ibnu Salam sebagai orang yang
2000)
pertama mengarang buku masalah qira’at,
Berkaitan dengan masalah qira’at di
setelah itu bermunculan ahli-ahli qira’at
atas masih ada ulama yang
yang menyebabkan para ulama berbeda-
memperselisihkan kemutawatiran qira’at-
beda dalam system qira’at. Masalah itu
qira’at tersebut, ada yang mengatakan
mulai pada permulaan abad ke 2 H, yaitu
qira’at tujuh, sepuluh dan qira’at empat
setelah banyak orang dinegeri Islam
belas. Yang perlu diperpegangi bahwa
menerima qira’at dari beberapa imam dan
boleh saja mengambil selain dari ahli-ahli
berakhir pada akhir abad ke 3 H. (Ali al-
qira’at tersebut yang penting ada kepastian
Shabuni: 1988). Di mana pada abad itu
bahwa ia menerima system qira’at itu dari
qira’at dibukukan, maka lahirlah ragam
ulama sebelumnya, baik secara lisan
qira’at yang masyhur sebagai berikut:
maupun mendengarkan sehingga rangkaian
1. Dari segi Kuantitas berakhir pada seorang sahabat Nabi saw.,
a. Qira’at Sab’ah (qira’at tujuh) yaitu yang langsung menerima qira’at itu dari
qira’at yang disandarkan kepada Rasulullah saw.
imam qira’at yang tujuh mereka
2. Dari Segi Kualitas
adalah Abdullah al-Katsir al-Dari,
Sistem qira’at dari segi kualitas
Nafi’ bin Abdrrahmana bin Abi
masih banyak ulama yang berbeda
Naim, Abdullah al-Yasibi, Abu
pendapat, seperti hasil penelitian al-Jazari
Amar, Ya’kub, Hamzah dan Ashim
mengolompokkan kedalam lima bagian
b. Qira’at Asyarah (qira’at sepuluh),
(Muh. Alawy al-Maliki al-Hasani: 1999)
yaitu qira’at tujuh ditambah tiga ahli
yaitu:
qira’at yaitu Yazid bin al-Qa’qa al-
a. Qira’at mutawatir yaitu qira’at yang
Maksumi al-madani, Ya’kub bin
disampaikan oleh sekolompok orang
Ishak dan Khallaf bin Hisyam.
mulai dari awal sampai akhir sanad
tidak mungkin sepakat untuk

37
Jurnal al-Asas, Vol. III, No. 2, Oktober 2019 Qira’at Al-Qur’an

berdusta.maka sebagian ulama yang pernah didengar Nabi. Asumsi ini


sepakat yang termasuk dalam dapat diperkuat oleh riwayat-riwayat
kelompok ini adalah qira’ah sab’ah, sebagai berikut:
qira’at asyarah, dan qira’at arba’ah a. Imam Bukhari dan Muslim
asyarah. meriwayatkan bahwa Umar bin
b. Qira’at masyhur yaitu, qira’at yang Khattab ra, berkata: “Aku mendengar
memiliki sanad yang shahih, tetapi Hisyam bin Hakim membaca Al-
tidak sampai pada kualitas mutawatir, Qur’an surah al-Furqan, aku
hanya sesuai dengan kaedah bahasa mendengar bacaannya mengandung
Arab dan tulisan mushaf usmani. beberapa huruf yang belum pernah
c. Qira’at ahad yaitu, qira’at yang dibacakan oleh Rasulullah saw.
memiliki sanad shahih, tetapi kepadaku, sehingga setelah selesai
menyalahi tulisan mushaf usmani dan shalatnya aku bertanya kepadanya:
kaedah bahasa Arab. Siapa yang membacakan ini
d. Qira’at syadz yaitu qira’at yang kepadamu? Ia menjawab Rasulullah
sanadnya tidak shahih yang membacakan kepadaku! Setelah
e. Qira’at yang menyerupai hadis itu aku mengajaknya untuk
mudraj (sisipan) yaitu adanya sisipan menghadap pada Rasulullah: Aku
pada bacaan dengan tujuan mendengar laki-laki ini membaca
penafsiran. surah al-Furqan dengan beberapa
huruf yang belum pernah Engkau
Sebab-Sebab Timbulnya Perbedaan
bacakan, sedang Engkau sendiri
Qira’at
yang telah membacakan surah al-
1. Latar Belakang Historis Furqan kepadaku! Rasulullah
Qira’at sebenarnya telah muncul menjawab: Begitulah surah ini
sejak masa Nabi saw., walaupun pada saat diturunkan”.
itu qira’at bukan merupakan suatu disiplin b. Imam Muslim dengan sanad dari
ilmu, karena perbedaan para sahabat Ubai bin Kaab berkata: Ketika aku
melafazkan Al-Qur’an dapat ditanyakan berada di masjid tiba-tiba masuklah
langsung kepada Nabi saw., sedangkan seorang laki-laki untuk shalat dan
Nabi tidak pernah menyalahkan para membaca bacaan yang aku ingkari,
sahabat yang berbeda itu, sehingga tidak setelah itu masuk lagi laki-laki lain,
panatik terhadap lafaz yang digunakan atau bacaannya berbeda dengan laki-laki
yang pertama. Setelah kami selesai
38
Jurnal al-Asas, Vol. III, No. 2, Oktober 2019 Qira’at Al-Qur’an

shalat kami menemui Rasulullah, lalu Sebagaimana dijelaskan


aku bercerita tentang hal tersebut, sebelumnya bahwa setelah para sahabat
kemudian Rasulullah memerintahkan tersebar, maka mereka membacakan qira’at
keduanya untuk membaca, maka Al-Qur’an kepada murid-muridnya secara
Rasulullah saw. mengatakan turun temurun. Pada akhirnya murid-murid
kepadaku: “Hai Ubay, sesungguhya lebih suka mengemukakan qira’at gurunya
aku diutus membaca Al-Qur’an dari pada mengikuti qira’at imam-imam
dengan tujuh huruf”. (Muhammad yang lain. Hal ini mendorong beberapa
Ali ash-Shabuni: 1988). ulama merangkum beberapa bentuk-bentuk
perbedaan cara melafazkan Al-Qur’an
Kedua riwayat tersebut
adalah sebagai berikut:
membuktikan bahwa lafaz-lafaz Al-Qur’an
a. Perbedaan dalam I’rab atau harakat
yang diucapkan oleh sahabat masing-
kalimat tanpa perubahan makna dan
masing berbeda, kemudian Rasulullah tidak
bentuk kalimat. Misalnya dapat
menyalahkan para sahabat dan memberi
dilihat dalam Qs. an-Nisa/4: 37 (kata
jawaban yang sama yaitu Al-Qur’an
bil-bukhli yang berarti kikir dapat
diturunkan tujuh huruf.
dibaca fathah pada huruf ba-nya,
Untuk mengetahui apakah qira’at
sehingga dapat dibaca bil-bakhli
itu benar atau tidak harus memenuhi tiga
tanpa perubahan makna). (Rosihan
syarat yaitu pertama, sesuai dengan kaedah
Anwar: 2000).
bahasa Arab kedua, sesuai dengan mushaf
b. Perubahan pada I’rab dan harakat,
Usmani dan ketiga, sanad-sanadnya shahih.
sehingga dapat merubah
(Rosihan Anwar: 2000). Oleh karena itu
maknanya.Misalnya dalam Qs.
apabila suatu qira’at tidak memenuhi salah
Saba’/34:19 (Kata baa’id artinya
satu diantara tiga syarat tersebut, maka
jauhkanlah, yang kedudukannya
qiraat tersebut tidak sah atau lemah. Orang
sebagai fi’il amr, boleh juga dibaca
yang pertama kali menyusun qira’at adalah
ba’ada yang kedudukannya menjadi
Abu Ubaidah al-Kasim bin Salam,
fi’il madhi, sehingga maknanya
kemudian setelah itu menyusullah ulama-
berubah “telah jauh”).
ulama lain, namun diantara mereka berbeda
c. Perbedaan pada perubahan huruf
dalam menetapkan jumlah syarat-syarat
tanpa perubahan I’rab dan bentuk
qira’at yang benar.
tulisan, sedang makna berubah.
2. Latar Belakang Cara Penyampaian Misalnya dalam Qs.al-Baqarah/2:
259 (Kata nunsyizuha “Kami
39
Jurnal al-Asas, Vol. III, No. 2, Oktober 2019 Qira’at Al-Qur’an

menyusun kembali” ditulis dengan Penutup


huruf zay diganti dengan huruf ra’, Dari uraian tersebut dapat
sehingga berubah bunyi menjadi disimpulkan bahwa Bangsa Arab
nunsyiruha yang berarti “Kami merupakan komunitas dari berbagai suku di
hidupkan kembali”). mana setiap suku mempunyai dialek yang
d. Perubahan pada kalimat dengan berbeda, namun demikian mereka
perubahan pada bentuk tulisan, tapi menjadikan bahasa Quraisy sebagai bahasa
makna tidak berubah.Misalnya dalam bersama dalam berkomunikasi.
Qs. al-Qari’ah/101: 5 (Kata ka-al- Kenyataan tersebut membawa suatu
‘ihni “bulu-bulu” kadang dibaca ka- konsekuensi lahirnya berbagai macam
ash-shufi “bulu-bulu domba”. qira’at dalam melafazkan Al-Qur’an,
Perubahan ini berdasarkan ijmak namun Rasulullah saw. senantiasa
ulama, namun tidak dibenarkan membenarkan qira’at mereka, karena Al-
karena bertentangan dengan mushaf Qur’an itu diturunkan dalam tujuh huruf,
Usmani). (Rosihan Anwar: 2000). artinya sebagai kemudahan bagi umat Islam
Dengan demikian, dengan dalam melafazkan atau membaca Al-
menyebarnya imam-imam qira’at ke Qur’an.
berbagai daerah, dengan mengajarkan Sebagaimana diketahui bahwa Al-
dialek atau lahjah mereka masing-masing, Qur’an itu diturunkan tujuh huruf, sehingga
yang pada gilirannya melahirkan hal-hal harus diketahui bahwa ini qira’at yang
yang tidak diinginkan yaitu timbulnya shahih dan ini qira’at yang syadz.
qira’at yang beraneka ragam, maka para
ulama mengambil inisiatif untuk meneliti
qira’at dari berbagai penyimpangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihan. Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 2000.


Anwar, Hamdani. Pengantar Ilmu Tafsir, Fikahati Aneska, t.th.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: yayasan Penerjemah/Penafsir al-
Qur’an, 1981.
Al-Maliki, al-Hasani, Muhammad bin Alawy. Mutiara Ilmu-ilmu al-Qur’an, Bandung: Pustaka
Setia, 1999.
As-Shabuni, Muhammad Ali. Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an, Bandung: Pustaka Setia, 1991.

40
Jurnal al-Asas, Vol. III, No. 2, Oktober 2019 Qira’at Al-Qur’an

-------, al-Tibyan fi Ulum al-Qur’an, diterjemahkan oleh Muh .Kadirun Nur, dengan judul
“Ikhtisar Ulumul Qur’an Praktis, Jakarta: Pustaka Amani, 1988.
Ash-Shiddieqy, Hasbi. Ilmu-ilmu al-Qur’an, Jakarta: Bulan Bintang, 1972.
Syadali, Ahmad. Ulumul Qur’an, Bandung: Pustaka setia, 2000.

41

Anda mungkin juga menyukai