Anda di halaman 1dari 9

A.

Pendahuluan

Umat islam mempunyai dua pegangangan atau pedoman hidup yaitu Al-
Qur’an dan Hadis, selain Al-Qur’an, hadits adalah penjelas daripada Al-Qur’an itu
sendiri, banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang belum jelas apa maksud dari ayat tersebut,
kemudian haditslah menjelaskan secara terperinci, Makalah ini akan menjelaskan
tentang sejarah hadis pada masa Rasulullah dan sahabat dan kejadian-kejadian setelah
wafatmya Rasulullah saw berupa munculnya hadis Mawdhu’ (palsu).

B. Pembahasan

1. Sejarah Perkembangan Hadis Pada Masa Rasulullah

Hadis pada zaman nabi merupakan wahyu yang diturunkan Allah swt
kepada Nabi, kemudian nabi menjelaskan melalui perkataan, dan perbuatan,
sehingga apa yang dikatakan dan diperbuat nabi diketahui dan disaksikan oleh para
sahabat kemudian dijadikan pedoman amaliah dan ubudiah bagi para sahabat1

Rasulullah saw juga memerintahkan para sahabatnya untuk menghafal,


menyampaikan dan menyebarluaskan hadis-hadis kepada umat Islam . Rasulullah
tidak hanya memerintahkan para sahabat akan tetapi beliau sendiri juga ikut
berpartisipasi dalam penyebaran agar hadist pada masa itu berkembang, Salah satu
partisipasi Rasulullah saw dalam perkembangan hadis tersebut adalah Rasulullah
saw menjanjikan kebaikan akhirat bagi mereka yang menghafal hadis dan
menyampaikannya kepada orang lain.2

Hal tersebut memotivasi para sahabat untuk bersemangat menghafal dan


menyebarkan hadits. Disamping hal tersebut, kebanyakan para sahabat adalah bangsa
Arab tulen, Arab tulen adalah mayoritas yang tidak bisa baca-tulis, namun mereka
1
Andrianti, Leni.’’Hadis dan Sejarah Perkembangannya” Diroyah: Jurnal Studi Ilmu Hadis
vol 4. No. 2 (2020), 155
2
Andrianti, Leni.’’Hadis dan Sejarah Perkembangannya”… 155
mempunyai kemampuan hafalan yang luar biasa, karena menghafal merupakan
budaya bangsa Arab yang telah diwarisinya.3

Metode penyampaian hadis yang dilakukan oleh Rasulullah:

1) Melalui majlis ilmu, yaitu lewat pengajian yang diadakan oleh Nabi
Muhammad saw untuk membina para jamaah.
2) Melalui perantara para sahabat tertentu , kemudian para sahabat
menyampaikan lagi kepada orang lain, namun jika hadist yang disampaikan
berkaitan dengan persoalan keluarga dan kebutuhan biologis, maka hadis
tersebut disampaikan melalui perantara istri-istri Nabi saw

Tanggapan para sahabat dalam menerima dan menguasai hadis tidak selalu
sama, karena disebabkan oleh beberapa faktor , diantaranya :

1) Adanya perbedaan di antara para sahabat dalam kesempatan bersama


Rasulullah saw,
2) Perbedaan waktu para sahabat masuk Islam
3) Perbedaan jarak tempat tinggal sahabat dari masjid Rasulullah saw.

Berikut beberapa para sahabat yang tercatat sebagai sahabat yang banyak
menerima hadis dari Rasulullah, misalnya para sahabat yang tergolong kelompok Al-
Sabiqun al-Awwalun yaitu Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Utsman ibn Affan, Ali ibn
Abi Thalib, dan Ibn Mas’ud, Ummahat al-Mukminin (Siti Aisyah dan Ummu
Salamah), Keduanya merupakan istri nabi Muhammad saw yang pandai dalam bidang
hadis, Kemudian ada para sahabat yang meskipun tidak lama bersama Nabi, akan
tetapi banyak bertanya kepada para sahabat lainnya secara sungguh-sungguh seperti
Abu Hurairah, dan Abdullah ibn Umar, Anas ibn Malik, dan Abdullah ibn Abbas ,

3
Andrianti, Leni.’’Hadis dan Sejarah Perkembangannya” Diroyah: Jurnal Studi Ilmu Hadis 4.
No.2 (2020): 155
mereka bersungguh-sungguh mengikuti majlis Nabi, banyak bertanya kepada sahabat
lain meskipun dari sudut usia tergolong jauh dari masa hidup Nabi, Sehingga mereka
dapat meriwayatkan hadis dengan jumlah yang banyak.

Rasulullah saw menyampaikan hadist kepada para sahabat dengan beberapa cara,
yaitu:

1) Menyampaikan dengan berkata-kata


2) Menulis, atau menyuruh para sahabat yang pandai menulis agar bisa menulis
hadis yang disampaikan
3) Mempraktekkan secara langsung kepada para sahabat,misalnya berwudhu,
sholat,puasa, dan menunaikan ibadah haji4

Setelah Nabi Muhammad wafat pada tahun 11 H (632 M), kepemimpinan


Islam kemudian berpindah alih kepada generasi penerusnya, yaitu sahabat,
Perkembangan hadist pada masa Khulafa’ al-Rasyidin, mereka adalah para sahabat
yang pernah menjabat sebagai khalifah sebagai pengganti nabi Muhammad saw
setelah wafat, yaitu (Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Usman ibn Affan, dan Ali ibn
Abi Thalib) yang berlangsung sekitar tahun 11 H sampai 40 H. Masa ini disebut
dengan masa sahabat besar 5

2. Hadits pada Masa Sahabat

Para sahabat yang menerima hadits dari Rasul mengalami cara yang berbeda,
ada yang dengan cara berhadapan langsung dengan Rasul (Musyafahah), dengan cara
menyaksikan (Musyahadah) perbuatan atau taqrir Rasul, dan ada juga yang
mendengar dari sahabat lain yang mengetahui secara langsung dari Rasul.6

4
Andrianti, Leni.’’Hadis dan Sejarah Perkembangannya.” Diroyah: Jurnal Studi Ilmu Hadis
4. No.2 (2020): 156
5
Andrianti, Leni.’’Hadis dan Sejarah Perkembangannya.”…156
6
Yunitasari, Riska. "MASA KODIFIKASI HADIS Meneropong Perkembangan Ilmu Hadis
Pada Masa Pra-Kodifikasi hingga Pasca Kodifikasi." Jurnal Ilmiah Ar-Risalah: Media Ke-Islaman,
Pendidikan dan Hukum Islam, Vol 18. No.1, 2020, hlm. 105.
Menurut Muhammad Mustafa Azami, para sahabat dalam mempelajari hadis
menggunakan tiga metode, tiga metode tersebut adalah:

(1) Dengan hafalan para sahabat bisa mendengarkan setiap pengajaran Rasul yang
kebanyakan diadakan di dalam masjid, kemudian setelah selesai para sahabat
biasanya langsung menghafalkan apa yang telah disampaikan Rasul,

(2) Dengan tulisan, ketika para sahabat menerima hadis dari Rasul mereka langsung
menuliskannya, namun hal ini hanya dilakukan oleh sebagian kecil sahabat yang
pandai menulis.

(3) Dengan praktek secara langsung, yakni para sahabat langsung mempraktekkan
apa yang telah disampaikan Rasul. Begitu pula terhadap apa yang telah para
sahabat hafal dan yang mereka tulis, karena mereka mengetahui benar bahwa
dalam Islam ilmu itu untuk diamalkan.7

Pada masa khulafaur Rasyidin penulisan hadis belum begitu berkembang,


bahkan para sahabat membatasi periwayatan dan menjauhi penulisan hadis tersebut.
Hal ini dikarenakan perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan
penyebaran Al-Qur'an. Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan dan
penulisan hadis yang dilakukan para sahabat, disebabkan karena mereka khawatir
terjadinya kekeliruan dan kebohongan atas nama Rasul saw., karena hadis adalah
sumber ajaran setelah Al-Qur’an.8

Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab menunjukkan perhatian yang
serius dalam memelihara hadis dan sangat berhati-hati dalam menerima hadis. Dalam
beberapa atshar disebutkan bahwa Abu Bakar dan Umar tidak menerima hadis jika
tidak disaksikan benarnya oleh seseorang yang lain.

7
Yunitasari, Riska. "MASA KODIFIKASI HADIS Meneropong Perkembangan Ilmu Hadis
Pada Masa Pra-Kodifikasi hingga Pasca Kodifikasi."…hlm. 106.
8

Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadits (Ponorogo: IAIN PO Press, 2018), 196 hlm. 76.
Abu Bakar juga pernah menghimpun hadis, tetapi kemudian membakarnya.
Disebutkan dalam sebuah riwayat yang disebut bersumber dari ‘Aisyah ra, ia berkata,
“Ayahku mengumpulkan hadis Rasul sebanyak 500 buah. Di suatu malam beliau
tampak resah. Akhirnya saya bertanya, Apakah ayah sedang sakit atau ada sesuatu?
Pagi harinya, beliau menyuruhku mendatangkan hadits yang ada padaku. Setelah aku
menyerahkannya, beliau membakarnya. Saya bertanya, kenapa ayah membakarnya?
Beliau menjawab, “Saya khawatir, bila saya mati hadits itu masih ada padaku…”.
Abu Bakar juga pernah mengumpulkan para sahabat. Kepada mereka ia berkata:
“Kalian meriwayatkan hadits-hadits Rasul saw yang diperselisihkan orang-orang.
Padahal orang-orang setelah kalian akan lebih banyak berselisih karenanya. Maka
janganlah kalian meriwayatkan hadits tersebut”.9

Umar bin Khattab pun terus-menerus mempertimbangkan penulisan hadits


tetapi masih ragu, padahal sebelumnya ia berniat untuk mencatatnya. Lalu umar
selama satu bulan melakukan shalat istikharah memohon petunjuk kepada Allah
tentang rencananya tadi. Suatu pagi sesudah mendapat kepastian dari Allah, Umar
berkata: “Aku telah menuturkan kepada kalian tentang penulisan kitab hadits, dan
kalian tahu itu. Kemudian aku teringat bahwa para ahli kitab sebelum kalian telah
menulis beberapa kitab di samping kitab Allah, namun ternyata mereka malah lengah
dan meninggalkan kitab Allah. Dan aku, demi Allah, tidak akan mengaburkan Kitab
Allah dengan sesuatu apa pun untuk selama-lamanya”. Umar pun lalu membatalkan
niatnya untuk menulis kitab hadits. Namun demikian menurut riwayat Nafi’ dari Ibnu
Umar, bahwa Ibnu Umar menemukan sahifah di dalam pegangan pedang Umar bin
Khattab yang berisi zakat-zakat binatang ternak.10

Sikap kehati-hatian kedua sahabat tersebut, juga diikuti oleh Utsman dan Ali.
Dalam sebuah athar disebutkan bahwa Ali ra. tidak menerima hadits sebelum yang
meriwayatkan itu disumpah. Pada masa ini juga belum ada usaha secara resmi untuk

9
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadits …hlm. 77.
10
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadits (Ponorogo: IAIN PO Press, 2018), 196 hlm. 78.
menghimpun hadits dalam suatu kitab seperti halnya Al-Qur’an, hal ini disebabkan
karena:

1) Agar tidak memalingkan perhatian umat Islam dalam mempelajari Al-Qur’an.


2) Para sahabat yang banyak menerima hadits dari Rasul saw sudah tersebar ke
berbagai daerah kekuasaan Islam, dengan kesibukan masing-masing sebagai
pembina masyarakat, sehingga ada kesulitan mengumpulkan mereka secara
lengkap.
3) Soal membukukan hadits, dikalangan sahabat sendiri terjadi perselisihan
pendapat. Belum lagi terjadinya perselisihan soal lafaz dan kesahihannya.11

3. Munculnya hadtis palsu dan faktornya

Masuknya secara massal penganut agama lain ke dalam Islam, yang


merupakan bukti keberhasilan dakwah Islamiyah ke seluruh dunia, secara tidak
langsung menjadi factor yang menyebabkan munculnya hadist-hadist palsu, Tidak
bisa diingkari bahwa masuknya mereka ke Islam, di samping ada yang benar-benar
murni tertarik dan percaya kepada ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad,
tetapi ada juga segolongan mereka yang menganut agama Islam hanya karena
terpaksa tunduk pada kekuasaan Islam pada waktu itu, Golongan ini kita kenal
dengan kaum munafik dan zindiq.

Terjadinya pertikaian politik yang terjadi pada akhir masa pemerintahan


khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Ali bin Abi Thalib merupakan awal adanya
benih-benih fitnah, yang memicu munculnya pemalsuan hadis,tetapi pada masa ini
belum begitu meluas karena masih banyak sahabat ulama yang masih hidup dan
mengetahui dengan penuh yakin akan kepalsuan suatu hadist.

Para sahabat ini mengetahui bahaya dari hadist maudhu’ karena ada ancaman
yang keras dikeluarkan oleh Nabi saw terhadap orang yang memalsukan hadist,

Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadits ...hlm. 78.


11
Namun pada masa sesudahnya, yaitu pada akhir pemerintahan Khalifah Bani
Umayyah pemalsuaan hadis mulai marak. Di antara penyebab atau faktor munculnya
hadis maudhu’ yaitu:

a. Faktor politik, pertentangan setelah terjadi pembunuhan terhadap khalifah


Ustman bin affan oleh para pemberontakan dan kekhalifahan digantikan oleh
ali bin abi thalib, menyebabkan umat islam terpecah menjadi beberapa
golongan, yang menuntut atas kematian Ustman dan mendukung kekhalifahan
ali (syi’ah), diantar hadis maudhu’ tersebut, Artinya: “Yang menerima
wasiatku, dan yang menjadi tempat rahasiaku dan penggantiku dari
keluargaku adalah Ali.
b. Faktor Kebencian dan permusuhan, keberhasilan dakwah islam menyebabkan
masuknya pemeluk agama lain ke dalam islam, namun ada diantara mereka
yang masih dendam dan sakit hati golongan
mereka iniliah yang kemudian membuat hadis maudhu’ golongan ini terdiri
dari
golongan Zindiq, Yahudi, Majusi, dan Nasrani. Di antara hadis yang dibuat
kelompok ini yaitu, Artinya: “Melihat (memandang) kepada muka yang
indah, adalah ibadat”.
c. Faktor Kebodohan, golongan dari umat islam yang suka beribadah namun
kurang memahami agama mereka membuat hadis-hadis maudhu’ dengan
tujuan membuat orang untuk berbuat lebih baik dengan cara membuat hadis
tentang kelebihan dan keutamaan dari amalan tertentu tanpa dasar yang
benar,diantara hadis palsu ini yaitu, Artinya: “Seutama utama hari adalah
hari wukuf di Arafah, apabila (hari wukuf di arafah) bertepatan dengan hari
jum’at, maka hari itu lebih utama daripada tujuh puluh haji yang tidak
bertepatan dengan hari jum’at”.
d. Fanatisme yang keliru, sikap sebagian penguasa Bani Umayah yang
cenderung fanatisme dan rasialis, telah ikut mendorong kalangan Mawali
untuk membuat hadis-hadis palsu sebagai upaya untuk mempersamakan
mereka dengan orang-orang Arab yaitu, Artinya: “Percakapan yang paling
dimurkai Allah adalah bahasa Persia dan bahasa penghuni surga adalah
bahasa Arab”.
e. Faktor Popularitas dan Ekonomi, para pedagang barang-barang tertentu
membuatkan hadis-hadis palsu tentang keutamaan barang dagangannya yaitu,
Artinya: “Ayam putih adalah kekasihku dan kekasih oleh kekasihku Jibril”.

Hasbi Assiddiqy menjelaskan bahwa golongan yang membuat hadis maudhu


itu ada Sembilan golongan yaitu: 1.Zanadiqoh (orang-orang zindiq), 2. Penganut-
penganut bid’ah, 3. Orang-orang dipengaruhi fanatik kepartaian, 4. Orang-orang yang
ta’ashshub kepada kebangsaan, kenegrian dan keimanan, 5. Orang-orang yang
dipengaruhi ta’ashshub mazhab, 6. Para Qushshas (ahli riwayat dongeng), 7. Para ahli
Tasawuf zuhhad yang keliru, 8. Orang-orang yang mencarai pengahrgaan pembesar
negeri, 9. Orang –orang yang ingin memegahkan dirinya dengan dapat meriwayatkan
hadis yang diperoleh orang lain. 12

C. Kesimpulan

Hadis merupakan wahyu yang diturunkan allah kepada Rasulullah kemudian


Rasul menjelaskan melalui perkataan dan perbuatan,sehingga yang di lakukan Nabi
yang diketahui dan disaksikan para sahabat menjadi pedoman amaliah dan ubudiah
bagi para sahabat. Rasulullah saw juga memerintahkan para sahabat untuk
menghapal, menyampaikan dan menyebarluaskan hadis-hadis kepada umat islam.
Metode penyampaian hadis yang dilakukan oleh Rasulullah ada dua melalui majlis
12
Hasbi Assiddiqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis (Semarang: PT PUSTAKA RIZKI
PUTRA, 1999), 255
ilmu dan melalui perantara para sahabat tertentu. Para sahabat yang menerima hadis
dari rasul mengalami cara yang berbeda ada yang berhadapan secara langsung dengan
rasul (musyafahah), menyaksikan (musyahadah) perbuatan atau taqrir Rasul, dan ada
juga yang mendengar dari sahabat yang lain mengetahui sacara langsung dari Rasul,
setelah beberapa waktu barulah muncul hadis palsu, hadis yang sengaja dibuat oleh
seorang pendusta dan disandarkan kepada Rasul. Di antara faktornya adalah politik,
kebencian dan permusuhan, kebodohan, fanatisme yang keliru, popularitas dan
ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai