Anda di halaman 1dari 31

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Sugiharto (Rizki, 2017) pengguna situs media sosial saat ini telah
mengalami kemajuan yang pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya
termasuk di Indonesia. Media sosial mendominasi konten internet sebagai
yang paling sering diakses oleh masyarakat Indonesia. Tercatat 97,4 persen
orang Indonesia mengakses akun media sosial.
Internet merupakan produk ilmu pengetahuan yang berkembang dengan
pesat. Ceyhan (2007) menjelaskan bahwa individu mengirim pesan, mencari
informasi, dan melakukan interaksi dengan siapa saja secara cepat melalui
internet. Individu mengakses media sosial dengan internet. Media sosial telah
berkembang dengan pesat. Berbagai macam media sosial saat ini antara lain
Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan Google plus.
Media sosial merupakan alat bantu untuk berkomunikasi dengan berbagai
pihak di belahan dunia dengan menggunakan koneksi internet (Sikape, 2014).
Menurut Boyd dan Ellison (2008), media sosial adalah alat perantara berbasis
webyang memungkinkan individu membuat profil pribadi, melihat, dan
memasuki profil orang-orang yang terdaftar dalam koneksi mereka.
Lenhart dkk (2010) menunjukkan bahwa 93% pengguna media sosial
adalah remaja dengan rentang usia 12 hingga 17 tahun.
Stets dan Burke (2014) menjelaskan bahwa kepercayaan diri merupakan
hasil dari proses pembentukan identitas. Identitas diri yang jelas menghasilkan
kepercayaan diri yang tinggi. Identitas yang kabur menurunkan kepercayaan
diri.
Taylor (2011) dalam bukunya yang berjudul Kiat-kiat Pede Untuk
Meningkatkan Rasa Percaya Diri mengatakn bahwa “Gaya berpikir anda
adalah rasa percaya diri anda. Bila anda berpikir negative, anda cenderung
memiliki kepercayaan diri yang rendah dan unsur rasa percaya diri adalah
kemampuan menanggapi perasaan-perasaan yang kuat dengan cara tertentu
agar anda dapat memecahkan masalah dengan tepat”.
Seseorang yang merasa aman dan percaya diri itu disebabkan banyak sikap
positif pada dirinya dan mampu untuk menerima dan juga mempunyai banyak
sikap positif terhadap orang lain, sedangkan individu yang memiliki tingkat

1
penerimaan diri yang rendah akan merasa tidak yakin terhadap baik buruknya
diri sendiri, merasa tidak aman secara psikologis dan bersikap bermusuhan
terhadap orang lain (Keliat, 2000).
Ada yang berpendapat bahwa masa remaja dimulai dari usia 9-12 tahun.
Pada dasarnya, kita tidak bisa membatasi masa remaja pada usia, karena
kondisi pribadi masyarakat sangatlah berbeda. Usia 12-18 tahun dinamakan
sebagai usia remaja dan sebagian berpendapat sampai usia 20 tahun. Melewati
satu fase tertentu dalam kehidupannya yang memiliki aturan-aturan dan
permasalahan yang dalam kehidupan manusia memiliki peran yang sangat
penting.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Masa peralihan ini melibatkan perubahan secara biologis,
kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2003). Remaja memiliki tugas
perkembangan untuk menjalin hubungan baru yang lebih matang dengan
teman sebaya serta mencapai tingkah laku sosial yang bertanggung jawab
(Havighurst, dalam Hurlock, 1990).

B. Tujuan Penelitian
Bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri terhadap intensitas
penggunaan sosial media pada remaja.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menjadi bukti terhadap kepercayaan diri pada remaja
yang berkaitan dengan ilmu psikologi perkembangan.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi orang tua, mengetahui tingkat kepercayaan diri dan intesitas
penggunaan sosial media pada anak remaja.
b. Bagi remaja, memberikan gambaran jelas mengenai pengaruh
kepercayaan diri terhadap intensitas penggunaan sosial media,
sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam berperilaku sehari-hari.

2
II. LANDASAN TEORI

A. Kepercayaan Diri
1. Definisi Kepercayaan Diri
Menurut Taylor (2011) Kepercayaan diri adalah mencakup
kemampuan menjadi diri sendiri dan pergi ke manapun serta mencoba
apapun dalam artian positif, tanpa merasa takut atau malu.
Menurut Iswikharmanjaya dan Agung (2004), kepercayaan diri
merupakan ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan dan
kemampuan pada diri sendiri karena mempunyai sifat positif terhadap
kemampuannya sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain. Kepercayaan
diri berpengaruh kuat terhadap penyesuaian diri remaja. Dengan memiliki
kepercayaan diri yang baik, seseorang akan lebih mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
Menurut Al-Uqshari (2001) percaya diri adalah persenyawaan antara
proses olah pikir dan rasa kepuasan jiwa. Artinya, kita sudah benar-benar
merasa puas dengan diri kita.
Kepercayaan diri sendiri akan menghasilkan yang terbaik bagi diri
manusia. Tetapi dibutuhkan waktu dan kesabaran serta tidak
mengesampingkan untuk melatih orang sehingga kecakapan mereka dapat
meningkat taraf kepercayaan diri. Dasar dari kepercayaan diri individu
ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang
mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari (Agustiani, 2006).
Lauster (2002) mengatakan, kepercayaan diri merupakan suatu sikap
atau yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan -
tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal
yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam
berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat
mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

2. Ciri-ciri Kepercayaan Diri


Menurut Anthony (Hapsari dan Primastuti, 2014) ciri-ciri kepercayaan
diri individu yang memiliki kepercayaan diri adalah sebagai berikut:
a. Optimis

3
Yaitu perasaan bahwa dirinya akan mampu mewujudkan rencana-
rencananya dengan berhasil, menimbulkan kecenderungan untuk tidak
ragu-ragu dalam bertindak lebih lanjut menjadi lebih siap menghadapi
atau menerima akibat-akibat yang akan terjadi dari tindakan yang
akan dilakukan.
b. Mandiri
Yaitu tidak tergantung dengan orang lain dalam mengerjakan sesuatu
karena dapat menentukan standart dirinya sendiri dan mampu
mengembangkan motivasi.
c. Tidak ragu-ragu
Yaitu dengan penuh keyakinan cepat dalam mengambil keputusan
d. Menghargai diri sendiri
Yaitu pengakuan terhadap diri sendiri, meliputi menerima segala
kekurangan dan kelebihan

3. Faktor-faktor Kepercayaan Diri


a. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu atau faktor internal
antara lain:
1) Kondisi Fisik
Kondisi fisik individu akan berpengaruh terhadap kepercayaan
dirinya. Individu yang mempunyai fisik kurang sempurna seperti
terlalu kurus, terlalu tinggi, kegemukan, atau cacat fisik, akan
menimbulkan perasaan tidak berharga terhadap keadaan fisiknya
karena individu tersebut merasa ada sesuatu yang kurang pada
dirinya dibandingkan dengan orang lain.
2) Usia
Kepercayaan diri terbentuk dan berkembang sejalan dengan
berjalannya waktu. Pada masa remaja kepercayaan diri begitu
rapuh, karena pada masa itu suatu penolakan atau kegagalan akan
dirasakan sebagai suatu yang sangat menyakitkan karena fisik pada
masa puber dan adanya kritik dari temanteman dan orang tua, tidak
sedikit anak laki-laki maupun perempuan yang mengalami
perasaan kurang percaya diri.
3) Jenis Kelamin
Perubahan yang terjadi pada masa remaja baik dalam perubahan
fisik dan psikologis biasanya lebih berpengaruh pada remaja putri
karena remaja putri lebih cepat matang daripada remaja putra.
4) Harga diri

4
Harga diri merupakan fondasi untuk percaya diri. perasaan gembira
yang didapat remaja akibat penghargaan terhadap diri, penting
dalam menumbuhkan rasa percaya diri remaja.

b. Faktor-faktor dari luar diri individu atau faktor eksternal antara lain:
1) Tingkat Pendidikan
tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam menentukan
kepercayaan diri. Semakin tinggi pendidikan individu, semakin
banyak yang telah dipelajarinya dan hal ini berarti semakin
individu mengenal kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat
menentukan standar keberhasilannya sendiri. Individu yang
demikian ini mempunyai kepercayaan diri dalam menangani
sesuatu tanpa perasaan takut dan khawatir mengalami kegagalan.
2) Dukungan Sosial
dukungan dari ligkungan sekitar, seperti keluarga, sekolah,
masyarakat, dan teman sebaya merupakan faktor yang menentukan
dalam terwujudnya kepercayaan diri.
3) Kesuksesan dalam mencapai tujuan
kesuksesan yang dicapai seseorang akan memberikan kegembiraan
dan hal ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri. Dengan
demikian maka banyak kesuksesan diperolehnya, maka seseorang
akan memiliki kepercayaan pada dirinya dari pada orang yang
sering mengalami kegagalan.

4. Aspek-aspek Kepercayaan Diri


Lauster (dalam Ardari, 2016) menyebutkan bahwa aspek-aspek
kepercayaan diri adalah sebagai berikut:
1) Ambisi normal
Dorongan untuk mencapai hasil dengan menyesuaikan kemampuan
diri sendiri, mampu menyelesaikan tugas dengan baik, bekerja secara
efektif, dan bertanggung jawab terhadap keputusan dan perbuatan diri
sendiri.
2) Kemandirian
Kemampuan untuk membuat suatu keputusan, bertindak sesuai
dengan keputusan, tidak tergantung pada orang lain.
3) Optimisme

5
Sikap pantang menyerah dalam menghadapi setiap kegagalan,
memiliki pandangan dan harapan yang positif tentang diri dan masa
depan.
4) Perasaan aman
Terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi di
lingkungan sekitar dan mampu menghadapi situasi dengan tenang.
5) Toleransi
Mengerti kekurangan pada diri sendiri, memberi kesempatan kepada
orang lain untuk berpendapat, menerima pendapat orang lain, dan
tidak mementingkan kehendak sendiri.
6) Keyakinan pada diri sendiri
Keterbebasan dari penilaian dan pengaruh orang lain, serta berani
mengemukakan ide atau kehendak secara bertanggung jawab.

B. Intesitas Penggunaan Sosial Media


1. Definisi Intensitas Penggunaan
Purwanto (Rizki, 2017) berpendapat bahwa intensitas yang berkaitan
dengan kegiatan dibedakan atas intensitas kuat dan lemah. Intensitas
yang kuat pada diri individu berarti individu melakukan kegiatan sesering
mungkin, kegiatan yang disukai dilaksanakan hampir setiap hari sehingga
menyita waktu kegiatan lainnya. Berbeda dengan tingkat intensitas yang
lemah, individu melakukan kegiatan yang disukai secara rutin tiap hari
tetapi tidak menyita waktu lainnya.
Wulandari (2000) menjelaskan bahwa kata intensitas mengacu pada
penggunaan waktu untuk melakukan aktivitas tertentu (durasi) dengan
jumlah ulangan tertentu dalam jangka waktu tertentu (frekuensi).
Intensitas merupakan tingkat keseringan seseorang dalam melakukan
suatu kegiatan tertentu yang didasarkan rasa senang terhadap kegiatan
yang dilakukan (Yuniar & Nurwidawati, 2013).
a. Aspek-aspek Intensitas Penggunaan
Menurut Horrigan (Ulfi, 2013), intensitas terdiri dari dua aspek,
yakni:
1) Aspek frekuensi.
Aspek frekuensi merujuk pada tingkatan atau seberapa sering
subjek bermain sosial media.
2) Aspek durasi.

6
Aspek ini mempunyai arti penting karena berapa lama waktu
yang digunakan untuk bermain sosial media.
b. Faktor-faktor Intensitas Penggunaan
Killis (Rahadiyan, 2018) berpendapat bahwa intensitas dipengaruhi
oleh beberapa faktor yakni:
1) Faktor kebutuhan dalam diri sendiri
Kebutuhan diri sendiri dapat berupa kebutuhan yang
berhubungan dengan kejiwaan dan jasmani.
2) Faktor motif sosial
Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh
motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan,
penghargaan dari lingkungan dimana individu berada.
3) Faktor emosional
Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam
menaruh perhatian terdapat suatu kegiatan atau objek tertentu.

2. Definisi Sosial Media


Menurut Brogan (2010) sosial media adalah satu set baru
komunikasi dan alat kolaborasi yang memungkinkan banyak jenis
interaksi yang sebelumnya tidak tersedia untuk orang biasa.
Menurut Dailey (2009) sosial media adalah konten online yang
dibuat menggunakan teknologi penerbitan yang sangat mudah diakses
dan terukur. Paling penting dari teknologi ini adalah terjadinya
pergeseran cara mengetahui orang, membaca dan berbagi berita, serta
mencari informasi dan konten.
Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan
interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua kemudahan
yang diberikan oleh media sosial ini, penyebaran informasi dari satu
individu ke individu lain menjadi sangat mudah (Paramitha dan Putri,
2011).
Menurut Evans (2008), media sosial selalu berubah dari waktu ke
waktu sehingga memungkinkan seseorang dapat menjadi kedua pihak,
yaitu penerima informasi dan juga penyebar informasi.
a. Ciri-ciri Sosial Media
1) Konten yang disampaikan dibagikan kepada banyak orang dan
tidak terbatas pada satu orang tertentu.
2) Isi pesan muncul tanpa melalui suatu gatekeeper dan tidak ada
gerbang penghambat.

7
3) Isi disampaikan secara online dan langsung.
4) Konten dapat diterima secara online dalam waktu lebih cepat
dan bisa juga tertunda penerimaannya tergantung pada waktu
interaksi yang ditentukan sendiri oleh pengguna.
5) Sosial media menjadikan penggunanya sebagai kreator dan aktor
yang memungkinkan dirinya untuk beraktualisasi diri.
6) Dalam konten medsos terdapat sejumlah aspek fungsional
seperti identitas, percakapan, berbagi, kehadiran, hubungan,
reputasi, dan kelompok.

b. Jenis Sosial Media


Menurut Kaplan dan Haenlein (Mulyati, 2014), pada dasarnya sosial
media dapat dibagi menjadi enam jenis, yaitu:
1) Proyek Kolaborasi Website
Di mana user-nya diizinkan untuk mengubah, menambah,
ataupun membuang konten-konten yang termuat di website
tersebut. Seperti Wikipedia.
2) Blog dan Microblog
Di mana user mendapat kebebasan dalam mengungkapkan suatu
hal di blog itu, seperti perasaan, pengalaman, pernyataan,
kritikan terhadap suatu hal. Seperti Twitter.
3) Konten atau Isi
Di mana para user di website ini saling membagikan konten-
konten multimedia. Seperti Youtube.
4) Situs Jejaring Sosial
Di mana user memperoleh izin untuk terkoneksi dengan cara
membuat informasi yang bersifat pribadi, kelompok atau sosial
sehingga dapat terhubung atau diakses oleh orang lain. Seperti
Facebook.
5) Virtual Game World
Di mana pengguna melalui aplikasi 3D dapat muncul dalam
wujud avatar-avatar sesuai keinginan kemudian berinteraksi
dengan orang lain layaknya di dunia nyata. Seperti Game
Online.
6) Virtual Social World
Tidak jauh berbeda dengan virtual game world, namun lebih
bebas terkait dengan berbagai aspek kehidupan. Seperti Second
Life.

8
c. Dampak Positif Sosial Media
1) Tempat promosi yang baik dan murah.
2) Memperluas jaringan pertemanan.
3) Media komunikasi yang mudah.
4) Tempat mencari informasi yang bermanfaat.
5) Tempat berbagi foto, informasi, dll.

d. Dampak Negatif Sosial Media


1) Mengganggu kegiatan belajar remaja.
2) Bahaya kejahatan.
3) Bahaya penipuan.
4) Tidak semua pengguna sosial media bersifat sopan.
5) Mengganggu kehidupan sosial dan komunikasi keluarga.

3. Definisi Intensitas Penggunaan Sosial Media


Dari definisi intensitas penggunaan dan definisi sosial media di
atas dapat disimpulkan bahwa intensitas penggunaan sosial media adalah
tingkat keseringan seseorang dalam melakukan interaksi sosial dan
komunikasi dua arah seperti memberi berita atau mencari informasi yang
dibuat menggunakan teknologi yang sangat mudah diakses dan terukur.
Hal tersebut didasarkan rasa senang terhadap kegiatan yang dilakukan.

a. Kategorisasi Intensitas Penggunaan Sosial Media


The Graphic, Visualization and Usability Center, the Georgia
Institute of Technology mengkategorikan intensitas penggunaan
sosial media ke dalam tiga kelompok, yaitu :
1) Heavy users
Lebih dari 40 jam per bulan.
2) Medium users
Antara 10 sampai 40 jam per bulan.
3) Light users
Kurang dari 10 jam per bulan.

b. Aspek-aspek Intensitas Penggunaan Sosial Media


Ajzen (dalam Ardari, 2016) mengemukakan bahwa aspek-aspek
intensitas penggunaan sosial media adalah sebagai berikut:
1) Perhatian
Merupakan ketertarikan individu terhadap objek tertentu yang
menjadikan target perilaku.
2) Penghayatan

9
Merupakan pemahaman dan penyerapan terhadap informasi
sebagai pengetahuan yang baru bagi individu yang
bersangkutan.
3) Durasi
Merupakan kebutuhan individu dalam selang waktu tertentu
untuk melakukan perilaku yang menjadi target (lamanya selang
waktu dalam satuan jam).
4) Frekuensi
Merupakan banyaknya pengulangan perilaku yang menjadi
target (dalam kurun waktu satu hari).

C. Remaja
1. Definisi Remaja
Menurut Gunarsa (2006) Remaja adalah mereka yang mengalami
masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
yaitu antara usia 12-13 tahun hingga usia 20-an, perubahan yang terjadi
termasuk drastis pada semua aspek perkembangannya yaitu meliputi
perkembangan fisik, kognitif, kepribadian, dan sosial.
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja juga
sebagai waktu untuk evaluasi, pengambilan keputusan, komitmen dan
mencari tempat di dunia (Santrock, 2003).
Menurut Ghozali (2004) masa remaja adalah fase tertentu dalam
kehidupan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang karena
balig, dalam beberapa hal sangat mungkin mengubah jalan hidupnya.
Masa remaja menyebabkan guncangan-guncangan yang cukup besar pada
kepribadian remaja.
Masa remaja merupakan suatu periode penting dari rentang
kehidupan, suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia
bermasalah, masa dimana individu mencari identitas diri, usia
menyeramkan (dreaded), masa unrealism, dan ambang menuju
kedewasaan (Krori, 2011).

2. Ciri-ciri Remaja
Gunarsa & Gunarsa (2001), dan Mappiare (2000) menjelaskan ciri-
ciri remaja sebagai berikut :

10
a. Masa remaja awal. Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah
Pertama dengan ciri-ciri:
1) Tidak stabil keadaannya, lebih emosional.
2) Mempunyai banyak masalah.
3) Masa yang kritis.
4) Mulai tertarik pada lawan jenis.
5) Munculnya rasa kurang percaya diri.
6) Suka mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal dan
suka menyendiri.
b. Masa remaja madya (pertengahan). Biasanya duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas dengan ciri-ciri:
1) Sangat membutuhkan teman.
2) Cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri.
3) Berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena
pertentangan yang terjadi dalam diri.
4) Berkenginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya.
5) Keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.
c. Masa remaja akhir. Ditandai dengan ciri-ciri:
1) Aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil.
2) Meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang
sudah baik.
3) Lebih matang dalam cara menghadapi masalah.
4) Ketenangan emosional bertambah, lebih mampu menguasai
perasaan.
5) Sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
6) Lebih banyak perhatian terhadap lamabang-lambang kematangan.

3. Tugas Perkembangan Remaja


Wattenburg (dalam Ardari, 2016) mengemukakan lima tugas
perkembangan remaja sebagai berikut :
a. Mampu mengontrol diri sendiri seperti orang dewasa
Tugas perkembangan ini muncul karena remaja telah berkembang
semakin dewasa. Lingkungan sosial mengharapkan remaja mampu
mengontrol diri sendiri seperti kontrol diri pada orang dewasa.
b. Memperoleh kebebasan
Remaja bebas menentukan pilihan dalam berbagai alternatif pilihan
kemudian melaksanakan keputusan dengan tanggung jawab, seperti
memilih jenis sekolah/jurusan, lapangan pekerjaan, dan teman kencan.
c. Bergaul dengan teman sebaya
Tugas perkembangan ini berkaitan erat dengan kepercayaan diri.
Proses interaksi sosial memberikan umpan balik. Umpan balik yang
bersifat positif (pujian) meningkatkan kepercayaan diri remaja.

11
Umpan balik yang bersifat negatif (penolakan) menurunkan
kepercayaan diri (Musen dalam Ardari, 2016). Maka dari itu, remaja
memiliki tugas untuk memperluas hubungan antar pribadi dan
berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya.
d. Mengembangkan keterampilan-keterampilan baru
Remaja memiliki tugas untuk berlatih dan mengembangkan berbagai
keterampilan baru yang sesuai dengan tuntutan hidup di masa dewasa
kelak.
e. Memiliki citra diri yang realistis
Lingkungan sosial mengharapkan remaja memiliki gambaran diri
secara realistis, serta dapat memaknai segala hal pada diri mereka.
Remaja memiliki tugas untuk mampu menerima keadaan diri apa
adanya, memelihara, dan memanfaatkan secara positif.

4. Perilaku Khusus Remaja


Menurut Jatmika (2010), remaja memiliki beberapa perilaku khusus,
yakni:
a. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat
menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan
remaja dari keluarganya.
b. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada
ketika mereka masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh
orangtua semakin lemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai
kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan
kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal
mode pakaian, potongan rambut, kesenangan musik yang kesemuanya
harus mutakhir.
c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik
pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang mulai
muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi sumber
perasaan salah dan frustrasi.
d. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini
bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat,
mengakibatkan sulit menerima nasihat dan pengarahan orangtua.

12
D. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Intensitas Penggunaan
Sosial Media pada Remaja
Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan
interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua kemudahan yang
diberikan oleh media sosial ini, penyebaran informasi dari satu individu ke
individu lain menjadi sangat mudah (Paramitha dan Putri, 2011).
Masa remaja merupakan suatu periode penting dari rentang kehidupan,
suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia bermasalah, masa
dimana individu mencari identitas diri, usia menyeramkan (dreaded), masa
unrealism, dan ambang menuju kedewasaan (Krori, 2011).
Pengaruh lingkungan yang bersifat positif membentuk identitas diri
remaja menjadi jelas dan pengaruh lingkungan yang bersifat negatif
membentuk identitas diri remaja menjadi tidak jelas (Gunarsa & Gunarsa,
1981). Identitas diri yang jelas maupun tidak jelas mempengaruhi
kepercayaan diri pada remaja (Stets & Burke, 2014). Seseorang dengan
identitas diri jelas, menimbulkan kepercayaan diri yang tinggi. Seseorang
dengan identitas diri tidak jelas, mengakibatkan kepercayaan diri rendah.
Adywibowo (2012) menjelaskan bahwa individu dengan kepercayaan
diri tinggi mampu berkomunikasi dengan orang lain. Dengan demikian,
remaja dengan kepercayaan diri tinggi berani untuk berinteraksi dengan orang
lain baik secara langsung maupun melalu sosial media, begitupula sebaliknya.
Media sosial menyediakan fasilitas untuk berinteraksi atau
berkomunikasi dengan orang lain tanpa bertatap muka. Peneliti berasumsi
bahwa remaja dengan kepercayaan diri tinggi menggunakan media sosial
dengan intensitas yang rendah. Remaja dengan kepercayaan diri rendah lebih
memilih untuk berinteraksi melalui media sosial karena tidak perlu bertatap
muka dengan lawan bicara sehingga merasa lebih leluasa dalam
berkomunikasi.
E. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh kepercayaan
diri dengan intensitas penggunaan sosial media pada remaja.

13
III. METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian


Variabel-variabel penelitian ini adalah
1. Variabel Terikat: Intensitas Penggunaan Sosial Media
2. Variabel Bebas: Kepercayaan Diri

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian


Definisi operasional penelitian ini meliputi kepercayaan diri dan intensitas
penggunaan sosial media
1. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau yakin atas kemampuan diri
sendiri sehingga dalam tindakan - tindakannya tidak terlalu cemas,
merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan
tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan
orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan
dan kekurangan diri sendiri. Peneliti menyusun skala kepercayaan diri
untuk mengukur kepercayaan diri subjek.
Kepercayaan diri subjek dilihat dari skor total skala. Semakin tinggi skor
total, maka semakin tinggi kepercayaan diri subjek. Semakin rendah skor
total, maka semakin rendah kepercayaan diri subjek.
2. Intensitas Penggunaan Sosial Media
Tingkat keseringan seseorang dalam melakukan interaksi sosial dan
komunikasi dua arah seperti memberi berita atau mencari informasi yang
dibuat menggunakan teknologi yang sangat mudah diakses dan terukur.
Hal tersebut didasarkan rasa senang terhadap kegiatan yang dilakukan.
Penelitian ini menggunakan skala intensitas penggunaan sosial media
untuk mengukur variable intensitas penggunaan sosial media.
3. Skor total skala intensitas penggunaan media sosial digunakan
untuk melihat tingkat intensitas penggunaan media sosial subyek.
Semakin tinggi skortotal pada skala menunjukkan bahwa intensitas
penggunaan media sosial tinggi, sedangkan semakin rendah skor total
pada skala menunjukkan bahwa intensitas penggunaan sosial media
rendah.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi: SMP Negeri 2 Bogor

14
2. Sampel: Siswa dan Siswi SMP Negeri 2 Bogor yang Berusia 12 sampai
15 Tahun.

D. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu intensitas penggunaan media
sosial dan kepercayaan diri. Peneliti mengukur variabel intensitas penggunaan
media sosial menggunakan skala intensitas penggunaan media sosial
(SIPMS). Variabel kepercayaan diri menggunakan skala kepercayaan diri
(SKD). Kedua skala berisikan pernyataan favorable dan unfavorable. Peneliti
merancang skala dengan berpedoman pada aspek-aspek atau indikator-
indikator setiap variabel. Penelitian ini menggunakan skala Likert yang terdiri
dari 4 kategori jawaban, yaitu “Sangat Tidak Setuju”, “Tidak Setuju”,
“Setuju”, dan “Sangat Setuju”. Peneliti menggunaan 4 kategori jawaban
untuk menghindari central tendency effect, yaitu kecenderungan subyek
memilih jawaban yang berada ditengah-tengah saat ragu menjawab suatu
pernyataan.

E. Validitas dan Reliabilitas


1. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut benar-
benar mengukur yang hendak diukur (Juliansyah dalam Ardari, 2016).
Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas
yang diestimasi melalui professional judgment (Juliansyah dalam Ardari,
2016). Professional judgment dilakukan oleh dosen pembimbing.
a. Skala Intensitas Penggunaan Sosial Media
Skala ini terdiri dari 21 item favorable dan 13 item unfavorable,
dengan total sebanyak 34 item. Dari 34 item, terdapat 16 item yang
memperoleh nilai rix ≥ 0,25, sedangkan 18 item memperoleh nilai rix
≤ 0,25 sehingga dinyatakan gugur.

Tabel 1. Sebaran Item Pada Skala Intensitas Penggunaan Sosial Media Sebelum
Uji Coba
Jenis Pernyataan Bobot
Aspek Total
Favorable Unfavorable (%)
Perhatian 1, 2*, 5*, 6, 3*, 4, 8, 11, 20 58,82%

15
9*, 12*, 13,
15, 17*, 14*, 18, 22*,

19*, 20,21 25*

7, 10*, 23*,
Intensitas
24*, 26,
penggunaan
Penghayatan 27*, 28*, 16, 30*, 32* 12 35,39%
sosial
29*, 31
media
Durasi 0 33 1 2,94%
Frekuensi 0 34 1 2,94%
Total 21 13 34 100%
Keterangan: tanda * menandakan item yang gugur

Tabel 2. Sebaran Item Pada Skala Intensitas Penggunaan Sosial Media Sosial Setelah Uji
Coba
Aspek Jenis Pernyataan Total Bobot
Favorabl Unfavorabl (%)
e e
Perhatian 1, 6, 13, 4, 8, 11, 18 10 62,5%
15, 20,21

Intensitas Penghayatan 7, 26, 31 16 4 25%


penggunaan
sosial
media
Durasi 0 33 1 6,25%
Frekuensi 0 34 1 6.25%
Total 9 7 16 100%

b. Skala Kepercayaan Diri


Skala ini terdiri dari 77 item, baik item favorable sebanyak 42 maupun
item unfavorable sebanyak 35. Dari 77 item, terdapat 34 item dengan
nilai rix ≥ 0,25, sedangkan 43 item memperoleh nilai rix ≤ 0,25
sehingga dinyatakan gugur.

Tabel 3. Sebaran Item Pada Skala Kepercayaan Diri Sebelum Uji Coba
Komponen Indikator Jenis Pernyataan Total Bobot

16
Favorabl Unfavorabl (%)
e e
Ambisi Harapan yang 1*, 23, 21*, 24* 7 9, 09%
normal realistis 33*, 43*,
terhadap diri 52*
sendiri

Kemandirian Internal locus 3, 8, 16*, 18*, 41*, 10 12,


of control 25*, 48*, 55* 98%
53*, 56*

Optimisme Tidak mudah 31, 35, 37 2*, 28*, 51 6 7,79%


menyerah pada
keadaan

Cara pandang 6, 30, 39 11*, 26, 36* 6 7,79%


yang positif

Perasaan Bersikap 22, 38*, 5*, 7, 34*, 10 12,


aman tenang pada 40*, 46, 59*, 65 98%
situasi di luar 54
dirinya

Toleransi Memberi 15, 66*, 71*, 73*, 6 7,79%


kesempatan 72 76*
untuk orang
lain untuk
berpendapat

Menerima 64, 67, 58, 70, 74 6 7, 79%


pendapat orang 68*
lain
Keyakinan Tidak 27*, 63* 14*, 32* 4 5, 19%
akan diri terdorong
sendiri untuk
mengarah ke
sikap

17
konformitas

Percaya akan 19*, 29, 9*, 10, 12*, 8 10,


kemampuan 47, 49* 50* 38%
dirinya
Berani 4, 13*, 17, 45*, 60, 8 10,38%
menerima dan 42*, 57* 61
menghadapi
penolakkan
Berani 44*, 75, 20, 62, 69* 6 7,79%
mengemukakan 77
ide atau
pendapat
secara
bertanggung
jawab
Total 42 35 77 100%

Table 4. Sebaran Item Kepercayaan Diri Setelah Uji Coba


Komponen Indikator Jenis Pernyataan Total Bobot
Favorabl Unfavorabl (%)
e e
Ambisi Harapan yang 23 1 2, 49%
normal realistis
terhadap diri
sendiri

Kemandirian Internal locus 3, 8 2 5, 88%


of control
Optimisme Tidak mudah 31, 35, 37 51 4 11,
menyerah pada 76%
keadaan
Cara pandang 6, 30, 39 26 4 11,
yang positif 76%
Perasaan Bersikap 22, 46, 54 7, 65 5 14,
aman tenang pada 71%
situasi di luar

18
dirinya
Toleransi Memberi 15, 72 2 5,88%
kesempatan
untuk orang
lain untuk
berpendapat
Menerima 64, 67 58, 70, 74 5 14,
pendapat orang 71%
lain
Keyakinan Percaya akan 29, 47 10 3 8, 82%
akan diri kemampuan
sendiri dirinya

Berani 4 17, 60, 61 4 11,


menerima dan 76%
menghadapi
penolakkan
Berani 75, 77 20, 62 4 11,76%
mengemukakan
ide atau
pendapat
secara
bertanggung
jawab
Total 21 13 34 100%

2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat
ukur (Juliansyah dalam Ardari, 2016). Konsisten alat ukur menunjukkan
hasil yang sama pada kondisi dan kelompok subjek yang sama walaupun
telah berulang kali melakukan pengukuran (Juliansyah dalam Ardari,
2016). Penelitian ini menggunakan reliabilitas alpha dari Cronbach untuk
menentukan koefisien reliabilitas. Peneliti menggunakan metode ini
karena alat ukur dalam penelitian ini memiliki jawaban berskala dan
memiliki tingkat ketepatan pilihan jawaban. Reliabilitas dengan koefisien
mendekati 0,900 telah dianggap memuaskan (Azwar dalam Ardari, 2016).

19
Pengujian reliabilitas kedua skala menggunakan program IBM SPSS
Statistics version 20.0 dengan teknik Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil
penghitungan, reliabilitas skala intensitas penggunaan media sosial adalah
0,837 berdasarkan 16 item yang lolos uji. Sedangkan, reliabilitas
kepercayaan diri adalah sebesar 0,879 berdasarkan 34 item yang lolos uji.
Dengan demikian, skala penelitian ini cukup baik untuk mengukur
variabel karena mendekati 0,900.
F. Teknik Analisis Data
Peneliti melakukan analisis data dengan teknik regresi sederhana yang
didahului oleh uji normalitas dan linearitas. Analisis data dibantu dengan
program IBM SPSS Ststistics version 20.0.
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji untuk mengecek atau mengetahui
apakah data penelitian berasal dari populasi dengan sebaran normal
(Santoso dalam Ardari, 2016). Uji normalitas penelitian ini
menggunakan metode Kolmogrov-Smirnov dengan melihat nilai
signifikasi. Data dengan nilai signifikasi atau p > 0,05, berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Data dengan nilai p < 0,05,
berdistribusi tidak normal (Juliansyah dalam Ardari, 2016).
b. Uji Linearitas
Uji linearitas menyatakan bahwa hubungan antar variabel yang
hendak dianalisi mengikuti garis lurus atau tidak (Santoso dalam
Ardari, 2016). Uji linearitas penelitian ini menggunakan test for
linearity. Tabel ANOVA pada bagian linierity melihat linearitas
penelitian. Data dengan nilai signifikansi ≥ 0,05 dikatakan tidak
linear, sedangkan data dengan nilai signifikansi ≤ 0,05 dikatakan
linear (Priyatno dalam Ardari, 2016).

2. Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri
pada intensitas penggunaan media sosial pada remaja. Metode analisis
data penelitian menggunakan analisis regresi sederhana. Siregar (2013)
menjelaskan bahwa analisis regresi sederhana digunakan hanya untuk
satu variabel bebas (independent) dan satu variabel tak bebas
(dependent).

20
LAMPIRAN

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 2 Bogor sebanyak 173
siswa yang telah memenuhi syarat atau kriteria penelitian. Tabel-tabel ini adalah
deskripsi mengenai subyek:
Tabel 5. Deskripsi Usia Subjek Penelitian
No. Usia Frekuensi
1. 12 Tahun 25
2. 13 Tahun 40
3. 14 Tahun 63
4. 15 Tahun 45
Total 173

Tabel 6. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek Penelitian


No. Jenis Kelamin Frekuensi
1. Laki-laki 68
2. Perempuan 105
Total 173

Peneliti menggunakan hasil dari analisis deskripsi untuk membandingkan mean


teoritik dan mean empiris. Perbedaan antara mean teoritik dan mean empirik
dengan nilai signifikan p < 0,05, dikatakan berbeda secara signifikan. Jika nilai
signifikan p > 0,05 dikatakan tidak signifikan. Tabel di bawah ini merupakan hasil
analisis data tersebut:

Tabel 7. Perhitungan Mean Teoritik dan Mean Empirik


Skala Teoritik Empirik
N Sko Sko Mea S N Sko Sko Mean SD
r r n D r r
Min Ma Min Ma
x x
Kepercayaa 17 34 136 85 17 17 81 126 101,7 8,17
n Diri 3 3 6 0

Intensitas 17 16 64 40 8 17 17 64 42,62 6,49


Penggunaan 3 3 0
Sosial

21
Media

Tabel 8. Perhitungan Uji T


N Sig. Mean Difference
Kepercayaan 173 0,000 101, 757
Diri

Intensitas 173 0,000 42, 618


Penggunaan
Sosial Media

Tabel 8 menunjukkan bahwa skala kepercayaan diri memiliki perbedaan mean


teoritik dan mean empirik yang signifikan. Subjek penelitian cenderung memiliki
kepercayaan diri yang tinggi. Skala intensitas pengguna sosial media juga
memiliki mean teoritik dan mean empirik yang signifikan. Subjek penelitian
cenderung memiliki intensitas penggunaan sosial media yang tinggi.

A. Hasil Analisis Data Penelitian


1. Uji Normalitas
Peneliti menguji normalitas dengan menggunakan metode Kolmogrov-
Smirnov dengan melihat signifikansi.

Tabel 9. Hasil Uji Normalitas


Skala Kolmogrov- Ket.
Smirnovᵃ
Statistic df Sig.
Keperayaan .066 173 .062 Normal
Diri

Intensitas .065 173 .072 Normal


Penggunaan
Sosial Media

Tabel 12 memperlihatkan bahwa skala kepercayaan diri memiliki nilai


signifikansi p sebesar 0,062 > 0,05, data terdistribusi secara normal. Pada
skala intensitas penggunaan media sosial memperoleh nilai signifikansi p
sebesar 0,072 > 0,05, maka data tersebut juga terdistribusi secara normal.

22
2. Uji Linearitas
Table 10. Hasil Uji Linearitas
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Intensitas (Combined) 2202.189 39 56.466 1.489 .050
Penggunaan Between Linearity 18.350 1 18.350 .848 .488
Sosial Media Groups
*Kepercayaan Deviation 2183.839 38 57.469 1.516 .044
Diri from Linearity
Within 5042.632 133 37.915
Groups
Total 7244.821 172

Tabel 10 memperlihatkan bahwa hubungan antara skor variabel


kepercayaan diri dan skor intensitas penggunaan media sosial bersifat
tidak linear. Hal tersebut terlihat dari nilai signifikansi linearitas yang
diperoleh yaitu sebesar 0,488 dan nilai tersebut lebih besar dari 0,05
(0,488 > 0,05).

3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian ini adalah uji regresi sederhana.
Tabel 11. Hasil Uji Regresi
Correlations
Intensitas Kepercayaan
Penggunaan Diri
Sosial Media
Pearson Intensitas 1.000 0.50
Correlation Penggunaan
Sosial Media

Kepercayaan 0.50 1.000


Diri

Sig. (1-tailed) Intensitas . .255


Penggunaan
Sosial Media

Kepercayaan .255 .
Diri

N Intensitas 173 173


Penggunaan

23
Sosial Media

Kepercayaan 173 173


Diri

Model Summaryᵇ
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square The
Estimate
1 0.50ᵃ .003 -.003 6.501
a. Predictors: (Constant), Kepercayaan Diri
b. Dependent Variable: Intensitas Penggunaan Sosial Media

Uji regresi menghasilkan koefisien korelasi sebesar 0,050 dengan nilai


signifikasi sebesar 0,255. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak
adanya hubungan antara variabel kepercayaan diri dan variabel intensitas
penggunaan media sosial. Tabel model summary memperlihatkan nilai R
Square sebesar 0,003. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sumbangan
efektif kepercayaan diri terhadap intensitas penggunaan media sosial
sebesar 0,3%. Hal tersebut menjelaskan bahwa kepercayaan diri tidak
berpengaruh terhadap intensitas penggunaan media sosial.
ANOVAᵃ
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Squares
Regression 18.350 1 18.350 .434 .511ᵇ
1 Residual 7226.470 171 42.260
Total 7244.821 172
a. Dependent Variable: Intensitas Penggunaan Sosial Media
b. Predictors: (Constant), Kepercayaan Diri
Tabel 12. Hasil Uji Anova
Uji Anova menghasilkan nilai Fhitung = 0,434 < Ftabel = 3,9 dengan taraf signifikansi
sebesar 0,511. Hasil uji Anova juga menunjukkan bahwa kepercayaan diri tidak
berpengaruh pada intensitas penggunaan media sosial.
Coefficientsᵃ
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 38.550 6.194 6.224 .000
Kepercayaan .040 .061 .050 .659 .511
Diri
Tabel 13. Uji Coefficients

24
Dari tabel 16, terlihat bahwa ttabel memperoleh nilai sebesar 1,973 untuk dk
= 171 (dk=173-2), sedangkan nilai thitung sebesar 0,659 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,511. Hal tersebut menunjukkan bahwa thitung < ttabel
yang berarti kepercayaan diri tidak berpengaruh terhadap intensitas
penggunaan media sosial.

B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan sumbangan efektif kepercayaan diri pada
intensitas penggunaan media sosial sebesar 0,3%. Hasil uji anova
memperoleh nilai Fhitung = 0,434 dan thitung = 0,659 dengan taraf
signifikansi sebesar 0,511. Dengan demikian, kepercayaan diri tidak
berpengaruh terhadap intensitas penggunaan media sosial pada remaja. Hasil
penelitian berbeda dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Beberapa
penelitian Ehenberg dkk (Ardari, 2016) dan Steinfield dkk (Ardari, 2016)
menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kepercayaan diri yang rendah
cenderung lebih sering berinteraksi melalui media sosial atau komputer
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Penelitian Ranggamukti (Ardari, 2016) di antara mahasiswa menunjukkan
bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara kepercayaan diri dan
frekuensi penggunaan media sosial. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya terletak pada subjek penelitian. Subjek penelitian ini
adalah siswa SMP, sedangan subjek penelitian sebelumnya adalah mahasiswa.

C. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai R square = 0,003 (Fhitung
= 0,434 dan thitung = 0,659) dengan nilai signifikansi sebesar 0,511. Hasil
tersebut membuktikan bahwa kepercayaan diri tidak berpengaruh terhadap
intensitas penggunaan media sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi perkembangan, suatu pendekatan ekologi,


kaitannya dengan konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja.
Bandung: Refika Aditama.

25
Al Kattanie, A. H., dkk (Ed). 2001. Percaya diri pasti. Jakarta: Gema Insani.
Ardari, C. S. S. 2016. “Pengaruh kepercayaan diri terhadap intensitas penggunaan
sosial media pada remaja awal”. Fakultas Psikologi. Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta.
Brogan, C. 2010. Social media 101 tactic and tips to develop your business
online. Canada: Willey Publisher.
Dailey. 2009. Peculiarietes of social media integration into marketing
communications. Dubuque: IA Brown & Bencmark.
Evans, D. 2008. Social media marketing an hour a day. Canada: Willey
Publishing.
Gunarsa, S. D., dan Gunarsa, Y. S. 2001. Psikologi praktis: anak, remaja dan
keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 77. 13
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. (2006). Psikologi perkembangan anak dan
remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hapsari, A., Primastuti, E. 2014. Kepercayaan diri mahasiswi papua ditinjau dari
dukungan teman sebaya. Psikodimensia. Vol. 3 No. 1.
Iswikharmanjaya, D., & Agung, G. (2004). Satu hari menjadi lebih percaya diri.
Jakarta: Gramedia.
Jatmika, S. 2010. Genk remaja, anak haram sejarah ataukah korban globalisasi?.
Yogyakarta: Kanisius.
Kartono, K. 1995. Psikologi anak (psikologi perkembangan). Bandung: CV
Mandar Maju.
Keliat, B.A. 2000. Dinamika hubungan. Jakarta : Erlangga.
Krori, S. D. 2011. Developmental psychology. Homeopathic Journal. Vol.4
Kholidiyah, Ulfi. 2013. “Hubungan antara intensitas bermain game online dengan
kecerdasan emosi”. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Lauster, P. 2002. Tes kepribadian. Jakarta: Gaya Media Pertama. Hal. 4.
Mappiare, A. 2000. Psikologi remaja. Surabaya: Bina Usaha. Hal. 76.
Mulyati, A., dkk. 2014. Panduan optimalisasi media sosial untuk kementrian
perdagangan RI. Jakarta: Pusat Hubungan Masyarakat.

26
Paramitha., Putri, C. R. 2011. Analisis faktor pengaruh promosi berbasis sosial
media terhadap keputusan pembelian pelanggan dalam bidang
kuliner. Thesis. Fakultas Ekonomi. Universitas Dipenogoro.
Semarang.
Rahadiyan, A. 2018. “Hubungan antara intensitas menggunakan sosial media
instagram dengan kematangan emosi pada remaja”. Fakultas
Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Rizki, A. I. 2017. “Hubungan antara intensitas penggunaan media sosial instagram
dengan harga diri”. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Ghozali, A (Ed). 2004. Bersahabat dengan putri anda. Jakarta: Madani Grafika.
Santrock, J. W. 2003. Adolesence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Taylor, R. 2011. Kiat-kiat pede untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wulandari, R. (2000). “Hubungan antara citra raga dengan intensitas melakukan
body language pada wanita”. Skripsi sarjana yang tidak diterbitkan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Yuniar, G.S & Nurwidawati, D. (2013). “Hubungan antara intensitas penggunaan
situs jejaring sosial facebook dengan pengungkapan diri (self
disclosure) pada siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 26 Surabaya”.
Fakultas Psikologi. Universitas Semarang. Semarang.

Skala Kepercayaan Diri


No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya mencoba mengerjakan

27
suatu pekerjaan secara sendiri
dengan kemampuan yang saya
miliki
2. Saya suka bertemu dengan
orang-orang baru tanpa takut
ditolak
3. Saya percaya bahwa teman-
teman saya tidak akan
mengecewakan saya
4. Saya takut jika sudah banyak
orang di kelas
5. Saya terus berusaha sendiri
walaupun mengalami
kegagalan
6. Saya ragu-ragu akan
kemampuan dalam diri sendiri
7. Saya memberikan kesempatan
kepada teman saya untuk
mengemukakan idenya
8. Saya takut ditolak oleh teman-
teman jika saya tidak pandai
bergaul
9. Saya takut bicara di depan
kelas
10. Saya merasa tenang jika
diperintahkan berpidato di
suatu rapat secara tiba-tiba
11. Saya memiliki cita-cita yang
sesuai dengan kemampuan
saya
12. Saya merasa banyak orang
yang tidak menyukai saya
13. Saya yakin mampu
menghadapi masalah dengan
baik
14. Saya melihat kritikan sebagai

28
masukan yang membangun
15. Saya mampu bangkit dari
kegagalan
16. Saya adalah orang yang
pantang menyerah jika gagal
17. Saya akan berusaha lebih keras
lagi jika saya mengalami
kegagalan dalam suatu hal
18. Saya percaya bahwa setiap
orang akan berhasil atau
bahagia pada suatu saat
19. Saya berani mengungkapkan
pendapat saat sedang
berdiskusi di kelas
20. Ketika saya mempunyai ide
untuk membuat suatu karya,
maka saya akan segera
mengerjakannya
21. Saya adalah orang yang mudah
menyerah jika mengalami
kegagalan
22. Saya merasa tenang walaupun
berada di lingkungan baru
23. Saya kurang percaya dengan
pendapat orang lain
24. Saya takut bertemu dengan
orang lain di lingkungan baru
25. Saya merasa sedih jika banyak
teman yang mengejek saya
26. Saya takut mengemukakan
pendapat saat berdiskusi di
kelas
27. Saya mau menerima pendapat
atau saran dari teman mengenai
kesalahan yang sudah saya
lakukan
28. Saya menjadi gugup untuk

29
berpidato karena banyak orang
yang menertawakan saya
29. Saya mau menerima pendapat
orang lain walaupun berbeda
dengan pendapat saya
30. Saya lebih suka pendapat saya
yang diterima, daripada
pendapat orang lain walaupun
kurang tepat
31. Penting bagi saya untuk
mendengarkan pendapat teman
32. Pendapat saya lebih baik
daripada pendapat orang lain
33. Saya berani untuk
mengemukakan ide di suatu
rapat dengan jumlah orang
yang banyak
34. Saya senang ketika guru
menyuruh untuk presentasi di
depan kelas
Skala Sosial Media
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya tertarik dengan fasilitas-
fasilitas dalam sosial media
2. Media sosial bukan hal
terpenting dalam hidup saya
3. Saya akan merasa gelisah
ketika saya tidak bisa
membuka sosial media yang
saya miliki
4. Saya tahu bagaimana caranya
menggunakan semua media
sosial yang saya miliki
5. Saya kurang suka dengan
fasilitas-fasilitas yang
disediakan oleh sosial media

30
6. Saya hanya mempunyai satu
macam sosial media
7. Saya suka berkomunikasi
melalui sosial media
8. Saya merasa nyaman ketika
bisa membuka sosial media
9. Saya kurang paham
menggunakan sosial media
10. Berkomunikasi di sosial media
bukan hal yang penting bagi
saya
11. Saya merasa bahwa sosial
media adalah hal terpenting
bagi saya
12. Saya mempunyai sosial media
lebih dari dua macam
13. Saya mengerti fungsi-fungsi
dari media sosial yang saya
miliki
14. Saya mengikuti dan update
aplikasi dari sosial media yang
saya miliki

31

Anda mungkin juga menyukai