Periode ketiga ini terjadi pada masa sahabat kecil atau zaman tabi‟in besar (masa
dinasti Amawiyah sampai akhir abad I H).
Periode ini disebut ‟Ashr intisyar al-riwayah ila al-amshar (masa berkembang dan
meluasnya periwayatan hadits). Pada masa ini, daerah Islam sudah meluas, yakni ke negeri
Syam, Irak, Mesir, Samarkand, bahkan pada tahun 93H, meluas sampai ke Spanyol.
Para sahabat kecil dan tabi‘in yang ingin mengetahui haditshadits Nabi Muhammad
Saw, diharuskan berangkat ke seluruh pelosok wilayah Daulah Islamiyah untuk menanyakan
hadits kepada sahabat-sahabat besar yang sudah tersebar di wilayah tertentu, sehingga
perlawatan untuk mencari hadits pun menjadi ramai.
Pada masa ini pula, muncul usaha pemalsuan hadits oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab, setelah wafatnya Ali bin Abi Thalib. Sehingga terpecah belah menjadi
beberapa golongan memacu untuk mendatangkan keterangan-keterangan yang berasal dari
Nabi Muhammad Saw, untuk mendukung golongan mereka.
Oleh sebab itulah, mereka membuat hadits palsu dan menyebarkannya kepada
masyarakat.
A. Masa Keseimbangan dan Meluas Periwayatan Hadits
Sesudah masa Utsman dan Ali, timbullah usaha yang lebih serius untuk mencari dan
menghafal hadits serta menyebarkan hadits ke masyarakat luas, dengan mengadakan
perlawatan-perlawatan untuk mencari hadits.
Pada tahun 17H, tentara Islam mengalahkan Syria dan Iraq. Pada tahun 20H,
mengalahkan Mesir. Pada tahun 21H, Mengalahkan Persia. Dan Pada tahun 56H, tentara
Islam berhasil menaklukkan Spanyol. Para sahabat berpindah ke tempat–tempat tersebut.
kota-kota itu kemudian menjadi perguruan‖ tempat mengajarkan al-Qur‘an dan Hadits,
yang menghasilkan sarjana sarjana tabi‟in dalam bidang hadits.
Umat Islam pada periode ini telah mulai mencurahkan perhatiannya terhadap
periwayatan hadits. Hal ini disebabkan:
1. Al-Qur‘an telah dikodifikasikan.
2. Peristiwa-peristiwa yang dihadapi oleh umat islam telah makin banyak. Dan hal ini
berarti memerlukan petunjuk-petunjuk dari hadits-hadits Nabi yang lebih banyak lagi, di
samping petunjukpetunjuk al-Qur‘an yang tetap mereka pegang.
3. Jumlah sahabat yang meninggal dunia telah bertambah banyak dan yang masih hidup
telah banyak yang terpencar tempatnya di daerah-daerah. Keadaan demikian telah
mendorong para sahabat kecil dan tabi‘in besar melawat ke daerah-daerah di mana
sahabat besar berada untuk memperoleh hadits-hadits Nabi dari mereka.
فينا ديهم نداء، ليس معهم شئ: ومالذم ؟ قال: قلنا. هبما، غرال، حيشر الناس عراة
ألحد من اىل3 ال ينبغي، انا الديان، انا الدلك: يسمعو من بعد كما يسمعو من قرب
وال ينبغي ألحد من اىل اجلنة ان، وعنده مظلمة حيت اقصها منو.النار ان يدخل النار
: قلنا. يدخل اجلنة واحد من اىل النار يطلبو مبظلمة حيت اقصها منو حيت اللطمة
باحلسنات والسئات: هبما؟ قال،كيف وامنا نأ تياهلل غرال
Artinya : “barangsiapa dikumpulkan pada hari kiamat, telanjang tidak berkain, beerwarna hitam.
Kami berkata, (demikian kata sahabat) mengapa mereka demikian? Nabi menjawab,”tidak ada sesuatu
beserta mereka. Mereka diseru oleh sesuatu suruan yang didengar oleh orang yang jauh sebagai yang
didengar oleh orang yang dekat. Serau itu ialah: “aku raja, aku Tuhan yang akan memberi
pembalasan. Tidak seyogyanya bagi seseorang yang dianiaya sehingga aku tuntut penganiayaan itu
daripadanya. Dan tidak seyogyanya bagi seseorang ahli surga akan masuk ke dalam surge padahal ada
seorang ahli neraka yang menuntut haknya yang dianiaya olehnya, sehingga aku tuntut bela
terhadapnya, walau sebuah tamparan. “kami berkata, :bagaimana kami datang kepada Allah dalam
keadaan telanjang tidak berpakaian dan berwarna hitam?” Nabi menjawab: “karena kebajikan dan
kejahatan.”
Abu Ayyub al-Anshary pernah pergi ke Mesir untuk menemui Uqbah bin Amr untuk
menanyakan sebuah hadits kepadanya. Hadits-hadits yang dimaksudkan oleh Abu Ayyub
al-Anshary itu ialah sabda Nabi Muhammad Saw,: