Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

SEJARAH HADIST YANG MELIPUTI PRA MODIFIKASI


DAN MODIFIKASINYA

Mata Kuliah: ULUMUL HADIST

DISUSUN OLEH:
-MUHAMAD SUTENDI
-SYAIFUL NURDIN
-M. HUBBAN ZEN
MOCH FARHAN SEPULLOH SIDDIQ

STIT AL AZAMI CIANJUR


Jl. KH A. Suja’I KM 09, Sukasari, Cilaku, Cianjur
Jawa Barat 43285
2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, shalawat dan

salam semoga tercurah limpahkan pada Nabi Muhammad saw. Berkat

karunia yang senantiasa diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu dalam menyusun makalah ini, terutama pada rekan-rekan

yang senantiasa memberikan dorongan dan dukungan dalam menyelesaikan

makalah ini, semoga Allah SWT membalas dengan ganjaran yang berlipat

ganda,”Amiin”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul

Hadits, yang membahas tentang “Sejarah Hadits Meliputi Pramodifikasi dan

Modifikasinya”. Kami menyadari bahwa masih terdapat beberapa kelemahan

atau kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala tegur sapa,

kritik, koreksi dan saran yang diberikan akan kami sambut dengan

kelapangan hati guna perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata,

kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan motivasi bagi siapa

saja yang membaca dan memanfaatkannya.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH.......................................................................6
1. Bagaimana hadist pada periode Rasulullah saw...................................6
2. Bagaimana Hadis pada periode sahabat dan tabiin...............................6
3. Bagaimana hadist pada abad II dan III hijriah.....................................6
4. Perkembangan Hadis pada Masa Men-shahih¬-kan Hadis dan
Penyusunan...............................................................................................6
. kaidahnya,............................................................................................6
5. . Perkembangan Hadis dari Tahun 656 H-Sekarang.............................6
1.3       TUJUAN...........................................................................................6
BAB II.............................................................................................................7
PEMBAHASAN.............................................................................................7
BAB III..........................................................................................................13
PENUTUP.....................................................................................................13
KESIMPULAN.........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Munculnya Usaha Kodifikasi Hadits

Pada abad pertama Hijriah sampai hingga akhir abad petama Hijriah, hadist-

hadist itu berpindah dari mulut kemulut, masing-masing perawi

meriwayatkannya berdasarkan kepada kekuatan hapalannya. Saatitu mereka

belum mempunyai motif yang kuat untuk membukukan hadist, karna hapalan

mereka terkenal kuat.

Namun demikian, upaya perubahan dari hapalan menjadi tulisan sebenarnya

sudah bekembang disaat masa Nabi. Setelah Nabi wafat, pada masa Umar

Bin Khattab menjadi Khalifah ke-2 juga merencanakan meghimpun hadist-

hadist Rasul dalam satu kitab, namun tidak diketahui mengapa niat itu batal

atau urung dilaksanakan.

Dikala kendali Khalifah dipegang oleh Umar Bin Abdul Aziz yang

dinobatkan dalam tahun 99 Hijriah, seorang khalifah dari Dinasti

Umaiyahyang terkenal adil dan wara’, sehingga beliau dikenal sebagai

Khalifah Rasyidin yang kelima, tergerak hatinya membukukan hadist karna

diakhawatir para perawi yang membendaharakan hadist didalam

dadanyatelah banyak yang meninggal, apabila tidak dibukukan akan lenyap

4
dandibawa oleh para penghafalnya kedalam alam barzah dan juga semakin

banyak kegiatan pemalsuan hadist yang dilakukan yang dilatarbelakangngi

oleh perbedaan politik dan perbedaan mazhab dikalanganumat islam dan

semakin luasnya daerah kekuasaan islam maka semakin komplek juga

permasalahan yang

dihadapi umat islam

5
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana hadist pada periode Rasulullah saw


2. Bagaimana Hadis pada periode sahabat dan tabiin
3. Bagaimana hadist pada abad II dan III hijriah
4. Perkembangan Hadis pada Masa Men-shahih¬-kan Hadis dan
Penyusunan kaidahnya
5. . Perkembangan Hadis dari Tahun 656 H-Sekarang.

1.3       TUJUAN

Mengetahui sejarah hadits dalam pramodifikasi dan


modifikasipengetahuan mengenai

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Hadis Meliputi Pramodifikasi dan Modifikasi

Sejarah Perkembangan Hadis merupakan masa atau periode yang telah

dilalui oleh hadis dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan,

penghayatan dan pengalaman umat dari generasi ke generasi. Para ulama

Muhadisin membagi sejarah hadis dalam beberapa periode. Dan dalam

beberapa periode tersebut ada yang termasuk pramodifikasi (sebelum

dibukukan) dan ada juga yang termasuk modifikasi (setelah dibukukan). Salah

satunya M. Hasbi Asy-Shiedqie membagi perkembangan hadis menjadi tujuh

periode, sejak periode Nabi saw., hingga sekarang yaitu sebagai berikut :

1. Perkembangan Hadis pada Masa Rasulullah saw.,

Periode ini disebut ‘Ashr Al-Wahyi wa At- Taqwin’ (masa turunnya wahyu

dan pembentukan masyarakat islam). Pada periode inilah, hadis lahir berupa

sabda (aqwal), af’al dan taqrir Nabi yang berfungsi menerangkan Al-Quran

untuk menegakkan syariat dan membentuk masyarakat islam.

Para sahabat menerima hadis secara langsung dan tidak langsung. Penerimaan

secara langsung misalnya saat Nabi saw. memberi ceramah, pengajian,

khotbah, atau penjelasan terhadap pertanyaan para sahabat. Adapun

penerimaan secara tidak langsung adalah mendengar dari sahabat yang lain

atau dari utusan-utusan, baik dari utusan yang dikirim oleh nabi ke daerah-

7
daerah atau utusan daerah yang datang kepada Nabi.

Pada masa Nabi saw., kepandaian baca tulis dikalanag para sahabat sudah

bermunculan, hanya saja terbatas sekali. Karena kecakapan baca tulis di

kalangan sahabat masih kurang, Nabi mencanangkan untuk menghapal,

memelihara, mematerikan dan memantapkan hadis dalam kehidupan sehari-

hari, serta mentabligkannya kepada orang lain.

Tidak ditulisnya hadis secara resmi pada masa Nabi, bukan berarti tidak ada

sahabat yang menulis hadis. Berikut adalah nama-nama sahabat yang menulis

hadis:

a.‘AbdulallahIbnAmr‘Ash,

b.AlibinAbiThalib,

c.AnasbinMalik

Di samping itu, ketika Nabi saw. menyelenggarakan dakwah dan pembinaan

umat, beliau sering mengirimkan surat-surat seruan dakwah pembinaan umat,

antara lain kepada para pejabat di daerah dan surat tentang seruan dakwah

Islamiyah kepada para Raja dan kabilah, baik di timur, utara dan barat. Surat-

surat tersebut merupakan koleksi hadis juga. Hal ini sekaligus membuktikan

bahwa pada masa Nabi saw., telah dilakukan penulisan hadis di kalangan

sahabat.

Namun meskipun begitu, di antara sahabat Nabi menyatakan keberatannya

terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh Abdullah. Mereka beralasan :

‫ (رواه‬.ُ ‫ه‬LL‫ران فليمح‬LL‫ير االق‬LL‫وا عنّي و من كتب عنّي غ‬LL‫ ال تكتب‬: ‫ال‬LL‫لّم ق‬LL‫اَ ّن َرسول هللا صل ّى هللا عليه و س‬

)‫لم‬LLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL‫مس‬

8
Rasulullah telah bersabda,”Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu dengar

dari aku. Dan barang siapa yang telah menulis sesuatu dariku sesuatu selain

Al-Quran hendaklah ia menghapusnya.” (H. R. Muslim)

Dari hal tersebut, Abdullah bertanya kepada Nabi. Dan Nabi pun bersabda,

ّ LLLLLLLLLLLLL‫رج من فمي االّ ح‬LLLLLLLLLLLLL‫ا خ‬LLLLLLLLLLLLL‫ده م‬LLLLLLLLLLLLL‫ي بي‬LLLLLLLLLLLLL‫ذي نفس‬LLLLLLLLLLLLLّ‫اكتب عنّي فوال‬
‫ق‬

“Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan yang jiwaku berada

ditangan-Nya, tidak keluar dari mulutku, selain kebenaran.

Sebagian ulama lain berpendapat bahwa Rasulullah tidak menghalangi usaha

para sahabat untuk menulis hadis secara tidak resmi. Mereka memahami hadis

Rosul bahwa larangn Nabi menulis ditujukkan pada meraka yang

dikhawatirkan akan mencampuradukkan hadis dan Al-Quran. Adapun izin

hanya diberikan pada meraka yang tidak dikhawatirkan mencampuradukkan

hadis dengan Al-Quran. Oleh karena itu, setelah Al-Quran ditulis dengan

sempurna dan telah lengkap pula dua hadis Rasulullah diatas tidak ada

pertentangan manakala kita memahami bahwa larangn itu hanya berlaku untuk

orang-orang tertentu yang dikhawatirkan mencampurkan Al-Quran dan Hadis,

dan mereka yang mempunyai ingatan atau kuat hapalannya. Izin menulis hadis

diberikan kepada mereka yang hanya menulis sunah untuk diri sendiri dan

mereka yang tidak kuat ingat ingatan dan hapalannya.

2. Perkembangan Hadis pada Masa Sahabat Kecil dan Tabiin;

Periode ini disebut ‘Ashr Intisyar al-Riwayah ila Al-Amshar’ (Masa

berkembang dan meluasnya periwayatan hadis). Pada masa ini, daerah Islam

9
sudah meluas, yakni ke negeri Syam, Irak, Mesir, Samarkand, bahkan pada

tahun 93 H, meluas sampai ke Spanyol. Hal ini bersamaan dengan

berangkatnya para sahabat ke daerah-daerah tersebut, terutama dalam rangka

tugas memangku jabatan pemerintah dan penyebaran ilmu hadis.

Para sahabat kecil dan tabiin ingin mengetahui hadis-hadis Nabi saw.,

diharuskan berangkat ke seluruh pelosok wilayah Daulah Islamiyah untuk

menanyakan hadis kepada sahabat-sahabat besar sudah yang tersebar di

wilayah tersebut. Dengan demikian, pada masa ini, disamping tersebarnya

periwayatan hadis ke pelosok-pelosok daerah Jazirah Arab, perlawatan untuk

mencari hadis pun ramai.

Karena meningkatnya periwayatan hadis, muncullah bendaharawan dan

lembaga-lembaga (Centrum Perkembangan) hadis di berbagai daerah di

seluruh negeri. Di antara bendaharawan hadis yang banyak menerima,

menghapal, dan mengembangkan atau meriwayatkan hadis adalah :

a.AbuHurairoh

b.AbdullahbinUmar

c.Aisyah,istriRasulsaw.

d.AbdullahIbnAbbas

e.JabirIbnAbdullah

f.AbuSaidAl-Khudri

Pada periode ini mulai muncul usaha pemalsuan hadis oleh orang-oarang yang

tidak bertanggung jawab. Hal ini terjadi setelah wafatnya Ali r.a. Pada masa

ini, umat islam mulai terpecah-pecah menjadi beberapa golongan: Pertama,

10
golongan ‘Ali bin Abi Thalib, yang kemudian hari dinamakan golongan syiah.

Kedua, golongan khawarij, yang menentang ‘Ali, dan golongan Mu’awiyah,

dan ketiga, golongan jumhur (golongan pemerintah pada masa itu).

Terpecahnya umat Islam tersebut, memacu orang-orang yang tidak

bertanggung jawab untuk mendatangkan keterangan-keterangan yang berasal

dari Rasulullah saw., untuk mendukung golongan mereka. Oleh sebab itulah,

merekmenyebar kannya padmasyarakat.

3. Perkembangan Hadis pada Abad II dan III Hijriah;

Periode ini disebut ashr Al-Kitabah wa Al-Tadwin (Masa penulisan dan

pembukuan). Maksudnya, penullisan dan pembukuan secara resmi, yakni

yang diselenggarakan oleh atau atas inisiatif pemerintah. Adapun kalau secara

perseorangan, sebelum abad II H hadis sudah banyak ditulis, baik pada masa

tabiin, sahabat kecil, sahabat besar, bahkan masa Nabi saw., yakni mereka

tidak hanya membukukan hadis, tetapi fatwa sahabat pun dimasukan kedalam

bukunya. Oleh karena itu, dalam kitab-kitab itu terdapat hadis-hadis

marfu,mauquf,danmaqthu’.

4. Perkembangan Hadis pada Masa Men-shahih¬-kan Hadis dan Penyusunan

Kaidah-Kaidahnya;

Abad ketiga Hijriah merupakan puncak usaha pembukuaan hadis. Sesudah

kitab-kitab Ibn Juraij, kitab Muthawaththa –Al Malik tersebar dalam

masyarakat dan disambut gembira, kemauan menghapal hadis, mengumpul,

11
dan membukukannya semakin meningkat dan mulailahahli-ahli ilmu berpindah

dari suatu tempat ke tempat yang lain dan sebuah negeri ke negeri lain untuk

mencari hadis.

Pada awalnya, ulama hanya mengumpulkan hadis yang terdapat di kotanya

masing-masing. Hanya sebagian kecil di antara mereka yang pergi ke kota lain

untuk Kepentingan pengumpulan hadis. Imam Bukhori membuat terobosan

dengan mengumpulkan hadis yang tersebar di berbagai daerah. Enam tahun

lamanya Al-Bukhori terus menjelajah ya. menyiapkan kitab shahih.

5 .Perkembangan Hadis dari Tahun 656 H-Sekarang.

Periode ini adalah masa sesudah meninggalnya khalifah Abasiyyah ke XVII

Al-Mu’tasim (w. 656 H) sampai sekarang. Periode ini dinamakan Ahdu As-

Sarhi wa Al-jami’ wa At-Takhriji wa Al-Bahtsi, yaitu masa pensyarahan,

penghimpunan, pengtahrijan, dan pembahassan.

Usaha-usaha yang dilakukan oleh ulama dalam masa ini adalah menerbitksn isi

kitab-kitab hadis, menyaringnya, dan menyusun 6 kitab tahrij, serta membuat

kitab-kitab jami’ yang umum.

Pada periode ini di susun kitab-kitab zawa’id yaitu usaha mengumpulkan hadis

yang terdapat dalam kitab yang sebelumnya kedalam sebuah kitab tertentu,

diantaranya kitab zawa’’id sususnan ibnu Majah, kitab zawai’id As-Sunan Al-

Kubra di susun oleh Al-Bushiri, dan masih banyak lagi kitab Zawa’id yang

lain.

12
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Sejarah hadits terbagi menjadi dua periode, yaitu pramodifikasi (masa

sebelum pembukuan) dan modifikasi (masa sesudah pembukuan).

Pramodifikasi terdiri dari perkembangan hadits pada masa Rasulullah SAW,

perkembangan hadits pada masa khulafaurrasyiddin, perkembangan pada

masa sahabat kecil dan tabi’in. Pada masa modifikasi terdiri dari,

perkembangan hadits pada Abad II dan III Hijriah, pada masa men-tashih-

kan hadits dan penyusunan kaidah-kaidahnya, dari abad ke IV hingga tahun

656 H, dari 656 H hingga sekarang.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amar. 2010. Makalah Ulumul Hadist. Tersedia:

http://www.scribd.com/doc/7575777/Makalah-Ulumul-hadist- diakses tanggal

15 April 2012

Hendra, Putra. 2010. Makalah. Tersedia: http://pillyanggoo.blogspot.com/-

diakses tanggal 15 April 2012

Rahman, Fatchur. 1970. Ikhtisar Mustolahul hadist. Yogyakarta: PT

Alma’arif

Salahudin, Agus. 2008. Ulumul Hadist. Bandung: Pustaka Setia.

14

Anda mungkin juga menyukai