Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGANTAR ILMU HADIS


Sejarah Penulisan dan pembukuan Hadis
A. Hadis pada masa Nabi
B. Hadis pada masa sahabat
c. Hadis pada masa tabi’in
D. Kodifikasi hadis dan perbandingannya
Anatara sunniy dan syi’iy

Disusun oleh kelompok 5 (AFI):

RIDWANBAMBANG NAWAWI (
SALSABILAH IMANIAH (
FURKHON ALFIANSAH (
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………… I
DAFTAR ISI……………………………………………………………… ii

I: PEMBAHASAN SEJARAH PENULISAN DAN PEMBUKUAN HADIS


1.1 Hadis pada masa Nabi………………………………………………….1
1.2 Hadis pada masa sahabat……………………………………………….2
1.3 Hadis pada masa tabi’in………………………………………………...3
1.4 Kodifikasi hadis dan perbandingan nya antara sunniy dan si’iy……….4

II: PENITUP
2.1 Kesimpulan
BAB I
PEMBAHASAN SEJARAH PENULISAN DAN PEMBUKUAN HADIS

A. HADIS PADA MASA NABI

Pada masa ini adalah masa terbentuknya tatanan masyarakat islam dan karna hal
ini para sahabat sebagai pewaris ajaran islam, harus serius dan hati hati dalam
mengamalkan ajaran islam. Dalam menyampaikan hadis nabi Menggunakan cara
melalui perkataan, perbuatan dan keputusannya. Maka hadis pada masa ini turun
bersamaan dengan wahyu. Rasulullah saw selalu mengarahkan para sahabat untuk
menghafal, dan menyebarluaskan hadis agar menjadi tuntunan ibadah amaliah dan
ubudiah mereka.

Nabi sering kerap sekali memberikan motivasi dan doa-doanya terutama doa
kebaikan dunia akhirat untuk orang yang mempelajri dan menghafal hadis. Karena hal
ini para sahabt menjadi semangat untuk belajar hadis dan menyebarkannya. Unik nya
pada masa ini para sahabat merupakan orang Arab asli yang tidak bisa membaca dan
menulis. Tetapi mereka memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menghafal.
Namun tidak semua sahabat yang belum bisa membaca dan menulis tapi juga ada
diantara mereka yang sudah bisa membaca dan menulis, contoh nya adalah Adiy bin
Zaid Al-Abbady. Adiy bin Zaid Al-Abbady merupakan sahabat yang sudah mengusai
membaca dan menulis dan merupakan orang pertama yang menulis dengan Bahasa
Arab. Sejarah mengatakan bahwa orang Arab dijuluki bangsa ummi, maksuda nya
adalah diantara orang Arab hanya terdapat 10 orang yang bisa membaca dan menulis.
Dan yang menjadi saksi ada nya orang yang dapat menulis dan membaca adalah
kegiatan mereka dalam perdaganagn. Yang dimana kotak Makkah adalah kota pusat
perdagangan sebelum kenabian, 1

Dalam menyampaikan hadis kepada para sahabat, Rasulullah saw melakukan


beberapa cara yaitu:
1. melalui majelis ilmu, yaitu tempat mengaji yang diadakan oleh Rasulullah untuk
membina para jama’ah
2. menyampaikan kepada para sahabat tertentu, yang kemudian disampaikan kepada
orang lain. Jika hadis berkaitan dengan permasalahan keluarga dan kebutuhan
biologis maka disampaikan kepada istri-istri nabi.
3. Melalui ceramah atau pidato, missal nya pada haji wada’ dan fathul Makkah. Pada
haji tahun 10 H, Nabi menyampaikan sebuah pidato yang nantinya akan menjadi
sejarah bagi umat muslim yang didengar oleh ratusan ribu kaum muslimin. Isinya
terkait dalam bidang muamalah, ubudiyah, siyasah, jinayah, dan HAM. Yang
mencakup persamaan, keadilan social, kemanusiaan, kebijakan, keadilan ekonomi.
Dan juga terdapat larangan dari Rasulullah saw yaitu: larangan riba,
menumpahkan darah, menganiaya, serta perintah menajaga silahturahmi dan
berpegang teguh dengan Al-qur’an2

1
Syaikh Manna Al-Qaththan, “Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an” (Pustaka Al-Kautsar, 2018).
2
Faizal Luqman dkk, “Sejarah Penulisan Dan Pembukuan Hadis” ( Jurnal PAPPASANG I Vol. 5, No. 1
Januari-juni 2023)
B. HADIS PADA MASA SAHABAT

1. Pengertian Sahabat

Nabi Muhammad saw wafat pada tahun 11 H (632 M), kepeminpinan islam
kemudian beralih kepada para sahabat. Pengertian sahabat para ulama mengartikan
nya sebagai berikut:

- Menurut ahli hadis:


Sahabat adalah orang islam yang pernah bergaul atau melihat nabi dan
meninggal dalam keadaan islam.
- Menurut al-Bukhari dalam kitab al-Jami’ al-Shahih nya:
Sahabat adalah orang yang memeluk agama islam, hidup bersama dengan
Rasulullah dan bertemu dengan Rasulullah
- Menurut ulama ushul:
Sahabat adalah orang yang memeluk agama islam yang hidup bersama dengan
rsaulullah, menghadiri banyak majelis Rasulullah dengan tujuan untuk
mengikuti serta meneladani Sunnah nya

Dapat disimpulkan dari deifinisi diatas pengertian para sahabat menurut para ulama
dapat diambil beberapa poin penting dalam pengertian sahabat diantaranya: (1) harus
memeluk agama rasulullah yaitu agama islam, (2) meninggal dalam keadaan islam,
(3) bertemu langsung dengan Rasulullah3

2. Sejarah Hadis Pada Masa Sahabat

Upaya demi menjaga keaslian hadis, para sahabat banya menjaga dan
menghafal hadis nabi, dari pada menulikan nya. Dikarenakan Rasulullah saw tidak
memberikan perintah untuk menulis hadis bahkan Nabi saw melarang untuk
menulis hadis pada masa awal islam. Larangan dalam menuslis hadis yang
diriwayatkan oleh Said Al-khudri bahwa rasulullah saw bersabda: 4

3
Aroftul Mu’awanah, “PERKEMBANGAN HADIS PADA MASA SAHABAT” (Jurnal KACA Ushuludin STAI
AL FITRAH VOL. 9, No. 2 (Agustus 2019))
4
Faizal Luqman dkk, “Sejarah Penulisan Dan Pembukuan Hadis” ( Jurnal PAPPASANG I Vol. 5, No. 1
Januari-juni 2023)
Hadis nabi tidak begitu saja mereka hafalkan, tetapi para sahabat sering
kali mendiskusikan hadis yang disampaikan oleh nabi. Dengan tujuan
memberikan pemahaman yang mendalam dan membuat ingatan para sahabat
menjadi lebih kuat. Dengan cara tersebut membuktikan betapa gigih nya para
sahabat dalam mencari ilmu dari Rasulullah saw. 5

Terdapat beberapa sahabat Nabi, yang menulis hadis pada waktu Nabi saw
masih hidup. Dan ada juga sahabt yang menulis hadis setelah Nabi wafat. Ada
juga sahabat yang tidak menulis hadis tetapi lebih suka menghafalkan nya
yaitu: Abu Bakar As-Shidq, Umar bin Khatab, dan Utsman bin Affan. Lalu
contoh sahabat yang menulis hadis dan terkenal : Ali bin Abi Thalib, Abdullah
bin Amr bin Ash, Jabis bin Abdullah Al-Anshari, dan Abdullah bin Abbas.
Pada priode ini sahabat saling membantu dalam menghafal dan mengingat
hadis (mudzakarah) baik sendiri-sendiri maupun kelompok. 6

Ada pun terdapat tiga cara yang dilakukan para sahabat untuk menjaga
dan menghafal hadis secara akurat. Yaitu
- Pertama: penghafalan, para sahabat sudah terbiasa dalam mendengar perkataan
Nabi, dan memperhatikan perbuatan Rasulullas saw dengan hati-hati.
- Kedua: merekam, sahabt yang memiliki kekmpuan menulis pada masa
Rasulullah saw masih hidup, maka mereka memliki tugas khusu yaitu menulis
hadis yang disampaikan oelh Rasulullah saw.
- Ketiga: praktek, kegiatan yang sering dilakukan oleh Nabi suka sekali
dipraktikan oleh para sahabat.

Setelah wafat nya Rasulullah saw ingatan yang dimiliki para sahabat tetap
terjaga, karena para sahabat selalu melakukan kegiatan untuk muroja’ah hadis.
Contoh nya seperti, Abu Hurairah yang terbiasa membagi malam menjadi tiga
bagian, sepertiga malam untuk tidur, sepertiga kedua untuk ibdaha, sepertiga
terakhir untuk mengingat dan menghafal hadis. Lalu Umar bin Abu Musa Al-
Asy’ari selalu menghafal hadis setiap malam sampai pagi hari. Disisilain juga
ada sahabat seperti Ali bin Abi thalib, Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, dan Abu
Sa’id Al-Khudri yang mengajarkan para muridnya sambil menghafal.

Ibnu Abbas pernah berkata, “Apabila kalian mendengar hadis dari padaku,
hendaknya kalian saling mengingat-ingatkan”. Said bin Jubair juga
meriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Ingat-ingatlah hadis ini agar ia
tidak hilang, sebab hadis itu tidak seperti Al-Qur’an yang dipelihara secara
keseluruhan oleh Allah. Apabila kalian tidak mau menginagt hadis, maka itu
akan hilang”. Begitulah anjuran dari sahabat untuk mengfal dan mengingat
hadis.7

5
Ahmad Umar Hashim, ‘As-Sunnah An-Nabwiyah’ (Fajalah: Maktabah Gharib, 1980)
6
Faizal Luqman dkk, “Sejarah Penulisan Dan Pembukuan Hadis” ( Jurnal PAPPASANG I Vol. 5, No. 1
Januari-juni 2023)

7
Faizal Luqman dkk, “Sejarah Penulisan Dan Pembukuan Hadis” ( Jurnal PAPPASANG I Vol. 5, No. 1
Januari-juni 2023)
Setelah penulisian Al-Qur’an selesai dan sudah disebar luaskan ke daerah-
daerah kekuasaan islam, sebagian para sahabat mulai mengkonsenterasikan
diri pada Sunnah dengan mempelajari nya. Hal itu dilakukan setelah
pandangan bahwa larangan tentang menulis hadis sudah dianggap tidak
berlaku lagi. Dan karna ini menghasilkan beberapa sahabat yang menulis hadis
walau jumlah nya minim sekali. Bukti ada beberapa penulis selain Al-Qur’an
ada pada perkataan Abdullah bin Mas’ud : “pada masa Rasulullah kita tidak
menulis hadis apapun kecuali menyangkut al-istikharah dan tasyahud”. 8

C. HADIS PADA MASA TABI’IN

1. Pengertian Tabi’in

Tabi’in adalah orang yang berjumpa dengan sahabat dalam keadaan beriman,
serta wafat dalam keadaan beriman juga. Dalam meriwayatkan hadis para tabi’in
melakukan nya tidak berbeda dengan cara para sahabat meriwayatkan. Dan pada
masa ini Al-qur’an sudah terkumpul dan tersebar ke wilayah kekuasaan islam.
Tetapi kodifikasi hadis belum dilakukan karena semua periwayat hadis dari
kalangan sahabat berpencar ke bebagai daerah sejak era dinasti Ummayah.

Sikap para tabi’in tidak jauh dengan sikap sahabat dalam memilih hadis. Hal
ini dapat diambil contoh nya pada para tabi’in di Basrah. Mereka menganggap
harus mengkonfirmasi hadis yang diterima dari sahabat yang ada di Basrah
dengan sahabat yang ada di Madinah. Terdapat juga perbedaan anatara sahabat
dan tabi’in dalam periwayatan hadis. Yang dimana pada masa tabi’in periwayatan
hadis semakin luas dan banyak dikenal. Pada masa ini juga dikenal sebagai istilah
rihlah yaitu perjalanan yang dilakukan seorang dari suatu kota ke kota lain dalam
rangka mencari hadis-hadis yang diduga dimiliki oleh para sahabat.9

para Tabi’in yang latar belakangnya adalah para murid sahabat yang juga
banyak mengoleksi hadis-hadis Nabi, bahkan pengoleksiannya sudah mulai
disusun dalam sebuah kitab yang beraturan. Sebagaimana sahabat , para Tabi’in
pun cukup berhati-hati dalam hal periwayatan hadis. Hanya saja ada perbedaan
beban yang dihadapi oleh sahabat dan Tabi’in, dan beban sahabat tentu lebih berat
jika dibandingkan oleh Tabi’in. Karena di masa Tabi’in, Al-Qur’an telah
dikumpulkan dalam satu mushaf, selain itu juga pada masa akhir periode Khulafa
Rasyidin (pada masa Usman bin Affan), para sahabat ahli hadis telah menyebar ke
berbagai wilayah Negara islam. Sejalan dengan pesatnya perluasnya wilayah
kekuasaan islam, penyebaran sahabat-sahabat ke berbagai daerah pun terus
meningkat hal ini kemudian berdampak juga pada meningkatnya penyebaran
hadis. Oleh karena itu, masa ini dikenal sebagai masa menyebarnya periwayatan
hadis. Ini merupakan sebuah kemudahan bagi para tabi’in untuk mempelajari
hadis. Metode yang dilakukan para Tabi’in dalam memgumpulkani dan menulis

8
Faizal Luqman dkk, “Sejarah Penulisan Dan Pembukuan Hadis” ( Jurnal PAPPASANG I Vol. 5, No. 1
Januari-juni 2023)
9
Barusdi Anhar, “Buku Madrasah Aliyah Kelas X Ilmu Hdis” (Direktorat KSKK, KEMENAG REPUBLIK INDONESIA
2020
hadis yaitu melalui pertemuan-pertemuan dengan para sahabat, selanjutnya
mereka mencatat apa yang telah di dapatdari pertemuan tersebut10

Para tabi’in menerima hadis nabi dari sahabat dalam berbagai bentuk, ada yag
berbentuk catatan atau tulisan, dan ada juga yang harus dihafalkan dengan
demikian tidak ada satu hadis pun yang terlupakan. Selain menghafal hadis para
tabi’in juga menulis sebagian hadis-hadis yang diterimanya. Dan mereka memiliki
catatan yang diberikan oleh sahabat yang menjadi gurunya11

2. Sejarah Hadis pada masa Tabi’in

Para tabi’in menerima ilmu dari para sahabat. Mereka bergaul dekat, mengetahui
segala sesuatu dari mereka, menerima banyak hadist Rasulullah dari mereka, dan mengetahui
kapan para sahabat melarang serta membolehkan penulisan hadist. Para Tabi’in senantiasa
meneladani para sahabat. Para sahabat adalah generasi pertama yang memelihara Al-Qura’an
dan As-Sunnah. Maka pada umumnya, para tabi’in dan para sahabat sependapat tentang
masalah pembukuan hadits.12
Faktor-faktor yang mendorong Khulafa ar-Rasyidin dan para sahabat menolak
penulisan hadis juga adalah faktor yang mendorong tabi’in bersikap sama. Mereka memiliki
satu sikap. Mereka menolak penulisan hadis selama sebab-sebabnya ada. Sebaliknya, jika
sebab-sebab tersebut tidak ada, mereka sepakat tentang kebolehan menuliskan hadis. Para
tabi’in menulis hadis di dalam kelompok-kelompok kajian para sahabat. Bahkan, sebagian
dari mereka sangat bersemangat menulis hadis. Bukti tentang hal ini antara lain sebagai
berikut.
Sa’id bin Jubair menulis hadis dari Ibnu Abbas. Ketika lembaran-lembaran miliknya
telah penuh dengan hadis, Sa’id menulis hadis di sandalnya sehingga penuh dengan hadis.
Diriwayatkan pula dari Sa’id bahwa ia berkata, ketika saya berjalan bersama Ibnu Umar dan
Ibnu Abbas, saya mendengar hadis dari keduanya. Maka, saya menulis hadis itu diatas
kendaraan dan setelah turun saya menuliskannya kembali. Amir asy-Syabi berkata, “Tulisan
itu adalah pengikat ilmu.” Ia mendorong penulisan hadis dengan berkata, Jika kamu
mendengar sesuatu dariku maka tulislah sekalipun di dinding. Ia mendiktekan hadis kepada
murid-muridnya dan mendorong mereka menulis hadis. Tulisan-tulisan itu tersebar luas
sehingga al-Hasan al-Basri berkata, kami memiliki tulisan-tulisan yang selalu kami pelihara.
Umar bin Abdul Aziz juga menulis hadis. Diriwayatkan dari Abu Qilabah bahwa ia berkata,
“Umar bin Abdul Aziz mendatangi kami untuk shalat zuhur sambil membawa kertas. Ketika
ia mendatangi kami untuk shalat ashar, ia juga membawa kertas. Saya bertanya kepadanya,
Wahai Amirul-Mukminin, tulisan apakah ini? Ia menjawab, ini adalah hadis yang saya terima
dari Aun bin bin Abdullah. Saya mengagumi hadis ini sehingga saya menulisnya.

10
ZB.(2008). Ulumul Hadis: Pengantar Studi Hadis Praktis, Malang: Malang Press
11
Utang Ranu Wijaya, ‘Ilmu Hadis’, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996.
Hal di atas membuktikan bahwa penulisan hadis telah meluas diantara generasi-
generasi tabi’in, dan tidak bisa diingkari penulisan hadis pada masa-masa terakhir abad
pertama dan masa-masa permulaan abad kedua. Pada masa itu telah banyak lembaran dan
tulisan.13

D. Kodifikasi hadis dan perbandingan nya antara sunniy dan si’iy

1. Definisi Kodifikasi Hadis

Kodifikasi atau (hadis tadwin) secara resmi disinkronkan


dengan tadwin alhadis Rasmiyan, tentunya akan berbeda
dengan penulisan hadis. Secara etimologi kata kodifikasi
berasal dari kata kodifikasi yang berarti penyusunan menurut
aturan/sistemtertentu. Atau dari kata tadwin dapat berarti
perekaman (rekaman), penulisan (menulis), pembukuan
(pemesanan), pendaftaran (daftar, pendaftaran). Lebih dari
itu, kata tadwin juga berarti pendokumentasian,
penghimpunan atau Pertemuan serta penyusunan. Makaka
tidak semata-mata berarti penulisan, namun mencakup
penghimpunan, pembukuan dan pendokumentasian.

Kodifikasi secara resmi adalah kodifikasi atas penguasa


prakarsa. Ide penghimpunan hadis nabi secara tertulis untuk pertama
dikemukan oleh Khalifah Umar bin Khatab. Namun, ide tersebut tidak
dilaksanakan oleh Umar karena kwatir umat Islam terganggu perhatiannya
dalammempelajari Al-Quran. Baru pada masa Khalifah Umar bin Aziz lah,
pembukuan/kumpulanhadits yang di laksanakan. Beliau sadar dan sangat
waspada terhadap perawihadits. Beliau khawatir, jika tidak segera dibukukan,
maka akan benyak haditsyang hilang terbawa mati oleh perawi- perawi hadits
tersebut.14
Mulai dari tahun pertama hijriyah, hadits tidaklah dibukukan. Hadits itu
pindah dari mulut ke mulut. Masing-masing perawi meriwayatkannya
berdasarkan pada kekuatan hafalannya.

Pada tahun 99 Hijriyah, seorang khalifah dari bani Umayyah yang terkenal
adildan wara' yaitu 'Umar bin Abdil Aziz menggerakkan hatinya untuk
membukukan hadits. Beliau sadar jika semakin banyak perawi yang meninggal
di dunia. Beliau khawatir kalau hadis itu tidak segera dibukukan,maka akan
menghilang Bersama para penghafal tersebut.15

Anda mungkin juga menyukai