SKRIPSI
Disusun Oleh :
NIM. 111411133025
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
PENGARUH KONFORMITAS TEMAN SEBAYA TERHADAP
GENERASI MILENIAL
SKRIPSI
Disusun oleh:
NIM. 111411133025
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
HALAMAN MOTTO
Karya ini saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, Nicodemus Panarung
Puji dan syukur penulis naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus dalam segala
Penulisan skripsi ini dilakukan bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai
menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan berbagai pihak, sangat sulit bagi
penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin
1. Ibu Dr. Nurul Hartini, M. Kes., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga Surabaya.
2. Bapak Dr. Seger Handoyo, Psikolog sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dan daya upaya untuk membimbing penulis ditengah
kesibukannya.
3. Bapak Iwan Wahyu Widayat, M. Psi., Psikolog sebagai dosen perwalian yang
selalu membantu penulis untuk menentukan mata kuliah yang diambil tiap
semester agar sesuai dengan minat dan kebutuhan penulis.
4. Para responden yang telah bersedia mengisi kuisioner penulis.
5. Kedua orang tua penulis, Nicodemus Panarung Lampe dan Anak Agung
Sagung Inten Adriyani, yang telah dengan sabar mendengarkan keluh kesah
penulis da menguatkan kembali dalam pengerjaan skripsi, hingga menjadi
teman diskusi terkait permasalahan yang penulis alami dalam pengerjaan
skripsi.
6. Teman-teman kelompok yang menjadi teman dekat hingga sahabat dalam
berbagi cerita hingga saling menyemangati dalam pengerjaan skripsi masing-
masing, Ario Bentar, Yogi Ramadhani, dan Raka Manggala.
th
7. Teman-teman 11 Psychofest yang telah memberikan pelajaran dalam hal
professionalitas dalam bekerja, khususnya Affif Fachrudin, Satrio Perdana,
Gevio Kautsar, Muhammad Maulana, Ilham Arsy, Abimanyu Hadisuryo, Dedi
Setiawan, Aliftra Alwi dan pihak-pihak lainnya yang belum bisa penulis
sebutkan satu persatu.
8. Teman-teman Chorterra yang telah memberikan penulis kesempatan belajar
untuk menjalankan suatu organisasi dengan mengadakan rangkaian event.
Pipo Riyadi, Tatar Christanto, Norman Seno, Aldi Megantara, Kevin Fausta,
Farah Amalia, Ilman Christian, Frida Ramadhanty, dan Raka Manggala.
9. Teman-teman Vizepsy yang telah menjadi tempa berkumpul di lingkungan
kampus, semoga dapat selalu terjalin hubungan pertemanan dalam waktu yang
lama.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis. Terima
kasih atas bantuan, dukungan, dan doa yang diberikan kepada penulis.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Kehidupan manusia pada zaman ini tidak bisa dipisahkan dari teknologi.
khalayak tanpa terkecuali. Salah satu teknologi yang berkembang dengan pesat yaitu
Internet dalam era informasi telah menempatkan dirinya sebagai salah satu
pusat informasi yang dapat diakses dari berbagai tempat tanpa dibatasi oleh ruang dan
yang sangat pesat dengan peningkatan delapan kali lipat dalam tiga tahun terakhir
terhitung dari 1997 dengan total pengguna 50 juta hingga 400 juta pada akhir tahun
yang tidak sedikit. Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
dalam (Kompas, 2018) Lebih dari 50 persen atau sekitar 143 juta orang telah
72,41 persen masih dari kalangan masyarakat urban. Pemanfaatannya sudah lebih
jauh, bukan hanya untuk berkomunikasi tetapi juga membeli barang, memesan
Indonesia (APJII) dalam (Katadata, 2018), hampir separuh dari total pengguna
tahun (29,55%), kelompok usia 13-18 tahun (16,68%), dan pengguna dengan usia di
atas 54tahun (4,24%). Dari data tersebut bisa kita simpulkan berdasarkan
(Meier & Crocker, 2010) dan mereka lahir di dunia dimana teknologi dan dunia
digital sangat berkembang dengan pesat, serta hidup di zaman yang serba mudah
(Novitasari,2014). Ciri yang menonjol dari generasi ini adalah aktivitas sehari-hari
akses internet yang memungkinkan untuk berbagai informasi. Generasi Y atau yang
generasi millennials internet sudah menjadi kebutuhan pokok. Jika kita mengikuti
teori Maslow, maka saat ini internet sudah masuk dalam piramida dasar bersama
sandang, pangan dan papan (The Urban Middle Class Millenials Indonesia, 2017).
Dari paparan tersebut bisa disimpulkan bahwa internet sudah menjadi kebutuhan
pokok generasi millennials saat ini sehingga perannya tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan sehari-hari.
Hasil riset menunjukkan bahwa konsumsi internet usia muda cenderung lebih
besar dengan konsumsi internet generasi yang lebih tua. Asosiasi Pengguna Jasa
setiap tahunnya. Hasil riset ini menemukan bahwa mayoritas generasi millenials kelas
menengah urban merupakan kelompok pengguna internet medium user dan heavy
user. Artinya mereka menggunakan internet mayoritas antara 1 hingga 6 jam perhari
mengakses media sosial. Menurut penelitian yang dilakukan We Are Social dalam
(Kompas, 2018), perusahaan media asal Inggris yang bekerja sama dengan Hootsuite,
media sosial. Lalu Berdasarkan laporan berjudul "Essential Insights Into Internet,
Social Media, Mobile, and E-Commerce Use Around The World" yang diterbitkan
tanggal 30 Januari 2018, dari total populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta jiwa,
pengguna aktif media sosialnya mencapai 130 juta dengan penetrasi 49 persen
(Kompas, 2018).
bawah Mark Zuckerberg mendominasi di tiga teratas. Secara berurutan dari posisi
pertama adalah WhatsApp, Facebook, Instagram, dan baru diikuti media sosial buatan
Korea Selatan, Line. Berdasarkan rata-rata trafik situs per bulan (We Are Social,
2018) Facebook menjadi media sosial paling banyak dikunjungi dengan capaian lebih
berdasar gender sebanyak 44 persen untuk wanita dan 56 persen adalah pengguna
pria. Pengguna Facebook didominasi golongan usia 18-24 tahun dengan presentase
Namun penelitian lain berpendapat bahwa walaupun hingga saat ini Facebook
tetap memiliki pengikut terbanyak di sosial media para millenials mulai meninggalkan
sebagai media sosial mereka. Para kaum remaja ini kebanyakan memutuskan untuk
menggunakan media sosial yang memiliki tema yang lebih ‘milenial’. Pilihan mereka
pun jatuh ke Instagram, media sosial ini memliki fitur yang dianggap lebih cocok
untuk remaja. Survey yang dilakukan oleh JakPat kepada 1033 reponden di pulau
Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan Timur dan Sulawesi dengan fokus rentang usia 16
Instagram, dengan persentase pengguna di rentang usia tersebut mencapai lebih dari
70% (Dailysocial, 2016). Penggunaan instagram pun beraneka ragam, mulai dari
menggunakannya untuk mencari informasi produk online shop dan meme, kemudian
sisanya sebanyak 48% pengguna Instagram gemar mengunggah foto-foto liburan dan
berbagi foto ini berubah dan cukup berdampak pada para penggiat jual beli online
waktunya untuk berbelanja melalui fitur Instagram karena tampilan foto dari
Service proses jual beli menjadi lebih mudah karena fitur ini menghubungkan
konsumen dengan aneka retailers di seluruh dunia. Tentu dengan adanya
merupakan kegiatan jual beli barang dan jasa melalui internet (Bidgoli, 2002). Bidgoli
ketersediaan jaringan internet. Beberapa unit usaha yang mendapatkan manfaat dari
E-Commerce antara lain Bank, Hiburan, Asuransi, Pemasaran, Retail, Industri Travel,
dan Pemerintah.
dari transaksi yaitu B2C (business to consumer) dimana dalam jenis ini bisnis menjual
kepada konsumen, sebagai contoh penerapan B2C adalah pada situs Amazon
(Mäkeläinen, 2006). Sedangkan C2C dapat difasilitasi dengan berbagai wadah seperti
newsgroup, online auction, classified ads, web-based forum, blog, dan chat rooms
(Mäkeläinen, 2006). Lalu C2B (consumer to business) dimana dalam jenis ini
Dalam publikasi yang dilakukan Singapore Post pada 2014 disebutkan bahwa
melalui E-Commerce ini PDB Indonesia diperkirakan tumbuh dengan rata- rata 5,8%
selama 2013 hingga 2020. Belanja online mengalami peningkatan 40% pada tahun
2014 dan 53% pada tahun 2014. Beberapa produk komoditas pada penjualan online
yang popular adalah pakaian (71,6%), kosmetik (20,%), gadget (17,1%), jasa travel
perjalanan (9,7%), dan buku (9,7%) (APJII, 2014). Menurut versi dari Singapore Post
(2014) disebutkan bahwa Social Commerce yang sering digunakan dalam pembelian
online yaitu Traditional E-Commerce (20%), BBM (27%), Forum Online (26,6%),
dan Sosial Media (26,4%). Meningkatnya angka penjualan online di berbagai produk
melalui berbagai jenis jejaring sosial menjelaskan bahwa transaksi online semakin
popular di Indonesia.
Hal yang perlu diperhatikan pada fenomena tersebut yaitu terkait pengambilan
keputusan pada seorang online buyer ketika hendak berbelanja melalui layanan E-
dalam konteks ini salah satu pertimbangan seseorang dalam melakukan transaksi
online yaitu melalui proses pengambilan keputusan. Kotler (2009) menjelaskan bahwa
dalam hal ini adalah perilaku konsumen yang memiliki ciri khas tersendiri
dibandingkan dengan konsumen lain. Menurut Susanta (2007: 78), sebagian besar
Pembelian impulsif adalah perasaan positif yang kuat akan dilanjutkan dengan
tindakan pembelian (Rock & Hock, 1985 dalam Mowen, 2002). Pembelian impulsif
(Assael, 1992). Hal tersebut dikarenakan adanya dorongan yang kuat dari muncul dari
individu untuk membeli barang secara spontan (Solomon, 2002). Pembelian impulsif
memiliki dua elemen, yaitu tidak direncana atau pertimbangan yang dalam dan emosi
pembelian impulsif karena ingatan, pembelian impulsif secara sugesti, dan pembelian
membeli produk tetapi belum memutuskan fitur dan merek yang dibutuhkan dapat
menggunakan toko ritel dan promosi penjualan sebagai alat mendapatkan informasi,
pembelian yang diinginkan. Selain itu, dapat saja konsumen yang menemukan
dikategorikan sebagai salah satu bentuk pembelian impulsif. Sangat potensial untuk
antara perilaku pembelian online secara impulsif dengan kemampuan sosial ekonomi
pembeli potensial. Media internet dapat merupakan wahana yang lebih disukai untuk
Mahasiswa adalah bagian masyarakat yang sangat dekat dengan persoalan akses
informasi dan dunia internet. Online shopping merupakan bentuk perubahan yang di
sajikan oleh internet dari segi inovasi dalam berbelanja. Mahasiswa tertarik
mengkonsumsi produk fashion untuk mengikuti trend anak muda jaman sekarang.
Untuk itu semakin maraknya produsen yang menjual barang melalui internet akan
akan diterima dalam lingkungan teman-temannya jika mereka mengikuti gaya hidup
teman-temannya yang saat ini sedang tren melakukan online shopping dalam
seperti pengendalian diri (Hoch & Loewenstein, 1991), variabel demografi (Richins
dan Dawson, 1992; Dittmar et al., 1995; Rindfleisch et al., 1997; Wood, 1998; Kollat,
Loewenstein, 1991), dan efek konformitas (Wilkie, 1994; Luo, 2005; Peck dan
Childers, 2006). Menurut Aronson (1992) konformitas muncul dalam pribadi remaja
akibat pembelajaran dari lingkungan sosial remaja atau pengaruh dari pergaulan
teman sebayanya. Konformitas terbentuk dalam pribadi remaja yang belajar dari
lingkungan sosialnya, agar dirinya dapat diterima dan diakui oleh orang lain dengan
kemampuan yang dimiliki, sehingga ciri khas remaja dalam berpakaian, berdandan,
gaya rambut, serta tingkah laku dan sebagainya dipengaruhi oleh pergaulan dengan
dapat bersifat negatif maupun positif. Konformitas dapat terjadi apabila individu
mengadopsi sikap atau perilaku orang lain karena merasa didesak orang lain baik
dalam desakan yang nyata maupun desakan bayangannya saja (Santrock, 2007 Bab
hal ini dilakukan agar sesuai dengan tingkah laku orang lain untuk mencapai suatu
individu agar sesuai dengan orang lain maupun standar kelompok (Taylor, Peplau,
tingkah laku remaja (Baron & Byrne, 2005). Hal ini juga terjadi dalam perilaku
pembelian impulsif pada remaja khususnya yang terjadi pada mahasiswa rantau.
daerah asal mereka, dengan pergi ke daerah lain untuk mencari ilmu (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1990). Masalah yang sering dialami oleh mahasiswa adalah
masalah psikososial salah satunya adalah konformitas. Hal ini terjadi karena
mahasiswa tidak terbiasa dengan gaya dan norma sosial yang baru, adanya perubahan
sistem dukungan dan masalah intrapersonal dan interpersonal. Masalah ini akan lebih
berat apabila terjadi pada mahasiswa perantau hidup terpisah dengan keluarga,
menemukan masalah dalam berhubungan sosial (Lin & Yi dalam Lee, Koeske, Sales,
2004).
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nur Fitriyani (2012) pada
mahasiswa yang tinggal merantau dan tinggal terpisah dari keluarga bahwa
mahasiswa yang tinggal di kos memiliki kecenderungan untuk membeli barang dan
penelitian yang dilakukan oleh Cahyani dalam (Sitohang,2009) 83% remaja lebih
terpengaruh dengan lingkungan sosial remaja dan 17% akibat iklan. Hal ini didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Zebua dan Nurdjayadi dalam (Sitohang, 2009)
yang menyatakan bahwa 15,8% perilaku membeli pada remaja merupakan akibat
generasi milineal.
menarik untuk diteliti mengingat pembelian impulsif juga melanda kehidupan remaja
remaja mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut : (a) mudah terpengaruh oleh rayuan
penjual, (b) mudah terbujuk iklan, terutama pada penampilan produk, (c) kurang
terencana yang terjadi ketika seorang konsumen berada dalam pengaruh positif saat
menerima suatu stimulus. Pembelian impulsif ini tidak hanya terjadi secara offline
di internet semakin meningkat setiap tahun. Faktanya, 40% dari transaksi online
merupakan pembelian impulsif (Liu, 2002). Hal ini juga didukung dengan
Saat ini transaksi online kerap dilakukan oleh kaum milenial, hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia
didominasi oleh pengguna berusia 18-25 sebesar 49%. Data jumlah pengguna internet
(Meier & Crocker, 2010) dan mereka lahir di dunia dimana teknologi dan dunia
digital sangat berkembang dengan pesat, serta hidup di zaman yang serba mudah
(Novitasari, 2014). Ciri yang menonjol dari generasi ini adalah aktivitas sehari-hari
yang tidak terpisahkan dengan teknologi informasi dan komunikasi, serta kemudahan
akses internet yang memungkinkan untuk berbagai informasi. Begitu pula dengan
mahasiswa yang pada saat ini mayoritas berasal dari Generasi Y, mereka juga
karakteristik psikologis yang dimiliki oleh mahasiswa yaitu konsep diri mereka yang
masih sangat dipengaruhi oleh teman sebaya. Mahasiswa merupakan seseorang yang
merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan masa dewasa yang ditandai
dengan berbagai perubahan baik dalam aspek fisik, sosial, dan psikologis dalam
upaya menemukan jati diri serta identitas. Perubahan fisik, psikologis dan sosial yang
terjadi pada remaja bisa mempengaruhi ketertarikan remaja sebagai konsumen seperti
Pada saat remaja minat suatu perangkat yang kuat dirasakan sehingga minat
pribadi muncul saat remaja menyadari bahwa penerimaan sosial terutrama peer
Kemampuan yang ada dalam diri remaja dapat meningkatkan atau justru menurunkan
pandangan teman sebaya terhadap dirinya. Sehingga sesuatu yang bersifat pribadi
seperti penampilan, bentuk tubuh, pakaian, atau perhiasan dan lain sebagainya.
menggunakan pakaian dan perhiasan yang sesuai dengan nilai kelompoknya. Para
remaja cenderung berpenampilan seperti yang dikehendaki kelompoknya (Hurlock,
2002:220).
kelompoknya. Penerimaan diri ini merupakan suatu proses dalam mencari identitas
diri. Terkait dengan identitas diri, terdapat periode dimana para remaja sangat senang
untuk mencoba sesuatu yang baru dan mengikuti trend. Remaja berusaha untuk
membuat citra diri atau image yang relevan dengan teman-temannya. Termasuk di
dalamnya cara remaja menampilkan diri secara fisik sehingga mendorong remaja
Remaja adalah seseorang yang berada pada rentang usia 12-21 tahun, dengan
pembagian menjadi tiga tahap yaitu; masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja
tengah 15-18 tahun, dan masa remaja akhir 18-21 tahun (Monks. dkk, 2002). Pada
tahap remaja akhirlah seseorang sedang menempuh pendidikan Srata satu (S1). Pada
tahap ini biasanya seseorang mulai bertemu teman baru sehingga memiliki
kecenderungan untuk mengikuti kegiatan dan norma kelompok atau yang disebut
tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki
pengaruh yang kuat dan dapat menyebabkan perilaku-perilaku tertentu pada angggota
perubahan perilaku sebagai akibat dari tekanan kelompok, terlihat dari kecenderungan
dapat terhindar dari celaan maupun keterasingan. Baron & Byrne (2005: 206)
mengatakan bahwa konformitas remaja dalah penyesuaian perilaku remaja untuk
menganut norma kelompok acuan, menerima ide atau aturan-aturan kelompok yang
mengubah perilaku dirinya dengan menganut pada norma sosial yang ada, menerima
remaja gengsi dan merasa malu jika tidak membeli barang-barang yang tidak bermerk
karena mereka takut merasa dikucilkan oleh temannya, meskipun tidak mempunyai
uang tetapi mereka akan tetap membeli barang bermerk tersebut sekalipun dengan
jalan yang tidak wajar. Hal tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa
seseorang.
diabaikan begitu saja karena teman sebaya juga mempengaruhi sikap dan gambaran
diri yang mengarah pada konsep diri seseorang. Konformitas dapat dipengaruhi oleh
lingkungan sosial remaja salah satunya yakni berupa norma sosial yang mengatur
perilaku sehingga tercipta keberagaman tingkah laku dalam kelompok. Pada akhirnya
usaha seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap kelompok teman sebaya diduga
karena itu peneliti ingin meneliti apakah konformitas teman sebaya berpengaruh
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka batasan masalah dalam
terdapat keputusan yang cepat dan tidak direncanakan. Terdapat banyak faktor
yang dapat menyebabkan pembelian impuls pada konsumen online. Salah satu
3. Konformitas
maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berkut: Apakah
penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh konformitas teman
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Generasi Y
yang terjadi pada diri individu. Pengalaman tersebut berkaitan dengan peristiwa yang
terjadi dalam cakupan global seperti penemuan, peperangan, kepercayaan, dan budaya
yang populer (Meier & Crocker, 2010). Karakteristik yang melekat pada individu
biasanya nampak pada rentang usia tertentu biasanya merupakan refleksi atas
peristiwa yang terjadi di sekitar lingkungan individu tersebut. Strauss & Howe (1991)
terjadi disekitarnya. Peristiwa penting yang terjadi di tiap generasi merupakan faktor
pandangan dari berbagai macam tokoh mengenai rentang kelahiran generasi Y. Dulin
(2008) dan Mangundjaya & Ratnaningsih (2017) menjelaskan bahwa individu yang
termasuk dalam generasi Y merupakan individu yang lahir pada rentang tahun 1977-
1997. Meier & Crocker (2010) menjelaskan individu yang termasuk dalam generasi Y
merupakan individu yang lahir pada rentang tahun 1980-2000, sedangkan Meriac dkk.
perintah, sangat pragmatis ketika memecahkan persoalan, memiliki rasa optimis yang
tinggi, fokus pada prestasi, percaya diri, percaya pada nilai-nilai moral dan sosial,
serta menghargai adanya keragaman (Lancaster dan Stillman 2002), tingkat ekonomi
dan sosial keluarganya, pola komunikasi lebih terbuka, penggunaan media sosial yang
lebih terbuka terhadap pandangan politik dan ekonomi sehingga lebih reaktif terhadap
perilaku membeli konsumen akhir-individu dan rumah tangga yang membeli barang
dan jasa untuk konsumsi pribadi (Kotler, dkk., 2005). Dengan kata lain perilaku
membeli pada konsumen adalah perilaku individu yang membeli barang dan jasa
1. Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas pada keinginan dan
perilaku konsumen. Terdapat tiga peranan dalam faktor budaya antara lain
a. Budaya
dkk., 2005).
b. Subkebudayaan
Setiap budaya memiliki subbudaya atau subkultur yang lebih kecil atau
c. Kelas sosial
2. Sosial
a. Kelompok
Kelompok merupakan dua orang atau lebih yang berinteraksi
b. Keluarga
dalam masyarakat.
3. Pribadi
Keputusan seorang individu untuk membeli suatu barang dan jasa juga
hidup mereka. Selera terhadap barang dan jasa yang akan dibeli
adanya tahap siklus hidup, tahap ini akan dilalui oleh setiap
(Kotler,dkk., 2005).
b. Pekerjaan
c. Situasi Ekonomi
d. Gaya Hidup
2005).
4. Psikologis
a. Motivasi
seperti rasa lapar, haus, atau merasa tidak nyaman. Kebutuhan lainnya
b. Persepsi
c. Pembelajaran
gagasan.
tidak terencana dan spontan dimana sebenarnya tidak ada niat sebelumnya
untuk melakukan pembelian saat memasuki toko atau saat mengunjungi
karena adanya dorongan yang berasal dari stimulan yang berada dari luar diri
dengan harga, seperti “pemberian harga spesial”, “discount”, dan “bebas biaya
pengiriman”.
adanya keinginan mendesak untuk membeli produk tertentu (Chuah & Gan,
2015). Menurut Chuah & Gan (2015) pembelian impulsif adalah suatu fakta
dipengaruhi oleh perasaan yang kuat (Mowen & Minor, 2002). Oleh karena
itu, pembelian impulsif dapat dikatakan sebagai sebuah perasaan positif yang
sangat kuat yang terjadi dan kemudian diikuti oleh sikap pembelian.
Perilaku impulsive buying ini memiliki dua macam pola, yaitu pola
(impulse purchasing) (Loudon & Bitta, 1993 dalam Purwanto, 2014). Pada
itu sendiri ada yang bersifat rasional dan emosional. Pada proses pembelian
rasional dan terjadi secara spontan karena munculnya dorongan yang kuat
untuk membeli dengan segera pada saat itu juga dengan adanya perasaan
positif yang kuat mengenai suatu benda atau jasa. Oleh sebab itu, pembelian
ketertarikan yang kuat pada produk dan jasa tertentu hingga mengabaikan
harga.
1. Spontaneity
tempat penjual.
bertindak seketika.
Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat
1. Kognitif
mengambil keputusan membeli suatu produk jasa. Elemen ini fokus pada
2. Afektif
seperti perasaan gembira, kurang kontrol diri, dan keinginan untuk membeli
meliputi :
pembelian.
2.3 Konformitas
kepercayaan agar selaras dengan orang lain. Konformitas tidak hanya sekedar
bertindak sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang lain, namun
Menurut Chialdini & Gold-Stein dalam (Taylor dkk, 2009, Hal. 253)
atau perilaku agar sesuai dengan perilaku orang lain. Kebanyakan remaja
dianggap bebas memilih sendiri baju dan gaya rambutnya akan tetapi orang
lebih dering suka mengenakan baju seperti orang lain dalam kelompok sosial
acuan, menerima ide atau aturan-aturan kelompok yang mengatur cara remaja
berperilaku (Baron & Bryne, 2005, Hal: 206). Sehingga konformitas terjadi
sosial yang ada, menerima ide-ide atau aturan yang menunjukkan bagaiman
dilakukan individu adalah perilaku menyamakan diri dengan orang lain yang
didorong oleh keinginan sendiri dengan tujuan untuk bisa diterima dalam
perilaku agar sama dengan perilaku orang lain untuk menganut norma dan
berperilaku.
tingkah laku yang sesuai dengan norma kelompok, yang dilakukan menghindari
Konformitas sering kali bersifat adaptif karena sebagai mahluk sosial individu
memang perlu menyesuaikan diri terhadap orang lain. Sering kali orang yang
konform karena mereka mempercayai informasi yang mereka peroleh dari orang
Individu sebgai anggota kelompok sering kali ingin agar diterima dilingkungan
atau ejekan oleh lingkungan sosialnya. Pengaruh normatif terjadi ketika anggota
kelompok atau standar kelompok agar diterima secara sosial (Taylor, 2009, Hal:
259).
Menurut Myers (2012, Hal: 103) terdapat dua bentuk konformitas yang
berbuat benar.
Menurut Baron & Byrne (2005, Hal: 57) sda empat faktor yang perlu
yang dilakukan.
b. Ukuran kelompok yaitu hasil penelitian yang dilakukan oleh Asch (dalam
c. Norma sosial deskriptif atau himbauan adalah norma yang menetapkan apa
yang harus dilakukan, tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima
pada situasi tertentu oleh sebagian. besar orang. Norma deskriptif atau
d. Norma sosial injungtif atau perintah adalah norma yang menetapkan apa
yang harus dilakukan, tingkah laku apa yang diterima atau tidak diterima
Menurut Sears (1991, Hal: 81) dalam bukunya psikologi sosial aspek- aspek
sumber informasi yang unggul lagi. Salah satu faktor yang sangat
menguasai dan lebih tahu akan suatu persoalan. Pada penelitian Mausner
1954, Synder, Mischel & Lott, 1960; Wiesenthal dkk., 1976) mendukung
adalah rasa takut akan dianggap sebagai orang yang menyimpang. Setiap
individu sering kali tidak mau dilihat berbeda dari kelompok sosialnya,
Tekanan sosial merupakan salah satu cara untuk membuat oang rela
yang dilakukan individu adalah perilaku menyamakan diri dengan orang lain
yang didorong oleh keinginan diri sendiri dengan tujuan untuk bisa diterima
mengarah kepada konsep diri. Misalnya dalam hal pembelian suatu barang,
seseorang dengan konsep diri negatif akan berupaya dengan berbagai cara
terhadap suatu produk. Sementara seseorang dengan konsep diri positif akan
yang berkaitan dengan faktor sosial seperti pengaruh teman sebaya, Glock
(dalam Loudon & Bitta, 1984) menyatakan bahwa perilaku membeli seorang
remaja tidak dapat diabaikan begitu saja karena teman sebaya dapat
remaja salah satunya yakni berupa norma sosial yang menjadi kesepakatan
pembelian impulsif.
Konformitas Impulsif
2.5 Hipotesis
suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah sehingga harus diuji
pembelian impulsif
pembelian impulsif
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk
buying).
akan diteliti. Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang
diamati (Azwar, 2014). Definisi operasional pada penelitian ini antara lain:
3.3.1 Konformitas
Perubahan perilaku agar sama dengan perilaku orang lain untuk menganut
skala konformitas teman sebaya yang akan disusun oleh peneliti berdasarkan
terhadap celaan sosial, takut menjadi orang yang menyimpang, dan ketaatan.
Pembelian suatu barang yang dilakukan konsumen secara mendadak dan tiba-
tiba serta tidak ada niat membeli sebelimnya yang lebih mengarah pada
disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek yang dijelaskan oleh Rook (1987)
dari perolehan skor yang tinggi dalam hasil skala yang telah ditentukan.
3.4.1 Populasi
yang memiliki karakteristik ataupun ciri-ciri yang sama yang dapat membedakan
dengan kelompok subjek yang lain. Hal tersebut dikarenakan kelompok subjek
mengambil sampel yang hasilnya dapat digeneralisasikan Pada penelitian kali ini,
3.4.2 Sampel
Menurut Arikunto (2010: 174) sampel adalah wakil atau sebagian populasi
diteliti. Sedangkan menurut Sugiono (2011: 81) sampel merupakan bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apabila sampel yang
diambil kurang dari 100 maka sebaiknya yang digunakan adalah keseluruhan dari
demikian teknik sampling yang digunakan yaitu sampling jenuh atau sensus
semua anggota populasi (Sugiono, 2011: 84). Hal ini dikarenakan populasi dalam
penelitian ini relatif kecil dan ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil. Jadi sampel dalam penelitian ini mengambil sejumlah populasi yang
Pada penelitian ini, alat pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner
yang berbentuk survey online dengan menggunakan skala jenis Likert. Teknik
Skala ini digunakan karena penulis menilai bahwa tujuan penelitian ini sesuai
tingkatan dari suatu variabel. Penulis menggunakan skala Likert mengacu pada
asumsi bahwa skala Likert merupakan skala yang paling umum digunakan dalam
online dikarenakan tidak memerlukan biaya yang mahal dan memberikan tekanan
yang lebih rendah pada subjek ketika memberikan respon langsung, sehingga
mampu mengumpulkan data dalam jumlah yang lebih besar (Hadi, 2004).
Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini merupakan self report yang
kemudian diajukan pertanyaan tertulis yang sama terhadap sampel. Hadi (2004)
kepada penulis adalah benar dan dapat dipercaya, dan intepretasi terhadap
teman sebaya Sears dalam bukunya psikologi sosial (1991: 81) yaitu
c. Rasa takut terhadap celaan sosial yaitu alasan utama dari konformitas
d. Takut menjadi orang yang menyimpang yaitu yang menjadi faktor yang
Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan untuk pembelian impulsif adalah
Herabadi, A. (2001). Alat ukur tersebut telah ditranslasi oleh penulis ke dalam
bahasa Indonesia dengan cara menerjemahkan pada tenaga ahli melalui translate
back translate dan telah disesuaikan dengan konteks penelitian penulis. Terdapat
dua aitem dalam alat ukur kecenderungan pembelian impulsif yaitu aitem
kognitif dan aitem afektif dan jumlah keseluruhan teradapat 20 aitem. Semakin
tinggi skor yang didapat subjek maka akan semakin impulsif dalam pembelian,
sebaliknya jika skor yang didapat rendah maka subjek tersebut memiliki
pembelian impulsif yang rendah. Adapun blue print pembelian impulsif adalah
sebagai berikut:
---------------------isi ------------
yang dapat dipilih oleh subjek sesuai dengan keadaan dirinya. Alternatif
jawaban tersebut adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan
adalah nilai 1 untuk STS (Sangat Tidak Setuju), nilai 2 untuk TS (Tidak Setuju),
skor pada pernyataan skor pernyataan unfavorable adalah nilai 4 untuk STS
(Sangat Tidak Setuju), nilai 3 untuk TS (Tidak Setuju), nilai 2 untuk S (Setuju)
Validitas berasal dari kata validity yang berarti sejauh mana ketepatan dan
Pada penelitian ini menggunakan jenis validitas isi (content validity) yang diuji
oleh expert judgement untuk melihat kesesuaian butir aitem dalam tes dengan
perilaku yang hendak diukur (Azwar, 2009). Dalam penelitian ini, expert
Seleksi aitem dalam penelitian ini menggunakan tryout terpakai. Definisi tryout
terpakai dalam penelitian ini adalah data skala alat ukur yang disebarkan pada
subjek untuk pertama kali dan langsung digunakan serta dianalisis langsung
(Ario Wiratmoko, 2012). Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan dan sulitnya
21 untuk melihat daya diskriminasi pada setiap aitem yang ada. Daya
individu atau kelompok yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur
batasan korelasi aitem total (rix) dengan batasan rix >0,30 dikatakan memiliki
memiliki daya diskriminasi yang rendah. Pada jumlah aitem yang lolos masih
dari 13 aitem favorable dan 13 aitem unfavorable. Pada hasil uji data,
nilai rix ≥ 0,30. Pada skala konformitas terdapat 20 aitem pernyataan, 11 aitem
nomor 5,6,7,18, dan 19. Aitem dengan nilai rix ≤ 30 termasuk aitem yang
gugur.
3.5.5 Reliabilitas
dilakukan secara berulang kali terhadap suatu populasi individu atau kelompok
internal dalam menguji reliabilitas atau tidaknya sebuah skala melalui program
SPSS for windows 21. Penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach
2014). Nilai reliabilitas dianggap baik apabila mencapai nilai r> 0,70
Cronbach diperoleh nilai sebesar 0,905. Pada skala konformitas ini, reliabilitas
diuji kembali setelah terdapat item yang gugur menggunakan Alpha Cronbach
Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk melihat data penelitian
berasal dari distribusi yang normal atau tidak (Santoso,2010). Penelitian ini
windows versi 21. Distribusi dikatakan normal apabila p>0,05 dan sebaliknya
bila data memiliki nilai p<0,05 maka distribusi tersebut tidak normal (Santoso,
2010).
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat apakah data mengikuti garis lurus atau
tidak, apabila data mengikuti garis lurus maka peningkatan maupun penurunan
kuantitas di suatu variabel akan diikuti secara linear oleh kuantitas variabel yang
kurang dari 0,05 (p<0,05), maka dikatakan sebagai hubungan yang linear
(Santoso, 2010).
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat keeratan hubungan antar dua variabel
Moment apabila uji asumsi terpenuhi. Sebaliknya jika tidak maka dilakukan uji
mensyaratkan adanya normalitas data (Santoso,2010). Jika nilai sig (p) < 0,05,
maka hal tersebut menunjukkan adanya hubungan signifikan antar variabel yang
diteliti.
BAB IV
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Rabu 31 Juli 2019 sampai dengan Rabu 7 Agustus
Selain itu pengambilan data dilakukan dengan menyebar skala pada mahasiswa
di saat jam jeda kuliah dan saat akhir jam kuliah di beberapa tempat sesuai
penelitian.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan subjek mahasiswa tahun pertama berasal dari luar
Pulau Jawa. Pada umumnya, mahasiswa tahun pertama berada di antara usia 18
sampai 22 tahun (Santrock, 2003). Adapun identitas subjek yang diperoleh dari
Usia Jumlah
18 76
19 63
20 11
21 8
22 3
Laki-laki Perempuan
72 89
C. Deskripsi penelitian
antara mean teoretik dan mean empirik kedua variable penelitian. Perhitungan
mean teoretik dilakukan secara manual untuk mendapatkan hasil rata-rata skor
dari skor maksimal dan skor minimal pada skala. Sedangkan perhitungan mean
empirik dilakukan dengan cara menggunakan program SPSS for windows versi
21 dari skor yang diperoleh subjek penelitian. Berdasarkan skala penelitian yang
digunakan, maka diperoleh hasil perhitungan mean teoritik dan mean empiris
sebagai berikut :
Jumlah aitem : 20
Jumlah aitem : 15
Nilai minimum : 15 x 1 = 15
Nilai maximum : 15 x 4 = 60
Konformitas
Teoritik Empiris
Kecendrunga 161 13,522 20-80 20-89 50 50,41
n Pembelian
Impulsif
Konformitas 161 4,920 20-60 30-58 37,5 46,23
Tabel 7. Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empiris Kecenderungan Pembelian
Impulsif
50,41 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 hal ini berarti mean empiris lebih
signifikansisebesar 0,000 yang berarti mean empiris lebih besar daripada mean
tinggi.
D. Hasil Penelitian
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk melihat data penelitian
berasal; dari distribusi yang normal atau tidak yang diperoleh dari populasi
pada program SPSS for windows versi 21. Distribusi dikatakan normal apabila
p>0,05 dan sebaliknya bila data memiliki nilai p<0,05 maka distribusi tersebut
Sedangkan untuk variabel konformitas di peroleh nilai p sebesar 0,001 (0,001 >
berdistribusi normal apabila nilai signifikansi > 0,05. Maka dapat disimpulkan
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk melihat data mengikuti garis lurus atau tidak,
kuantitas di suatu variabel akan diikuti secara linear oleh kuantitas variabel yang
kurang dari 0,05 (p<0,05) antar variabel dapat dikatakan sebagai hubungan yang
linear (Santoso,2010).
Konformitas
Berdasarkan tabel di atas diketahui nilai signifikansi sebesar 0,005 (0,005>
0,05) maka dapat disimpulkan terdapat hubungan yang linier antara variabel
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk melihat keeratan hubungan antar dua variabel
dihasilkan tergolong dalam perhitungan tidak normal. Jika nilai sig (p) < 0,05
apabila dua variabel yang tidak ada hubungan signifikan bernilai (p) > 0,05.
Tabel 11. Hasil Uji Hipotesis Variabel Kecenderungan Pembelian Impulsif dan
Konformitas
sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bersifat
impulsif.
E. Pembahasan
ini menggunakan teknik Spearman Rho karena data yang tidak normal namun
adanya hubungan positif dan signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan yang positif antara konformitas
Hal tersebut mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan Astari (2009)
Mahasiswa yang memiliki konformitas tinggi dipengaruhi oleh dua aspek yaitu
aspek kognitif dan aspek afektif. Konformitas tinggi pada mahasiswa dalam
respon emosional muncul terlebih dahulu atau setelah terjadi pembelian dan
didukung oleh Taylor, Peplau, dan Sears (2000) bahwa mahasiswa yang
keyakinan individu agar sesuai dengan orang lain maupun standar kelompok
Dari penelitian ini, konformitas yang dilakukan subjek tergolong tinggi. Hal ini
dapat dilihat dari data yang menunjukkan bahwamean empiris lebih besar
dibandingkan dengan mean teoritik ( 46,23 > 37,5 ). Data tersebut menunjukkan
adanya perbedaan signifikan antara mean teoritik dan mean empiris pada
variabel konformitas. Nilai mean empiris yang lebih besar dibandingkan dengan
perilaku hal ini dilakukan agar sesuai dengan tingkah laku orang lain untuk
Hal ini dapat ditunjukkan dengan mean teoritik dari variabel kecenderungan
0,000 menunjukkan bahwa mean teoritik lebih besar dari pada mean empiris,
yang signifikan antara mean empiris dan teoritik pada variabel kecenderungan
didorong oleh keinginan kuat akan memiliki suatu produk (Rook, 1987).
DAFTAR PUSTAKA
Agus, P. (2018). Lebih Pilih Instagram dan Snapchat, Generasi Milenial Mulai
Ali, H., & Purwandi, H. (2017). The Urban Middle-Class Millenials Indonesia:
Anin, A. F., Rasimin B.S., Nurhayati A., (2005). Hubungan Self Monitoring dengan
Assael, Henry. (1992) Consumer Behavior and Marketing Action 4th. Boston : PWS-
Kent Publication.
Baron, R.A & Byrne, D. (2000). Social Psychology (9th ed). USA : Allyn & Bacon.
Academic Press.
Biddle, B. J., Bank, B. J., & Slavings, R. L. (1987). Norms, preferences, identities and
Chuah, Siew Lin & Chin Chuan Gan. 2015. The Influence of Individual Internal
Decision Sciences.
Engel. James.F.Roger. D.Black Well And Paul.W.Miniard, 1995.,Perilaku
Hidvegi, A., & Erdos, K.A. (2016). Assesing the Online Purchasing Decisions of
dari https://tekno.kompas.com/read/2018/02/22/16453177/berapa-jumlah-
https://wearesocial.com/blog/2018/01/global-digital-report-2018 pada 26
September 2018.
Kotler, P., & Amstrong, G. (2005). Prinsip-prinsip Pemasaran, Edisi Kedelapan, Jilid
1. Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip & Keller Kevin Lane. (2009). Marketing Management. 14th Ed.
USA:Prentice Hall
Kusuma, W. (2018). Riset Ungkap Pola Pemakaian Medsos Orang Indonesia.
https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-ungkap-pola-
Lada, S., Tanakinjal, G.H. and Amin, H. (2009), “Predicting intention to choose Halal
Lancaster LC, Stillman D. 2002. When Generations Collide. Who They Are. Why
They Clash. How to Solve the Generational Puzzle at Work. New York:
Collins Business.
Loudon, D. L., & Bitta, A. J. (1993). Consumer Behavior: Concepets and Aplications.
http://ezproxy.um.edu.my/docview/305203456?accountid=28930.
Helsinki.
Challenges. The Journal of Human Resource and Adult Learning Vol.6. p. 68-
78.
Monks, F.J, Knoers, A.M.P., & Haditono, S.R. (2002). Psikologi Perkembangan
Press.
Mowen, J.c. Minor, M. (2002). Perilaku Konsumen Jilid 2. Jakarta : Salemba Empat.
Myers, D (1982). Psychology. First Edition. New York : Worth Publishers, Inc
Trust and Risk with the Technology Acceptance Model. International Journal
Purwanto, Nuri. 2014. Peran Store Atmosphere dan Positive Emotion Sebagai
Buying di Distro Kota Malang. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol. 9, No.
1.
Rook, D. W. (1987). The Buying Impulse. The Journal of Consumer Research, vol. 14
, 189-199.
Sears, D. O (1991). Psikologi Sosial edisi 5 Jilid 2. Alih bahasa : Michael Adryanto.
Perennial. p. 318
Alfabeta.
Wilkie W. L. 1994. Consumer Behavior (3rd ed.). New York: John Wiley and Sons.
Welles G 1986. We're in the habit of impulsive buying. USA Today, May21.
https://student.cnnindonesia.com/edukasi/20160823145217-445-
Yusra, Y. (2016). Facebook dan Instagram Memiliki Khasiat yang Sama dalam
https://dailysocial.id/post/facebook-dan-instagram-pemasaran-digital/ pada 29
September 2018.
Zebua, A & Nurdjayadi, R (2001). Hubungan Antara Konformitas dan Konsep Diri