PEMBAHASAN
1
Dr.M.Quraish Shihab, M.A, “Membumikan Al-Qur’an”, (Bandung : Mizan, 1994), hlm. 72
2. Tafsir di Masa Tabi’in
Ada beberapa tempat yang oleh tabi’in dijadikan sebagai pusat
perkembangan ilmu tafsir. Para tokoh tabi’in mendapatkan qaul-qaul sahabat di tiga
tempat yaiyu : Makkah, Madinah dan Iraq.
Sebagaimana para sahabat, para tabi’in pun ada yang menerima tafsir
dengan ijtihad dan ada pula yang menolaknya. Tabi’in yang menolak metode tafsir
bi al-ijtihad adalah Sa’id Ibn al-Musayyab dan Ibnu Sirin. Sedang Tabi’in yang
membolehkannya seoerti Mujahid, ‘Ikrimah dan sahabat-sahabatnya.
Para tabi’in juga memberikan perhatian yang sangat besar kepada
Israiliyat dan Nasraniyyat. Mereka menerima berita-berita dari orang-orang Yahudi
dan Nasrani yang masuk Islam, kemudian mereka memasukkannya kedalam tafsir.
Menurut keterangan yang ditulis Hamka, para Mufasir saat itu sangat berbaik
sangka kepada pembawa berita. Mereka menganggap orang yang telah masuk Islam
tidak mau berdusta. Oleh sebab itu, para mufasir saat itu tidak mengoreksi lagi
kabar-kabar yang mereka terima.
4. Kodifikasi Tafsir
a) Periode I, yaitu pada masa Rasulullah SAW, sahabat dan permulaan masa
tabi’in. Dimana tafsir belum tertulis dan secara umum periwayatan ketika itu
tersebar secara lisan.
b) Periode II, bermula dengan kodifikasi hadits secara resmi pada masa
pemerintahan Umar bin Abdul Azis (99-101 H). Tafsir ketika itu ditulis
bergabung dengan penulisan hadits-hadits dan dihimpun dalam satu bab seperti
bab-bab hadits. Walaupun tentunya penafsiran yang ditulis itu umumnya adalah
Tafsir bi Al-Ma’tsur.
c) Periode III, dimulai dengan penyusunan kitab-kitab tafsir secara khusus dan
berdiri sendiri, yang oleh sementara ahli diduga dimulai oleh Al-Farra’(w. 207
H) dengan kitabnya berjudul Ma’ani Al-Qur’an.2
2
Ibid, hlm. 73
B. Tokoh-Tokoh Pengembang Ilmu Tafsir
1. Ibnu ‘Abbas
Riwayat Hidup
Ia adalah Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi
Manaf al-Quraisyi al-Hasyimi, putra paman Rasulullah SAW. Ibunya bernama
Ummul Fadl Lubanag binti al-Haris al-Hilaliyah. Ia dilahirkan ketika Bani
Hasyim berada di Syi’b, tiga atau lima tahun sebelum hijrah, namun pendapat
pertama lebih kuat.
Abdullah bin Abbas menunaikan ibadah haji pada tahun Utsman
terbunuh, atas perintah Utsman. Ketika terjadi perang siffin ia berada di al-
Maisarah, kemudian diangkat menjadi gebenur Basrah dan selanjutnya enetap
disana sampai Ali terbunuh. Kemudian ia mengangkat Abdullah bin al-Haris
sebagai penggantinya menjadi gebenur Basrah, sedang ia sendiri pulang ke
Hijaz, ia wafat di Thaif pada 65 H. Namun pendapat terakhir inilah yang
dipandang sahih oleh jumhur ulama. Al-Waqidi menerangkan tidak ada selisih
pendapat diantara para imam bahwa Ibnu Abbas dilahirkan di Syi’b ketika
kaum Quraisy memboikot Bani Hasyim dan ketika Nabi wafat ia baru berusia
13 tahun.
Kedudukannya
Mujahid adalah pemimpin atau tokoh utama mufasir generasi tabi’in,
sehingga ada yang mengatakan bahwa ia adalah orang yang paling mengetahui
tentang tafsir diantara mereka. Ia mengambil (belajar) tafsir dari Ibn Abbas
sebanyak tiga puluh kali. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa ia berkata : “ saya
menyodorkan (belajar) mushaf kepada Ibn Abbas sebanyak tiga kali. Saya
berhenti pada setiap ayat untuk menanyakan pengertiannya, berkenaan dengan
apa serta bagaimana pula situasi saat ia diturunkan .” Sehubungan dengan ini
3
Drs. Mudzakir As., “Studi Ilmu-Ilmu Qur’an”, (Bogor : Pustaka Lintera AntarNusa, 2011), hlm.525
as-sauri berkata, :”jika datang kepadamu tafsir Mujahid, cykuplah itu bagimu.”
Oleh karena itu kata Ibn Taimiyah “ Syafi’i, Bukhari dan ahli ilmu lainnya
banyak berpegang pada tafsirnya.
Apabila as-Sauri mengatakan ,”Jika datang kepadamu tafsir dari
Mujahid, cukuplah itu bagimu”, ini tidak berarti bahwa kita harus mengambil
segala hal yang dinisbahkan kepadanya. Karena sebagai mana perawi lain yng
banyak dinukil orang, terkadang diantara para penukilnya terdapat penukil yang
lemah yang tidak dapat dipercaya. Oleh karena itu penelitian seksama sampai
mendapat kepastian akan keselamatan sanadnya tetap diperlukan.4
3. At-Tabari
Riwayat Hidup
Nama lengkapnya Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Khalid bin Kasir
Abu Ja’far at-Tabariat-Tabari, berasal dari Amol sedangkan lahir dan wafat di
Bagdad. Dilahirkan pada 224 H dan wafat pada 310 H. Ia adalah seorang ulama
yang sulit dicari bandingnya, banyak meriwayatkan hadits, luas pengetahuannya
dalam bidang penukilan dan pen-tarjih-an (penyelesaian untuk memilih yang
kuat), riwayat-riwayat serta mempunyai pengetahuan yang luas dalam bidang
sejarah para tokoh dan berita umat terdahulu.
Karya Tulisnya
At-Tabari mengarang kitab cukup banyak, antara lain :
a) Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an
b) Tarikhul Umam wal Muluk wa Akhbaruhum
c) Al-Adabul Hamidah wa Akhlaqun Nafisah
d) Tarikhur Rijal
e) Ikhtilaful Fuqaha
f) Tahzibul Asar
g) Kitabul Basit fil Fiqh
h) Al-Jami’ fil Qira’at
i) Kitabut Tabsir fil Usul
4
Ibid, hlm.526
Tafsirnya
Kitabnya tentang tafsir, Jami’ul Bayan fi Tafsiril Qur’an, merupakan
tafsir paling besar dan utama serta menjadi rujukan penting bagi para musafir
bil Ma’sir. Ibn Jarir memaparkan tafsir dengan menyandarkannya kepada
sahabat dan tabi’in. Ia juga mengemukakan berbagai pendapat dan mentarjihkan
sebagian atas yang lain. Para ulama kompoten sependapat bahwa belum pernah
disusun sebuah kitab tafsirpun yang dapat menyamainya. Ibn Jarir mempunyai
keistimewaan tersendiri berupa istinbat yang unggul dan pemberian isyarat
terhadap kata-kata yang samar i’rabnya. Dengan itulah, tafsir tersebut berada
diatas tafsir-tafsir yang lain. Sehingga Ibn Kasirpun banyak menukil darinya.5
4. Ibnu Katsir
Riwayat Hidup
Ia adalah Isma’il bin Amr al-Quraisy bin Kasir al-Basri ad-Dimaisyqi
‘Imadudin Abul Fida’ al-Muhaddis asy-Syafi’i .
Dilahirkan pada 705 H dan wafat pada 774 H, sesudah menempuh
kehidupan panjang yang sarat dengan keilmuan . ia adalah seorang ahli figh
yang sangat ahli, ahli hadist yang cerdas, sejarawan ulung dan mufasir
paripurna . Al-Hafiz Ibn Hajar menjelaskan, “ Ia adalah seorang ahli hadist
yang faqih . Karangan-karangannya tersebar luas diberbagai negeri semasa
hidupnya dan dimanfaatkan orang banyak setelah wafatnya .
Karya Tulisnya
a) Al-Bidayah wan Nihayah dalam bidang sejarah, merupakan rujukan
terpenting bagi sejarawan .
b) Al-Kawakibud Darari dalam bidang sejarah, cuplikan pilihan dari al-
Bidayah wan Nihayah.
c) Tafsirul Qur’an al-Ijtihad fi Talabil Jihad
d) Jami’ul Masanid as-Sunanul Hadi li Aqwami Sunan dan
e) Al-Wadihun Nafis fi Manaqibil Imam Muhammad ibn Idris
5
Ibid, hlm 527
Tafsirnya
Tentang tafsirnya ini Muhammad Rasyid Rida menjelaskan : tafsir ini
merupakan tafsir paling masyhur yang memberikan perhatian besar terhadap
apa yang diriwayatkan dari para mufasir salaf dan menjelaskan makna-makna
ayat dan hukum-hukumnya serta menjahui pembahasan i’rab dan cabang-
cabang balagah yang pada umumnya dibicarakan secara panjang lebar oleh
kebanyakan mufasir, juga menjahui pembicaraan yang melebar pada ilmu-ilmu
lain yang tidak diperlukan dalam memahami Qur’an secara umum atau
memahami huku dan nasihat-nasihatnya secara khusus.
Diantara ciri khas atau keistimewaannya adalah ialah perhatiannyayang
cukup besar terhadap apa yang mereka namakan “tafsir Qur’an dengan Qur’an”.
Dan sepanjang pengetahuan kami, tafsir ini merupakan tafsir yang paling
banyak memuat atau memaparkan ayat-ayat yang bersesuaian maknanya,
kemudian diikuti denagn (penafsiran ayat dengan) hadits-hadits marfu’ yang
ada relevansinya denan ayat (yang sedang ditafsirkan) serta menjelaskan apa
yang dijadikan hujjah dari ayat ersebut. Kemudian diikuti pula denagn asar para
sahabat dan pendapat tabi’in dan ulama salaf sesudahnya.6
5. Fakhruddin ar-Razi
Riwayat Hidupnya
Ia adalah Muhammad bin Umar bin al-Hasan at-Tamimi al-Bakri at-
Baristani ar-Razi Fakhruddin, terkenal dengan Ibnul Khatib asy-Syafi’i al-
Faqih.
Dilahirkan di Ray pada 543 H. Dan wafat di Harah pada 606 H Ia
mempelajari ilmu-ilmu diniah dan aqliah sehingga sangat menguasai ilmu
logika dan filsafat serta menonjol dalam bidang ilmu kalam. Mengenai ilmu-
ilmu tersebut ia telah menulis beberapa kitab, syarah dan ta’liqat, sehingga ia
dipandang sebagai seorang filosof pada mansya. Dan kitab-kitabnya menjadi
rujukan penting bagi mereka yang menamakan dirinya sebagai filosof islam.
Karta Tulisnya
6
Ibid, hlm.528
a) Mafatihul Gaib ( tafsir Qur’an )
b) Asrarut Tanzil wa Anwarut Ta’wil ( tafsir )
c) Ihkamul Ahkam
d) Al-Muhassal fi Usulil Fiqh
e) Al-Burhan fi Qira’atil Qur’an
f) Durratut Tanzil wa Gurratut Ta’wil fil yatil Mutasyabihat
g) Syahrul Isyarat wat Tanbihat li Ibn Sina
h) Ibtalul Qiyas
i) Syarhul Qanun li Ibn Sina
j) Al-Bayan wal Burhan fir Raddi ‘ala Ahliz Zaigi wat Tugyan
k) Ta’jizul Falasifah
l) RisalatulJauhar
m) Risalatul Hudus
n) Kitab al-Milal wan Nihal
o) Muhassalu Afkaril Mutaqqaddimin wal Muta’akhirinminal Hukama’
wal Mutakallimin fi ‘Ilmi kalam
p) Syarhul Mufassal liz Zamakhsyari
Tafsirnya
Ilmu-ilmu aqliah sangat mendominasi pemikiran ar-Razi didalam
tafsirnya, sehingga ia mencampur adukkan dalamnya berbagai kajian mengenai
kedokteran, logika, filsafat dan hikmah. Ini semua mengakibatkan kitabnya
keluar dari makna-makna Qur’an dan jiwa ayat-ayatnya serta membawa nas-nas
kitab kepada persoalan-persoalan ilmu aqliah dan istilah ilmiahnya, yang bukan
untuk itu nas-nas tersebut diturunkan. Oleh karena itu kitab ini tidak memiliki
ruhaniah tafsir dan hidayah islam, sampai-sampai sebagian ulama berkata,”
Didalamnya terdapat segala sesuatu selain tafsir itu sendiri ” . 7
7
Ibid, hlm 529
6. Az-Zamakhsyari
Riwayat Hidupnya
Ia adalah Abul Qasim Mahmud bin Umar al-Khawarizmi az-
Zamakhsyari. Dilahirkan 27 Rajab 467 H di Zamakhsyar, sebuah
perkampungan besar dikawasan Khawarizm ( Turkistan ). Ia mulai belajar
dinegeri sendiri, kemudian melanjutkan ke Bukhara dan belajar sastra kepada
Syaikh Mansur Abi Mudar. Kemudian pergi ke Mekah dan menetap cukup lama
dan memperoleh julukan Jarullah ( tetangga Allah ). Dan disana pula ia menulis
tafsirnya, al-Khasysyaf ‘an Haqa ‘iqi Gawamidid tanzil wa ‘Uyunil Aqawil fi
Wujuhid Ta’wil, Ia meninggal dunia pada 538 H di Jurjaniah Khawarizm
setelah kembali dari Mekah.
8
Ibid, hlm 531
7. Asy-Syaukani
Riwayat hidup
Nama lengkapnya adalah Qadi Muhammad bin Ali bin Abdullah asy-
Syaukani as-San’ani, seorang imam mujtahid, pembela sunnah dan pembasmi
bid’ah.
Dilahirkan pada 1173 H di kampung Syaukan dan dibesarkan di San’a.
Ia belajar Qur’an dengan sungguh-sungguh, menuntut ilmu dan mendengarkan
pelajaran dengan tekun dari ulama-ulama besar serta menghafal tidak sedikit
kitab matan tentang nahwu, saraf dan balagah, juga menguasai ilmu usul dan
tatacara meneliti dan berdebat sehingga ia menjadi seorang imam yang layak
mendapatkan acungan jempol. Sepanjang hayat ia senantiasa bergelut dengan
ilmu baik dengan membaca maupun dengan mengajar sampai menemui ajalnya
pada 1250 H.
Karangannya
Ia mempumyai sebuah karangan bermutu dalam berbagai cabang ilmu.
Diantaranya
a) Fathul Qadir, tentang Tafsir
b) Nailul Autar, sebuah syarah atas kitab Muntaqal Akhbar karya al-majd
Ibn Taimiyah, kakek Syaikul Islam Ibn Taimiyah. Sebuah kitab hadits
terbaik yang disusun menurut sistematika fiqh.
c) Irsyadul Fuhul, tentang Ushuk Fiqh
d) Al-Fathur Rabbani, kumpulan fatwanya
Tafsirnya
Fathul Qadir karya asy-Syaukani adalah sebuah tafsir yang
menggabungkan antara riwayat dengan istinbat dan penalaran atas nas-nas ayat.
Dalam tafsir ini, asy-Syaukani banyak bersandar pada tokoh-tokoh mufassir
seperti an_Nahhas, Ibn ‘Atiyah dan al-Qurtubi. Tafsir ini, kini banyak beredar
diberbagai penjuru dunia Islam.9
9
Ibid, hlm. 532