PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Sugiharto (Rizki, 2017) pengguna situs media sosial saat ini telah
mengalami kemajuan yang pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya
termasuk di Indonesia. Media sosial mendominasi konten internet sebagai
yang paling sering diakses oleh masyarakat Indonesia. Tercatat 97,4 persen
orang Indonesia mengakses akun media sosial.
Internet merupakan produk ilmu pengetahuan yang berkembang dengan
pesat. Ceyhan (2007) menjelaskan bahwa individu mengirim pesan, mencari
informasi, dan melakukan interaksi dengan siapa saja secara cepat melalui
internet. Individu mengakses media sosial dengan internet. Media sosial telah
berkembang dengan pesat. Berbagai macam media sosial saat ini antara lain
Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan Google plus.
Media sosial merupakan alat bantu untuk berkomunikasi dengan berbagai
pihak di belahan dunia dengan menggunakan koneksi internet (Sikape, 2014).
Menurut Boyd dan Ellison (2008), media sosial adalah alat perantara berbasis
webyang memungkinkan individu membuat profil pribadi, melihat, dan
memasuki profil orang-orang yang terdaftar dalam koneksi mereka.
Lenhart dkk (2010) menunjukkan bahwa 93% pengguna media sosial
adalah remaja dengan rentang usia 12 hingga 17 tahun.
Stets dan Burke (2014) menjelaskan bahwa kepercayaan diri merupakan
hasil dari proses pembentukan identitas. Identitas diri yang jelas menghasilkan
kepercayaan diri yang tinggi. Identitas yang kabur menurunkan kepercayaan
diri.
Taylor (2011) dalam bukunya yang berjudul Kiat-kiat Pede Untuk
Meningkatkan Rasa Percaya Diri mengatakn bahwa “Gaya berpikir anda
adalah rasa percaya diri anda. Bila anda berpikir negative, anda cenderung
memiliki kepercayaan diri yang rendah dan unsur rasa percaya diri adalah
kemampuan menanggapi perasaan-perasaan yang kuat dengan cara tertentu
agar anda dapat memecahkan masalah dengan tepat”.
Seseorang yang merasa aman dan percaya diri itu disebabkan banyak sikap
positif pada dirinya dan mampu untuk menerima dan juga mempunyai banyak
sikap positif terhadap orang lain, sedangkan individu yang memiliki tingkat
1
penerimaan diri yang rendah akan merasa tidak yakin terhadap baik buruknya
diri sendiri, merasa tidak aman secara psikologis dan bersikap bermusuhan
terhadap orang lain (Keliat, 2000).
Ada yang berpendapat bahwa masa remaja dimulai dari usia 9-12 tahun.
Pada dasarnya, kita tidak bisa membatasi masa remaja pada usia, karena
kondisi pribadi masyarakat sangatlah berbeda. Usia 12-18 tahun dinamakan
sebagai usia remaja dan sebagian berpendapat sampai usia 20 tahun. Melewati
satu fase tertentu dalam kehidupannya yang memiliki aturan-aturan dan
permasalahan yang dalam kehidupan manusia memiliki peran yang sangat
penting.
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju
masa dewasa. Masa peralihan ini melibatkan perubahan secara biologis,
kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 2003). Remaja memiliki tugas
perkembangan untuk menjalin hubungan baru yang lebih matang dengan
teman sebaya serta mencapai tingkah laku sosial yang bertanggung jawab
(Havighurst, dalam Hurlock, 1990).
B. Tujuan Penelitian
Bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri terhadap intensitas
penggunaan sosial media pada remaja.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan dapat menjadi bukti terhadap kepercayaan diri pada remaja
yang berkaitan dengan ilmu psikologi perkembangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi orang tua, mengetahui tingkat kepercayaan diri dan intesitas
penggunaan sosial media pada anak remaja.
b. Bagi remaja, memberikan gambaran jelas mengenai pengaruh
kepercayaan diri terhadap intensitas penggunaan sosial media,
sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam berperilaku sehari-hari.
2
II. LANDASAN TEORI
A. Kepercayaan Diri
1. Definisi Kepercayaan Diri
Menurut Taylor (2011) Kepercayaan diri adalah mencakup
kemampuan menjadi diri sendiri dan pergi ke manapun serta mencoba
apapun dalam artian positif, tanpa merasa takut atau malu.
Menurut Iswikharmanjaya dan Agung (2004), kepercayaan diri
merupakan ciri kepribadian yang mengandung arti keyakinan dan
kemampuan pada diri sendiri karena mempunyai sifat positif terhadap
kemampuannya sehingga tidak terpengaruh oleh orang lain. Kepercayaan
diri berpengaruh kuat terhadap penyesuaian diri remaja. Dengan memiliki
kepercayaan diri yang baik, seseorang akan lebih mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungannya.
Menurut Al-Uqshari (2001) percaya diri adalah persenyawaan antara
proses olah pikir dan rasa kepuasan jiwa. Artinya, kita sudah benar-benar
merasa puas dengan diri kita.
Kepercayaan diri sendiri akan menghasilkan yang terbaik bagi diri
manusia. Tetapi dibutuhkan waktu dan kesabaran serta tidak
mengesampingkan untuk melatih orang sehingga kecakapan mereka dapat
meningkat taraf kepercayaan diri. Dasar dari kepercayaan diri individu
ditanamkan pada saat-saat dini kehidupan anak dan menjadi dasar yang
mempengaruhi tingkah lakunya dikemudian hari (Agustiani, 2006).
Lauster (2002) mengatakan, kepercayaan diri merupakan suatu sikap
atau yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan -
tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal
yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam
berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat
mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
3
Yaitu perasaan bahwa dirinya akan mampu mewujudkan rencana-
rencananya dengan berhasil, menimbulkan kecenderungan untuk tidak
ragu-ragu dalam bertindak lebih lanjut menjadi lebih siap menghadapi
atau menerima akibat-akibat yang akan terjadi dari tindakan yang
akan dilakukan.
b. Mandiri
Yaitu tidak tergantung dengan orang lain dalam mengerjakan sesuatu
karena dapat menentukan standart dirinya sendiri dan mampu
mengembangkan motivasi.
c. Tidak ragu-ragu
Yaitu dengan penuh keyakinan cepat dalam mengambil keputusan
d. Menghargai diri sendiri
Yaitu pengakuan terhadap diri sendiri, meliputi menerima segala
kekurangan dan kelebihan
4
Harga diri merupakan fondasi untuk percaya diri. perasaan gembira
yang didapat remaja akibat penghargaan terhadap diri, penting
dalam menumbuhkan rasa percaya diri remaja.
b. Faktor-faktor dari luar diri individu atau faktor eksternal antara lain:
1) Tingkat Pendidikan
tingkat pendidikan mempunyai pengaruh dalam menentukan
kepercayaan diri. Semakin tinggi pendidikan individu, semakin
banyak yang telah dipelajarinya dan hal ini berarti semakin
individu mengenal kekurangan dan kelebihannya sehingga dapat
menentukan standar keberhasilannya sendiri. Individu yang
demikian ini mempunyai kepercayaan diri dalam menangani
sesuatu tanpa perasaan takut dan khawatir mengalami kegagalan.
2) Dukungan Sosial
dukungan dari ligkungan sekitar, seperti keluarga, sekolah,
masyarakat, dan teman sebaya merupakan faktor yang menentukan
dalam terwujudnya kepercayaan diri.
3) Kesuksesan dalam mencapai tujuan
kesuksesan yang dicapai seseorang akan memberikan kegembiraan
dan hal ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri. Dengan
demikian maka banyak kesuksesan diperolehnya, maka seseorang
akan memiliki kepercayaan pada dirinya dari pada orang yang
sering mengalami kegagalan.
5
Sikap pantang menyerah dalam menghadapi setiap kegagalan,
memiliki pandangan dan harapan yang positif tentang diri dan masa
depan.
4) Perasaan aman
Terbebas dari perasaan takut dan ragu-ragu terhadap situasi di
lingkungan sekitar dan mampu menghadapi situasi dengan tenang.
5) Toleransi
Mengerti kekurangan pada diri sendiri, memberi kesempatan kepada
orang lain untuk berpendapat, menerima pendapat orang lain, dan
tidak mementingkan kehendak sendiri.
6) Keyakinan pada diri sendiri
Keterbebasan dari penilaian dan pengaruh orang lain, serta berani
mengemukakan ide atau kehendak secara bertanggung jawab.
6
Aspek ini mempunyai arti penting karena berapa lama waktu
yang digunakan untuk bermain sosial media.
b. Faktor-faktor Intensitas Penggunaan
Killis (Rahadiyan, 2018) berpendapat bahwa intensitas dipengaruhi
oleh beberapa faktor yakni:
1) Faktor kebutuhan dalam diri sendiri
Kebutuhan diri sendiri dapat berupa kebutuhan yang
berhubungan dengan kejiwaan dan jasmani.
2) Faktor motif sosial
Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh
motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan,
penghargaan dari lingkungan dimana individu berada.
3) Faktor emosional
Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam
menaruh perhatian terdapat suatu kegiatan atau objek tertentu.
7
3) Isi disampaikan secara online dan langsung.
4) Konten dapat diterima secara online dalam waktu lebih cepat
dan bisa juga tertunda penerimaannya tergantung pada waktu
interaksi yang ditentukan sendiri oleh pengguna.
5) Sosial media menjadikan penggunanya sebagai kreator dan aktor
yang memungkinkan dirinya untuk beraktualisasi diri.
6) Dalam konten medsos terdapat sejumlah aspek fungsional
seperti identitas, percakapan, berbagi, kehadiran, hubungan,
reputasi, dan kelompok.
8
c. Dampak Positif Sosial Media
1) Tempat promosi yang baik dan murah.
2) Memperluas jaringan pertemanan.
3) Media komunikasi yang mudah.
4) Tempat mencari informasi yang bermanfaat.
5) Tempat berbagi foto, informasi, dll.
9
Merupakan pemahaman dan penyerapan terhadap informasi
sebagai pengetahuan yang baru bagi individu yang
bersangkutan.
3) Durasi
Merupakan kebutuhan individu dalam selang waktu tertentu
untuk melakukan perilaku yang menjadi target (lamanya selang
waktu dalam satuan jam).
4) Frekuensi
Merupakan banyaknya pengulangan perilaku yang menjadi
target (dalam kurun waktu satu hari).
C. Remaja
1. Definisi Remaja
Menurut Gunarsa (2006) Remaja adalah mereka yang mengalami
masa transisi (peralihan) dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa,
yaitu antara usia 12-13 tahun hingga usia 20-an, perubahan yang terjadi
termasuk drastis pada semua aspek perkembangannya yaitu meliputi
perkembangan fisik, kognitif, kepribadian, dan sosial.
Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,
menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa. Masa remaja juga
sebagai waktu untuk evaluasi, pengambilan keputusan, komitmen dan
mencari tempat di dunia (Santrock, 2003).
Menurut Ghozali (2004) masa remaja adalah fase tertentu dalam
kehidupan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada seseorang karena
balig, dalam beberapa hal sangat mungkin mengubah jalan hidupnya.
Masa remaja menyebabkan guncangan-guncangan yang cukup besar pada
kepribadian remaja.
Masa remaja merupakan suatu periode penting dari rentang
kehidupan, suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia
bermasalah, masa dimana individu mencari identitas diri, usia
menyeramkan (dreaded), masa unrealism, dan ambang menuju
kedewasaan (Krori, 2011).
2. Ciri-ciri Remaja
Gunarsa & Gunarsa (2001), dan Mappiare (2000) menjelaskan ciri-
ciri remaja sebagai berikut :
10
a. Masa remaja awal. Biasanya duduk di bangku Sekolah Menengah
Pertama dengan ciri-ciri:
1) Tidak stabil keadaannya, lebih emosional.
2) Mempunyai banyak masalah.
3) Masa yang kritis.
4) Mulai tertarik pada lawan jenis.
5) Munculnya rasa kurang percaya diri.
6) Suka mengembangkan pikiran baru, gelisah, suka berkhayal dan
suka menyendiri.
b. Masa remaja madya (pertengahan). Biasanya duduk di bangku
Sekolah Menengah Atas dengan ciri-ciri:
1) Sangat membutuhkan teman.
2) Cenderung bersifat narsistik/kecintaan pada diri sendiri.
3) Berada dalam kondisi keresahan dan kebingungan, karena
pertentangan yang terjadi dalam diri.
4) Berkenginan besar mencoba segala hal yang belum diketahuinya.
5) Keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas.
c. Masa remaja akhir. Ditandai dengan ciri-ciri:
1) Aspek-aspek psikis dan fisiknya mulai stabil.
2) Meningkatnya berfikir realistis, memiliki sikap pandang yang
sudah baik.
3) Lebih matang dalam cara menghadapi masalah.
4) Ketenangan emosional bertambah, lebih mampu menguasai
perasaan.
5) Sudah terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
6) Lebih banyak perhatian terhadap lamabang-lambang kematangan.
11
Umpan balik yang bersifat negatif (penolakan) menurunkan
kepercayaan diri (Musen dalam Ardari, 2016). Maka dari itu, remaja
memiliki tugas untuk memperluas hubungan antar pribadi dan
berkomunikasi secara lebih dewasa dengan teman sebaya.
d. Mengembangkan keterampilan-keterampilan baru
Remaja memiliki tugas untuk berlatih dan mengembangkan berbagai
keterampilan baru yang sesuai dengan tuntutan hidup di masa dewasa
kelak.
e. Memiliki citra diri yang realistis
Lingkungan sosial mengharapkan remaja memiliki gambaran diri
secara realistis, serta dapat memaknai segala hal pada diri mereka.
Remaja memiliki tugas untuk mampu menerima keadaan diri apa
adanya, memelihara, dan memanfaatkan secara positif.
12
D. Hubungan antara Kepercayaan Diri dengan Intensitas Penggunaan
Sosial Media pada Remaja
Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan
interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua kemudahan yang
diberikan oleh media sosial ini, penyebaran informasi dari satu individu ke
individu lain menjadi sangat mudah (Paramitha dan Putri, 2011).
Masa remaja merupakan suatu periode penting dari rentang kehidupan,
suatu periode transisional, masa perubahan, masa usia bermasalah, masa
dimana individu mencari identitas diri, usia menyeramkan (dreaded), masa
unrealism, dan ambang menuju kedewasaan (Krori, 2011).
Pengaruh lingkungan yang bersifat positif membentuk identitas diri
remaja menjadi jelas dan pengaruh lingkungan yang bersifat negatif
membentuk identitas diri remaja menjadi tidak jelas (Gunarsa & Gunarsa,
1981). Identitas diri yang jelas maupun tidak jelas mempengaruhi
kepercayaan diri pada remaja (Stets & Burke, 2014). Seseorang dengan
identitas diri jelas, menimbulkan kepercayaan diri yang tinggi. Seseorang
dengan identitas diri tidak jelas, mengakibatkan kepercayaan diri rendah.
Adywibowo (2012) menjelaskan bahwa individu dengan kepercayaan
diri tinggi mampu berkomunikasi dengan orang lain. Dengan demikian,
remaja dengan kepercayaan diri tinggi berani untuk berinteraksi dengan orang
lain baik secara langsung maupun melalu sosial media, begitupula sebaliknya.
Media sosial menyediakan fasilitas untuk berinteraksi atau
berkomunikasi dengan orang lain tanpa bertatap muka. Peneliti berasumsi
bahwa remaja dengan kepercayaan diri tinggi menggunakan media sosial
dengan intensitas yang rendah. Remaja dengan kepercayaan diri rendah lebih
memilih untuk berinteraksi melalui media sosial karena tidak perlu bertatap
muka dengan lawan bicara sehingga merasa lebih leluasa dalam
berkomunikasi.
E. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini menyatakan bahwa ada pengaruh kepercayaan
diri dengan intensitas penggunaan sosial media pada remaja.
13
III. METODE PENELITIAN
14
2. Sampel: Siswa dan Siswi SMP Negeri 2 Bogor yang Berusia 12 sampai
15 Tahun.
Tabel 1. Sebaran Item Pada Skala Intensitas Penggunaan Sosial Media Sebelum
Uji Coba
Jenis Pernyataan Bobot
Aspek Total
Favorable Unfavorable (%)
Perhatian 1, 2*, 5*, 6, 3*, 4, 8, 11, 20 58,82%
15
9*, 12*, 13,
15, 17*, 14*, 18, 22*,
7, 10*, 23*,
Intensitas
24*, 26,
penggunaan
Penghayatan 27*, 28*, 16, 30*, 32* 12 35,39%
sosial
29*, 31
media
Durasi 0 33 1 2,94%
Frekuensi 0 34 1 2,94%
Total 21 13 34 100%
Keterangan: tanda * menandakan item yang gugur
Tabel 2. Sebaran Item Pada Skala Intensitas Penggunaan Sosial Media Sosial Setelah Uji
Coba
Aspek Jenis Pernyataan Total Bobot
Favorabl Unfavorabl (%)
e e
Perhatian 1, 6, 13, 4, 8, 11, 18 10 62,5%
15, 20,21
Tabel 3. Sebaran Item Pada Skala Kepercayaan Diri Sebelum Uji Coba
Komponen Indikator Jenis Pernyataan Total Bobot
16
Favorabl Unfavorabl (%)
e e
Ambisi Harapan yang 1*, 23, 21*, 24* 7 9, 09%
normal realistis 33*, 43*,
terhadap diri 52*
sendiri
17
konformitas
18
dirinya
Toleransi Memberi 15, 72 2 5,88%
kesempatan
untuk orang
lain untuk
berpendapat
Menerima 64, 67 58, 70, 74 5 14,
pendapat orang 71%
lain
Keyakinan Percaya akan 29, 47 10 3 8, 82%
akan diri kemampuan
sendiri dirinya
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat
ukur (Juliansyah dalam Ardari, 2016). Konsisten alat ukur menunjukkan
hasil yang sama pada kondisi dan kelompok subjek yang sama walaupun
telah berulang kali melakukan pengukuran (Juliansyah dalam Ardari,
2016). Penelitian ini menggunakan reliabilitas alpha dari Cronbach untuk
menentukan koefisien reliabilitas. Peneliti menggunakan metode ini
karena alat ukur dalam penelitian ini memiliki jawaban berskala dan
memiliki tingkat ketepatan pilihan jawaban. Reliabilitas dengan koefisien
mendekati 0,900 telah dianggap memuaskan (Azwar dalam Ardari, 2016).
19
Pengujian reliabilitas kedua skala menggunakan program IBM SPSS
Statistics version 20.0 dengan teknik Alpha Cronbach. Berdasarkan hasil
penghitungan, reliabilitas skala intensitas penggunaan media sosial adalah
0,837 berdasarkan 16 item yang lolos uji. Sedangkan, reliabilitas
kepercayaan diri adalah sebesar 0,879 berdasarkan 34 item yang lolos uji.
Dengan demikian, skala penelitian ini cukup baik untuk mengukur
variabel karena mendekati 0,900.
F. Teknik Analisis Data
Peneliti melakukan analisis data dengan teknik regresi sederhana yang
didahului oleh uji normalitas dan linearitas. Analisis data dibantu dengan
program IBM SPSS Ststistics version 20.0.
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji untuk mengecek atau mengetahui
apakah data penelitian berasal dari populasi dengan sebaran normal
(Santoso dalam Ardari, 2016). Uji normalitas penelitian ini
menggunakan metode Kolmogrov-Smirnov dengan melihat nilai
signifikasi. Data dengan nilai signifikasi atau p > 0,05, berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Data dengan nilai p < 0,05,
berdistribusi tidak normal (Juliansyah dalam Ardari, 2016).
b. Uji Linearitas
Uji linearitas menyatakan bahwa hubungan antar variabel yang
hendak dianalisi mengikuti garis lurus atau tidak (Santoso dalam
Ardari, 2016). Uji linearitas penelitian ini menggunakan test for
linearity. Tabel ANOVA pada bagian linierity melihat linearitas
penelitian. Data dengan nilai signifikansi ≥ 0,05 dikatakan tidak
linear, sedangkan data dengan nilai signifikansi ≤ 0,05 dikatakan
linear (Priyatno dalam Ardari, 2016).
2. Uji Hipotesis
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepercayaan diri
pada intensitas penggunaan media sosial pada remaja. Metode analisis
data penelitian menggunakan analisis regresi sederhana. Siregar (2013)
menjelaskan bahwa analisis regresi sederhana digunakan hanya untuk
satu variabel bebas (independent) dan satu variabel tak bebas
(dependent).
20
LAMPIRAN
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 2 Bogor sebanyak 173
siswa yang telah memenuhi syarat atau kriteria penelitian. Tabel-tabel ini adalah
deskripsi mengenai subyek:
Tabel 5. Deskripsi Usia Subjek Penelitian
No. Usia Frekuensi
1. 12 Tahun 25
2. 13 Tahun 40
3. 14 Tahun 63
4. 15 Tahun 45
Total 173
21
Media
22
2. Uji Linearitas
Table 10. Hasil Uji Linearitas
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Intensitas (Combined) 2202.189 39 56.466 1.489 .050
Penggunaan Between Linearity 18.350 1 18.350 .848 .488
Sosial Media Groups
*Kepercayaan Deviation 2183.839 38 57.469 1.516 .044
Diri from Linearity
Within 5042.632 133 37.915
Groups
Total 7244.821 172
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis penelitian ini adalah uji regresi sederhana.
Tabel 11. Hasil Uji Regresi
Correlations
Intensitas Kepercayaan
Penggunaan Diri
Sosial Media
Pearson Intensitas 1.000 0.50
Correlation Penggunaan
Sosial Media
Kepercayaan .255 .
Diri
23
Sosial Media
Model Summaryᵇ
Model R R Square Adjusted R Std. Error of
Square The
Estimate
1 0.50ᵃ .003 -.003 6.501
a. Predictors: (Constant), Kepercayaan Diri
b. Dependent Variable: Intensitas Penggunaan Sosial Media
24
Dari tabel 16, terlihat bahwa ttabel memperoleh nilai sebesar 1,973 untuk dk
= 171 (dk=173-2), sedangkan nilai thitung sebesar 0,659 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,511. Hal tersebut menunjukkan bahwa thitung < ttabel
yang berarti kepercayaan diri tidak berpengaruh terhadap intensitas
penggunaan media sosial.
B. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan sumbangan efektif kepercayaan diri pada
intensitas penggunaan media sosial sebesar 0,3%. Hasil uji anova
memperoleh nilai Fhitung = 0,434 dan thitung = 0,659 dengan taraf
signifikansi sebesar 0,511. Dengan demikian, kepercayaan diri tidak
berpengaruh terhadap intensitas penggunaan media sosial pada remaja. Hasil
penelitian berbeda dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Beberapa
penelitian Ehenberg dkk (Ardari, 2016) dan Steinfield dkk (Ardari, 2016)
menunjukkan bahwa mahasiswa dengan kepercayaan diri yang rendah
cenderung lebih sering berinteraksi melalui media sosial atau komputer
dibandingkan dengan seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Penelitian Ranggamukti (Ardari, 2016) di antara mahasiswa menunjukkan
bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara kepercayaan diri dan
frekuensi penggunaan media sosial. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya terletak pada subjek penelitian. Subjek penelitian ini
adalah siswa SMP, sedangan subjek penelitian sebelumnya adalah mahasiswa.
C. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai R square = 0,003 (Fhitung
= 0,434 dan thitung = 0,659) dengan nilai signifikansi sebesar 0,511. Hasil
tersebut membuktikan bahwa kepercayaan diri tidak berpengaruh terhadap
intensitas penggunaan media sosial.
DAFTAR PUSTAKA
25
Al Kattanie, A. H., dkk (Ed). 2001. Percaya diri pasti. Jakarta: Gema Insani.
Ardari, C. S. S. 2016. “Pengaruh kepercayaan diri terhadap intensitas penggunaan
sosial media pada remaja awal”. Fakultas Psikologi. Universitas
Sanata Dharma. Yogyakarta.
Brogan, C. 2010. Social media 101 tactic and tips to develop your business
online. Canada: Willey Publisher.
Dailey. 2009. Peculiarietes of social media integration into marketing
communications. Dubuque: IA Brown & Bencmark.
Evans, D. 2008. Social media marketing an hour a day. Canada: Willey
Publishing.
Gunarsa, S. D., dan Gunarsa, Y. S. 2001. Psikologi praktis: anak, remaja dan
keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 77. 13
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. (2006). Psikologi perkembangan anak dan
remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Hapsari, A., Primastuti, E. 2014. Kepercayaan diri mahasiswi papua ditinjau dari
dukungan teman sebaya. Psikodimensia. Vol. 3 No. 1.
Iswikharmanjaya, D., & Agung, G. (2004). Satu hari menjadi lebih percaya diri.
Jakarta: Gramedia.
Jatmika, S. 2010. Genk remaja, anak haram sejarah ataukah korban globalisasi?.
Yogyakarta: Kanisius.
Kartono, K. 1995. Psikologi anak (psikologi perkembangan). Bandung: CV
Mandar Maju.
Keliat, B.A. 2000. Dinamika hubungan. Jakarta : Erlangga.
Krori, S. D. 2011. Developmental psychology. Homeopathic Journal. Vol.4
Kholidiyah, Ulfi. 2013. “Hubungan antara intensitas bermain game online dengan
kecerdasan emosi”. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Lauster, P. 2002. Tes kepribadian. Jakarta: Gaya Media Pertama. Hal. 4.
Mappiare, A. 2000. Psikologi remaja. Surabaya: Bina Usaha. Hal. 76.
Mulyati, A., dkk. 2014. Panduan optimalisasi media sosial untuk kementrian
perdagangan RI. Jakarta: Pusat Hubungan Masyarakat.
26
Paramitha., Putri, C. R. 2011. Analisis faktor pengaruh promosi berbasis sosial
media terhadap keputusan pembelian pelanggan dalam bidang
kuliner. Thesis. Fakultas Ekonomi. Universitas Dipenogoro.
Semarang.
Rahadiyan, A. 2018. “Hubungan antara intensitas menggunakan sosial media
instagram dengan kematangan emosi pada remaja”. Fakultas
Psikologi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Rizki, A. I. 2017. “Hubungan antara intensitas penggunaan media sosial instagram
dengan harga diri”. Fakultas Psikologi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta.
Ghozali, A (Ed). 2004. Bersahabat dengan putri anda. Jakarta: Madani Grafika.
Santrock, J. W. 2003. Adolesence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.
Taylor, R. 2011. Kiat-kiat pede untuk meningkatkan rasa percaya diri.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wulandari, R. (2000). “Hubungan antara citra raga dengan intensitas melakukan
body language pada wanita”. Skripsi sarjana yang tidak diterbitkan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Yuniar, G.S & Nurwidawati, D. (2013). “Hubungan antara intensitas penggunaan
situs jejaring sosial facebook dengan pengungkapan diri (self
disclosure) pada siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 26 Surabaya”.
Fakultas Psikologi. Universitas Semarang. Semarang.
27
suatu pekerjaan secara sendiri
dengan kemampuan yang saya
miliki
2. Saya suka bertemu dengan
orang-orang baru tanpa takut
ditolak
3. Saya percaya bahwa teman-
teman saya tidak akan
mengecewakan saya
4. Saya takut jika sudah banyak
orang di kelas
5. Saya terus berusaha sendiri
walaupun mengalami
kegagalan
6. Saya ragu-ragu akan
kemampuan dalam diri sendiri
7. Saya memberikan kesempatan
kepada teman saya untuk
mengemukakan idenya
8. Saya takut ditolak oleh teman-
teman jika saya tidak pandai
bergaul
9. Saya takut bicara di depan
kelas
10. Saya merasa tenang jika
diperintahkan berpidato di
suatu rapat secara tiba-tiba
11. Saya memiliki cita-cita yang
sesuai dengan kemampuan
saya
12. Saya merasa banyak orang
yang tidak menyukai saya
13. Saya yakin mampu
menghadapi masalah dengan
baik
14. Saya melihat kritikan sebagai
28
masukan yang membangun
15. Saya mampu bangkit dari
kegagalan
16. Saya adalah orang yang
pantang menyerah jika gagal
17. Saya akan berusaha lebih keras
lagi jika saya mengalami
kegagalan dalam suatu hal
18. Saya percaya bahwa setiap
orang akan berhasil atau
bahagia pada suatu saat
19. Saya berani mengungkapkan
pendapat saat sedang
berdiskusi di kelas
20. Ketika saya mempunyai ide
untuk membuat suatu karya,
maka saya akan segera
mengerjakannya
21. Saya adalah orang yang mudah
menyerah jika mengalami
kegagalan
22. Saya merasa tenang walaupun
berada di lingkungan baru
23. Saya kurang percaya dengan
pendapat orang lain
24. Saya takut bertemu dengan
orang lain di lingkungan baru
25. Saya merasa sedih jika banyak
teman yang mengejek saya
26. Saya takut mengemukakan
pendapat saat berdiskusi di
kelas
27. Saya mau menerima pendapat
atau saran dari teman mengenai
kesalahan yang sudah saya
lakukan
28. Saya menjadi gugup untuk
29
berpidato karena banyak orang
yang menertawakan saya
29. Saya mau menerima pendapat
orang lain walaupun berbeda
dengan pendapat saya
30. Saya lebih suka pendapat saya
yang diterima, daripada
pendapat orang lain walaupun
kurang tepat
31. Penting bagi saya untuk
mendengarkan pendapat teman
32. Pendapat saya lebih baik
daripada pendapat orang lain
33. Saya berani untuk
mengemukakan ide di suatu
rapat dengan jumlah orang
yang banyak
34. Saya senang ketika guru
menyuruh untuk presentasi di
depan kelas
Skala Sosial Media
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya tertarik dengan fasilitas-
fasilitas dalam sosial media
2. Media sosial bukan hal
terpenting dalam hidup saya
3. Saya akan merasa gelisah
ketika saya tidak bisa
membuka sosial media yang
saya miliki
4. Saya tahu bagaimana caranya
menggunakan semua media
sosial yang saya miliki
5. Saya kurang suka dengan
fasilitas-fasilitas yang
disediakan oleh sosial media
30
6. Saya hanya mempunyai satu
macam sosial media
7. Saya suka berkomunikasi
melalui sosial media
8. Saya merasa nyaman ketika
bisa membuka sosial media
9. Saya kurang paham
menggunakan sosial media
10. Berkomunikasi di sosial media
bukan hal yang penting bagi
saya
11. Saya merasa bahwa sosial
media adalah hal terpenting
bagi saya
12. Saya mempunyai sosial media
lebih dari dua macam
13. Saya mengerti fungsi-fungsi
dari media sosial yang saya
miliki
14. Saya mengikuti dan update
aplikasi dari sosial media yang
saya miliki
31