Anda di halaman 1dari 11

TUGAS ILMU HADIST

Dosen Pembimbing : LISTIAWATI SUSANTI M.A

Nama : FAKHRI QUSAIRI

Kelas : 1c

Nim : 12040215721

Periwayat Hadist dimasa Sahabat dan Tabi'n dan Metode Pengumpulan Hadist

a. Periwayat hadist dimasa Sahabat

1. Abu Hurairah (wafat 57 H)

Nama aslinya yang populer di kalangan ulama adalah Abdurrahman bin


Shakhr. Hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah mencapai jumlah 5374
hadits. Di balik banyaknya riwayat hadits ini, Abu Hurairah justru baru
masuk Islam dan kerap turut serta dalam majelis Nabi sebagai Ahlus
Shuffah sejak tahun ketujuh Hijriah. Dalam waktu sekitar tiga tahun,
begitu banyak ajaran Nabi yang diriwayatkannya.

Disebutkan dalam Kitab Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari karya Ibnu
Hajar Al-Asqalani, suatu ketika Abu Hurairah pernah berdoa agar
diberikan ilmu yang tidak mudah terlupa. Doa ini diamini oleh
Rasulullah SAW, dan menjadi salah satu sebab betapa istimewanya
kemampuan hafalan Abu Hurairah.

2. Abdullah bin Umar bin Al-Khattab (wafat 72 H)

Hadits yang diriwayatkan oleh putra dari Umar bin Al-Khattab ini
mencapai 2630 hadits. Abdullah bin Umar di masa itu adalah salah satu
pemuda yang sangat gemar mengikuti Nabi dan meneladaninya secara
seksama. Hal-hal yang dilakukan Nabi dan diketahui oleh Ibnu Umar,
pasti diikuti dengan persis, bahkan mulai dari hal-hal terkecil.

3. Anas bin Malik (wafat 91 H)

Disebutkan bahwa hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik mencapai


2286 hadits. Anas bin Malik ini adalah asisten Nabi, dan tentu
mengetahui banyak hal yang dilakukan Nabi di rumah dan dalam
berbagai kesempatan. Sebagaimana diakui oleh Anas bin Malik, bahwa
ia membantu Nabi tak kurang dari sepuluh tahun sejak masa awal
kedatangan Nabi di Madinah.

4. Aisyah binti Abu Bakar (wafat 58 H)

Dari sekian istri Nabi, Aisyah inilah yang paling banyak meriwayatkan
hadits yang jumlahnya mencapai 2210 hadits. Kisah-kisah mengenai
kehidupan pribadi Nabi, terkait rumah tangga serta peran Nabi di
rumah sebagai suami, banyak diriwayatkan oleh Aisyah. Usia yang
masih muda disebutkan menjadi salah satu sebab Sayyidah Aisyah
meriwayatkan hadits tentang urusan pribadi Nabi dan keluarga beliau
secara gamblang.

5. Abdullah bin Abbas (wafat 78 H)

Putra dari paman Nabi, Al-Abbas bin Abdul Muthalib ini adalah seorang
yang pernah didoakan Nabi “Allahumma ‘allimhul hikmah” (Ya Allah,
ajarkanlah kepadanya–yaitu Abdullah bin Abbas–hikmah). Hadits yang
diriwayatkan Abdullah bin Abbas mencapai 1660 hadits, dan fatwa-
fatwa darinya paling banyak diriwayatkan generasi setelahnya.

6. Jabir bin Abdullah (wafat 78 H)

Hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah ini mencapai 1540
hadits. Sosok ini adalah seorang pemuda di masa Anshar yang bersama
bapaknya mengikuti bai’at Aqabah. Jabir ini menurut para sejarawan
dicatat sebagai sahabat yang paling akhir meninggal di Madinah.

Demikianlah para sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits


Nabi. Sahabat sebagai generasi yang berjumpa langsung dengan Nabi
menjadikan peran mereka begitu istimewa dalam sejarah Islam.

b. Periwayat Hadist dimasa Tabi'in

1. Sa’id ibn Al Mussaiyab

Sa’id ibn Al Musaiyab ialah Abu Muhammad Sa’id ibn Al Mugirah ibn
Huzn ibn Abdul Wahab ibn Amr ibn A idz ibn Imran ibn Mahzum Al
Qurasyi. Beliau adalah pemuka tabiin yang terkenal, salah satu fuqaha
tujuh di Madinah yang telah dapat mengumpulkan hadits, fiqih, zuhud
dan wara’. Beliau adalah salah seorang tabaqat tabi’in yang memiliki
kelebihan dalam penyebaran ajaran Islam keberbagai penjuru dunia
dan beliau juga sebagai salah satu tabi’in senior yaitu fuqaha tujuh dari
ahli Madinah . Beliau meriwayatkan hadits dari Abu Bakar, Utsman, Ali,
Sa’ad ibn Abi Waqqas, Hakim ibn Hizam, Ibn Abbas, Ibn Amr ibn Ash,
ayahnya sendiri Al Mussyyab Ma’mar ibn Abdillah, Abu Darda, Hasan
ibn Tsabits, Zaid ibn Tsabits, Abdullah ibn Zaid Al Madan, Attab ibn Al
Sid, Abu Qatadah, Abu Hurairah, Aisyah, Ummu Salim, Ibn Umar dan
lain sebagainya.

2 . Urwah ibn Al Zubair .

Urwah ibn Az Zubair ialah Abdillah Urwah ibn az Zubair ibn Al Awwam
ibn Khuwailid ibn As’ad ibn Abdil Uzza ibn Qussai al Asadiy Al Quraisyi,
salah seorang fuqaha 7 di Madinah, seorang yang ahli agama yang
benar-benar shalih lagi sangat murah hatinya, beliau tidak
dmencampuri kekacauan-kekacauan dalam Negara yang terjadi antara
sesam sahabat.Beliau menerima hadits dari dari ayahnya, makciknya
Aisyah saudaranya Abdullah, ibunya Asma, Ali ibn Abi Thalib, Sa’id ibn
Zaid ibn Nufail, Hakim ibn Hizam, Abdullah ibn Jafar dan lain-lain,
hadits-haditsnya diriwayatkan oleh putra-putranya sendiri yaitu
Abdllah, Ustman, Hisyam, Muhammad dan Yahya .

3. Al-A’Raj.

Al-A’raj ialah Abu Daud Abdurrahman bin Humuz Al Madani yang di beri
julukan Al-A‘raj yakni mawalli bani Hasyim, di katakan kritikus hadits Al-
A’raj menguasai ansab (pertalian keturunan) dan bahasa arab, banyak
mengafal hadits, tsiqat dalam periwayatan, beliau termasuk kalangan
sahabat Abu Hurairah sesudah ibn Musayyad dan beliau juga
mengetahui jujur tidaknya para sahabat yang meriwayatkan hadits Abu
Hurairah. Al-Raj menerima hadits dari Abu Hurairah, Abi Said, Ibnu
Abbas, Muhammad bin Maslamah Al Anshari, Muawiyyah bin Abi
Sufyan, Muawwiyah bin Abdillah bin Ja’far, Abi Salamah dan Abi Rafi .

Dan hadits-hadits beliau diriwayatkan oleh Zaid bin Aslam, Shalih bin
Kaisam, Az Zuhri, Yahya bin Said, Musa bin Uqbah, Abu Al-Zinad,
Abdullah bin Dzakwan, Ja’far bin Rubaiah dan lain-lain.

4. Nafi Al Adawiy

Nafi Al Adawiy adalah Abu Abdillah Al Madani maula Ibnu Umar, beliau
berasal dari dailam dan tidak di ketahui asal usulnya, beliau di jumpai
oleh Ibnu Umar dalam salah satu peperangan karena itu beliau terkenal
dengan maula Ibnu Umar. Beliau pernah dikirim oleh Umar ibn Abdul
Aziz ke Mesir untuk menjadi guru besar disana . Para keritikus
bersepakat bahwa Nafi merupakan tsiqat dan dipercaya, Abu Ya’la Al
Halili berkata Nafi merupakan seorang Imam tabi’in di Madinah dan
ulama’ besar dalam bidang agama dan periwayatannya di sepakati
keasahihannya.

Sebagian para ulama’ ada yang menilainya lebih diatas Salim bin
Abdillah bin Umar dan sebagian ulama’ lain bahwa Nafi sejajar dengan
Salim ‘’ tidak ada kesalahan pada seluruh hadits yang diriwayatkannya,
beliau pernah di uji oleh teman-teman semasanya dan lolos dalam ujian
itu . Hadits-haditsnya di riwayatkan oleh putra-putranya sendiri, Abu
Umar dan Umar, Abdillah bin Dinar, Shalih bin Kaisan, Ibnu Syihab Az-
Zuhri, dan kedua putra Yahya bin Sa’id Al’Anshari, yakni Abdul Rabbah
dan Yahya, Ibnu Thahran, Ibnu Juraij, Al Auza’i, Malik bin Anas dan lain-
lain.

5. Hasan Al Bishri
Nama lengkap Hasan Al Bishri ialah Abu Said Al Hasan bin Abi Al Hasan
bin Yasar Al Bishri adalah Maula Al Anshari. Ibunya bernama Khairah,
budak Ummu Salamah yang di merdekakan, dikatakan Ibnu Sa’ad
dalam kitab tabaqat Hasan adalah seorang alim yang luas dan tinggi
ilmunya, terpercaya, seorang hamba yang ahli ibadah lagi pula fasih
bicaranya .Beliau adalah ulama ternama di Basrah . Hadits-haditsnya
diriwayatkan oleh Jarir bin Abi Hazim, Humail At Thawil, Yazid bin Abi
Maryam, Abu Al Asyhab, Sammak bin Harb, Atha bin Abi Al Saib,
Hisyam bin Hasan dan lain-lain .

6. Muhammad bin Sirin

Nama lengkap Muhammad bin Sirin adalah Abu Bakr Muhammad bin
Sirin Al Anshari yaitu seorang tabi’in terkemuka dalam ilmu agama di
basrah, beliau merupakan seorang tokoh pada zamanya sebagai ahli
fiqih, di sebutkan oleh Ibnu Sa’ad bahwa beliau adalah seorang yang
terpercaya, terkenal dalam bidang fiqih, seorang yang alim, wara’, ahli
hadits dan mempunyai pengetahuan yang lebih faqih pada semasanya
yang melebihi kefaqihannya.Beliau wafat pada tahun 110 H. dalam usia
77 tahun. Beliau menerima hadits dari Maulanya sendiri Anas bin Malik,
Zaid bin Tsabit, Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Junndub bin Abdillah Al
Bajali, Huzaifah bin Al Yaman, Samurah bin Jundub, Imran bin Husen,
Abu Hurairah dan Abu Darda.

7. Malik bin Anas

Nama lengkap Malik bin Anas ialah Abu Abdillah Malik bin Anas bin
Malik bin Abi Amir Al-Ashabahi Al Himyarim Al-Madani, merupakan
salah seorang dari Imam Mazhab yang terkenal. Abu Hurairah berkata
aku belum pernah melihat seseorang yang shalatnya lebih serupa
dengan Nabi dari pada Anas bin Malik . Karya beliau yang sangat
gemilang dalam bidang ilmu hadits ialah Kitab “Al-Muaththa” ditulis
pada tahun 144 H. Beliau menerima hadits dari Amir bin Abdillah bin
Az-Zubair, Zaid bin Aslam, Nafi, Humaid Aat-Thawil, Abu Hazim,
Salamah bin Dinar dan lain-lain. Beliau menempati kedudukan yang has
diantara bintang-bintang ilmuan berbakat seperti penghimpun hadits
terkenal Imam Bukhari dan Muslim , Malik bin Anas wafat 179 H. di
Madinah .
Sejarah pertumbuhan dan perkembangan hadits Nabi dapat diklasifikasi
dalam beberapa periode, yaitu:

(1) Haditst pada masa Nabi SAW.

(2) Haditst pada masa sahabat besar (al-Khulafa al-Rasyidin)

(3) Haditst pada masa sahabat kecil dan tabiin

(4) Haditst pada masa kodifikasi

(5) Haditst pada masa pertengahan abad VII sampai sekarang.

1. Periode Pertama: Perkembangan Hadits pada Masa Rasulullah SAW.


Periode ini disebut „Ashr al-Wahyi wa at-Taqwin (masa turunnya wahyu
dan pembentukan masyarakat islam). Pada periode inilah, hadits lahir
berupa sabda (aqwal); af‟al, dan taqrir nabi yang berfungsi
menerangkan Al-Qur‘an untuk menegakkan syariat islam dan
membentuk masyarakat islam. Para sahabat menerima hadits secara
langsung dan tidak langsung. Penerimaan secara langsung misalnya saat
Nabi Muhammad SAW. memberi ceramah, pengajian, khotbah, atau
penjelasan terhadap pertanyaan para sahabat. Adapun penerimaan
secara tidak langsung adalah mendengar dari sahabat yang lain atau
dari utusan-utusan, baik dari utusan yang dikirim oleh nabi ke daerah-
daerah atau utusan daerah yang datang kepada nabi.
2. Periode Kedua: Perkembangan Hadits pada Masa Khulafa Al-Rasyidin
(11-40 H)
Periode ini disebut „ashr-at-tatsabbut wa al iqlal min al riwayah (masa
membatasi dan menyedikitkan riwayat). Nabi Muhammad SAW. wafat
pada tahun 11 H. Kepada umatnya, beliau meninggalkan dua pegangan
sebagai dasar bagi pedoman hidup, yaitu Al-Qur‘an dan Hadits (As-
Sunnah) yang harus dipegangi dalam seluruh aspek kehidupan
ummat.Pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar RA, periwayatan
hadits tersebar secara terbatas. Penulisan haditspun masih terbatas
dan belum dilakukan secara resmi. Bahkan, pada masa itu, Umar RA
melarang para sahabat untuk memperbanyak meriwayatkan hadits,
dan sebaliknya, Umar RA menekankan agar para sahabat mengerahkan
perhatiannya untuk menyebarluaskan Al-Qur‘an.
3. Periode Ketiga: Perkembangan pada Masa Sahabat Kecil dan Tabi’in

ini disebut „ashr intisyar al riwayah ilaa al amshar (masa berkembang


dan meluasnya periwayatan hadits). Pada masa ini, daerah islam sudah
meluas, yakni ke negeri Syam, Irak, Mesir, Samarkand. Bahkan pada
tahun 93 H, meluas sampai ke Spanyol. Hal ini bersamaan dengan
berangkatnya para sahabat ke daerah-daerah tersebut, terutama dalam
rangka tugas memangku jabatan pemerintahan dan penyebaran ilmu
hadits. Para sahabat kecil dan tabi‘in yang ingin mengetahui hadits Nabi
Muhammad SAW. diharuskan berangkat ke seluruh pelosok wilayah
daulah islamiyah untuk menanyakan hadits kepada sahabat-sahabat
besar yang sudah tersebar di wilayah tersebut. Dengan demikian, pada
masa ini, disamping tersebarnya periwayatan hadits, muncullah
bendaharawan dan lembaga-lembaga hadits di berbagai daerah di
seluruh negeri. Pada periode ketiga ini juga mulai muncul usaha
pemalsuan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
4. Periode Keempat: Perkembangan Hadits pada Abad II Hijriah

Periode ini disebut sebagai Ashr Al-Kitabah wa Al-Tadwin (masa


penulisan dan pembukuan). Maksudnya, penulisan dan pembukuan
secara resmi, yakni yang diselenggarakan oleh pemerintah. Adapun
kalau secara perseorangan, sebelum abad II H hadits sudah banyak
ditulis yaitu baik pada masa sahabat kecil, tabiin, sahabat besar, bahkan
pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup. Masa pembukuan
secara resmi dimulai pada awal abad II H, yakni pada masa
pemerintahan khalifah Umar bin Abdul Aziz tahun 101 H.

1. Al-Kitabah
Secara etimologi al-kitabah berasal dari bahasa arab yang artinya
penulisan.Sedang secara terminologi al-kitabah mempunyai arti
penulisan hadits secara pribadi. Seperti penulisan hadits yang terjadi
sejak Nabi Muhammad SAW., Khulafaur Rasyidin, sampai pada masa
Umar bin Abdul Aziz. Diantara sahabat yang telah

menulis hadits ialah Abdullah bin Amr bin Ash dengan kumpulan hadits
Shahifah As-Shadiqah, Shahifah Jabir bin Abdillah yang ditulis oleh Jabir
bin Abdillah bin Amr Al-Anshari yang masih utuh sampai zaman tabi‘in,
ash-Sahahifah ash-Sahihah yang disusun oleh Abu Hurairah ad-Dusi
maupun Ali bin Abi Thalib

2. At-Tadwin
At-Tadwin artinya kodifikasi (pembukuan) atau pencatatan.Sedangkan
menurut terminology at-tadwin artinya pengumpulan dan penyusunan
hadits yang secara resmi didasarkan perintah khalifah dengan
melibatkan beberapa personil yang ahli dalam masalah ini, bukan yang
dilakukan secara perseorangan seperti yang terjadi di masa-masa
sebelumnya.

3. At-Tashnif
At-Tashnif artinya klasifikasi, kategori menurut istilah mengandung
makna usaha menghimpun atau menysuun beberapa hadits (kitab
hadits) dengan membubuhi keterangan mengenai arti kalimat yang
sulit-sulit dan member interpretasi itu dengan jalan mempertalikan
atau menghubungkan dan menjelaskan dengan hadits lain, dengan
ayat-ayat Al-Qur‘an atau dengan ilmu-ilmu lain maka dengan ilmu
Sharah dan meringkas. At-Tashnif ini muncul pada abad ke V dan
seterusnya yaitu abad periodisasi klasifikasi dan sistematisasi susunan
kitab-kitab hadits.

5. Periode ke lima : perkembangan haditst pada masa pertengahan


abad VII sampai sekarang.

Penyusunan kitab - kitab pada masa ini lebih mengarah kepada usaha
mengembangkan beberapa variasi pentadwitan terhadap kitab kitab
yang sudah ada .Pada masa ini timbul lah hasrat para ulama hadits
menyusun kitab kitab jawami' ( mengumpulkan kitab hadits menjadi
satu satu karya ) , kitab Syarah ( komentar dan uraian ) , kitab
Mukhtasar (ringkasan ) , attakhrij Al - hadist ( mengkaji sanad dan
mengembalikan kepada sumber nya ) dan mengkaji dan menyusun
hadist dalam topik - topik tertentu .

Anda mungkin juga menyukai