Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Masa remaja merupakan periode transisi kehidupan manusia dari anak-anak
menuju dewasa, yang di dalamnya terdapat proses pencarian jati diri, hal ini
menyebabkan seorang remaja mudah untuk ikut atau terimbas hal-hal yang tengah
terjadi di sekitarnya (Santrock, 2003). Kepercayaan diri merupakan salah satu unsur
kepribadian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Banyak ahli
mengakui bahwa kepercayaan diri merupakan faktor penting penentu kesuksesan
seseorang. Banyak tokoh-tokoh hebat yang mampu menggapai kesuksesan dalam
hidup karena mereka memiliki karakter yang disebut kepercayaan diri. Sebagaimana
pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self confidence atau
kepercayaan diri merupakan model umum yang dimiliki para unggulan (superior
performers). Surya (2009) menyatakan bahwa percaya diri ini menjadi bagian penting
dari perkembangan kepribadian seseorang, sebagai penentu atau penggerak
bagaimana seseorang bersikap dan bertingkah laku.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa untuk mencapai suatu pencapaian dalam
hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun permasalahannya banyak
orang yang tidak memiliki rasa percaya diri meski pandai secara akademik. Hal ini
dikarenakan kepercayaan diri ini bukan sesuatu yang dapat tumbuh dan ada dalam diri
seseorang dengan sendirinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Afiatin (1998) bahwa
kepercayaan diri berkembang melalui interaksi individu dengan lingkungan.
Lingkungan psikologis dan sosiologis yang kondusif akan menumbuhkan dan
meningkatkan kepercayaan diri seseorang. Demikian pula yang diungkap oleh Surya
(2009) yang menyatakan bahwa perkembangan percaya diri ini sangat tergantung dari
pematangan pengalaman dan pengetahuan seseorang. Dengan demikian untuk
menjadi seseorang dengan kepercayaan diri yang kuat memerlukan proses dan
suasana yang mendukung.
Percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang. Percaya diri timbul
dalam diri pribadi seseorang melalui proses belajar, memahami diri sendiri, orang lain
dan lingkungan. Jadi, percaya diri merupakan hasil dari proses pembelajaran dan
lingkungan. Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya
diri adalah dengan memahami dan meyakini kelebihan dan kelemahan masing-

1
masing. Kelebihan yang ada didalam diri seseorang harus dikembangkan dan
dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang lain (Hakim, 2005).
Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang penting untuk dimiliki setiap
individu. Kepercayaan diri diperlukan baik oleh seorang anak maupun orang tua
secara individual maupun kelompok (Gufron dan Risnawita, 2010). Kepercayaan diri
seseorang merupakan salah satu aspek kepribadian yang menunjukkan kualitas dari
individu itu sendiri. Kepercayaan diri berfungsi penting untuk mengatualisasikan
potensi yang dimiliki seseorang.
Terkait dengan pembelajaran, kepercayaan diri merupakan hal utama yang
harus dimiliki oleh seorang siswa dalam belajar juga dalam kehidupan sehari-hari.
Tingkat kepercayaan diri yang baik memudahkan dalam mendapatkan teman,
membangun hubungan, dan meningkatkan prestasi. Begitu pentingnya kepercayaan
diri bagi seorang siswa demi menunjang pendidikannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah teruraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam pembahasan ini adalah “Bagaimanakah hubungan
kepercayaan diri dengan konformitas remaja ?.”

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan
antara kepercayaan diri dan konformitas remaja.

D. Manfaat Pembahasan

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kepercayaan Diri
1. Pengertian Kepercayaan Diri
Menurut Carl Rogers, sebelum mengetahui arti dari percaya diri, kita
mengawali istilah self yang di dalam psikologi mempunyai dua arti, yaitu sikap
dan perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri dan suatu keseluruhan psikologis
yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian diri.1
Semua orang memiliki penilaian dirinya sendiri yang dinamakan dengan
konsep diri. Konsep diri berasal dari bahasa inggris Self Concept ialah konsep
seseorang mengenai dirinya sendiri yaitu bagaimana seseorang merasakan,
memikirkan, menilai, dan bersikap terhadap dirinya sendiri sehingga ia selalu
bertindak sesuai dengan konsep dirinya.2 Self Concept atau konsep diri adalah
mengevaluasi individu mengenai dirinya sendiri atau penilaian atau penafsiran
mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan. 3 Konsep diri adalah dasar
pertama yang di atasnya berdiri kepribadian dan juga merupakan faktor pokok
dalam penyesuaian pribadi dan sosial. Maka pribadi terbentuk dari sekumpulan
pengenalan dan penilaian terhadap dirinya.4
Percaya diri berasal dari bahasa Inggris yakni self confidence yang artinya
percaya pada kemampuan, kekuatan dan penilaian diri sendiri. Percaya diri
merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis dari seseorang yang
member keyakinan kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu
tindakan. Orang yang tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif, kurang
percaya pada kemampuannya, karena itu sering menutup diri. Maka percaya diri

1
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 248
2
Sri Widadiningsih, Pedoman Khusus dan Kunci Jawaban Bimbingan Konseling SMA/MA Kelas X,
(Solo: CV. Hayati Tumbuh Subur, tth), hlm. 56
3
J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 451
4
Mustafa Fahmy, Penyesuaian Diri (Pengenalan dan Peranannya dalam Kesehatan Mental), (Jakarta :
Bulan Bintang,tth), hlm. 111

3
juga dapat diartikan suatu kepercayaan akan kemampuan sendiri yang memadai
dan menyadari kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan secara tepat.5
Lauster dalam Surya mendefinisikan kepercayaan diri sebagai suatu sikap atau
keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-tindakannya
tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan
keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi
dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan
dan kekurangan diri sendiri. Terbentuknya kemampuan percaya diri adalah suatu
proses belajar bagaimana merespon berbagai rangsangan dari luar dirinya melalui
interaksi dengan lingkungannya.
Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada
seseorang. Kepercayaan diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu
menanggulangi suatu masalah dengan situasi terbaik dan dapat memberikan
sesuatu yang menyenangkan bagi orang lain .Kepercayaan diri merupakan atribut
yang sangat berharga pada diri seseorang dalam kehidupan bermasyarakat, tanpa
adanya kepercayaan diri akan menimbulkan banyak masalah pada diri seseorang.
Hal tersebut dikarenakan dengan kepercayaan diri, seseorang mampu untuk
mengaktualisasikan segala potensinya. Kepercayaan diri merupakan urgen untuk
dimiliki setiap individu. Kepercayaan diri diperlukan baik oleh seseorang anak
maupun orang tua, secara individual maupun kelompok.6
Lauster mendefinisikan bahwa kepercayaan diri di peroleh dari pengalaman
hidup, yang memiliki aspek kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan
diri seseorang sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak
sesuai kehendak, gembira, optimis, cukup toleran, dan bertanggung jawab.7
Maslow menyatakan bahwa percaya diri merupakan modal dasar untuk
pengembangan aktualis diri. Dengan percaya diri orang akan mampu mengenal
dan memahami diri sendiri. Sementara itu, kurangnya, percaya diri akan
menghambat pengembangan potensi diri. Jadi orang yang kurang percaya diri
akan menjadi seseorang yang pesimis dalam menghadapi tantangan, takut dan
ragu-ragu untuk menyampaikan gagasan, serta bimbang dalam menentukan

5
Nur Arijati, Modul Bimbingan Konseling Kelas XII, (Solo: CV. Hayati Tumbuh subur, tth.), hlm. 47
6
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, Teori-Teori Psikologi (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA,
2011), hlm. 34
7
Ibid, hlm. 34

4
pilihan dan sering membanding-bandingkan dirinya dengan orang lain. Dapat di
simpulkan bahwa percaya diri dapat diartikan bahwa suatu kepercayaan akan
kemampuan sendiri yang menandai dan menyadari kemampuan yang dimiliki
dapat di manfaatkan
secara tepat.8
Thantaway dalam kamus bimbingan dan konseling mengatakan kepercayaan
diri adalah kondisi mental atau psikologis diri seseorang yang memberi keyakinan
kuat pada dirinya untuk berbuat atau melakukan sesuatu tindakan. Orang yang
tidak percaya diri memiliki konsep diri negatif serta kurang percaya pada
kemampuannya sehingga ia sering menutup diri.9
Menurut Mastuti dan Aswi, percaya diri dapat membuat individu untuk
bertindak dan apabila individu tersebut bertindak atas dasar percaya diri akan
membuat individu tersebut mampu mengambil keputusan dan menentukan pilihan
yang tepat, akurat, efisien, dan efektif. Percaya diri akan membuat individu
menjadi lebih mampu dalam memotivasi untuk mengembangkan dan
memperbaiki diri serta melakukan berbagai inovasi sebagai kelanjutannya.10
Hendra Surya mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu keyakinan
bahwasanya akan berhasil dan mempunyai kemauan yang keras di dalam berusaha
serta menyadari dan mencari nilai lebih atas potensi yang dimilikinya tanpa harus
mendengarkan suara-suara sumbang yang dapat melemahkan dirinya sehingga
nantinya dapat membuat perencanaan dengan matang.11
Menurut Rahmat, kepercayaan diri dapat diartikan sebgai suatu kepercayaan
terhadap diri sendiri yang dimiliki oleh setiap orang dalam kehidupannya serta
bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh dengan mengacu pada
konsep diri.12 Rasa percaya diri juga disebut sebagai harga diri atau gambaran
diri.13

8
Kartono, Kartini, Psikologi Anak (Jakarta: Alumni, 2000), hlm. 202
9
Thantaway, Kamus Istilah Bimbingan dan Konseling, (Yogyakarta: Kanisius,2005), hlm. 87
10
Mastuti dan Aswi, Kiat Percaya Diri, (Jakarta: PT. Buku Kita, 2008), hlm. 50
11
Hendra Surya, Percaya Diri itu Penting, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2007), hlm. 2
12
Jalaludin Rakhmat, Renungan-Renungan Sufistik (Bandung: Mizan, 2000), hlm. 109
13
John W. Santrock, Edisi Keenam Adolesence Perkembangan Remaja, (Jakarta: Erlangga, 2003), hlm.
333

5
Hakim bahwa kepercayaan diri dapat diartikan sebagai suatu keyakinan
seseorang terhadap segala aspek kebutuhan yang dimilikinya dan keyakinan
tersebut membuatnya merasa mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan dalam
hidupnya. Kepercayaan diri merupakan kemauan untuk mencoba sesuatu yang
paling menakutkan bagi individu, dan individu tersebut yakin akan mampu
mengelola apapun yang timbul sesuai yang diharapkan.14
Kepercayaan diri bersifat internal, sangat relatif, dan dinamis, dan banyak
ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan
suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, terencana, efektif, dan
efisien.Kepercayaan diri juga selalu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan,
kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan. Dengan memiliki
kepercayaan diri, seseorang merasa dirinya berharga dan mempunyai kemampuan
menjalani kehidupan, mempertimbangkan berbagai pilihan dan mampu membuat
keputusan sendiri.Selanjutnya ditegaskan bahwa orang yang mempunyai
kepercayaan diri dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan
tahap perkembangannya dengan baik atau setidaknya memiliki kemampuan untuk
belajar cara-cara menyelesaikan tugas tersebut. Orang yang percaya diri
mempunyai keberanian dan kemampuan untuk meningkatkan prestasinya sendiri.
Dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa kepercayaan diri ini berada pada pribadi
yang istiqamah, yaitu pribadi konsisten dan konsekuen dalam memegang teguh
keimanan kepada Allah Swt. Sehingga mereka tidak ada rasa takut kepada apapun
dan siapapun kecuali terhadap Allah Swt serta tidak merasa hina, sebab mereka
percaya diri bahwa keselamatan dan keberuntungan sedang menunggu mereka.
Disebabkan keistiqamahan seseorang dalam beriman kepada Allah swt. Mereka
memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sebab mereka senantiasa merasakan
adanya tempat minta tolong, tempat mengadukan segala persoalan hidup kapan
pun dan dimana pun, serta memiliki perasaan optimis akan mendapatkan surga di
akhirat kelak. Allah sendiri menghimbau kepada mereka ini agar mereka selalu
percaya diri disebabkan keimanan mereka.15

14
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri,(Jakarta : Purwa Suara,2005), hlm. 6
15
Abdul Hayat, Konsep-Konsep Konseling Berdasarkan Ayat-Ayat Al Qur’an, (Banjarmasin : Antasari
Press, 2007), hlm. 98-99

6
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan
kepercayaan diri adalah kesadaran individu akan kekuatan dan kemampuan yang
dimilikinya, meyakini adanya rasa percaya dalam dirinya, merasa puas terhadap
dirinya baik yang bersifat batiniah maupun jasmaniah, dapat bertindak sesuai
dengan kepastiannya serta mampu mengendalikannya dalam mencapai tujuan
yang diharapkannya.
2. Aspek-Aspek Kepercayaan Diri
Menurut Symond dalam bukunya yang berjudul The Ego and The Self
menyatakan Self sebagai cara-cara bagaimana seseorang bereaksi terhadap dirinya
sendiri. Self itu mengandung empat aspek, yaitu: (1). Bagaimana orang
mengamati dirinya sendiri, (2) bagaimana orang berpikir tentang dirinya, (3)
bagaimana orang menilai dirinya sendiri dan (4) bagaimana orang berusaha
dengan berbagai cara untuk menyempurnakan dan mempertahankan diri.16
Menurut Rini orang yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan mampu
bergaul secara fleksibel, mempunyai toleransi yang cukup baik, tidak mudah
terpengaruh orang lain dalam bertindak serta mampu menentukan langkah-
langkah pasti dalam .kehidupannya. Individu yang mempunyai kepercayaan tinggi
akan terlihat lebih tenang, tidak memiliki rasa takut , dan mampu memperlihatkan
kepercayaan dirinya setiap saat.17
Lauster mengemukakan aspek-aspek yang terkandung dalam kepercayaan diri
antara lain:18
a. Keyakinan akan kemampuan diri
Sikap positif seseorang tentang dirinya bahwa mengerti sungguh-sungguh
akan apa yang dilakukannya.
b. Optimis
Sikap positif seseorang yang selalu berpandangan baik dalam menghadapi
segala hal tentang diri, harapan dan kemampuannya.
c. Objektif

16
Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 249-
250
17
Ghufron dan Risnawita, Teori-Teori Psikologi.(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2011), hlm. 35
18
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, Teori-Teori Psikologi, hlm. 35-36

7
Orang yang percaya diri memandang permasalahan atau segala sesuatu seseuai
dengan kebenaran semestinya, bukan menurut kebenaran pribadi atau menurut
dirinya sendiri.
d. Bertanggung jawab
Kesediaan seseorang untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi
konsekuensinya.
e. Rasional
Yaitu analisa terhadap suatu masalah, suatu hal, suatu kejadian dengan
menggunakan pemikiran yang diterima oleh akal dan sesuai dengan
kenyataan.

Pendapat lain tentang aspek-aspek kepercayaan diri dari Afiatin dan


Martaniah, dalam Sapotro dan Sesono yang menjadi ciri maupun indikator dari
kepercayaan diri yaitu:

a. Individu merasa adekuat terhadap tindakan yang dilakukan. Hal ini didasari
oleh adanya keyakinan tehadap kekuatan, kemampuan, dan keterampilan yang
dimiliki. Ia merasa optimis, cukup ambisius, tidak selalu memerlukan bantuan
orang lain, sanggup bekerja keras, mampu menghadapi tugas dengan baik dan
bekerja secara efektif serta bertanggung jawab atas keputusan dan
perbuatannya.
b. Individu merasa diterima oleh kelompoknya. Hal ini dilandasi oleh adanya
keyakinan terhadap kemampuannya dalam berhubungan sosial. Ia merasa
bahwa kelompoknya atau orang lain menyukainya, aktif menghadapi keadaan
lingkungan, berani mengemukakan kehendak atau ide-idenya secara
bertanggung jawab dan tidak mementingkan diri sendiri.
c. Individu memiliki ketenangan sikap. Hal ini didasari oleh adanya keyakinan
terhadap kekuatan dan kemampuannya. Ia bersikap tenang, tidak mudah
gugup, cukup toleran terhadap berbagai macam situasi.19

Pendapat lain dijelaskan oleh Hendra Surya, menyebutkan aspek psikologis


yang mempengaruhi dan membentuk percaya diri, yaitu gabungan unsur
karakteristik citra fisik, citra psikologis, citra sosial, aspirasi, prestasi, dan
emosional, antara lain:
19
Saputro, Niko Dimas dan Suseno, Miftahun Ni‟mah.“Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan
Employability pada Mahasiswa,”Jurnal Psikologi, Universitas Islam Indonesia, Hal.1-9 2008.

8
a. Self-control (Pengendali diri).
b. Suasana hati yang sedang dihayati.
c. Citra fisik.
d. Citra sosial.
e. Self-image (citra diri) ditambah aspek keterampilan teknis, yaitu kemampuan
menyusun kerangka berpikir dan keterampilan berbuat dalam menyelesaikan
masalah.20
3. Jenis-Jenis Percaya Diri
Angelis mengemukakan ada tiga jenis kepercayaan diri, yaitu kepercayaan diri
tingkah laku, emosional dan spiritual.
a. Kepercayaan diri tingkah laku adalah kepercayaan diri untuk mampu
bertindak dan menyelesaikan tugas-tugas baik tugas-tugas yang paling
sederhana hingga yang bernuansa cita-cita untuk meraih sesuatu.
b. Kepercayaan diri emosional adalah kepercayaan diri untuk yakin dan mampu
menguasai segenap sisi emosi.
c. Kepercayaan diri spiritual adalah keyakinan individu bahwa setiap hidup ini
memiliki tujuan yang positif dan keberadaannya kita punya makna.21

Pendapat lain menurut Lindefield dalam Kamil mengemukakan bahwa


kepercayaan diri terdiri dari dua jenis percaya diri batin dan lahir.22

a. Kepercayaan diri batin


Menurut Lidenfield ada empat ciri utama yang khas pada orang yang
mempunyai percaya diri batin yang sehat yaitu: cinta diri, pemahaman diri,
tujuan yang jelas dan berpikir positif.
b. Kepercayaan diri lahir
Untuk memberikan kesan percaya diri pada dunia luar, maka kita perlu
mengembangkan ketrampilan dalam empat bidang yang berkaitan dengan
kepercayaan diri lahir, yaitu: komunikasi, ketegasan, penampian diri dan
pengendalian perasaan.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Percaya Diri

20
Hendra Surya, Percaya Diri itu Penting, hlm. 261-264
21
Angelis, B. D, Confidence : Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian, (Jakarta : PT.Gramedia
Pustaka Utama, 2005), hlm. 58
22
E Kamil, Mendidik Anak Agar Percaya Diri, (Jakarta : Arcan,1997), hlm. 45

9
Faktor-faktor yang mempengaruhi keperayaan diri pada individu dipengaruhi
oleh faktor internal dan faktor eksternal yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor Internal
 Konsep diri. Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali dengan
perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu
kelompok. Konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri.
Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep
diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan
memiliki konsep diri positif.
 Harga diri. Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang
yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan
benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu
lain. Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya
sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima
orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri.
 Kondisi fisik. Perubahan kondisi fisik berpengaruh pada percaya diri.
Penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan
percaya diri seseorang.
 Pengalaman hidup. Pengalaman yang mengecewakan seringkali menjadi
sumber timbulnya rasa rendah diri, lebih-lebih jika pada dasarnya
seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang
perhatian.
b. Faktor Eksternal
 Pendidikan. Pendidikan mempengaruhi percaya diri seseorang. Tingkat
pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa di bawah
kekuasaan yang lebih, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih
tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada
individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup
denga rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi
dari sudut kenyataan.
 Lingkungan dan pengalaman hidup. Lingkungan disini merupakan
lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima
dari lingkungan keluarga seperti anggota keluarga yang saling berinteraksi

10
dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi.
Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma
dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri
berkembang.
5. Ciri-Ciri Percaya Diri
Thursan Hakim bukunya yang berjudul “Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri”
menyatakan bahwa orang-orang yang mempunyai rasa percaya diri yang tinggi
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:23
a. Selalu bersikap tenang di dalam mengerjakan segala sesuatu.
b. Mempunyai potensi dan kemampuan yang memadai.
c. Mampu menetralisasi ketegangan yang muncul di dalam berbagai situasi.
d. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi di berbagai situasi.
e. Memilki kondisi mental dan fisik yang cukup menunjang penampilannya.
f. Memiliki kecerdasan yang cukup.
g. Memiliki keahlian atau keterampilan lain yang menunjang kehidupannya.
h. Memiliki kemampuan bersosialisasi.
i. Memilki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.
j. Memilki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat dan tahan
di dalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
k. Selalu bereaksi positif di dalam menghadapi berbagai masalah.

Thursan Hakim bukunya yang berjudul “Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri”
menyatakan bahwa orang-orang yang tidak rasa percaya diri yang tinggi memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:24

a. Mudah cemas dalam mengahadapi persoalan dengan tingkat kesulitan tertentu.


b. Memiliki kelemahan atau kekurangan dari segi mental, fisik, sosial, atau
ekonomi.
c. Sulit menetraliasasi timbulnya ketegangan di dalam suatu situasi.
d. Gugup dan terkadang bicara gagap.
e. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga kurang baik.
f. Kurang memiliki kelebihan pada bidang tertentu dan tidak tahu bagaimana
cara mengembangkan diri untuk memiliki kelebihan tertentu.

23
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, hlm. 5
24
Ibid, hlm. 8

11
g. Sering menyendiri dari kelompok yang dianggapnya lebih dari dirinya.
h. Mudah putus asa.
i. Cenderung tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah.
j. Pernah mengalami trauma.
k. Sering bereaksi negatif dalam menghadapi masalah, misalnya dengan
menghindari tanggung jawab atau mengisolasi diri, yang menyebabkan rasa
tidak percaya diri semakin buruk.
B. Konformitas
1. Pengertian Konformitas
Konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial di mana individu mengubah
sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Sedang
menurut Kiesler dalam Jalaluddin Rakhmat mengatakan bahwa konformitas
adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma kelompok sebagai
akibat tekanan kelompok yang real atau yang dibayangkan.
Konformitas yaitu bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau
melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan
melakukan hal yang sama. Sementara menurut David O’Sears, Konformitas
adalah bila seseorang menampilkan perilaku tertentu karena setiap orang lain
menampilkan perilaku tersebut.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa konformitas adalah
sebuah perubahan perilaku dan sikap karena pengaruh sosial atau sebagai hasil
dari tekanan kelompok baik nyata maupun yang dibayangkan. Atau dapat
dimaknai bahwasanya konformitas adalah perubahan sikap dan prilaku yang
terjadi pada diri seseorang karena adanya tekanan untuk menyesuaikan dirinya
dengan norma dan etika sosial yang ada pada orang lain atau pada sebuah
kelompok sehingga dirinya dapat diterima sebagai salah satu dari anggota
kelompok dan merasa tidak diasingkan.
Konformitas juga dapat diartikan perubahan perilaku remaja sebagai usaha
untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok dengan acuan baik ada maupun
tidak ada tekanan secara langsung yang berupa suatu tuntutan tidak tertulis dari
kelompok sebaya terhadap anggotanya namun memiliki pengaruh yang kuat dan
dapat menyebabkan munculnya prilaku-prilaku tertentu pada remaja anggota pada
kelompok tersebut.

12
Hasil dari proses konformitas bisa positif bisa juga negatif. Dalam proses
perkembangannya remaja yang melakukan konformitas mempunyai masalah
dalam hal pergaulan dan penyesuain diri. Tekanan untuk melakukan konformitas
berakar dari kenyataan bahwa di berbagai konteks ada aturan-aturan eksplisit
ataupun tak terucap yang mengindikasikan bagaimana kita seharusnya atau
sebaiknya bertingkah laku. Aturan-aturan ini dikenal sebagai norma sosial (social
norms), dan aturanaturan ini sering kali menimbulkan efek yang kuat pada tingkah
laku kita.
2. Aspek- Aspek Konformitas
Menurut Sears dan kawan-kawan, aspek-aspek yang terdapat pada konformitas
adalah :
a. Kepercayaan terhadap kelompok
Semakin besar kepercayaan individu terhadap kelompok sebagai sumber
informasi yang benar, semakin besar pula kemungkinan untuk menyesuaikan
diri terhadap kelompok.
b. Kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri
Individu yang percaya terhadap penilaiannya sendiri akan menurunkan tingkat
konformitas karena kemudian kelompok bukan merupakan sumber informasi
yang unggul lagi.
c. Rasa takut terhadap celaan sosial
Alasan konformitas adalah demi memperoleh persetujuan atau menghindari
celaan kelompok.
d. Rasa takut terhadap penyimpangan
Orang yang tidak mau mengikuti apa yang berlaku di dalam kelompok akan
menanggung resiko mengalami akibat yang tidak menyenangkan.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konformitas
4. Kjhhbhs
5. jjhgahj
C. Remaja
D.

13
BAB III

PEMBAHASAN

A. Hubungan Kepercayaan Diri Dengan Konformitas Remaja


Perkembangan kepribadian seorang remaja merupakan hasil hubungan dan
pengaruh timbal balik secara terus menerus antara pribadi dengan lingkungannya.
Pada masa remaja, individu dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku dan
pribadi yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya. Adanya
perubahan baik di dalam maupun di luar dirinya membuat kebutuhan remaja semakin
meningkat terutama kebutuhan social dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut remaja memperluas lingkungan sosialnya di luar lingkungan
keluarga, seperti lingkungan teman sebaya (Agustiani, 2006).
Kebutuhan remaja terhadap teman sebaya yang semakin meningkat, membuat
kuatnya pengaruh kelompok sebaya terhadap remaja. Hal ini terjadi karena remaja
lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah dengan teman sebaya. Kelompok
teman sebaya biasanya memiliki penyesuaian yang didasari pada kepentingan dan
keinginan dari kelompok tersebut, dan harus dipatuhi oleh remaja sebagai anggota

14
kelompoknya. Proses sosialisasi yang dilakukan remaja terhadap kelompok sebayanya
menimbulkan suatu sikap yang disebut konformitas dimana individu berusaha untuk
menjadi sama dengan kelompoknya. Konformitas dilakukan remaja dengan maksud
agar bisa diterima di dalam kelompoknya.
Menurut Agustiani (2006) konformitas yang kuat terjadi pada masa remaja
awal. Dalam hal ini, Hurlock (1980) menjelaskan remaja awal adalah individu yang
berusia antara 13 hingga 14 tahun sampai 17 tahun. Penelitian Berndt, Berndt dan
Perry, dan Leventhal (dalam Santrock, 2002) telah menemukan bahwa pada kelas
delapan dan sembilan (kira-kira sama dengan kelas dua dan tiga tingkat sekolah
menengah pertama), konformitas dengan teman-teman sebaya khususnya dengan
standar-standar antisosial mereka memuncak.
Menurut Baron dan Byrne (2005) konformitas merupakan suatu jenis
pengaruh social dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar
sesuai dengan norma sosial yang ada. Hal ini dapat dikatakan bahwa konformitas
adalah menyamakan terhadap kelompok social karena adanya tuntutan dari kelompok
tersebut untuk menyesuaikan diri. Konformitas terjadi ketika individu mengadopsi
sikap atau perilaku orang lain karena adanya tekanan yang nyata atau imajiner.
Semakin besar konformitas, semakin besar tekanan yang mereka alami.
Konformitas pada remaja tentunya tidak terjadi begitu saja, ada faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya hal tersebut. Salah satu faktor yang mungkin
mempengaruhi konformitas adalah kepercayaan diri. Menurut Lauster (dalam
Ghufron dan Risnawita, 2010) kepercayaan diri merupakan salah satu aspek
kepribadian yang berupa keyakinan akan kemampuan diri seseorang sehingga tidak
terpengaruh oleh orang lain dan dapat bertindak sesuai kehendak, gembira, optimis,
cukup toleran, dan bertanggung jawab. Jika seorang remaja melakukan konformitas
dan bertindak sesuai dengan kelompok bukan atas kehendaknya sendiri, maka dapat
diasumsikan remaja tersebut memiliki masalah kurang percaya diri.
Kurangnya rasa percaya diri pada remaja berkaitan dengan tuntutan sosial di
luar diri remaja. Tuntutan sosial di luar diri remaja menuntut mereka untuk dapat
menyesuaikan diri dengan suasana baru. Remaja yang kurang percaya diri biasanya
kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan suasana baru, sehingga mereka seringkali
bergantung pada orang lain. Hal ini sejalan dengan penjelasan Hakim (dalam
Nainggolan, 2011) yang menyatakan bahwa seseorang yang kurang percaya diri sulit
menetralisasi timbulnya ketegangan di dalam suatu situasi, mereka juga cenderung

15
tergantung pada orang lain dalam mengatasi masalah. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kepercayaan diri seseorang adalah pemahaman dan reaksi positif
seseorang terhadap kelemahankelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan
rasa sulit menyesuaikan diri (Hakim dalam Nainggolan, 2011).
Berdasarkan uraian tersebut, menimbulkan pertanyaan bagi pemakalah apakah
ada hubungan kepercayaan diri dengan konformitas pada remaja? Sehingga
pembahasan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kepercayaan
diri dengan konformitas pada remaja.
Sears, Freedman dan Peplau (1985) menyatakan bahwa kepercayaan diri dapat
mempengaruhi tingkat konformitas. Ketiadaan rasa percaya diri dalam individu dapat
menimbulkan tingkat konformitas yang lebih tinggi. Hal ini diperkuat oleh penelitian
Asch (dalam Baron dan Byrne, 2005) tentang konformitas yang menunjukkan bahwa
mereka yang memiliki kepercayaan diri yang kecilakan pendapat mereka hampir
setiap saat mengikuti mayoritas kelompok. Hasil penelitian lain dari Jang, Cho,
danYoo (2012) menemukan bahwa pengaruh teman sebaya secara langsung terkait
dengan keyakinan diri terhadap penolakan minum-minuman keras, dan juga
sebaliknya keyakinan diri juga terkait dengan keinginan untuk minum. Artinya,
apabila keyakinan dirinya tinggi, maka individu tersebut dapat menolak
minumminuman keras dari pengaruh teman sebayanya. Begitu juga sebaliknya,
apabila keyakinan dirinya rendah, maka akan muncul keinginan untuk minum-
minuman keras yang disebabkan oleh pengaruh teman sebaya. Hal ini
menggambarkan bahwa keyakinan diri yang merupakan bagian dari kepercayaan diri
dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan konformitas, baik itu konformitas
positif maupun negatif.
Salah satu penelitian Fatchurahman dan Pratikto (2012) menyatakan bahwa
semakin tinggi kepercayaan diri remaja, semakin berkurang kenakalan remaja. Hal ini
tentunya berkaitan dengan konformitas, yang mana kenakalan remaja ini merupakan
salah satu bentuk konformitas yang negatif. Artinya, dapat dikatakan bahwa penelitian
ini menyatakan kepercayaan diri seseorang juga dapat mempengaruhi terjadinya
konformitas, baik itu konformitas yang positif maupun konformitas negative seperti
kenakalan remaja. Hasil penelitian lain dari Pratiwi (2013) menyatakan terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan perilaku merokok
pada remaja di kelurahan Juwiring. Dalam hal ini, perilaku merokok dapat
digolongkan sebagai bentuk konformitas negatif yang biasanya dilakukan remaja.

16
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut maka dapat dikatakan bahwa
kepercayaan diri dengan konformitas memang saling berkaitan. Kepercayaan diri
dapat mempengaruhi tingkat terjadinya konformitas. Adanya kepercayaan diri dalam
diri seseorang membuatnya tidak mudah terpengaruh oleh orang lain. Hal ini tentunya
dapat mengurangi tingkat konformitas yang merupakan suatu pengaruh social dimana
seseorang dapat mengubah sikap maupun tingkah lakunya. Individu yang memiliki
kepercayaan diri yang tinggi adalah orang yang tidak terlalu bergantung terhadap
orang lain sehingga kemungkinan akan memiliki tingkat konformitas yang lebih
rendah.
B. bhhjjj
C. ggyuj
D. ghggfhji
E. bhhhhjn

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai