Anda di halaman 1dari 4

Asbabunnuzul Ayat 135-138

Ibnu Abbas berkata bahwa ayat ini diturunkan berhubungan dengan sikap pemuka-pemuka Yahudi di Medinah, yaitu Kaab bin al-Asyraf, Malik bin Saif, Abi Yasir bin Akhtab dan sikap pemuda Nasrani penduduk Najran. Sesungguhnya mereka telah menentang kaum Muslimin sehubungan dengan agama mereka. Tiap-tiap golongan dari mereka mendakwakan: Sesungguhnya golongan merekalah yang lebih berhak dengan agama Allah dari golongan yang lain. Maka golongan Yahudi berkata, Nabi kami Musa adalah nabi yang paling utama dan kitab kami Taurat adalah kitab yang paling utama yang melebihi Isa dan Injil serta Muhammad dan Al-Qur'an. Golongan Nasrani berkata pula, Nabi kami Isa adalah nabi yang paling utama; kitab kami Injil adalah kitab yang paling utama. Agama kami adalah agama yang paling utama, melebihi Muhammad dan Al-Qur'an. Tiap-tiap golongan itu berkata kepada orang-orang mukmin, Jadilah kamu sekalian pemeluk agama kami, tidak ada agama selain agama kami. Mereka mengajak memasuki agama mereka. ) Maka turunlah ayat ini sebagai jawaban atas perkataan, pengakuan dan ajakan mereka itu.

Asbabunnuzul Ayat 158 Menurut riwayat Al-Bukhari, 'Asim bin Sulaiman bertanya kepada Anas tentang Safa dan Marwah. Anas bercerita, "Kami mengetahui bahwa Safa dan Marwah itu adalah tempat beribadah pada masa jahiliyah karena di sana terdapat dua berhala yang bernama Isaf dan Na'ilah. Orang-orang pada masa jahiliah mengusap kedua berhala itu dengan tangannya. Setelah datang Islam, kami tidak mau lagi mengerjakan itu di sana karena kami menganggapnya sebagai perbuatan jahiliah, maka turunlah ayat ini. Safa dan Marwah adalah dua tempat yang telah ditetapkan Allah menjadi syiar agama Islam dan siapa yang mengerjakan ibadah haji atau umrah haruslah ia melakukan sa'i antara kedua tempat itu. Asbanuzul Ayat 163 Sebagian mufasir menerangkan bahwa turunnya ayat 163 ini karena orang kafir Mekah meminta kepada Nabi Muhammad SAW agar beliau menerangkan kepada mereka sifat-sifat Tuhan. Setelah turun ayat yang menerangkan sifat-sifat Tuhan mereka meminta lagi bukti-bukti atas keesaan Tuhan, maka turunlah ayat 164. Asbabunnuzul Ayat 177 Menurut riwayat ar-Rabi dan Qatadah, sebab turunnya ayat ini ialah bahwa orang Yahudi beribadah menghadap ke arah barat, sedang orang Nasrani menghadap ke arah timur. Masingmasing golongan mengatakan bahwa golongannya yang benar, oleh karena itu golongannya yang berbakti dan berbuat kebajikan, sedangkan golongan lain salah dan tidak dianggap berbakti atau berbuat kebajikan, maka turunlah ayat ini untuk membantah pendapat dan persangkaan mereka. Memang ada pula riwayat lain mengenai sebab turunnya ayat ini yang tidak sama dengan yang disebutkan di atas, tetapi bila kita perhatikan urutan ayat-ayat sebelumnya, yaitu ayat-ayat 174, 175 dan 176, maka yang paling sesuai ialah bahwa ayat ini diturunkan mula-mula terhadap Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani), karena pembicaraan masih berkisar di sekitar mencerca dan membantah perbuatan dan tingkah laku mereka yang tidak baik dan tidak wajar. Asbabunnuzul Ayat 178 Sebab turunnya ayat ini ialah bahwa pada masa jahiliah sebelum Islam, terjadi peperangan dan pembunuhan antara dua suku Arab. Salah satu di antara dua suku itu merasa dirinya lebih tinggi dari suku lawannya, sehingga mereka bersumpah akan membunuh lawannya yang merdeka, walaupun yang terbunuh di kalangan mereka hanya seorang hamba sahaya; karena merasa sukunya lebih tinggi. Setelah Islam datang, dan kedua suku ini pun masuk Islam, mereka datang kepada Rasulullah saw menanyakan kisas dalam Islam, maka turunlah ayat ini yang maksudnya agar menyamakan derajat mereka yang terbunuh dengan yang membunuh yaitu yang merdeka dengan merdeka, hamba sahaya dikisas dengan hamba sahaya pula dan seterusnya. Asbabunnuzul Ayat 186 Menurut riwayat Abi Hatim ayat ini turun berkenaan dengan pertanyaan seorang Badui, Ya Rasulullah, apakah Tuhan itu dekat, karena itu kita pelan saja ketika berdoa, atau jauh sehingga kita perlu berdoa dengan suara keras?" Mendengar pertanyaan itu Nabi saw diam, maka turunlah ayat ini.

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw mendengar kaum Muslimin berdoa dengan suara yang tinggi pada perang Khaibar, lalu ia berkata kepada mereka, "Hai manusia, sayangilah dirimu dengan merendah-kan suara dalam bertakbir karena kamu tidak memanggil (berdoa) kepada yang tuli dan yang jauh dari kamu. Sesungguhnya kamu berdoa kepada (Allah) yang Maha Mendengar lagi Mahadekat, dan Dia adalah beserta kamu." (Riwayat Ahmad) Asbabunnuzul Ayat 188 Sebab turunnya ayat ini ialah bahwa Ibnu Asywa al-Harami dan Imri'il Qais, terlibat dalam suatu perkara soal tanah yang masing-masing tidak dapat memberikan bukti. Maka Rasulullah saw menyuruh Imri'il Qais (sebagai terdakwa yang ingkar) agar bersumpah. Tatkala Imri'il Qais hendak melaksanakan sumpah, turunlah ayat ini. Asbabunnuzul Ayat 189 Tentang sebab turun ayat ini banyak riwayat yang dikemukakan antara lain: 1. Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim, para sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang bulan sabit, maka turunlah ayat ini. Dalam riwayat lain dari Ibnu Abi hatim juga, bentuk pertanyaan itu ialah, untuk apa bulan diciptakan dengan bentuk yang demikian? Maka turunlah ayat ini. 2. Menurut riwayat Abi hatim dan Ibnu 'Asir, bahwa Mu'ad bin Jabal, dan salabah bin Ganimah bertanya, "Ya Rasulullah, apa sebab bulan itu kelihatan mula-mula halus seperti benang kemudian bertambah besar, sampai rata dan bundar, kemudian terus berkurang dan mengecil kembali seperti semula, dan tidak dalam satu bentuk yang tetap?" Maka turunlah ayat ini. Menurut riwayat pertama, yang ditanya ialah hubungan atau hikmahnya. Allah menjawab bahwa hikmahnya untuk perhitungan waktu bagi umat manusia. Dengan demikian jawaban itu sesuai dengan pertanyaan. Menurut riwayat yang kedua, bahwa yang ditanya sebab hakiki yaitu mengapa bulan itu mula-mula kecil, kemudian membesar sampai bundar, kemudian mengecil kembali sampai pada keadaan semula? Dengan demikian jawaban tidak sesuai dengan pertanyaan karena yang dijawab ialah tentang gunanya atau hikmahnya, sedang yang ditanyakan ialah hakikatnya. Menurut riwayat kedua para ulama berpendapat bahwa Allah memberi-kan jawaban yang lebih pantas bagi mereka untuk mengetahuinya pada waktu itu, yaitu tentang guna atau hikmahnya, bukan sebab hakikinya tentang keadaan bulan secara ilmiah. Lagi pula fungsi seorang nabi atau rasul bukanlah menjelaskan ilmu-ilmu bintang, matematika, dan sebagainya, tetapi untuk membentuk manusia-manusia mukmin yang berakhlak tinggi menempuh hidup sebagai hamba Allah untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Ini bukan berarti bahwa ajaran Al-Qur'an yang dibawa oleh Muhammad saw mengabaikan kepentingan dan perkembangan ilmu, sebaliknya, tidak sedikit ayat Al-Qur'an dan hadis yang menyuruh untuk mengembangkan ilmu pengetahuan duniawi sebanyak mungkin. Hanya ayat Al-Qur'an tidzak memberikan rincian, tetapi hanya memberikan petunjuk mencari dan membahas, sesuai dengan kemampuan, keadaan dan perkembangan zaman, sebagai umat yang diamanatkan Allah menjadi khalifah di bumi ini. Asbabunnuzul Ayat 204 Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari as-Suddi bahwa ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang munafik bernama al-Akhnas bin Syuraiq as-saqafi. Setiap bertemu dengan Nabi saw ia memuji-muji dan menyanjung-nyanjung beliau dan ditonjolkan hal-hal yang menunjukkan seakanakan ia beriman. Ini dilakukan hanya untuk memperoleh tujuan tertentu sesuai dengan tuntutan hidupnya di dunia, sampai ia berani bersumpah dengan nama Allah untuk dapat meyakinkan orang bahwa apa yang diucapkannya itu benar-benar sesuai dengan isi hatinya. Asbabunnuzul Ayat 216 Diriwayatkan oleh Ibnu Ishak, Ibnu Jarir, Ibnu Abi hatim dan at-tabrani dari Zaid bin Rumman dari Urwah, bahwa turunnya ayat 216 dan 217 ini sebagai berikut: Dua bulan sebelum Perang Badar, pada akhir bulan Jumadil Akhir Rasulullah saw mengirimkan satu pasukan yang terdiri dari 8

orang Muhajirin, dipimpin oleh Abdullah bin Jahsy pergi menyelidiki keadaan orang Quraisy di luar kota Medinah dan laporannya harus segera disampaikan kepada Rasulullah saw. Tatkala pasukan itu sampai di suatu tempat yang bernama Nakhlah mereka bertemu dengan serombongan orang Quraisy membawa barang dagangan dari Taif. Rombongan itu dipimpin oleh Umar bin Abdullah dan saudaranya yang bernama Naufal bin Abdullah. Pada waktu pasukan Muhajirin memerangi rombongan pedagang Quraisy itu kepala rombongan terbunuh, dua orang temannya ditawan sedang yang seorang lagi dapat meloloskan diri, serta barang dagangannya dijadikan sebagai harta rampasan. Peristiwa itu terjadi pada bulan yang diharamkan perang yaitu awal bulan Rajab, sedangkan pasukan Muhajirin itu mengira masih bulan Jumadil Akhir. Mendengar peristiwa itu, orang-orang Quraisy ribut, mereka mengatakan, "Muhammad saw telah menghalalkan berperang di bulan Haram, padahal pada bulan-bulan Haram itulah orang merasa aman dan tenteram dan berusaha mencari rezeki untuk keperluan hidup mereka. Tatkala Abdullah bin Jahsy sampai di Medinah, dengan membawa dua orang tawanan dan harta rampasan perang, Rasulullah merasa terkejut dan berkata, Demi Allah saya tidak menyuruh kamu berperang pada bulan Haram, lalu Rasulullah saw menyuruh hentikan unta yang membawa harta rampasan dan kedua orang tawanan itu. Tidak ada sedikit pun harta rampasan yang diambil Rasulullah saw. Mendengar ucapan itu Abdullah bin Jahsy bersama pasukannya merasa malu dan menyesal. Mereka mengira tentu akan mendapat malapetaka dan musibah sebagai akibat dari pelanggaran itu, lalu turunlah ayat ini. Setelah turun ayat ini, Rasulullah saw membagi-bagi harta rampasan perang kepada yang berhak dan membebaskan kedua orang tawanan itu. Asbabunnuzul Ayat 221 Mengenai sebab turunnya ayat ini, oleh al-Wahidi diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. sebagai berikut: "Rasulullah saw telah mengutus Marsad al-Ganawi pergi ke Mekah guna menjemput sejumlah kaum Muslimin yang masih tertinggal di sana untuk hijrah ke Medinah. Kedatangan Marsad ke Mekah itu terdengar oleh seorang wanita musyrik bernama 'Anaq, yaitu teman lama Marsad sejak zaman jahiliah. Dia adalah seorang perempuan yang cantik. Semenjak Marsad hijrah ke Medinah, mereka belum pernah berjumpa. Oleh sebab itu, setelah ia mendengar kedatangan Marsad ke Mekah, ia segera menemuinya. Setelah bertemu, maka Anaq mengajak Marsad untuk kembali berkasih-kasihan dan bercumbuan seperti dahulu. Tetapi Marsad menolak dan menjawab, "Islam telah memisahkan antara kita berdua; dan hukum Islam telah melarang kita untuk berbuat sesuatu yang tidak baik." Mendengar jawaban itu 'Anaq berkata, Masih ada jalan keluar bagi kita, baiklah kita menikah saja." Marsad menjawab, "Aku setuju, tetapi aku lebih dahulu akan meminta persetujuan Rasulullah saw." Setelah kembali ke Medinah, Marsad melaporkan kepada Rasulullah hasil pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, di samping itu diceritakannya pula tentang pertemuannya dengan 'Anaq dan maksudnya untuk menikahinya. Ia bertanya kepada Rasulullah saw, "Halalkah bagiku untuk mengawininya, padahal ia masih musyrik?" Maka turunlah ayat ini sebagai jawaban atas pertanyaan itu. Peristiwa khusus ini hanya sekadar contoh, sedangkan hukumnya berlaku umum. Asbabunnuzul Ayat 222 Sebab turunnya ayat ini disebutkan dalam sebuah hadis dari Anas bin Malik bahwa orang Yahudi bila istrinya sedang haid mereka tidak mau makan bersama dan tidak mau serumah dengannya. Maka seorang sahabat Rasulullah saw menanyakan hal itu, lalu turunlah ayat ini. Kemudian Rasulullah saw bersabda, Segala sesuatu boleh kamu perbuat dengan istrimu yang sedang haid, selain bersetubuh. Asbabunnuzul Ayat 236 Turunnya ayat ini menurut riwayat didahului oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi pada seorang sahabat dari kaum Ansar yang menikahi seorang perempuan. Dalam akad nikah tidak ditentukan jumlah mahar dan sebelum ia bercampur, istrinya tersebut ditalaknya. Setelah turun ayat ini, maka Nabi memerintahkan kepadanya untuk memberikan mutah (hadiah) kepada bekas istrinya itu

Asbabunnuzul Ayat 240 Sebab turunnya ayat ini berhubungan dengan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahawiah dari Muqatil bin Ribbah bahwa seorang laki-laki dari Taif bernama Hakim hijrah ke Medinah beserta kedua orang ibu bapaknya, istri, dan anaknya, kemudian Hakim meninggal dunia. Hal ini dilaporkan kepada Rasulullah saw. Oleh Rasulullah saw harta peninggalannya dibagi-bagikan kepada kedua orang tuanya dan anak-anaknya. Sedangkan istrinya tidak mendapat apa-apa. Kepada ahli warisnya diperintahkan agar menjamin nafkah istrinya selama setahun yang diambil dari harta peninggalan suaminya, maka turunlah ayat ini
Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang permusuhan orang-orang Yahudi pada Jibril, dapat diikuti sebuah riwayat yang mengisahkan sebab turunnya ayat ini, yaitu sebagai berikut: Bahwasanya salah seorang cendekiawan mereka bernama Abdullah bin Sariya bertanya kepada Nabi Muhammad saw tentang malaikat yang membawa wahyu. Kemudian Nabi Muhammad saw bersabda, Malaikat itu adalah Jibril. Kemudian Ibnu Sariya itu berkata, Ia musuh orang-orang Yahudi, karena ia telah mengancam orang-orang Yahudi dengan ancaman menghancurkan Baitulmakdis. Kemudian apa yang telah diancamkan itu terjadi. Ada pula riwayat yang menerangkan bahwa Umar bin al-Khab masuk ke madrasah-madrasah mereka. Kemudian Umar menyebutkan Jibrl. Mereka pun berkata, Itu adalah musuh kami. Ia telah memberitahukan kepada Muhammad tentang rahasia kami. Ia betul-betul membuat malapetaka dan kehancuran, sedang Malaikat Mikail adalah malaikat yang mendatangkan rahmat, yang menurunkan hujan dan menimbulkan kemakmuran.

Anda mungkin juga menyukai