Anda di halaman 1dari 56

USULAN PENELITIAN

PENGARUH KONTROL DIRI TERHADAP PERILAKU


BELANJA ONLINE DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS
KESEHATAN MASYARAKAT UNDANA

OLEH :

CHRISTIANTI L. BEDA
2007020025

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2024

i
LEMBAR PENGESAHAN

Usulan penelitian ini dengan judul : Pengaruh Kontrol Diri terhadap Perilaku
Belanja Online di Kalangan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, atas
nama : Christianti Leonisa Beda, NIM : 2007020025 telah di setujui untuk
diajukan dalam seminar Usulan Penelitian Mahasiswa pada Program Studi Psikologi,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nusa Cendana pada tanggal : Februari
2024

Pembimbing I Pembimbing II

DR. Marni, S.KM., M. Kes Feronika Ratu, S.Psi., M.Psi., Psikolog


NIP . 19770116 200112 2 2002 NIDK . 8873601019

Mengetahui
Koordinator Program Studi Psikologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana

Yeni Damayanti, S.Psi.,M.Psi., Psikolog


NIP . 19820618 201404 2 001

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan penyertaan-Nya peneliti dapat meneyelesaikan usulan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Kontrol diri terhadap Perilaku Belanja di Kalangan Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universita Nusa Cendana . Usulan penelitian ini
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan dan memperoleh gelar
Sarjana Psikologi pada Jurusan Psikologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Nusa Cendana. Selama penyusunan penelitian ini peneliti telah banyak
memperoleh bimbingsn, nasehat dan motovasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada:.
1. Bapak Prof. Dr. Apris A. Adu,S.Pt., M.Kes Selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Nusa Cendana.
2. Ibu Yeni Damayanti, S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku Koordinator Program Studi
Psikologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat .
3. Bapak M.K.P. Abdi Keraf, S.Psi., M,Psi., M.Si., Psikolog selaku Dosen
Penasehat Akademik yang sudah membina dan membimbing penulis selama
perkuliahan.
4. Ibu DR. Marni, S.KM., M. Kes & Ibu Feronika Ratu, S.Psi., M.Psi., Psikolog
Selaku Pembimbing yang senantiasa memberikan bimbingan disetiap proses
pembuatan proposal.
5. Orang Tua tercinta , Bapak Domi Beda dan Mama Ani senak yang selalu
mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.
6. Teruntuk Saudara/I Kaka Remon, Tamy, ade Dio, Excel, Viola, Dan Teman,
Sahabat TheRulers Psikologi A 20 yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu ,
sahabat seperjuangan Citra, Vako, Yani, dan Anjel, Tasya teman – teman KMK
St. Thomas Aquinas 20 yang selalu memberikam dukungan kepada penulis
berupa masukan/ gagasan dalam menyelesaikan penulisan usulan penelitian ini,
dan,
7. Semua pihak yang telah membantu usulan penelitian ini masi jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis sangat menerima masukan dan saran , akhir
kata semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat
luas khususnya bagi Mahasiswa

Kupang, Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

iii
DAFTAR TABEL

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan hadirnya internet, dinamika teknologi di dunia digital saat ini kian

berkembang. Bahkan, hal itu mendorong pengguna gawai untuk melakukan transaksi

online dengan lebih sering. Pandemi telah mengubah cara orang bertransaksi secara

nontunai. bersama dengan World Health Organization (WHO), yang meminta

masyarakat untuk menerapkan pembayaran tanpa kontak. Hal ini menyebabkan

perusahaan-perusahan pasar mengeluarkan dana besar untuk kampanye iklan untuk

menarik pelanggan. Marketing adalah jenis komunikasi pemasaran yang dilakukan

melalui media internet.(Shiratina et al. 2019)

Menurut laporan We Are Social, Pada tahun 2024, Indonesia terdapat 221,5

juta pengguna internet. Toko online didefinisikan sebagai sarana atau toko yang

menjual barang dan jasa melalui internet (Loekamto, 2021). Toko online di Indonesia

termasuk Shoppee, Bukalapak, Lazada, dan Tokopedia, dan Tiktok. Toko online,

seperti pasar tradisional, menjual semua yang dibutuhkan. Proses transaksi atau jual

beli mereka melalui jaringan internet. Berbelanja online sangat mudah, hanya dengan

membuka aplikasi atau media sosial untuk melakukan pembelian. Belanja online

sekarang tersedia di toko online dan di media sosial. Toko online menjual produk

yang sangat beragam, salah satunya adalah produk kecantikan, fhasion, barang

elektronik.

1
Pengaruh yang belum pernah terbayangkan sebelumnya telah ditimbulkan

oleh kemajuan pesat dalam teknologi informasi. Sangat populer di Indonesia, di mana

sekitar 30% penduduknya adalah pengguna internet. Desamita (dalam Fajarini &

Khaerani, 2018) mengatakan bahwa remaja akhir atau usia 18 hingga 21 tahun

cenderung sangat tertarik pada hal-hal baru, sehingga mereka tidak takut untuk

mencoba atau mengikuti tren yang sedang populer. Sholihah & Kuswardani dalam

( Sari, 2019). Selain itu, orang sering terpengaruh oleh iklan di televisi atau media

sosial lainnya, sehingga mereka membelanjakan uang mereka tanpa berpikir panjang.

(Amelia, n.d.-a)

Berbelanja secara online telah menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia. Pada

tahun 2019, Indonesia memiliki tingkat e-Commerce tertinggi di dunia. Sebanyak

90% pengguna internet Indonesia berusia 16–64 tahun telah membeli barang dan jasa

melalui internet. (Ekonomi et al., 2021)

Tingkat kebutuhan mahasiswa untuk aktivitas juga dapat dipengaruhi oleh

networking atau internet. Cara mahasiswa menjadi eksis dilingkungannya termasuk

memilih metode belajar, teman, gaya hidup, hiburan, dan ekspresi kreatif. ( Plt.

Sekjen) Kementerian Kominfo menyatakan bahwa jumlah pengguna internet telah

meningkat sebesar 8,9% dari tahun 2019 menjadi 25,5 juta, menurut data dari

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII).

Mahasiswa dan karyawan kantoran, tidak memiliki waktu untuk berbelanja

offline namun mereka lebih memilih berbelanja online. Hal ini dikarenakan Jumlah

2
aplikasi belanja online seperti tiktok, shopee, tokopedia, lazada, dan bukalapak yang

digunakan oleh generasi milenial telah menimbulkan ketertarikan untuk

menggunakan teknologi modern, yaitu aplikasi belanja online dari motif dan

interaksi.(Andika et al., n.d.)

Mahasiswa adalah bagian dari masyarakat yang sangat dekat dengan masalah

akses informasi dan dunia internet, bukan hanya karena tanggung jawab mereka

untuk menuntut ilmu yang memerlukan mahasiswa untuk tetap terinformasi, tetapi

juga karena tanggung jawab mereka untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia

dasar di era teknologi. Selain itu, penggunaan internet sebagai salah satu cara untuk

melakukan berbagai aktivitas. (Rahmat, 2019)

Menggunakan aplikasi sosial media atau membeli online secara konsisten

akan mendorong mahasiswa untuk membeli barang yang tidak terlalu dibutuhkan

hanya karena mereka menyukai produk yang diiklankan diaplikasi jual beli.

Sumartono (Thohiroh, 2018) mengatakan bahwa perilaku konsumtif dapat membantu

orang membuat rencana belanja online yang lebih baik, terutama bagi mahasiswa.

Semakin mudahnya sistem belanja, terutama belanja melalui aplikasi, menyebabkan

mahasiswa menjadi konsumtif. (Amelia, n.d.-b)

Seperti yang ditunjukkan oleh statistik e-Commerce (BPS, 2023) komunikasi

instan memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi satu sama lain dengan cepat.

Akibatnya, komunikasi internal pada bisnis e-Commerce sangat penting, dan

menempati posisi pertama dalam pemanfaatan internet, sebesar 53,53%. Diurutan

3
kedua, bisnis e-Commerce yang melakukan pemasaran melalui internet sebesar

53,41%. Pemesanan bahan baku dari supplier menduduki posisi keempat, sebesar

43,04%, sementara manajemen pelanggan menduduki posisi ketiga, sebesar 44,62%.

Sebagai informasi yang dirilis oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika

(Kemenkominfo), jumlah orang yang menggunakan internet di Indonesia saat ini

mencapai 63 juta orang, dan 95 persen dari jumlah tersebut menggunakan internet

untuk mengakses jejaring sosial. ( Kominfo, 2022)

Hasil wawancara yang di lakukan pada hari senin, 29 januari 2024, pada

pukul 15.40, yang menunjukkan bahwa 3 mahasiswi tersebut sering berbelanja online

seperti baju, tas, sepatu, produk kosmetik dan terpenting kebutuhan gaya hidup.

Alasan responden sering berbelanja online yaitu karena tidak mampu mengontrol

perilakunya seperti mengatur pelaksanaan atau mengendalikan situasi dan

memodifikasi stimulus yang tidak dikehendaki, responden tersebut juda tidak mampu

mengontrol kognitif seperti kemampuan memperoleh informasi dan kemampuan

melakukan penilaian, responden tersebut juga tidak mampu mengontrol keputusan

yang akan dibuatnya. Salah satu jawaban responden tersebut S mengaku bahwa setiap

melakukan kegiatan berbelanja online 2-3 kali sebulan karena ingin menambah

koleksi brand yang sedang viral, dengan menghabiskan hingga Rp.200.000 hingga

Rp.500.000 perbulan aplikasi online yang digunakan salah satunya adalah shopee.

Pada responden yang berinisial V juga mengaku bahwa melakukan kegiatan belanja

online produk sampai 2 kali atau lebih dalam sebulan. Pada responden C yang telah

4
diwawancarai mengatakan telah mengahabiskan uang dari Rp.150.000 hingga

Rp.500.000 perbulan hanya untuk berbelanja produk yang diinginkan di toko online ,

responden juga mengatakan tidak dapat mengontrol dirinya karena sering melihat

prouk dan gratis ongkir adalah salah satunya.

Perilaku berbelanja dapat di cegah dengan menerapkan kontrol diri.

Mahasiswi dapat mengendalikan dirinya apabila mahasiswi tersebut mengetahui apa

saja faktor-faktor yang dapat memicu perilaku berbelanja, apabila mereka telah

mengetahui faktor-faktor perilaku berbelanja tersebut mereka dapat menghindarinya,

sehingga dampak dari tanda-tanda adanya perilaku belanja online dapat dihindari.

Mengendalikan diri ini dapat dilakukan dengan menerapkan kontrol diri.

Kontrol diri merupakan suatu gambaran keputusan individu melalui

pertimbangan kognitif untuk perilaku yang telah tersusun, untuk meningkatkan hasil

dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan. Seseorang yang memiliki kontrol diri

rendah sering mengalami kesulitan menentukan konsekuensi atas tindakan yang

mereka lakukan. Sedangkan seseorang dengan kontrol tinggi begitu memperhatikan

cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam berbagai macam situasi. (Abdullah &

Suja’i, 2022).

Menurut Tangney, Baumeister, dan Boone (2004), kontrol diri adalah

kemampuan untuk mengesampingkan atau mengubah respons batin seseorang, serta

mencegah kecenderungan perilaku yang tidak diinginkan dan menahan diri untuk

melakukan perilaku tersebut. Ketiga tokoh ini membagi lima aspek kontrol diri,

5
antara lain: a) Kedisiplinan diri (self-discipline), b) Tindakan yang tidak impulsif

(delibrate/non impulsive action), c) Kebiasaan baik (healthy habits), d) Etika kerja

(work ethic), dan e) Keandalan (reliability).

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana memiliki 2.120

mahasiswa. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada fakta bahwa belum ada penelitian

yang dilakukan mengenai perilaku belanja online mahasiswa Fakultas Kesehatan

Masyarakat dan bahwa menurut data yang ada jumlah pengguna internet di Kota

Kupang telah meningkat dalam tiga tahun terakhir. Berdasarkan latar belakang di

atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti terkait dengan “Pengaruh Kontrol Diri

Terhadap Perilaku Belanja Online dikalangan Mahasiswi FKM”.

6
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah

yang dapat dikaji pada penelitian ini, yaitu Bagaimana tingkat kontrol diri pada

mahasisiwi?. Bagaimana tingkat perilaku belanja online di kalangan mahasiswi?.

Apakah ada pengaruh kontrol diri terhadap perilaku belanja online pada mahasiswi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk Mengetahui tingkat kontrol diri

pada mahasiswi

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

a. Untuk mendeskripsikan pengaruh kontrol diri terhadap perilaku belanja

online di kalangan mahasiswa FKM Undana

b. Untuk mengetahui faktor yang mendorong mahasiswa FKM memilih cara

belanja dengan menggunakan belanja online

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat secara teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat pengembangan teoritis pada bidang

keilmuan psikologi konsumen mengenai pengaruh kontrol diri terhadap perilaku

belanja online.

7
1.4.2 Manfaat secara praktis

1) Bagi Institusi Pendidikan ( Fakultas Kesehatan Masyarakat )

Penelitian ini Sebagai bahan masukan dalam berperilaku memilih suatu

produk dan manfaat dari produk khususnya tentang perilaku berbelanja

sebagai resiko atau danpak yang terjadi selama berbelanja online.

2) Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi

dan menambah pengetahuan mengenai makna dan faktor Belanja Online”

dalam memenuhi gaya hidup seorang mahasiswa

3) Bagi Peneliti dan Pembaca

Penelitian ini dapat memberi bekal pengetahuan dan pengalaman

sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih luas dalam

kehidupan.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku
2.1.1 Definisi Perilaku
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI (Tresna. 2013: 5) perilaku

dapat diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau

lingkungan. (A. Nooriah Mujahidah , n.d.)

kebutuhan dan keinginannya, ia menambahkan perilaku konsumtif telah

menjadi gaya hidup. Menurut (Khaidarsyah dan Haruna, 2021) perilaku konsumtif

adalah Perilaku adalah cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang dan

merupakan hasil kombinasi antara pengembangan anatomis, fisiologis dan psikologis

(Kast dan Rosenweig, 1995). Disebutkan oleh Rakhmat (2001) menyebutkan bahwa

terdapat tiga komponen yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu komponen

kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan aspek intelektual yang

berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen afektif merupakan aspek

emosional.

Komponen konatif adalah aspek volisional yang berhubungan dengan

kebiasaan dan kemauan bertindak. Dikemukakan oleh Samsudin (1987), unsur

perilaku terdiri atas perilaku yang tidak nampak seperti pengetahuan(cognitive) dan

sikap(affective), serta perilaku yang nampak seperti keterampilan(psychomotoric)

dan tindakan nyata(action). Pola perilaku setiap orang bisa saja berbeda tetapi proses

terjadinya adalah mendasar bagi semua individu, yakni dapat terjadi karena

disebabkan, digerakkan dan ditunjukkan pada sasaran (Kast dan Rosenweig, 1995).

9
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis,

tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas

manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak

luar (Notoatmodjo, 2003)

Dikemukakan oleh Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),

merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses

adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,

maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior) sebagai reaksi

yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat kompleks. Berbicara tentang perilaku,

manusia itu unik /khusus. Artinya tidak sama antar dan inter manusianya. Baik dalam

hal kepandaian, bakat, sikap, minat, maupun kepribadian. Manusia berperilaku atau

beraktivitas karena adanya tujuan tertentu. Adanya need atau kebutuhan diri

seseorang maka akan muncul motivasi/penggerak , sehingga manusia itu berperilaku ,

baru tujuan tercapai dan individu mengalami kepuasan. Siklus melingkar kembali

memenuhi kebutuhan berikutnya atau kebutuhan lain dan seterusnya dalam suatu

proses terjadinya perilaku manusia.

Dinyatakan oleh Albert Bandura (1986) suatu formulasi mengenai perilaku

dan sekaligus dapat memberikan informasi bagaimana peran perilaku itu terhadap 10

10
lingkungan dan terhadap individu atau organisme yang bersangkutan. Formulasi

Bandura berwujud B= behavior, E=environment, P=person, atau organisme. Perilaku

lingkungan dan individu itu sendiri saling berinteraksi satu sama lain. Ini berarti

bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi individu itu sendiri, disamping itu

perilaku juga berpengaruh pada lingkungan.

2.1.2 Pembentukan Perilaku

Dinyatakan oleh Walgito (2003), pembentukan perilaku dibagi menjadi tiga

cara sesuai keadaan yang diharapkan, sebagai berikut :

1) Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan

Salah satu cara pembentukan perilaku dapat ditempuh dengan kondisioning

atau kebiasaan. Dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang

diharapkan, maka akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut.cara ini

didasarkan atas teori belajar kondisioning baik yang dikemukakan oleh

Pavlov maupun oleh Thorndike dan Skinner terdapat pendapat yang tidak

seratus persen sama, namun para ahli tersebut mempunyai dasar pandangan

yang tidak jauh berbeda satu sama lain.

2) Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight)

Disamping pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan,

pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan pengertian. Cara ini

didasarkan atas teori belajar kognitif yaitu belajar disertai dengan adanya

pengertian. Bila dalam eksperimen Thorndike dalam belajar yang

dipentingkan adalah soal latihan, maka dalam eksperimen Kohler dalam

11
belajar yang 11 dipentingkan dalah pengertian. Kohler adalah salah satu

tokoh psikologi Gestalt dan termasuk dalam aliran kognitif.

3) Pembentukan perilaku dengan menggunakan model

Disamping cara-cara pembentukan perilaku diatas, pembentukan perilaku

masih dapat ditempuh dengan menggunakan model atau contoh. Pemimpin

dijadikan model atau contoh bagi yang dipimpinnya. Cara ini didasarkan oleh

teori belajar sosial (social learning theory) atau (observational learning

theory) yang dikemukakan oleh (Albert Bandura, 1977).

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

1. Faktor personal

a. Faktor Biologis: terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu

dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial

dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah di program secara genetis.

b. Faktor Sosiopsikologis: dapat diklasifikasikan ke dalam tiga komponen,

yaitu:

1. Komponen afektif, merupakan aspek emosional dari faktor

sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan

sebelumnya.

2. Komponen kognitif, aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang

diketahui manusia.

3. Komponen konatif, aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan

dan kemauan bertindakan.

12
2. FaktorSitusional

Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor

situasional. Kaum behaviorisme percaya sekali bahwa lingkungan sangat

berpengaruh terhadap bentuk perilaku seseorang. Menurut pendekatan ini,

perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan/situasi. Faktor-faktor situasional

meliputi.

1. Faktor – faktor ekologis

Kondisi alam (geografis) dan iklim (temperatur) dapat mempengaruhi

perilaku manusia

2. Faktor rancangan dan arsitektural

Contoh pengaruh rancangan dan arsitektural terhadap perilaku manusia dapat

dilihat pada penataan rumah.

3. Faktor temporal

Suasana emosi dan bentuk perilaku dipengaruhi oleh faktor waktu (temporal).

Misalnya, suasana emosi pagi hari tentu berbeda dengan suasana emosi siang

hari dan malam hari.

4. Faktor teknologi

Jenis teknologi yang digunakan masyarakat dapat mempengaruhi pola-pola

komunikasi masyarakat baik pola pikir maupun pola tindakannya.

5. Faktor suasana

perilaku Dalam public speaking banyak sekali pembahasan tentang bagaimana

suatu bentuk penyampaian pesan harus disesuaikan dengan suasana perilaku

13
pesertanya.

6. Faktor-faktor sosial

Ada tiga hal yang dibahas pada faktor ini, yaitu : sistem peran, struktur sosial

dan karakteristik individu.

7. Stimuli yang mendorong dan memperteguh perilaku Pada dasarnya ada

sejumlah situasi yang memberi keleluasaan untuk bertindak dan sejumlah lain

membatasinya. Jika kita menganggap bahwa pada situasi tertent kita

diperboleh/dianggap wajar melakukan perilaku tertentu, maka kita akan

terdorong melakukannya.

8. Lingkungan psikososial

Lingkungan psikososial diartikan sebagai persepsi terhadap lingkungan.

2.1.4 Macam – macam perilaku

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua menurut (Notoatmodjo, 2003), sebagai berikut :

1. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk

terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini

masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat

diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau

14
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan

atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.2 Kontrol Diri

2.2.1 Defenisi Kontrol Diri

Kontrol diri yaitu menjadi keahlian seseorang agar dapat mengendalikan

pikiran, perasaan, motivasi untuk mengatur diri sendiri dan untuk mengubah

kebiasaan mereka (Tangney et al. 2004). Pengendalian diri sebagai variabel

psikologis yang mempunyai 3 konsep yang saling berkaitan dengan kemampuan

individu untuk mengendalikan dirinya, adalah kemampuan untuk memperbarui

tindakan, kemampuan untuk mengelola prasangka informasi yang tidak terduga dan

kemampuan untuk mengambil tindakan.

Pengendalian diri atau kontrol diri adalah potensi yang dimiliki oleh individu yang

mempunyai tindakan dan ambisi untuk mengontrol perilaku dirinya sendiri yang

menekan atau melawan tingkah laku impulsif.

Menurut Skinner, kontrol diri adalah tindakan diri sendiri dalam

mengendalikan faktor - faktor eksternal yang menentukan perilaku individu. Perilaku

ini dapat dikendalikan dengan berbagai cara, seperti penghindaran, kebosanan,

keengganan terhadap rangsangan dan penguatan diri. Kontrol diri yaitu sebagai

gambaran memutuskan suatu tindakan individu yang dibuat dengan pertimbangan

pikiran tentang tingkah laku yang terstruktur, dan bertujuan untuk meningkatkan nilai

kegunaan tertentu seperti yang apa dicapai. Seseorang yang mempunyai kontrol diri

yang buruk berkali-kali merasa sulit untuk memutuskan akibat yang akan terjadi dari

15
tindakan mereka. Sementara itu, seseorang yang mempunyai tingkat kontrol diri yang

tinggi mereka lebih teliti dalam berperilaku dalam situasi dan mengambil keputusan

(Chita, David, dan Pali 2015).

Menurut Roberts (1975) dalam penelitian Diani Tiona (2019) kontrol diri

komponen yang secara utuh (integrative) yang dilakukan individu terhadap

lingkungannya. Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi akan menggunakan

cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam kondisi yang berbeda atau bervariasi.

Individu akan cenderung mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan situasi

sosial disekitarnya sehingga dapat mengatur kesan yang dibuat oleh perilakunya lebih

responsif terhadap petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha untuk mempelancar

interaksi sosial, bersikap hangat dan terbuka.

2.2.2 Faktor – Faktor Kontrol Diri

Faktor kontrol diri dapat dipengaruhi dari faktor internal dan faktor eksternal,

Gufron dan Risnawita (2016), antara lain:

a. Faktor internal

Faktor internal yang terlibat pada diri individu yaitu umur individu tersebut,

seandainya ketika individu bertambah umur maka individu tersebut akan lebih

baik dalam mengendalikan dirinya sendiri (kontrol diri).

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal yang masuk pada inidvidu perilaku konsumtif yaitu

lingkungan keluarga, karena lingkungan keluarga seperti orang tua akan

menentukan individu tersebut dapat mengendalikan dirinya sendiri atau tidak.

16
Oleh sebab itu, apabila keluarga yakni orang tua memperintahkan sikap

disiplin kepada anaknya secara terus menerus sejak masih kecil serta orang

tua dapat selalu menjalankan apa yang telah disepakati, sehingga sikap

konsisten ini dapat diterapkan pada diri anak. Sehingga mereka dapat

mengontrol dirinya sendiri di kemudian hari.

2.2.3 Aspek – Aspek Kontrol Diri

Aspek kontrol diri menurut Averill (1973) adalah:

1. Kontrol perilaku (behavior control). Kontrol perilaku menunjukkan kesiapan suatu

respon yang secara langsung dapat mempengaruhi atau memodifikasi keadaan

yang tidak menyenangkan. Kontrol perilaku dapat dibedakan menjadi dua

yaitu:

a) Kemampuan mengatur pelaksanaan, yaitu kemampuan individu menentukan

siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan yaitu dirinya atau orang lain.

b) Kemampuan memodifikasi stimulus, yaitu kemampuan individu mengetahui

cara dan waktu mengahadapi stimulus yang tidak dikehendaki. Stimulus dapat

dihadapi dengan menggunakan beberapa cara diantaranya adalah mencegah

atau menjauhi stimulus, menempatkan tenggang waktu diantaranga rangkaian

stimulus yang berlangsung dan menghentikan stimulus sebelum waktunya

berakhir serta membatasi intensinya.

2. Kontrol kognitif (cognitive control) kontrol kognitif menunjukkan kemampuan

individu mengolah informasi yang tidak dikehendaki dengan cara

17
menginterpretasi, menilai atau menghubungkan suatu kejadian dalam

kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis. Kontrol kognitif terdiri dari dua

yaitu:

a) Kemampuan memperoleh informasi, yaitu kemampuan individu

mengantisipasi keadaan atau peristiwa baik atau buruk melalui pertimbangan

yang objektif terhadap informasi yang diperoleh. Informasi mengenai keadaan

yang tidak menyenangkan dapat membantu individu untuk mengantisipasi

keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan.

b) Kemampuan melakukan penilaian, yaitu kemampuan menilai dan menafsirkan

keadaan atau peristiwa tertentu dengan memperhatikan segi - segi positif

secara objektif.

3. Kontrol keputusan (decisional control) kontrol keputusan menunjukkan

kemampuan individu menentukan hasil atau tujuan yang diinginkan. Kontrol

keputusan dapat berfungsi dengan baik apabila terdapat kesempatan dan

kebebasan dalam diri individu untuk memiliki berbagai kemungkinan

tindakan.

2.3 Belanja Online

2.3.1 Defenisi Belanja Online

Belanja online atau E-Commerce adalah sebuah proses transaksi yang

dilakukan melalui media atau perantara yaitu berupa situs-situs jual beli online

ataupun jejaring sosial yang menyediakan barang atau jasa yang diperjualbelikan.

Kini belanja online telah menjadi sebuah kebiasaan bagi sebagian orang, dikarenakan

18
kemudahan yang diberikan, orang-orang banyak beranggapan bahwa belanja online

adalah salah satu sarana untuk mencari barang-barang yang diperlukan seperti

kebutuhan sehari-hari, hobi, dan sebagainya. Belanja online juga dapat diartikan

sebagai keinginan konsumen untuk membelanjakan uangnya untuk mendapatkan

sesuatu yang diinginkan di toko online. Proses tersebut dapat dilakukan dengan cara

memesan barang yang diinginkan melalui vendor atau produsen serta reseller dengan

menggunakan internet. Selanjutnya melakukan pembayaran dengan cara mentransfer

via bank, e-bank, ataupun COD (Cash on Delivery). (Liong Misi et al., 2023)

Menurut Sari (2015) Online shop atau belanja online melalui internet, adalah

suatu proses pembelian barang atau jasa dari mereka yang menjual melalui internet,

atau layanan jual-beli secara online tanpa harus bertatap muka dengan penjual atau

pihak pembeli secara langsung. Online shop bukan hanya sekedar dianggap sebagai

pemilihan dalam berbelanja, melainkan telah menjadi bagian dari adanya perubahan

sosial budaya dalam masyarakat. Pada online shop konsumen bisa melihat barang-

barang berupa gambar atau foto-foto atau bahkan juga video. (Dian Rahayu et al.,

2021)

Menurut Thohiroh (2015) Online shopping atau belanja online melalui

internet, adalah suatu proses pembelian barang atau jasa melalui internet. Sejak hadir

internet, para pedagang telah berusaha membuat toko online dan menjual produk

kepada mereka yang sering menjelajahi dunia maya (internet) melalui berbagai

macam media sosial. belanja online (online shopping) adalah kegiatan jual beli atau

perdagangan elektronik yang memungkinkan konsumen untuk dapat langsung

19
membeli barang atau jasa dari penjual melalui media internet menggunakan sebuah

web browser. Adapun beberapa manfaa berbelanja di Online Shop menurut Juju &

Maya (dalam Sari, 2015) adalah :

1) Menghemat biaya, apalagi jika ba rang yang ingin dibeli hanya ada di luar kota.

Pembeli tidak harus mengeluarkan biaya lebih untuk mencari barang tersebut di luar

kota.

2) Barang bisa langsung diantar ke rumah.

3) Pembayaran dilakukan secara transfer, maka transaksi pembayaran akan lebih aman.

4) Harga lebih bersaing.

2.3.2 Faktor – faktor Belanja Online

Belanja Online telah menjadi kebiasaan bagi sebagian orang karena

kemudahan yang diberikan. Hasil temuan dari penelitian sebelumnya menunjukan

bahwa faktor yang mempengaruhinya yang bisa menjadi acuan dan bahan

pertimbangan bagi online shop yang ada di Indonesia dalam mempertahankan

pelanggannya agar tetap berbelanja di tokonya sehinga tokonya diminati dan disukai

pembelinya. (Reynaldi et al., 2022)

1) Umur konsumen; Salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian online

adalah umur konsumen. Saat ini, generasi yang tumbuh bersama teknologi adalah

generasi milenial dan generasi Z. Generasi milenial adalah mereka yang kini berusia

25-40 tahun, sedangkan generasi Z memiliki rentang usia 9-24 tahun.

2) Teknologi dan smartphone; Pesatnya aktivitas belanja online tidak lepas dari

teknologi dan smartphone. Sebenarnya, platform belanja online sudah ada sejak

20
tahun 2009, akan tetapi saat itu penggunanya masih sangat sedikit serta sulitnya

ketersediaan akses. Setelah penyebaran ponsel pintar secara besar-besaran di seluruh

dunia, barulah belanja online mulai dikenal dan dilakukan oleh masyarakat luas.

3) Keberagaram pilihan menjadi faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian online

Keuntungan berselancar di platform belanja online adalah kita bisa mencari barang

apa pun yang kita mau tanpa merasa lelah. Bandingkan dengan belanja langsung

ke toko konvensional yang pilihan barangnya tidak lengkap atau tidak sesuai dengan

selera yangkita miliki.

4) Proses belanja hemat waktu dan tenaga; Hanya bermodalkan ponsel pintar, Anda

hanya perlu menuliskan barang yang ingin dibeli, serta pilihan harga dan paket

pengiriman yang ingin Anda gunakan. Kemajuan teknologi ini membantu siapapun

agar tidak kerepotan saat berbelanja.

5) Bisa dilakukan di mana saja; Hal yang menarik dari belanja online adalah kita bisa

melakukannya di manapun kita mau. Tak perlu pergi ke tokonya langsung, Anda bisa

belanja sambil tiduran di kasur dan menunggu kurir mengantarkan pesanan.

6) Lebih banyak promo menarik; Salah satu cara yang dilakukan marketplace untuk

menggaet pelanggannya adalah dengan mengadakan banyak promo menarik. Tak

tanggung-tanggung, bahkan beberapa marketplace menjual barang dengan diskon

yang gila-gilaan hingga flash sale setiap bulannya. Aneka promo ini juga menjadi

faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian online. Di satu sisi, pelanggan

senang karena dapat banyak promo. Di sisi lain, pihak penjual dapat banyak

pemasukan.

21
7) Pilihan pembayaran yang beragam dan mudah; Salah satu dampak positif dari

kecanggihan teknologi saat ini adalah fitur pembayaran online yang memudahkan

kita melakukan transaksi tanpa harus bertemu sekalipun. Sayangnya, tidak semua

marketplace menyediakan pilihan metodepembayaran beragam.

2.3.3 Perilaku Belanja Online

Perilaku belanja online mengacu pada proses pembelian produk dan jasa

melalui internet. Maka pembelian secara online telah menjadi alternatif pembelian

barang ataupun jasa. Penjualan secara online berkembang baik dari segi pelayanan,

efektifitas, keamanan, dan juga popularitas. Pada zaman sekarang berbelanja secara

online bukanlah hal yang asing. Konsumen tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga

saat berbelanja online, cukup dengan melihat website bisa langsung melakukan

transaksi pembelian. (Harahap, 2018)

Menurut Liang & Lai (2002), perilaku pembelian online adalah proses

membeli produk atau jasa melalui media internet. Proses pembelian online memiliki

langkah yang berbeda seperti perilaku pembelian fisik. Kekhasan dari proses membeli

melalui media internet adalah ketika konsumen yang berpotensial menggunakan

internet dan mencari-cari informasi yang berkaitan dengan barang atau jasa yang

mereka butuhkan (Meitiana, 2017).

Pemasar (produsen) yang mengerti perilaku konsumennya akan mampu

memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap

informasi yang diterimanya, sehingga pemasar (produsen) dapat menyusun strategi

pemasaran yang sesuai (Sumarwan, 2014). Oleh karena itu pebisnis online harus

22
memiliki dan melakukan strategi yang tepat agar dapat membuat pengguna internet

yang belum melakukan pembelian online tertarik melakukan pembelian secara online

serta dapat mempertahankan pelanggan yang telah ia miliki. Strategi yang tepat dapat

diciptakan dengan mengetahui terlebih dahulu perilaku pembelian online konsumen.

(Lukitaningsih, n.d.).

Daftar belanja online yang disesuaikan, dengan item yang dibeli sebelumnya,

dapat membantu mengurangi variasi dalam ukuran keranjang elektronik.

Kemungkinan terakhir ini, bersamaan dengan kemungkinan memperoleh lebih mudah

informasi harga lebih lanjut (misalnya fitur produk) di situs web, mungkin juga

menjelaskan bahwa konsumen kurang sensitif terhadap harga saat berbelanja online.

Akhirnya, saluran online paling cocok untuk orang sibuk dan untuk hari sibuk. Pada

hari kerja selama seminggu, konsumen memiliki lebih sedikit waktu, jadi bagi

kebanyakan orang, Internet adalah peluang bagus karena ini adalah cara belanja yang

cepat (Brand, 2014).

2.3.4 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Belanja Online

Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku pembelian online konsumen

adalah persepsi manfaat. Menurut Kim, Ferrin, & Rao (2008) persepsi manfaat

merupakan keyakinan konsumen tentang sejauh mana ia akan menjadi lebih baik dari

transaksi online dengan situs web tertentu. Konsep dari kata manfaat mengacu pada

sejauh mana suatu inovasi dianggap lebih baik untuk menggantikan gagasan yang

telah ada (Rogers, 1995).

Manfaat dari berbelanja melalui website mencerminkan pengakuan konsumen

23
bahwa metode belanja baru ini memberikan manfaat tertentu sebagai format belanja

alternatif. Forsythe, Liu, Shannon, & Gardner (2006) menemukan adanya hubungan

positif dan signifikan antara persepsi manfaat pembelian melalui internet dengan

frekuensi pembelian dan waktu yang digunakan untuk pencarian online.

Faktor lain yang memengaruhi perilaku pembelian online adalah persepsi

risiko. Menurut Bauer, Derwall, & Hann (2009) risiko merupakan ketidakpastian dan

konsekuensi yang berhubungan dengan dengan tindakantindakan konsumen.

Kaitannya dengan pembelian, menurut Oglethorpe & Monroe (1994) persepsi risiko

merupakan persepsi konsumen mengenai ketidakpastian dan konsekuensi-

konsekuensi negatif yang mungkin diterima atas pembelian suatu produk atau jasa.

Persepsi risiko konsumen akan meningkat melalui ketidakpastian dan atau besarnya

hubungan konsekuensi yang negatif.

Perilaku pembelian online saat ini menurut Forsythe et al., (2006) terdiri

atas tiga hal, yaitu:

1) Visiting (search); Calon pembeli pertama-tama mengakses situs e-Commerce.

Kunjungannya ini dilakukan setelah mengidentifikasi kebutuhan yang ingin

dibeli. Namun, ada pula yang hanya sekedar ingin meluangkan waktunya

melihat-lihat produk, jasa atau promo yang ditawarkan pihak e-commerce.

2) Purchasing; Setelah seseorang melakukan kunjungan atau pencarian dan

menemukan produk atau jasa yang cocok baginya, ia kemudian akan melakukan

pembelian. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi pembelian seseorang di

situs e-commerce. Pertama, seseorang melakukan pembelian karena memang

24
membutuhkan barang atau jasa tersebut. Kedua, seseorang melakukan pembelian

karena tertarik dengan promo yang ditawarkan penyedia layanan e-commerce.

3) Multi-channel shopping : Adalah fitur yang disediakan oleh situs e-commerce

dalam bentuk penyediaan berbagai macam jalur atau cara pembelian bagi

konsumennya. Hal ini bertujuan untuk memaksimalkan nilai belanja konsumen.

Konsumen yang akan membeli bisa membeli produk dengan cara yang

disenanginya. Sebagai contoh yaitu pada e- Commerce Salestock. Konsumen

Salestock bisa melakukan pembelian tidak hanya melalui website, tapi bisa juga

melalui aplikasi di Smartphone, Whatsapp, Line, Chat Facebook dan Instagram.

25
2.3.5 Theory Of Planned Behavior (TPB)

Theory of Planned Behavior merupakan model yang parsimoni dan sukses

dalam memprediksi perilaku pada umumnya (Watson et al, 2014.) dan juga

menyelidiki hubungan antara sikap dan tindakan Terdapatnya kesenjangan antara

sikap terhadap perilaku pembelian aktual, membuka peluang bagi penelitian

selanjutnya untuk mempertimbangkan perlunya memasukkan variabel lain agar

dapat meningkatkan dan memberikan dukungan untuk utilitas model dalam

memprediksi perilaku. Sanyal (2014) meneliti sikap konsumen tentang barang

mewah dalam perspektif konsumen India. Niat tidak selalu memiliki pengaruh

positif pada penggunaan aktual dari merek-merek barang mewah. (Meitiana, 2017)

Faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian aktual dari konsumen

termasuk variabel yang dapat diamati secara langsung, seperti campuran pemasaran,

fitur produk dan demografi, dan variabel yang tidak dapat diamati secara langsung,

seperti variabel psikologis, sosial dan budaya. Penelitian tembus yang mampu

menjelaskan faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen berdasarkan Teori

Planned Behavior, dekomposisi Teori Planned Behavior dan Technology

Acceptance Model.

26
Membahas perilaku investasi secara online dan dengan demikian, secara

signifikan terlibat dalam produk. Karena risiko yang dirasakan konsumen memiliki

pengaruh besar pada perilaku pembelian mereka, studi ini mencoba untuk

menggabungkan dekomposisi Teori Planned Behavior dengan teori-teori kualitas

hubungan dan keterlibatan produk untuk mendirikan sebuah model penelitian yang

lengkap.

Sikap Terhadap Perilaku


( Attitude toward the
behavioral) )

Norma subjektif Niat (intention) Perilaku (Behavior)


(Subjective Norm))

Kontrol
perilaku persepsian
(Petceived behavior)

Gambar 2.1 Theory of Planned Behavioral


Sumber: (Asadifard, Rahman, Aziz, & Hashim, 2015)

2.4 Kerangka Konsep

2.4.1 Kerangka Pikir

Mahasiswa merupakan generasi muda dengan memiliki tingkat pemahaman

dan pengetahuan yang luas mampu menjadi agen perubahan di lingkungan

masyarakat, oleh karena itu kehadirannya sangat berperan penting bagi kemajuan

bangsa di masa yang akan datang. Namun adanya perubahan zaman dari masa ke

masa yang saling beriringan dengan majunya teknologi informasi dan komunikasi

27
telah membawa perubahan perilaku konsumsi mahasiswa menjadi konsumtif.

Perilaku konsumtif menurut Sumartono (2002) merupakan kegiatan

membelanjakan sesuatu atas dasar keinginan yang kuat dengan keputusan

pembeliannya tanpa pertimbangan dan alasan yang logis, sehingga mengarah pada

perilaku yang boros karena lebih mengutamakan keinginan dibanding kebutuhan.

(Syaiful, 2023)

Perilaku konsumtif merupakan sifat alamiah yang dimiliki setiap orang dalam

kehidupan sehari-hari. Penempatan definisi perilaku konsumtif menurut (Sugianto

dan Erdiansyah, 2020) bahwa perilaku konsumtif terjadi karena individu tidak dapat

berpikir secara rasional dalam memenuhi perilaku yang terjadi karena manusia ingin

berkecukupan memenuhi keinginannya. Hal ini dipertegas oleh (Khaidarsyah dan

Haruna, 2021) perilaku konsumtif seseorang dan kini tidak lagi berdasarkan

pertimbangan rasional tetapi karena keinginan yang sudah mencapai irasional.

(Purwati et al., 2023)

Media sosial sebagai platform online yang digunakan orang membangun

jaringan sosial atau hubungan sosial dengan orang lain yang memiliki kesamaan

minat pribadi, karir, aktivitas, latar belakang atau koneksi kehidupan nyata.

Keterlibatan media sosial dalam penggunaannya diperkirakan dapat menjangkau

banyak orang, diutamakan oleh individu atau konsumen dengan tampilan mencolok

saat membeli produk. Indikator media sosial yang mendukung ke arah perilaku

konsumtif antara lain kemudahan akses informasi, membangun kepercayaan

konsumen melalui internet, dan kualitas informasi (Widada, 2018).

28
2.4.2 Kerangka Konseptual

Berdasarkan teori yang telah diuraikan, maka dapat di gambarkan kerangka

pikir penelitian ini sebagaiberikut:

Kontrol Diri
Perilaku
Belanja Online

Kontrol Pembelian
Perilaku Implunsif

Kontrol Pembelian
Kognitif Tidak Rasional

Mengontrol
Pemborosan
Keputusan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis penelitian ialah dugaan jawaban yang bersifat sementara dan perlu

dibuktikan kebenarannya. Hipotesis pada penelitian ini yaitu:

H0 : tidak adanya pengaruh kontrol diri terhadap perilaku belanja online dikalangan

mahasiswi.

Ha : adanya pengaruh kontrol diri terhadap perilaku konsumtif belanja online di

kalanagan mahasiswi.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel

3.1.1 Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Terdapat dua variabel

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2015). Dalam penelitian ini yang

menjadi variable terikat adalah perilaku belanja online.

2. Variabel Bebas (Independent)

Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau sebab timulnya variable terikat (Sugiyono, 2015). Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah kontrol diri.

3.2 Partisipan

3.2.1 Populasi

Populasi adalah seluruh karakteristik dan jumlah yang dimiliki suatu objek

dengan kualitas tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah subyek

30
Mahasiswi yang pernah atau sedang melakukan kegiatan belanja secara online (online

shopping). Kriteria populasi dari penelitian ini ditentukan berdasarkan pendapat

Utami dan Sumaryono (2008) yang mengemukakan bahwa penelitian mengenai

perilaku belanja online lebih cocok dikaitkan dengan wanita yang masih

mengutamakan sisi emosionalitas jika dibandingkan dengan laki-laki. Berdasarkan

pengertian tersebut maka populasi dalam penelitian ini disesuaikan dengan fenomena

yang akan diteliti yaitu mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa

Cendana.

3.2.2 Sampel

Sampel ini merupakan sebagian kecil dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki populasi. Ketika seorang peneliti tidak mampu mempelajari segala sesuatu

dalam suatu populasi karena populasinya besar dan sumber daya, tenaga, dan waktu

terbatas, peneliti dapat mengambil sampel dari populasi yang mewakili.yang menjadi

sampel yang akan diteliti Sampel yang diambil harus representatif. Jika sampel tidak

representatif maka penelitian tidak dapat dipercaya (Fadilla et al., 2022).

Pengambilan sampel dimulai dengan identifikasi awal subjek yang terlibat


dalam masalah penelitian. Kemudian berdasarkan hubungan keterkaitan langsung
maupun tidak langsung dalam suatu jaringan, dapat ditemukan sampel berikutnya.
(Nurdiani, 2014), kriteria dalam penelitian :
1) Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
2) Jenis Kelamin Perempuan
3) Melakukan Belanja Online
4) Akif dalam mengakses media sosial

31
3.3 Desain Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti, metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk angka dan dianalisis menggunakan

teknik statistik (Sangadji & Sopiah, 2010). Teknik uji statistik yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi linier satu prediktor yang mempunyai tujuan

untuk melihat apakah terdapat pengaruh kontrol diri terhadap perilaku belanja online

dikalangan mahasiswa.

Berdasarkan cara penelitiannya, penelitian ini merupakan penelitian survei

menggunakan angket. Penelitian survei adalah penelitian yang mengumpulkan data

pada saat tertentu (Sangadji & Sopiah, 2010).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala pengukuran

(Sugiyono, 2013), skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan untuk

menentukan jarak alat ukur yang dapat menghasilkan data kuantitatif. Skala

pengukuran memungkinkan Anda menggunakan serangkaian angka untuk

menentukan nilai variabel yang diukur ini lebih akurat, efisien, dan mudah

dikomunikasikan (Sugiyono, 2018).

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode jenis skala tertutup secara

langsung, yang berarti skala akan di sampaikan secara langsung pada responden tanpa

melalui perantara atau orang lain serta memberi kesempatan pada responden agar

32
memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Skala ini disebarkan menggunakan

Google Formulir. Data yang diperoleh melalui penyebaran skala tersebut meliputi

data tentang skala pengaruh kontrol diri terhadap perilaku belanja online.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua skala psikologi, yakni Self

Control Scale untuk mengukur tingkat kontrol diri dan Skala Sikap Konsumtif untuk

mengukur tingkat perilaku belanja. Format penskalaan yang dipilih ialah model Skala

Likert disusun dengan menggunakan 4 jenjang nilai, yaitu STS (sangat tidak setuju),

TS (tidak setuju), S (setuju). SS (sangat setuju) (Azwar, 1997 dalam Munazzah,

2016).

Jawaban Favourable Unfavourabele


Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Tabel 3.1 Skor Skala Likert

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

1. Skala Perilaku Konsumtif

Untuk mengukur variabel konsumtif alat ukur yang digunakan diadaptasi dari

instrumen alat ukur reisyi dhia aini dari Fakultas Psikologi Universitas Islam

Indonesia, Yogyakarta tahun 2015. Menggunakan alat ukur yang sumartono dengan

skala perilaku konsumtif dikembangkan berdasarkan aspek-aspek Sumartono (2002).

33
Skala ini mengukur delapan aspek perilaku konsumtif, yaitu:

a. Membeli barang karena hadiah yang menarik.

b. Membeli barang karena kemasannya yang menarik

c. Membeli barang karena untuk menjaga diri dan gengsi.

d. Membeli barang karena ada program potongan harga.

e. Membeli barang untuk menjaga status sosial

f. Membeli barang karena pengaruh model yang mengiklankan barang.

g. Membeli barang dengan harga mahal karena akan menambah nilai

rasa percaya diri

h. Membeli barang dari dua barang sejenis dengan merk yang

berbeda

34
Tabel 3.2 Blue Print Instrumen Konsumtif

Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Total


1. Pembelian 1. Membeli 1,2,34 4
produk tanpa barang karena
pertimbangan hadiah yang
yang menarik
cenderung 2. Membeli barang
berlebihan 5,6 2
karena
kemasannya
yang menarik
3. Membeli barang 7,8,9
karena untuk 2
menjaga diri dan
gengsi
4. Membeli barang
karena ada 10,11,12 3
program
potongan harga
2. Fungsi 1.Memberi barang 13, 4
Simbolik yang didianggap 14,15,16
yang dimiliki menjaga status sosial
suatu produk
meningkatkan 2.Memberi barang
17,18,19,21 4
status karena pengaruh model
individu yang mengiklankan

3. Memberi barang
dengan harga mahal 22,23,24 3
akan menambah
kepercayaan diri

4. Membeli barang
dengan dua jenis yang
25,26,27,28 4
sama dengan merk
berbeda

Total 28

35
2. Skala Kontrol Diri

Skala ini bertujuan untuk mengukur tingkat kontrol diri pada mahasiswi yang

memiliki 3 aspek yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif, kontrol keputusan. Peneliti

mengadaptasi alat ukur skala kontrol diri untuk mengukur tingkat kontrol diri dari

aspek yang dikemukakan oleh Averill, 1973 (dalam Diani Tiona, 2019).

Tabel 3.3 Blue Print Instrumen Kontrol Diri

Dimensi Indikator Favorable Unfavorable Total


1.Kontrol 1.Mengendalikan 1 1
perilaku keinginan dalam diri
2.Mengandalikan
situasi diluar dirinya 2,3 2
3. Dapat
mengendalikan 4,5 2
Situasi
2.Kontrol 1. Menilai keadaan 7,9 6,9 4
Kognitif dengan
memperhatikan segi-
segi positif
secara objektif
2. Mengantisipasi
keadaan yang tidak 11,14 10,12,13 5
menyenangkan
3.Kontroldalam 1.Memilih tindakan 16 15,17,18,19 5
pengambilan berdasarkan apa yang
keputusan di yakini
2.Menentukan pilihan
sebelum bertidak 20,21,22 23 4

Total 23

36
3.4.3 Uji Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian memiliki dua kriteria lulus uji yaitu validitas dan

reliabilitas. Validitas merupakan sejauh mana ketepatan instrumen dalam melakukan

pengukuran, sedangkan reliabilitas memperlihatkan sejauh mana suatu instrumen

dapat dipercaya. Uji validitas merupakan uji yang berfungsi untuk melihat apakah

suatu alat ukur tersebut valid atau tidak valid. Sedangkan reliabilitas adalah indeks

yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan.

Sehingga uji reliabilitas dapat digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur,

apakah alat ukur tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Alat ukur

dikatakan reliabel jika menghasilkan hasil yang sama meskipun dilakukan

pengukuran berkali-kali.

Kuesioner Self Control Scale (SCS) telah diuji validitas dan reliabilitas

sebelumnya. Validitas kuesioner kontrol diri telah diuji pada penelitian, mengenai

kontrol diri dan perilaku belanja online pada Mahasiswa. Alat ukur ini diuji pada

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat universitas Nusa Cendana.

Menurut Sumadi Suryabrata (2004: 28) reliabilitas menunjukkan

sejauhmana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hasil pengukuran

harus reliabel dalam artian harus memiliki tingkat konsistensi dan kemantapan.jika

nilai koefisien reliabilitas Cronbsch alpha >0,8. Maka instrumen memiliki reliabilitas

yang tinggi, sementara koefisien reliabilitas pada kategori sedang adalah 0.6 – 0.7.

sedangkan untuk koefisien reliabilitas yang rendah adalah dibawah 0.6.

Untuk mengukur self-control diperoleh berdasarkan selfcontrol scale yang

37
dikembangkan oleh Gottfredson dan Hirschi (dalam McMullen, 1999), teori ini

memiliki enam dimensi self-control rendah yang terdiri dari 1 23 aitem pertanyaan.

Hasil menunjukan bahwa aitem – aitem yang dimuat didalam skala mampu

mengukur tingkat kontrol diri pada perilaku belanja online di peroleh alpha Cronbach

= 0,84 dengan kriteria reliabel tinggi.

Alat ukur Self Control Scale telah digunakan sebagai alat ukur pada

penelitian yang dilakukan (Diani, 2019) untuk mengukur tingkat kontrol diri pasa 50

mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana. Alat ukur ini

telah diuji validitasnya dengan hasil menunjukan bahwa terdapat 20 butir soal yang

dapat digunakan untuk mengukur variabel kontrol diri pada uji final.

3.5 Teknik Analisis Data

Bagian ini menjelaskan mengenai analisa data yang dilakukan dalam

penelitian penentuan uji statistik dan uji hipotesis

3.5.1 Statistik

Proses analisis data pada penelitian ini menggunakan pemodelan spss untuk

mendapatkan skor murni (true score) dengan aplikasi spss dan pada pengujian

hipotesis perhitungannya dengan menggunakan aplikasi SPSS.

3.5.2 Analisis Deskriptif

Analis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran data yang telah

dikumpulkan. Data yang digambarkan berupa tabel ataupun grafik untuk mengetahui

modus, median, mean dan persebaran data melalui standar deviasi atau presentasi dari

data demografi yang telah terkumpul (Sugiyono, 2016).

38
3.5.3 Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang akan diolah

berdistribusi normal atau tidak. Dalam melakukan uji normalitas digunakan sistem

SPSS, apabila hasil signifikansi lebih besar dari 0,05 artinya normalitas data

terpenuhi (Rangkuti & Wahyuni, 2017).

3.5.4 Uji Linieritas

Uji statistik dengan teknik analisis regresi dapat dilakukan apabila data yang

diolah memenuhi uji asumsi linieritas. Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan

sistem SPSS dengan melihat apakah hasil signifikannya lebih kecil dari 0,05 atau

lebih besar, jika lebih kecil hal tersebut menandakan bahwa kedua variabel bersifat

linier satu sama yang lain.

3.5.5 Menguji Hipotesis

1) Uji analisis regresi

Analisis regresi dilakukan untuk menentukan prediksi suatu variabel

(Rangkuti, 2017). Jenis teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah satu analisis regresi karena hanya berisi satu variabel prediksi. Di

bawah ini adalah persamaan regresi garis tunggal dengan satu variabel

prediksi. Rumus regresi linier sederhana;

Y = a + bx

39
Keterangan :

Y : Variabel dependen

a : Konstanta

b : Koefisien prediktor

x : Variabel prediktor

Interpretasi uji regresi adalah sebagai berikut (Rangkuti dan Wahyuni, 2017)

3.6 Hipotesis Statistik

Adapun yang dijelaskan pada bagian ini antara lain

1. Perumusan Hipotesi, dan

2. Hipotesis Penelitian

3.6.1 Perumusan Hipotesis

Adapun perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ho : r = 0

Ha : r ≠ 0

Keterangan :

Ho = Hipotesis nol

Ha = Hipotesis alternative

3.6.2 Hipotesis Penelitian

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar kontrol diri dengan

Perilaku belanja online

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara kontrol diri dengan perilaku belanja

online

40
3.7 Organisasi dan Personalia Penelitian

1. Pembimbing

Pembimbing I : Ibu DR. Marni, S.KM., M. Kes

Pembimbing II : Ibu Feronika Ratu, S.Psi., M.Psi., Psikolog

2. Peneliti

Nama : Christianti Leonisa Beda

NIM : 2007020025

Program Studi : Psikologi

41
3.8 Jadwal Kegiatan Penelitian

No Uraian Waktu
Kegiatan November desember januari februari Maret april Mei
1. Penyusunan
dan seminar
Usulan
Penelitian
2. Persiapan
Penelitian
a. Perijinan
Persiapan
bahan dan
instrumen
3. Pengumpulan
Data
4. Analisis Data
5. Penulisan
laporan dan
Seminar
Hasil
Penelitian
6. Revisi Hasil
Penelitian
7 Ujian Skripsi
Tabel 3.5 Jadwal Kegiatan Penelitian

42
3.9 Rencana Anggaran

No Jenis Biaya Jumlah (Rp)

1 ATK / Bahan Habis Pakai 50.000

2 Pengadaan Proposal 500.000

3 Pengadaan Laporan 500.000

4 Foto Copy, Cetak , Jilid 900.000

Total Pengeluaran 1.950.000

Tabel 3.6 Rencana Anggaran

43
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. N. F., & Suja’i, I. S. (2022). pengaruh gaya hidup dan media sosial
terhadap perilaku konsumtif. Jurnal
Pendidikan DEWANTARA: Media Komunikasi, Kreasi Dan Inovasi Ilmiah
Pendidikan, 8(2), 72–84. https://doi.org/10.55933/jpd.v8i2.402
Aini, E. N., & Andjarwati, A. L. (2020). Pengaruh Gaya Hidup Konsumtif dan
Kualitas Produk Terhadap Keputusan Pembelian. BISNIS : Jurnal Bisnis Dan
Manajemen Islam, 8(1), 17. https://doi.org/10.21043/bisnis.v8i1.6712
Amelia, D. (n.d.-a). hubungan antara self control dengan perilaku konsumtif belanja
online padamahasiswa unp.
amelia, d. (n.d.-b). hubungan antara self control dengan perilaku konsumtif belanja
online padamahasiswa unp.
Andika, M., Masithoh, S., Kholiq, Y. N., Nisa, D. A., & Rohmah, N. (n.d.).
Efektivitas Marketplace Shopee sebagai Marketplace Belanja Online yang Paling
Disukai Mahasiswa. In Journal of Education and Technology.
http://jurnalilmiah.org/journal/index.php/jet
Candra, Y., Nastasia, K., & Fenia, S. Z. (2021). Hubungan Antara Kontrol Diri
dengan Perilaku Konsumtif pada Siswa Kelas XI SMAN 10 Padang. Jurnal
Ekonomi Dan Bisnis Dharma Andalas, 23(1),
Dian Rahayu, C., Bararah, H. M., Nabila Zuhdi, K., Iqbal Perdana, M., Fina Aprilia,
N., Herjati Putra Dionchi, P., & Dwita Yuniar, A. (2021). Perilaku konsumtif
sebagai dampak online shop di kalangan mahasiswa Sosiologi 2019 Universitas
Negeri Malang. Jurnal Integrasi Dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial, 195,
542–546.https://doi.org/10.17977/um063v1i52021p542-546
Ekonomi, J., Teknologi, M., Septiansari, D., & Handayani, T. (2021). Pengaruh
Belanja Online Terhadap Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa di Masa Pandemi
Covid-19. Teknologi, 5(1), 53–65.https://doi.org/10.35870/emt.v5i1.372

44
Hanada, K. (n.d.). pengaruh social media marketing bloomka dalam pandemi covid-
19 terhadap intention to buy.
https://www.researchgate.net/publication/351139684
harahap, d. a. (2018). perilaku belanja online di indonesia: studi kasus. jrmsi
-Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 9(2), 193–213.
https://doi.org/10.21009/jrmsi.009.2.02 Jurnal A. Nooriah Mujahidah -
1644040021 - bab 2 paragraf 1.pdf. (n.d.).
Husein, U. (2011). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Thesis Bisnis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Indrajit, R. E. (2001) E-Commerce: Kiat dan Strategi Bisnis di Dunia Maya, Jakarta:
PT. Elek Media Komputindo.
Liong Misi, H., Asia Putri Darwis, M., Marhaeni Sabil, dan, & Amkop Makassar,
S. (2023). pengaruh aplikasi belanja online dan gaya hidup terhadap perilaku
konsumtif. mars Journal, 3(2). https://jurnal.ilrscentre.or.id/index.php/mars
Lukitaningsih, A. (n.d.). peranan segmentasi dalam perilaku konsumen guna
menciptakan iklan yang efektif.
Lina dkk. (2008). Perilaku Konsumtif Berdasar Locus Of Control Pada Remaja Putri.
Jakarta: Grafindo
Meitiana, M. (2017). Perilaku Pembelian Konsumen: Sebuah Tinjauan Literatur
Theory of Planned Behavior. Jurnal Ekonomi Modernisasi, 13(1), 16.
https://doi.org/10.21067/jem.v13i1.1762
Nugroho, A. P. (n.d.). Metode Pengumpulan Data.
https://www.researchgate.net/publication/364383690
Nurazijah, M., Lailla, S., Fitriani, N., Rustini, T., Studi, P., Guru, P., & Dasar, S.
(2023). Pengaruh Gaya Hidup Hedonis terhadap Perilaku Konsumtif di Kalangan
Mahasiswa. Journal on Education, 05(02).
nurdiani, n. (2014). teknik sampling snowball dalam penelitian lapangan (vol. 5, issue
2).
Nurdiana, I. (2020). Perbedaan Penelitian Kuantitatif Dan Kualitati

45
purwati, r., pristiyono, p., & halim, abd. (2023). analisis perilaku konsumtif terhadap
belanja online sebagai kebutuhan ataukah gaya hidup. Jesya, 6(2), 2152–2166.
https://doi.org/10.36778/jesya.v6i2.1175
Rahayu, L. P., & Susanti, A. (2022). Pengaruh Faktor Harga, Keamanan, Kemudahan,
dan Kepercayaan Terhadap Perilaku Belanja Online Dimasa Pandemi Covid-19.
Ekonomi, Keuangan, Investasi Dan Syariah (EKUITAS), 3(3), 538–544.
https://doi.org/10.47065/ekuitas.v3i3.1279
Rahmat, P. S. (2019). Equilibrium: Jurnal Penelitian Pendidikan dan Ekonomi
fenomena cara belanja online shop di kalangan MAHASISWA (Studi
Kasus:Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi UNIKU). 16(1).
https://doi.org/10.25134/equi.v16i01
Reynaldi, F., Latif, D., & Ishak, A. (2022). Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Belanja Online Berbasis Smartphone: Sebuah Studi Empiris dari Pembelanja
Wanita Muda di Indonesia (Vol. 01, Issue 03).
https://journal.uii.ac.id/selma/index
Shiratina, A., Indika, D. R., Komariyah, I., Kania, D., Solihin, E. H., Kunci, K.,
Online, I., Online, P., Minat, D., & Konsumen, B. (2020). Pemasaran Online
Melalui Penerapan Iklan Secara Digital. In Jurnal Sain Manajemen (Vol. 2, Issue
1). http://ejurnal.ars.ac.id/index.php/jsm/index
Syaiful, A. (2023). Peran Mahasiswa sebagai Agen Perubahan di Masyarakat. Journal
of Instructional and Development Researches, 3(1), 29–34.
https://doi.org/10.53621/jider.v3i1.102 Widada, C. K. (2018). mengambil
manfaat media sosial dalam
pengembangan layanan. Journal of Documentation and Information Science,
2(1), 23–30. https://doi.org/10.33505/jodis.v2i1.130
Sugiono.( 2016) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Working in SPSS. (2018). Intermediate Statistics Using SPSS, 20–42
Widyaningrum, S., & Puspitadewi, N. (2016). Perbedaan Perilaku Konsumtif

46
Ditinjau dari Tipe Kepribadian Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Sandra
Widyaningrum, Ni Wayan Sukmawati Puspitadewi Program Studi Psikologi
Universitas Negeri Surabaya. Jurnal Psikologi Teori Dan Terapan, 6(2), 102–
106. Retrieved from https://docplayer.info/67563592-Perbedaan perilaku-
konsumtif-ditinjau-dari-tipe-kepribadian-pada-siswa-sekolah menengah-
atas.htm
Yeni Widiyawati1, Christina Dwi Sakti Ningsih2, Fera Lestari2 dan Galuh
Pramita2,July 2022. (n.d.). Yeni Widiyawati1,dkk.,July 2022. (n.d.).
Musianto, L. S. (2002). Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan
Kualitatif. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No. 2, hal.123 - 136.
Renaldy, M., Dewi, R. S., & Hidayatullah, M. S. (2018). Hubungan Kontrol Diri
Dengan Perilaku Konsumtif Konsumen Online Shop Melalui Sosial Media Pada
Mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Lambung Mangkurat (Vol. 1).
Jurnal Kognisia.
Syarastany, M. Y. (2021). Pengaruh Kontrol Diri dan Konformitas Terhadap Perilaku
Konsumtif pada Mahasiswa Pengguna Shopee.
Tiona , D. (n.d.). Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Perilaku Konsumtif Belanja Online
Mahasiswa
Maryam, D. (2016). Pengaruh Konformitas dan Kontrol Diri Terhadap Perilaku
Konsumtif Mahasiswi UIN Maliki Malang Angkatan 2013

47
LAMPIRAN

Lampiran 1

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN )

Yang bertandatangan di bawah ini :


Nama ( inisial ) :
Umur :
Jenis Kelamin :

Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :


1. Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Kontrol Diri terhadap Perilaku Belanja
Online Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subjek
3. Manfaat ikut sebagai informan penelitian
4. Prosedur penelitian

Dan responden penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan


mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh
karena itu, saya bersedia secara sukarela untuk menjadi subjek penelitian dengan
penuh kesadaran serta tanpa paksaan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.

Penulis Kupang, Februari 2024

Christianti L. Beda .......................................

48
Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kupang, Februari 2024

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian dengan judul “ Pengaruh Kontrol Diri


Terhadap Perilaku Belanja Online di Kalangan Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat Undana”

Peneliti:
Nama : Christianti Leonisa Beda
NIM : 2007020025
Jurusan : Psikologi
Fakultas : Kesehatan Masyarakat

Memohon kesediaan Mahasiswa sebagai informan dalam penelitian ini, untuk


meluangkan waktunya dalam menjawab pertanyaan – pertanyaan yang ada pada
panduan wawancara tanpa ada paksaan.

Semua keterangan dan jawaban yang saya peroleh hanya untuk kepentingan
penelitian. Keterangan dan jawaban yang akan di berikan subjek sangat membantu
dalam kelancaran penelitian peneliti.

Atas perhatian dan bantuan yang di berikan, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya

Christianti Leonisa Beda

49
50
51

Anda mungkin juga menyukai