ABSTRACT
During its development, especially teenagers were aggressively looking for their identity by
interacting with their peers both in the real world and in cyberspace. Every human personality,
self-confidence is an important indicator to produce success in relation to the activities he does.
However, there are things that cannot be denied that the level of self-confidence that is owned by
each individual is different, and this is influenced by other factors besides the maturation process
itself.
This study aims to determine the reasons for the importance of cultivating self-confidence in
individuals who are prone to feeling inferior and comparing their shortcomings with others and
always seeing themselves negatively.
In this study, the researcher chose to use qualitative research methods with the aim of knowing
more about the facts and symptoms of the importance of instilling self-confidence in everyday life.
Researchers hope that the results of the research can provide more complex data explanations
and in-depth information about the importance of building a self-confident personality.
Keywords: Confidence, Identity, Success
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada hakikatnya setiap manusia telah diciptakan dengan memiliki rasa kepercayaan
dirinya masing-masing, namun setiap rasa percaya diri itu memiliki perbedaan antara
individu yang satu dengan yang lain. Ada yang memiliki rasa kepercayaan diri yang
kurang dan ada yang memiliki rasa kepercayaan diri lebih, sehingga keduanya
menampakkan perbedaan tingkah laku yang cukup signifikan. Tidak semua manusia
diciptakan dengan memiliki rasa kepercayaan diri yang tinggi, sebagian manusia
masih memiliki rasa kurang percaya diri. Rasa percaya diri memang sangat
diperlukan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, termasuk berinteraksi dengan
lingkungan sekitar. Kebanyakan manusia berasumsi bahwa kepercayaan diri adalah
hal yang tidak bisa dipelajari. Dan mereka menganggap kepercayaan diri adalah
sebuah takdir, sehingga menjadi alasan mereka malas untuk berusaha
mengembangkan dan melatih rasa kepercayaan dirinya. Nyatanya, rasa percaya diri
dapat dipupuk dan dipelajari. Menumbuhkan rasa percaya diri adalah hal yang
penting. Cukup dengan membangun rasa percaya diri dalam satu bidang kehidupan,
maka hal itu akan menyebar ke segala aspek dalam hidup kita. Terkadang rasa
percaya diri dapat muncul secara berlebihan yang mengarah pada keangkuhan.
Mereka yang merasa rendah diri umumnya berpura-pura memiliki rasa percaya diri
yang kuat. Semakin merasa minder, semakin ia tampil dengan rasa percaya diri yang
semu. Kurangnya kecerdasan sosial itu membuatnya menjadi orang yang arogan.
(Perdana, 2019)1
Carl Rogers mengemukakan istilah self yang termuat dalam psikologi memiliki dua
makna, yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya sendiri dan suatu
keseluruhan psikologis yang menguasai tingkah laku dan penyesuaian diri. Self
sebagai faktor mendasar dalam pembentukan kepribadian dan penentu tingkah laku
yang meliputi segala kepercayaan, sikap, perasaan dan cita-cita baik yang disadari
ataupun tidak disadari individu pada dirinya. Menurut Symond dalam bukunya yang
berjudul The Ego and The Self menyatakan Self sebagai cara-cara bagaimana
seseorang bereaksi terhadap dirinya sendiri. Self mengandung empat aspek, yaitu:
bagaimana orang mengamati dirinya sendiri, bagaimana orang berpikir tentang
dirinya, bagaimana orang menilai dirinya sendiri, dan bagaimana orang berusaha
dengan berbagai cara untuk menyempurnakan dan mempertahankan diri.
Kepercayaan diri memiliki makna suatu sikap yakin atas kemampuan diri sendiri
sehingga percaya diri merupakan kondisi mental atau psikologis yang memberi
keyakinan pada dirinya untuk melakukan suatu tindakan. Orang yang tidak percaya
diri cenderung memiliki konsep diri yang negatif, karena merasa kurang percaya pada
kemampuan dirinya sendiri, oleh karena itu jika tidak memiliki rasa percaya diri akan
cenderung sering menutup diri. (Fakhiroh & Hidayatullah, 2018)2
Masa-masa remaja sebagai fase ketika ketertarikan seseorang pada hal-hal baru
sedang mencapai puncaknya. Pada masa remaja terdapat masa negatif yaitu masa
dimana remaja bersikap anti terhadap kehidupan. Salah satu gejala yang mencirikan
masa negatif pada remaja adalah rendahnya rasa percaya diri pada dirinya sendiri
1
Fani Juliyanto Perdana, 2019, “PENTINGNYA KEPERCAYAAN DIRI DAN MOTIVASI SOSIAL
DALAM KEAKTIFAN
MENGIKUTI PROSES KEGIATAN BELAJAR, Jurnal Edueksos Vol. VIII No. 2, Hal. 71.
2
Ani Fakhiroh, Syarif Hidayatullah, 2018, “Pengaruh Percaya Diri Terhadap Ketrampilan
Berbicara”, Jurnal EL-IBTIKAR: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, Vol.7, No.1, Hlm.34.
(lack of confidence). Menurut Peter Lauster, kepercayaan diri merupakan satu sikap
atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya
tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan
tanggung jawab atas perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan
orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
kekurangan diri sendiri. Lauster menggambarkan bahwa orang yang mempunyai
kepercayaan diri memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri (toleransi), tidak
membutuhkan dorongan orang lain, optimis dan gembira. Menurut Lauster (dalam
Ghufron, 2014: 35) berpendapat bahwa kepercayaan diri yang sangat berlebihan,
bukanlah sifat yang positif. Pada umumnya akan menjadikan orang tersebut kurang
berhati-hati dan akan berbuat seenaknya sendiri. Hal ini menjadi tingkah laku yang
menyebabkan konflik dengan orang lain.(Azizan, 2016). 3
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah yang dapat
disimpulkan adalah:
1. Apakah makna utama dari kepercayaan diri?
2. Mengapa menanamkan kepercayaan diri itu penting bagi setiap individu?
Berdasarkan pada rumusan masalah, maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
ini adalah:
1. Memenuhi nilai Ujian Akhir Semester mata kuliah Bahasa Indonesia
2. Mengetahui makna kepercayaan diri
3. Mengetahui pentingnya penanaman kepercayaan diri
4. Sebagai acuan untuk jurnal penelitian selanjutnya
METODE PENELITIAN
PEMBAHASAN PENELITIAN
3.1 Definisi Percaya Diri
No. Nama para ahli Pendapatnya terkait kepercayaan diri
1. Thantaway dalam Kamus Istilah Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis
Bimbingan dan Konseling diri seseorang yang memberi keyakinan kuat pada
(2005:87) dirinya untuk berbuat atau melakukan suatu
tindakan.
4
Syamsul Bachri Thalib, 2016, “Hubungan Kepercayaan Diri dan Harga Diri dengan
Kemampuan Bergaul Mahasiswa”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol.6, No.3, Hlm. 89-100.
dilakukan segera dan jauhkan keraguan. Alhasil, ketika kesuksesan itu datang,
maka otomatis rasa kepercayaan diri yang dimiliki akan semakin kuat.
2. Prinsip kedua
Bersikap bijaksana dalam merencanakan target-target kehidupan. Menyesuaikan
target dengan kemampuan diri sendiri dan tidak melebihi potensi diri. Hal ini
dapat dimulai dengan melakukan aktivitas yang berpotensi menjanjikan
kesuksesan. Studi ilmu kejiwaan membuktikan bahwa mayoritas krisis
kepercayaan diri muncul karena terjadinya suatu kegagalan yang memicu mereka
berasumsi bahwa mereka akan selamanya gagal dan tidak bisa bangkit. Asumsi-
asumsi dini tersebut sangatlah tidak tepat dan harus dialihkan dengan mengubah
visi pandangan terhadap diri sendiri bahwa sekali gagal bukan berarti akan gagal
seterusnya.
3. Prinsip ketiga
Pelajari bagaimana cara bergaul yang baik dengan orang lain. Sebab, hal itu dapat
menguatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain. Jadilah
seorang individu yang menyenangkan, yang siap memberikan rasa kasih dan
kehangatan. Tebarkan senyum dan kebahagiaan pada lingkungan sekitar, sebab
hal itu dapat membawa kesan positif kepada sesama.
4. Prinsip keempat
Penampilan psikis dan fisik berpengaruh dalam membangun rasa percaya diri.
Mulai dari intonasi suara, gerakan anggota tubuh, tutur kata, cara bicara, cara
duduk, cara berdiri, dan seluruh tingkah laku harus diupayakan selalu tampak
elegan dan penuh kesopanan. Seorang individu yang memiliki kepercayaan diri
cenderung menjaga penampilannya dengan baik. Selain itu, rasa percaya diri
yang dirasakan pada orang yang kurang memperhatikan penampilannya tidak
sebesar apabila dibandingkan dengan rasa percaya diri yang dirasakan oleh
individu yang penuh vitalitas dan memperhatikan penampilannya.
5. Prinsip kelima
Carilah teman dan relasi sebanyak mungkin. Namun Anda dapat memilih kawan
yang dirasa mampu memberikan kepercayaannya. Karena dengan ini rasa
percaya diri akan tumbuh dan semakin bertambah kuat. “Individu yang memiliki
rasa percaya diri” dan “Individu yang siap memberikan kepercayaannya”, dua
karakter tersebut menunjukkan pribadi yang dapat menjadi teman karib yang
dapat mengarahkan menuju kesuksesan dalam meraih kepercayaan diri. (Al-
Uqshari, 2005) 5
5
Yusuf al-Uqshari, “Percaya Diri Pasti”, Terj. Abdul Hayyie al-Kattani dan Noor Cholis Hamzain
(Jakarta: Gema Insani Press, 2005), hal. 37-43
Gambar 2. Ilustrasi ketika mengalami kegagalan. Sumber:
https://www.golife.id/cara-menghilangkan-minder/, 2020
PENUTUP
Dari hasil penelitian di atas secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa
makna sebenarnya dari kepercayaan diri adalah sikap percaya dan meyakini
kemampuan diri sendiri sehingga mampu membantu seseorang mengubah cara
pandangnya terhadap dirinya menjadi positif dan realistis sehingga mampu
bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan sekitar. Jika seorang individu telah
memiliki bekal percaya diri yang baik, maka individu tersebut akan dapat
mengembangkan potensinya dengan lebih baik lagi. Namun jika seorang individu
memiliki percaya diri rendah, maka individu tersebut cenderung menutup diri,
mudah frustasi ketika menghadapi kesulitan, canggung dalam menghadapi orang,
dan sulit menerima realita dirinya. Memiliki percaya diri yang tinggi dalam diri
dapat membantu mencapai prestasi dan hasil yang lebih baik lagi. Dengan begitu
8
Mirhan, Jeane Betty Kurnia Jusuf, 2016 “HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DAN KERJA
KERAS DALAM OLAHRAGA DAN KETERAMPILAN HIDUP”, Vol.1, No.1, Hal. 4-6
akan terjadi proses perubahan dalam diri individu bukan hanya pada hasil yang
didapatkan saja, tetapi juga pada perilaku dan sikap individu, yaitu keberanian,
keaktifan, dan aktualisasi diri dalam interaksi kehidupan sehari-hari.
Dengan rasa percaya diri, maka akan lahir kepercayaan dengan kemampuan diri
sendiri dan tidak malu untuk menunjukkan jati diri ketika berinteraksi dengan
orang lain. Selain itu, di zaman serbamodern membuat interaksi sosial semakin
mudah dipermainkan. Hal ini salah satunya karena faktor rendahnya rasa percaya
diri masyarakat sehingga sangat mudah terpengaruh dengan hal yang belum tentu
benar adanya. Namun, dengan rasa percaya diri yang tinggi, maka hal-hal seperti
itu tidak akan mempengaruhi pikiran sebab individu yang percaya diri memiliki
pikiran yang teguh dan realistis. Banyaknya manfaat yang didapatkan dengan
rasa percaya diri dalam segala aspek kehidupan, menjadikan kepercayaan diri
sebagai hal yang utama yang seharusnya dimiliki setiap individu.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Jurnal:
Al-Uqshari, Y. (2005). Books @ Books.Google.Co.Id. In Hukum Perumahan (pp. 37–
43). Jakarta: Gema Insani. https://books.google.co.id/books?
id=t3zPqTnRjX0C&dq=wrong+diet+pills&source=gbs_navlinks_s
Azizan, H. (2016). Pengaruh Kepercayaan Diri Terhadap Ketergantungan Media Sosial
Pada Siswa di SMK Negeri 1 Bantul. 2 E-Journal Bimbingan Dan Konseling, 6(5),
1–10.
Fakhiroh, A., & Hidayatullah, S. (2018). Pengaruh Percaya Diri Terhadap Ketrampilan
Berbicara. EL-IBTIKAR: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab, 7(1), 34.
https://doi.org/10.24235/ibtikar.v7i1.3065
Jurnal UIN Malang. (2008). Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Mengatasi Rasa TIdak
Percaya Diri, 1–45.
Mirhan, J. B. K. J. (2016). (self confidence). Jurnal Olahraga Prestasi, 12(1), 4–6.
Muchlisin Riadi. (2019). Pengertian, Ciri, Karakteristik dan Manfaat Percaya Diri -
KajianPustaka.
Perdana, F. J. (2019). PENTINGNYA KEPERCAYAAN DIRI DAN MOTIVASI
SOSIAL DALAM KEAKTIFAN MENGIKUTI PROSES KEGIATAN BELAJAR
Fani. Jurnal Edueksos, VIII(2), 70–87.
http://library1.nida.ac.th/termpaper6/sd/2554/19755.pdf
Thalib, S. B. (2016). Hubungan Kepercayaan Diri dan Harga Diri dengan Kemampuan
Bergaul Mahasiswa. Jurnal Ilmu Pendidikan, 6(3), 89–100.