Anda di halaman 1dari 43

Pengaruh Tren Thrift Shopping Terhadap Minat Belanja

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya


Proposal Penelitian

Dosen Pengampu :
Nur Romdlon Maslahul Adi, M. Pd

Disusun oleh:
Winaldha Enya Cesiliana
B9521934

Program Studi Ilmu Komunikasi


Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era digitalisasi telah merambah hampir ke segala penjuru dunia. Di
indonesia, hampir seluruh masyarakat yang tinggal di daerah urban tidak asing
lagi dengan internet dan budaya digital. Mengingat pandemi Covid-19 yang
melanda berbagai negara sejak awal 2020 lalu menyebabkan kondisi
perekonomian kian terpuruk, disamping adanya krisis kesehatan.

Banyak usaha-usaha kecil yang terpaksa gulung tikar serta pekerja yang
mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), menimbulkan tingginya jumlah
pengangguran. Di kuarter pertama 2020 dalam data proyeksi pertumbuhan
ekonomi Indonesia mengalami penyusutan dengan pertumbuhan sekitar 1%.
disamping itu, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang
hingga kini belum berakhir berdampak pada berbagai sektor usaha, terutama
sektor retail dan manufaktur yang mengalami tingkat pertumbuhan terendah
dengan nilai 1,9% - 2,1% per tahun (YoY).1

Walaupun tidak seketat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), PPKM


juga memberikan dampak yang tidak jauh berbeda. Di mana masyarakat masih
tetap disarankan untuk beraktifitas serta tinggal di rumah saja apabila tidak ada
keperluan yang darurat atau urgen. Side effect dari kondisi tersebut adalah
meningkatnya jumlah penggunaan internet dan perilaku konsumtif masyarakat
secara masif, mengingat adanya peran signifikan dari digitalisasi. Akibatnya,
terdapat perubahan kebiasaan belanja masyarakat yang mulanya secara
konvensional kini beralih menjadi online.

Sejatinya belanja melalui platform online bukanlah hal yang baru di


kalangan masyarakat Indonesia. Budaya belanja online di Indonesia telah ada

1
Amirah Shinta Permatasari dkk, “Pengaruh Komunikasi Pemasaran Thrift Shop terhadap Tingkat
Konsumsi Fashion di Masa Pandemi,” Jurnal Ilmu Komunikasi 11, no. 1 (April 2021): 94-107,
https://doi.org/10.15642/jik.2021.11.1.93-107
sejak tahun 1993, yang awalnya dipelopori oleh situs Bhinneka.com yang kala itu
menjual komputer, laptop, gadget, dan aksesoris elektronik terlengkap.
Keberadaan situs belanja online juga tidak terlepas dari pasang surutnya sebelum
kembali bersinar pada tahun 2010 dengan hadirnya Go-Jek situs market place
Bukalapak.2 Oleh sejak itu, banyak aktor-aktor bisnis yang memanfaatkan
platform online untuk membuka peluang usaha.

Menurut data dari report Economy SEA tahun 2019, Indonesia memiliki
kontribusi dalam perdagangan online di Asia Tenggara dengan nilai bisnis
perdagangan situs e-commerce (perdagangan online) sebesar US$ 1,7 miliar. 3
Kalangan milenial (generasi Y) serta generasi Z saat ini merupakan kontributor
terbesar dalam budaya belanja online. Mengingat kedua generasi inilah yang
paling identik dengan digitalisasi. Karl Mannheim (1923) dalam Generation
Theory-nya mendeskripsikan generasi milenial sebagai generasi yang lahir dalam
rentang tahun 1980 hingga tahun 2000. Istilah milenial pertama kali digunakan
oleh Howe dan Strauss (2000). Mereka menjelaskan bahwa kalangan milenial
adalah anak-anak yang lahir pada tahun 1982 masuk pra-sekolah. Carlson (2008)
juga mengutarakan pendapatnya, generasi milenial menurutnya adalah kelompok
yang lahir dalam kurun 1983 hingga tahun 2001.4 Sedangkan generasi Z
dipaparkan oleh Bencsik, Csikos dan Juhez (2016) dalam penelitiannya yang
mana generasi ini dikelompokkan dalam rentang tahun lahir 1995-2010,
merupakan generasi paling muda yang baru memasuki angkatan kerja dan
memiliki karakter utama multi-tasking, yakni dapat mengoperasikan segala
kegiatan dalam satu waktu dengan memanfaatkan teknologi.5

2
https://merahputih.com/post/read/kisah-masuknya-budaya-belanja-online-ke-indonesia
3
Dwi Hadya Jayani, “Inilah Potensi Ekonomi Digital Indonesia 2015-2025,” databoks 10 April,
2019, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/1 0/04/inilah-potensi-ekonomi-digital-
indonesia-2015-2025.
4
Hasan Sazali, Fakhrur Rozi, “Belanja Online dan Jebakan Budaya Hidup Digital padaMasyarakat
Milenial,” Jurnal Simbolika: Research and Learning in Comunication Study 6, no. 2(Oktober
2020): 85-96, https://doi.org/10.31289/simbollika.v6i2.3556
5
Yanuar Surya Putra, “Theorical Review: Teori Perbedaan Generasi,” Jurnal Among Makanti 9,
No. 18 (Desember 2016): 123-134,
https://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/viewFile/142/133
Budaya belanja online kini bisa dibilang telah menjadi salah satu lifestyle
dan beralih menjadi budaya populer yang dipraktikkan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Budaya ini mengakomodasi komersialisme dan
mendongkrak perilaku konsumerisme, berdampingan dengan kelebihan profit dan
pasar, dan juga mengingkari tantangan intelektual. Sehubungan dengan budaya
online shopping yang booming terutama di tengah pandemi saat ini, muncul tren
thrift shop di kalangan muda-mudi Indonesia.

Thrift store dapat dikatakan sebagai toko yang menjual barang-barang


bekas yang masih layak pakai. Tren thrift shop sendiri telah ada sejak tahun ‘80-
an di Amerika Serikat, dan salah satunya adalah toko yang dioperasikan oleh
organisasi non profit seperti Goodwill serta toko-toko konsinyasi kelas atas (yang
menjual barang branded bekas). Thrift shop menjadi terobosan alternatif bagi
banyak konsumen yang memiliki pendapatan yang lebih rendah dan/atau yang
berhemat selama krisis ekonomi.6

Kala itu, thrift shopping atau belanja barang bekas didefinisikan secara
luas sebagai konsumen yang berbelanja di berbagai bentuk alternatif ritel seperti
bisnis estat, bisnis garasi, bisnis pekarangan, pasar lea, swap meets, dan terutama
toko barang bekas (Williams, 2003). Bardhi dan Arnold (2005) mengidentifikasi
enam cara berbeda di mana konsumen mempraktikkan penghematan saat
berbelanja barang bekas, membedakan dari perencanaan awal dan pre-shopping
yang cermat, hingga pembatasan belanja langsung, berburu barang murah, serta
daur ulang.

Pada tahun 2018 tingkat konsumsi pakaian bekas di Indonesia telah


mencapai IDR 5 miliar dengan nilai growth sebesar 8,9% (YoY) dibandingkan
pada tahun 2017 dengan jumlah IDR 1,5 miliar (kemenperin.go.id). 7 hal ini

6
Emin Civi, Lee Jolliffe, “Thrift shopping as a post-recession leisure and tourism pursuit,” The
Journalof The College of Tourismand Hotel Management,no. 13 (Autumn 2013): 20-30,
3.1.10_2013_Polyzos_Niavis_Tourism_Today-with-cover-page-v2.pdf
7
MF Al Fawwaz, AFM Trenggana, “Analisis Pengaruh Promotion Mix, Visual Merchandising and
Price Terhadap Keputusan Pembelian Brandablestuff,” Jurnal e-Proceeding of Management 7,
No.2 (Agustus 2020): 4122-4133,
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/management/article/download/13
526/13059
menandakan bahwa peminat budaya thrift shopping ini terus meningkat setiap
tahunnya. Pada tahun 2020 hingga saat ini di mana kondisi perekonomian
Indonesia belum sepenuhnya membaik, tren thrift shopping sebaliknya malah
semakin eksis. Banyak kalangan milenial yang semakin tertarik dengan produk-
produk fashion yang ditawarkan. Tren fashion yang sedang happening saat ini
adalah gaya-gaya korean dan vintage yang telah diluncurkan pada tahun 1980
hingga 1990. kendati banyak masyarakat bahkan mahasiswa yang ‘sambat’
tentang penurunan pendapatan, tren thrift shopping ini dapat menjadi pilihan
alternatif agar tetap fashionable.

Selain harganya yang miring dan terjangkau, thrift shop pada umumnya
menyediakan berbagai jenis barang yang unik dan beragam. Biasanya barang yang
ditawarkan kualitasnya masih bagus dan tak jarang merupakan produk dari suatu
brand ternama. Beberapa produk bahkan merupakan barang yang termasuk langka
di pasaran karena sudah tidak diproduksi lagi, terutama gaya fashion kuno tahun
‘80 hingga ’90-an. Konsumen thrift shop sebenarnya bisa membeli produk-produk
yang diinginkan secara offline dengan mengunjungi toko secara langsung,
maupun secara online, yakni dengan memanfaatkan situs e-commerce ataupun
media sosial.

Generasi Y dan Z saat ini, termasuk para mahasiswa dan mahasiswi ilmu
komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya lebih cenderung memanfaatkan jasa e-
commerce untuk mendapatkan setiap kebutuhan belanjanya, terutama platform
media seperti Shopee atau akun media sosial thrift store yang marak dijumpai di
Instagram.

Adanya fenomena tren thrift shopping yang semakin ramai peminat dari
tahun ke tahun sendiri menarik peneliti. Tidak jarang peneliti menjumpai muda-
mudi di sekitar peneliti yang merupakan peminat thrift shopping, terutama yang
sering berbelanja secara online melalui media sosial Instagram. Bahkan ada pula
seorang kenalan peneliti yang mulai merintis bisnis thrift-nya sendiri, sehingga
peneliti tertarik untuk mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan bagaimana
pengaruh adanya tren thrift shopping terhadap minat belanja serta bagaimana
pengaruhnya pada fashion lifestyle mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan
Ampel Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Sejalan dengan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini
adalah :

1) “Bagaimana pengaruh tern thrift shopping terhadap minat belanja


mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya?”

2) “Apakah tren thrift shopping berpengaruh secara parsial terhadap fashion


lifestyle mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya?”

C. Tujuan Penelitian

1) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh tren thrift shopping


terhadap minat belanja mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya.

2) Untuk mengetahui dan mendeskripsikan pengaruh tren thrift shopping


secara parsial terhadap fashion lifestyle mahasiswa ilmu komunikasi
UIN Sunan Ampel Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Praktis

Memberikan gambaran dan informasi mengenai tren thrift shopping di


lingkungan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya dan bagaimana
pengaruh yang dibawa tren tersebut terhadap minat belanja serta fashion
lifestyle produk thrift shop di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel
Surabaya.

Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi maupun kajian bagi semua pihak
kalangan pelajar maupun pengajar dalam pembahasan materi ilmu
komunikasi, ekonomi, serta materi lain yang berkaitan.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan

1. Pengaruh Komunikasi Pemasaran Thrift Shopping terhadap


Tingkat Konsumsi Fashion di Masa Pandemi. Oleh Amirah Shinta
Permatasari dkk. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 11, No. 1 (2021)

Era pandemi covid-19 yang mengakibatkan perubahan cara hidup


masyarakat yang semula offline menjadi online. Thrift shop merupakan
kegiatan membeli pakaian lama atau bekas yang layak, dalam kondisi bagus
dan cocok untuk digunakan serta memiliki nilai sejarah. Pembelanjaan
pakaian thrift dapat dilakukan melalui media online ataupun datang
langsung ke toko konvensional yang menjual barang thrift.Dijelaskan
bahwa komunikasi pemasaran thrift shop secara online di platform media
sosial maupun E-Commerce di masa pandemi di kuartal awal 2021 tidak
mempengaruhi pola konsumsi produk fashion masyarakat karena sebagian
besar tren pembelian produk thrift selama kuartal awal 2021 (Januari-
Maret) masih bersifat pasif dalam pembelian produk thrift di berbagai
platform E-Commerce maupun media sosial.

Terdapat persamaan pada penelitian ini yaitu, sama-sama meneliti


tentang thrift shopping dan lokasi penelitian yakni di Surabaya. Sedangkan
perbedaannya terletak pada fokus penelitian, penelitian terdahulu berfokus
pada pengaruh komunikasi pemasaran pada pola konsumtif seseorang
produk fashion di masa pandemi sedangkan peneliti berfokus pada
pengaruh tren thrift shopping itu sendiri terhadap minat belanja mahasiswa
UINSA. Perbedaan di objek penelitian, penelitian terdahulu objeknya
adalah kaum pemuda milenial secara umum dan acak, sedangkan peneliti
mengambil objek penelitian mahasiswa ilmu komunikasi UINSA.
2. The Effect of Consumer Trust and Perceived Value on Purchase
Intention of Online Thrift Shops in Manado. Oleh Dzaky Khairy Fandy
dkk. Jurnal EMBA. Vol. 9, No. 3 (2021)

Penelitian ini merujuk pada ungkapan semakin baik daya tarik


penjual terhadap minat beli konnsumen, maka semakin kuat kepercayaan
konsumen terhadap penjual serta nilai produk. Dijelaskan bahwa
kepercayaan konsumen dan nilai yang dirasakan adalah dua jenis strategi
pemasaran yang berpotensi dapat mempengaruhi minat beli konsumen.
Generasi Z atau generasi setelah milenial dijadikan sebagai responden
karena berpotensi memiliki minat untuk berbelanja thrift shop secara online.
Hasilnya, kepercayaan konsumen dan nilai yang dirasakan konsumen secara
parsial dan simultan berpengaruh positif signifikan terhadap minat beli
thrift shop online di Manado.

Terdapat persamaan pada penelitian ini dengan peneliti, yang mana


sama-sama memiliki fokus penelitian minat belanja thrift shop.
Perbedaannya terletak pada variabel, yakni: penelitian ini memiliki variabel
X Pengaruh Kepercayaan Konsumen dan Nilai yang Dirasakan, sedangkan
variabel X peneliti adalah Pengaruh Tren Thrift Shopping; dan variabel Y
penelitian ini adalah minat beli thrift shop di Manado, sedangkan variabel Y
peneliti adalah Minat Belanja Mahasiswa Ilmu Komunikasi di UINSA
Surabaya. Perbedaan lainnya terletak pada objek penelitian, yaitu penelitian
ini merujuk pada generasi Z di Manado secara umum sedangkan peneliti
merujuk pada mahasiswa ilmu komunikasi UINSA Surabaya yang
mayoritasnya adalah generasi Z. Selain itu, lokasi penelitian juga berbeda,
penelitian sebelumnya di Manado dan peneliti melakukan penelitian di
Surabaya.

3. Pengaruh Brand Image, Harga, dan Fashion Lifestyle terhadap


Keputusan Pembelian Pakaian Branded Preloved di Thriftshop Online
Instagram: Studi Kasus pada Konsumen @rilyshop di Kota Surabaya.
Oleh Ni’matur Rahmayanti. Thesis S1 UIN Sunan Ampel Surabaya
(2021)
Banyaknya industri fashion thrift shop yang menjual pakaian
branded preloved baik secara online maupun offline mendorong peneliti
sebelumnya untuk menganalisis pengaruh brand image, harga. Serta fashion
lifestyle terhadap keputusan pembelian pakaian branded preloved di
thriftshop online Instagram. Dalam penelitian ini dijelaskan apabila variabel
brand image, harga, fashion lifestyle berpengaruh positif dan signifikan
secara simultan terhadap keputusan pembelian pakaian branded preloved di
thriftshop @rilyshop. Secara parsial variabel brand image tidak
berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Sedangkan variabel harga
berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian. Variabel fashion
lifestyle juga berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian.

Terdapat persamaan dengan penelitian ini, yakni fokus penelitian


yang sama-sama meneliti keinginan untuk membeli produk thrift dan lokasi
penelitian di Surabaya. Perbedaan kedua penelitian ini terletak pada
variabel X penelitian, pada penelitian variabel X-nya adalah Pengaruh
Brand Image, Harga, dan Fashion Lifestyle, sedangkan variabel X peneliti
adalah Pengaruh Adanya Tren Thrift Shopping secara umum. Objek
penelitian juga berbeda, penelitian ini objek penelitiannya adalah konsumen
online thrift shop @rilyshop, sedangkan peneliti memilih mahasiswa ilmu
komunikasi UINSA sebagai objek penelitian.

4. Shopping Lifestyle Generasi Millenial dalam Trend Preloved


Fashion. Oleh Meilana Rizkila dkk. Prosiding The 12th Industrial
Research Workshop and National Seminar (2021)

Industri fashion dewasa ini cenderung berada pada konsep fast


fashion dimana nilai industrinya bernilai US$ 35M secara global.
Disamping itu terdapat permintaan akan tren preloved fashion (secondhand
shopping) yang lebih ramah lingkungan. Dalam penelitian ini dijelaskan
bahwa shopping enjoyment, quality, environment, dan brand awareness
memiliki pengaruh terhadap purchase intention(keputusan
pembelian)secara signifikan. Namun, untuk brand fashion, price, shopping
confidence, in home shopping tidak memiliki pengaruh yangsignifikan
terhadap purchase intention. Sehingga pemasar perlu mempertahankan
kenyamanan berbelanja, kualitas produk, dan edukasi yang dapat
meningkatkan awareness konsumen pada efek samping industrifashion.
Penelitian ini sama-sama menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif,
dan sama-sama meneliti tentang preloved fashion yang merupakan bagian
dari tren thrift shop. Perbedaannya terletak pada fokus, objek, serta lokasi
penelitian. Dimana penelitian ini berfokus pada faktor yang memotivasi
konsumen untuk membeli preloved fashion dan pengaruh shopping
lifestyleterhadap minat beli produk preloved fashion, objek penelitian
merupakan kaum milenial secara acak, dan dilakukan di kota Bandung.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang berdasar pada sifat-sifat


hal yang didefinisikan dan dapat diamati (Sumadi Suryabrata, 2000).8
Dalam penelitian, definisi operasional merupakan unsur yang terkait dengan
variabel yang ada pada judul penelitian atau yang terkandung dalam
paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah. Teori ini
diaplikasikan sebagai dasar atau alasan mengapa hal yang bersangkutan
cenderung dapat mempengaruhi variabel tak bebas atau merupakan salah
satu faktor/penyebab.9 Definisi operasional dalam penelitian yakni unsur
penelitian yang menyampaikan bagaimana caranya mengukur sebuah
variabel.10

Penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Tren Thrift Shopping


Terhadap Minat Belanja Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan
Ampel Surabaya” disini peneliti akan memaparkan terkait variabel X,
variabel Y dan objek penelitian.

1) Pengaruh Tren Thrift Shopping (Variabel X)

8
books
9
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2003) hal 322
10
http://eprints.undip.ac.id/34667/6/1734_CHAPTER_III.pdf
Tren dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimaknai
sebagai suatu gaya mutakhir atau yang bergaya modern, terbaru, dan sesuai
dengan perkembangan zaman. Sedangkan thrift shop sendiri merujuk pada
kondisi suatu toko yang menyediakan barang-barang bekas yang masih
layak pakai. Tren thrift shop sendiri telah ada sejak tahun ‘80-an di
Amerika Serikat, dan salah satunya adalah toko yang dioperasikan oleh
organisasi non profit seperti Goodwill. Thrift shop menjadi terobosan
alternatif bagi banyak konsumen yang memiliki pendapatan yang lebih
rendah dan/atau yang berhemat selama krisis ekonomi. Sehingga thrift
shopping atau belanja barang bekas secara umum bermakna sebagai gaya
hidup hemat. Dewasa ini thrift shop dapat dikatakan sebagai sebuah inovasi
lapak bisnis terbaru yang sedang naik daun di kalangan muda-mudi
sekarang.Tugu Pahlawan merupakan salah satu lokasi di Surabaya yang
menjadi pusat thrift shop yang menyediakan berbagai jenis dan model
pakaian yang fashionable. Sehingga tak jarang pebisnis-pebisnis online
thrift shop mengambil ‘barang dagangan’ dari Tugu Pahlawan untuk
dipasarkan di akun olshop-nya.

Tren thrift shopping disini merujuk pada kegiatan belanja pakaian-


pakaian bekas yang masih berkualitas baik dan telah dikelola, dibersihkan,
dikemas sedemikian rupa dan dipasarkan baik melalui media sosial dan
platform e-commerce maupun dijual langsung di toko thrift. Thrift store
merupakan toko yang menyediakan barang-barang thrift (bekas) terutama
barang fashion seperti pakaian dan pernak-pernik lainnya. Barang thrift
shop tentu dijual dengan harga yang relatif murah, yang dapat dijangkau
oleh semua kalangan masyarakat termasuk pelajar dan mahasiswa yang
cenderung untuk up to date pada fashion lifestyle yang sedang marak.
Menurut laporan kemenperin.go.id pada tahun 2018 tingkat konsumsi
pakaian bekas di Indonesia telah mencapai IDR 5 miliar dengan nilai
growth sebesar 8,9% (YoY) dibandingkan pada tahun 2017 dengan jumlah
IDR 1,5 miliar. Dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini yang
mana hal tersebut disebabkan oleh adanya budaya tren thrift shopping yang
menjajakan produk clothing branded dan fashionable yang tengah
digandrungi muda-mudi saat ini. Sehingga pengaruh tren thrift shopping
yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu dapat diukur dari ketertarikan
dan minat seseorang terhadap produk fashion thrift, faktor sering-tidaknya
seseorang membeli produk thrift shop, daya tarik tren thrift shopping di
media sosial atau platform e-commerce, serta efek yang ditimbulkan tren
thrift shopping terhadap fashion lifestyle (gaya hidup dan fashion style) para
peminatnya.

2) Minat Belanja (Variabel Y)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat bermakna


kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, atau dalam kata lain dapat
berarti sebagai gairah atau keinginan. Sementara belanja, dalam KBBI,
memiliki arti sebagai uang yang dikeluarkan seseorang untuk suatu
keperluan sebagai ongkos atau biaya. Belanja secara harfiah, belanja
merupakan aktivitas atau upaya pemerolehan barang atau jasa dari penjual
dengan tujuan untuk membeli. Dalam beberapa hal, belanja dapat
didefinisikan sebagai kegiatan pengisi kesenggangan juga ekonomi.
Sehingga minat belanja disini diartikan sebagai sebuah keinginan seseorang
untuk mendapatkan suatu barang atau jasa dari penjual atau penyedia jasa
dengan menukarkan uang sebagai ongkos atau biaya layanan.

3) Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya


(Objek)

Mahasiswa dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan


sebagai orang yang belajar atau menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi.
Dalam struktur pendidikan Indonesia, mahasiswa menempati jenjang satuan
pendidikan tertinggi. Sarwono (1978) mengatakan bahwa mahasiswa
dikategorikan dalam rentang usia 18 hingga 30 tahun. Mahasiswa
merupakan calon tenaga profesional yang berkualitas, kedepannya mereka
diharapkan dapat menjadi penggerak yang dinamis atau agent of change
bagi proses modernisasi masyarakat.
Komunikasi dewasa ini merupakan salah cabang ilmu. Rogers & D.
Lawrence Kincaid (1981) menjelaskankomunikasi sebagai suatu proses
dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan menuju
pada saling pengertian yang mendalam.Komunikasi sebagai ilmu, menurut
Deddy Mulyana, mengajarkan pengetahuan dan keterampilan dengan
berbagai konsentrasi. Seperti halnya jurnalis, pegawai public relation, ahli
manajemen komunikasi, politisi, ulama, ilmuwan, diplomat, presenter, MC,
dan lain sebagainya. Carl Hovland pun mendefinisikan ilmu komunikasi
sebagai upaya sistematis, meruuskan asas-asas penyampaian informasi,
pembentukan pendapat dan sikap .

Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi adalah fakultas yang


mempelajari mengenai studi islam dengan cara dakwah maupun studi sosial
dengan penggunaan TIK maupun cara komunikasi yang sesuai
standar.Secara esensial, dakwah adalah serangkaian usaha merubah
kehidupan manusia agar lebih baik demi tercapainya kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya adalah salah satu


perguruan tinggi negeri di Surabaya. Perguruan Tinggi ini yang semula
bernama IAIN Sunan Ampel berdiri pada tahun 1965, dan sejalan dengan
perkembangannya yang terbilang pesat, pada tahun 2013 IAIN Sunan
Ampel resmi berubah menjadi UIN Sunan Ampel berdasarkan Keputusan
Presiden RI No. 65 Tahun 2013. Kata Sunan Ampel pada UIN tersebut
merupakan nama salah seorang Walisongo, tokoh penyebar Islam di
Indonesia. UINSA menyelenggarakan sistem pendidikan tinggi dengan
paradigma keilmuan model menara kembar tersambung (integrated twin-
towers). Yang mana merupakan pandangan integrasi akademik bahwa ilmu-
ilmu keislaman, sosial-humaniora, serta saintek berkembang sesuai dengan
karakter dan obyek spesifik yang dimiliki, namun tetap dapat mengaitkan
diri satu sama lain dalam suatu pertumbuhan yang terkoneksi. UIN Sunan
Ampel Surabaya memiliki beberapa fakultas, antara lain adalah Adab dan
Humaniora, Dakwah dan Komunikasi, Ekonomi dan Bisnis Islam, Ilmu
Sosial dan Politik, Psikologi, Sains dan Teknologi, Syariah dan Hukum,
Tarbiyah dan Keguruan, Ushuluddin dan Filsafat, dan Program
Pascasarjana.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpukan bahwasannya


“Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya” ialah sekumpulan individu yang menempuh pendidikan tinggi di
Universitas Sunan Ampel Surabaya dan mengambil program studi Ilmu
Komunikasi yang disediakan oleh fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Mahasiswa disini dapat dikatakan mahasiswa aktif dan masih menempuh
pendidikan di UIN Sunan Ampel Surabaya.

G. Kerangka Teoritik

1. Kajian Pustaka

A) Tren Thrift Shop di Indonesia

Thrift shop di Indonesia sebenarnya sudah adasejak tahun 2017,


namun thrift shop mulai berkembang secara masif ketika Indonesia
memasuki masapandemi Covid-19 di awal tahun 2020 silam. Saat
terjadinya penurunan pemasukan keuangan masyarakat, memilih pakaian
bekas yang layak pakai sebagai upaya penghematan merupakan pilihan
yang dirasa bijak oleh masyarakat. Disamping dengan alasan
penghematan, tren thrift shop ramai peminat karena banyaknya barang
branded bekas yang ditawarkan dengan harga terjangkau. Mayoritas
penggemar barang thrift shop adalah mereka yang paham dan mengikuti
tren fashion, sehingga mereka tidak akan melewatkan untuk sekedar
melihat atau membeli produk thrift, terutama barang-barang branded yang
sedang happening.

Indikator

1) Interest (Ketertarikan)
Ketertarikan yang dimiliki konsumen dimana hal tersebut
menimbulkan rasa senang, puas, dalam diri seseorang yang dapat memicu
keinginan untuk membeli.
2) Pencarian informasi
Ditandai dengan adanya rasa ingin tahu terhadap suatu tren atau
merek tertentu, yang kemudian akan mendorong rasa ingin membeli.
3) Trust (Kepercayaan)
Mowen & Minor (2002) mendefiniskan kepercayaan konsumen
sebagai segala pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan segala
kesimpulan yang diciptakan konsumen tentang objek, atribut, dan
manfaatnya. Kepercayaan konsumen berperan penting dalam
meningkatkan minat beli konsumen yang dapat diukur dari kemampuaan
toko memenuhi harapan konsumen, kebaikan hati yang diberikan toko
untuk membuat konsumen memberikan kepercayaan kepada toko, serta
adanya integritas antara trustee (orang yang dipercaya) menganut sepaket
prinsip yang dirasa mempunyai kecocokan dengan trustor (orang yang
percaya) (Arfianti, 2014). Secara singkat, kepercayaan merupakan
keyakinan individu terhadap pengetahuan yang dimilikinya tentang suatu
objek, sehingga dapat menimbulkan pemikiran positif atau negatif.
Menurut Firdayanti (2012) kepercayaan konsumen adalah persepsi dari
sudut pandang konsumen akan kemampuan konsumen dalam pengalaman
dan terpenuhinya harapan. Semakin tinggi tingkat kepercayaan konsumen,
maka semakin tinggi pula minat belanja konsumen.

B) Promosi
Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yang
dilakukan oleh suatu perusahaan. Tjiptono (2002) mengatakan bahwa
promosi adalah wujud komunikasi pemasaran, yang mana berarti kegiatan
marketing yang berupaya menyebarkan informasi, mempengaruhi,
mempersuasi, dan/atau mengingatkan sasaran market pada perusahaan dan
produknya agar bersedia menerima, membeli, serta loyal terhadap produk
yang ditawarkan oleh perusahaan terkait. Assaury (2004) memaparkan
indikator-indikator promosi, diantaranya sebagai berikut.
Indikator

1) Pemberian diskon atau potongan harga


2) Iklan dan giveaway (pemberian hadiah)
3) Bonus dan kupon.

C) Media E-Commerce dan Media Sosial


Media merupakan sarana komunikasi, suatu alat penyampai atau
perantara bagi dua pihak (individu, kelompok, organisasi, dll). Sementara
media elektronik dalam KBBI berarti sarana media massa yang memakai
peralatan elektronik modern, seperti radio, televisi, film, dan internet. Andi
(2003) mendeskripsikan e-commerce secara umum, yaitu merujuk pada
semua bentuk transaksi dagang yang menyangkut organisasi atau
perseorangan, berlandaskanatas pemrosesan dan transmisi data yang
didigitalisasikan, termasuk tulisan, suara, dan gambar. Elektronik
commerce bermaksud pada kegiatan bisnis yang diarahkan pada
pertukaran nilai melalui telecommunication network. E-commerce adalah
konsep perdagangan modern dimana prosestransaksi jual-belinya
menerapkan teknologi informasi dan telekomunikasi agar memperoleh
financial profit.

Berdasatkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa e-commerce


merupakan kegiatan bisnis modern berbasis teknologi informasi dengan
fitur dan kemudahan yang tersedia pada suatu website atau aplikasi yang
dijalankan oleh toko online. Transaksi secara daring dapat dilakukan tanpa
harus bertatapan muka secara langsung, sehingga memberikan kemudahan
pada konsumen untuk melihat dan membeli produk atau merek yang
tersedia di toko tersebut. Media e-commerce yang marak digunakan saat
ini adalah Shopee, platform media online yang menyediakan berbagai fitur
dan kemudahan.

Media sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap brand


awareness, opini, dan sikap konsumen (Mangolds & Faulds, 2009).
Melalui konten yang dihasilkan di internet, tiap individu bisa saling
sharingopini serta pengalaman mereka mengenai produk atau brand
tertentu, perusahaan, atau jasa layanan (Constantinides, E & Fountain, S.J.,
2008). Hal tersebut membantu konsumen dalam pembuatan keputusan
pribadi. Review (ulasan) dan rekomendasi mudah diakses dan dijadikan
marketing strategy. Informasi secara daring yang dibuat oleh konsumen
lain dapat mempengaruhi pandangan, preferensi pelanggan, serta
keputusan atau minat untuk membeli lebih dari informasi yang
disampaikan oleh perusahaan (Chua, A. Y. & Banerjee, S., 2015).
Instagram salah satu platform media sosial yang memiliki jumlah
pengguna yang tinggi. Data dari WeAreSocial pada tahun 2019 mencatat
bahwa terdapat satu miliar pengguna aktif tiap bulannya danjumlah
pengguna berdasarkan alamat viewers iklan 894, 9 juta. Tercatat jika
pengguna Instagram ditentukan saat berusia 13 tahun ke atas, yang terdiri
atas 50,3% pengguna wanita, 49,7% pengguna pria, dan 33% diantaranya
dalam rentang usia 25-34tahun, lalu 32% diantaranya dalam rentang usia
18-24 tahun. Instagram tentu dimanfaatkan para pemilik usaha online
untuk memasarkan produknya, termasuk produkthrift shop mengingat
platform tersebut ramai digunakan oleh kaum muda-mudi, termasuk dalam
berbelanja kebutuhan fashion mereka.
D) Minat Belanja
Minat belanja (purchase intention) adalah suatu hal yang dirasakan
konsumen yang memungkinkan menjadi pendorong untuk membeli
sebuah produk atau merek (El-baz, Elseidi, & El-Maniawaty, 2018). Minat
bermakna sebagai suatu hasrat yang dapat berpengaruh terhadap perilaku
seseorang yang kemudian menjadi pendorong dalam pengambilan
tindakan atau aksi yang sesungguhnya (Zarrad & Debabi, 2015).

Indikator

1) Word-of-mouth
Sebagian besar masyarakat cenderung menggunakan pendapat serta
rekomendasi orang lain sebelum memutuskan atau sebagai pertimbangan
sebelum membeli suatu produk atau merek tertentu. Tak jarang mereka
mencari informasi tentang produk, yaitu review yang disebar konsumen
melalui SNS (Social Network Sites) sebelum berbelanja, seperti blog,
forum diskusi online, shopping review, dan lain sebagainya (Yan et al,
2018). Word-of-mouth merupakan pernyataan positif dan negatif dari
konsumen terhadap sebuah brand atau produk, baik secara langsung
maupun melalui media. Tariq et al. (2017) menjelaskan bahwa WOM yang
terjadi melalui media elektronik (e-WOM) lebih memacu individu untuk
menemukan informasi tentang merek atau produk yang dicari.

2) Citra Merek (Brand Image)


Citra merek merupakan kesan terhadap merek dan persepsi merek bagi
konsumen, sehingga dapat menjadi patokan bagi konsumen dalam
memperkirakan hasil prroduk atau jasa yang akan diperoleh (Reza
Jalilvand et al. 2012). Menurut Keller (2003) yang dikutip Edy ada tiga
segmen yang mendukung terbentuknya citra merek, yakni :

a) Keunggulan Merek

Diperlukan keunggulan dalam membentuk sebuah brand image, yang


ditujukan agar produk tersebut memimpin dalam persaingan. Dengan
keunggulan seperti kualitas, model, dan karakteristik yang dimiliki, maka
akan timbul daya tarik didepan konsumen.

b) Kekuatan Merek
Suatu brand dituntut terlihat ‘hits’ bagi konsumen agar dapat memiliki
kekuatan merek. Brand power dapat dicapai dengan memasarkan brand
tersebut melalui iklan atau bentuk promosi lainnya, agar brand tersebut
dikenal oleh khalayak dan selalu eksis ditengah sengitnya persaingan.

c) Keunikan Merek

Citra merek juga dituntut untuk memiliki keunikan atau cirri khas, supaya
tumbuh menjadi brand yang kuat ditengah sengitnya persaingan. Melalui
keunikan merek, ada keuntungan-keuntungan yang akan didapat,
diantaranya:
a. Meningkatkan prospek bisnis supaya lebih dikenal.
b. Meningkatkan loyalitas terhadap konsumen.

c. Timbul diferensiasi produk.

d. Lebih mudah diingat oleh konsumen.

e. Menunjang kelancaran financial perusahaan.

f. Meninimalisir resiko terjadinya kebangkrutan.

g. Mudah mendapatkan investor.

E) Harga
Dalam KBBI, harga didefinisikan sebagai nilai barang atau jasa
yang diwujudkan dalam uang. Harga juga berarti sejumlah uang atau hal
lainnya yang ditujukan sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau
jasa. Tjiptono (2014) menjelaskan bahwa seleksi yang dilakukan
perusahaan terhadap tingkat harga konvensional yang berlaku untuk
produk tertentu dan bersifat relative terhadap harga sejumlah kompetitor.
Penetapan harga merupakan keputusan yang diambil oleh setiap
perusahaan untuk menetapkan harga bagi setiap produk dalam periode
tertentu. Penetapan harga dilakukan dengan menimbang kualitas produk.
Disamping itu, penetapan harga dimaksudkan agar perusahaan
memperoleh benefit.
Menurut Kotler & Keller (2014) seperti yang dikutip Rahmayanti dalam
tesisnya, ada tiga indikator harga, yaitu:
1) Harga terjangkau, yang mana harga yang ditawarkan oleh produk
tersebut tidak terkesan mahal, sehingga dapat dijangkau oleh segala
kalangan.
2) Harga bersaing, yakni harga produk tersebut dapat bersaing dengan
produk sejenis milik kompetitor.
3) Harga sesuai dengan kualitas, yakni produk tersebut memiliki kualitas
yang sesuai dengan harga yang ditawarkan.

F) Fashion Lifestyle (Gaya Hidup dan Fashion)


Gaya hidup (lifestyle) mempengaruhi perilaku individu yang
kemudian akan menentukan pola konsumsinya. Menurut Sutisna seperti
yang dikutip Heru Suprihhadi (2017) secara luas gaya hidup didefinisikan
sebagai cara hidup yang dipersepsi melalui bagaimana seseorang
menghabiskan waktu mereka (kegiatan) diamati dari pekerjaan,
kegemaran, belanja, olahraga, dan kegiatan sosial serta minat yang
meliputi makanan, fashion, keluarga, rekreasi dan juga opini yang meliputi
diri mereka sendiri, problem-problem sosial, bisnis, dan produk. Gaya
hidup melingkupi sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial ataupun
personalitas individu. Mode (fashion) sendiri berarti ragam cara atau
bentuk yang terbaru pada waktu tertentu, yang meliputi gaya pakaian,
hairstyle, corak hiasan, dan lain sebagainya.

Fashion lifestyle dalam penelitian ini merujuk pada perilaku atau


gaya hidup seseorang yang meliputi sikap, opini dan ketertarikan terhadap
fashion. Fashion lifestyle memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
minat belanja produk fashion para konsumen. Shim dan Bickle (2007)
menerangkan bahwa ada 3 poin tentang fashion lifestyle, yaitu:

1) Symbolic (instrumental user), melambangkan kelas sosial dalam dunia


mode.
2) Conservative (practical user), adalah fungsi fashion lifestyle dalam
berpenampilan.
3) Aphatic user, yakni konsumen dalam berbelanja gemar mencari
diskon.

Indikator

Berdasarkan penelitian terdahulu dalam jurnal Li et al (2011) yang


dikutip Rahmayanti dalam tesisnya menjelaskan bahwa ada empat
indikator fashion lifestyle, sebagai berikut :

1) Brand prestige, dimana pakaian berfungsi dalam peningkatan rasa


percaya diri dan kelas sosial. Serta adanya anggapan bahwa pakaian yang
memiliki kualitas baik tentu mahal.
2) Personality, yakni persepsi seseorang tentang pakaian yang sesuai
dengan kepribadiannya.

3) Practical, yakni fungsi pakaian lebih penting bagi konsumen ketimbang


yang lainnya seperti warna ataupun desain.

4) Informational, berarti konsumen gemar mencari informasi terlebih


dahulu sebelum memutuskan berbelanja pakaian seperti referensi, tempat,
ide, tren dan inspirasi.

2. Kajian Teori

1) Teori AIDDA

Teori AIDDA dikenal dengan A-A Procedure (Attention to Action


Procedure). Teori AIDDA digagas oleh Wilbur Schramm dalam
(Effendy, 2003) merupakan singkatan dari: A : Attention (Perhatian) I :
Interest (Minat/Ketertarikan) D : Desire (Hasrat/Keinginan) D :
Decision (Keputusan) A : Action (Tindakan). Konsep AIDDA
menggambarkan suatu psikologis yang terjadi pada setiap individu
dalam menerima komunikasi. Konsep ini digunakan dengan harapan
terjadinya efektivitas penyampaian pesan dengan cara menarik
perhatian/atensi khalayak sasaran sampai mereka memutuskan untuk
melakukan tindakan yang diinginkan oleh komunikator. Komunikator
diharapkan memiliki kemampuan untuk mengakomodasi perubahan
sikap, pendapat, dan tingkah laku komunikasi melalui prosedur daya
tarik komunikator (source attractiveness).

Komunikator akan memiliki kemampuan untuk melakukan


perubahan sikap, pendapat dan tingkah laku komunikasi melalui
prosedur daya tarik jika pihak komunikan menganggap bahwa
komunikator ikut serta dengannya atau pihak komunikan merasa
terdapat kesamaan antara komunikator dengannya, sehingga oleh
karenanya komunikan bersedia untuk patuh pada pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Sikap komunikator yang berupaya
menyamakan diri dengan komunikan ini kemudian menimbulkan
simpati komunikan terhadap komunikator. Proses fase komunikasi ini
memiliki maksud bahwa komunikasi seharusnya dimulai dengan
membangkitkan perhatian (attention) sebagai langkah mula berhasilnya
komunikasi. Jikalau perhatian komunikasi telah terbangkitkan, maka
selanjutnya adalaah upaya menumbuhkan minat (interest), yaitu
kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya
hasrat (desire), yang mana untuk melakukan suatu tindakan yang
diharapkan komunikator. Jika hanya ada hasrat saja pada diri
komunikan, maka belum berarti apa-apa bagi komunikator, karena
harus dilanjutkan dengan datangnya keputusan (decision), yakni
keputusan untuk melakukan tindakan (action) sebagaimana diharapkan
komunikator (Effendy, 2000). Poin utama dari model AIDDA adalah
rangkaian proses menyusun penyampaian pesan yang mampu
membangkitkan, menggugah rasa tertarik khalayak sehingga timbul
keinginan untuk membeli hingga tindakan membeli. Maka
sebelumnya, konsumen tentu melalui fase minat untuk membeli atau
berbelanja guna memenuhi keinginannya. Formula AIDDA
dirumuskan guna memudahkan dalam mengarahkan suatu tujuan
komunikasi yang dilakukan. Dalam hal dewasa ini, pesan komunikasi
harus dapat mengakomodasi daya tarik tersendiri sehingga dapat
memancing perhatian komunikan atau khalayak sasarannya. Teori ini
dapat mendasari permasalahan dalam penelitian ini, yakni bagaimana
pengaruh tren thrift shopping terhadap minat belaanja mahasiswa ilmu
komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.
1.1 Skema kerangka berpikir penelitian

Media e-commerce
Tren thrift (Shopee) &
shopping Instagram

Teori AIDDA

Attention Interest Desire Decision Action

(Perhatian) (Minat) (Keinginan (Keputusan (Tindakan)


) )

Pengaruh Pengaruh parsial Mahasiswa


terhadap terhadap fashion Ilmu
minat belanja lifestyle Komunikasi
UINSA

Pengaruh Tren Thrift Shopping


terhadap Minat Belanja
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN
Sunan Ampel Surabaya

H. Hipotesis

Hipotesis didefinisikan sebagai jawaban sementara atas suatu


masalah yang dihadapi yang perlu untuk diuji kebenarannya dengan data
yang lebih lengkap serta menunjang.11 Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh tren thrift shopping terhadap minat
belanja mahasiswa, serta bagaimana pengaruhnya pada fashion lifestyle
mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya. Berikut adalah
prumusan hipotesis dalam penelitian ini.

H1 : Tren thrift shopping berpengaruh terhadap minat belanja


mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

H2 : Tren thrift shopping berpengaruh secara parsial terhadap fashion


lifestyle mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

H3 : Tren thrift shopping tidak berpengaruh terhadap minat belanja


mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

H4 : Tren thrift shopping tidak berpengaruh secara parsial terhadap


fashion lifestyle mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

I. Metode Penelitiaan

Metode penelitian merupakan teknik-teknik berfikir dan bertindak


yang dipersiapkan dengan baik untuk mewujudkan dan mencapai tujuan
penelitian. Metode penelitian sangat penting karena berhasil tidaknya
penelitian bergantung pada penentuan metode yang digunakan. Berikut
metode yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Pendekatan dan Jenis Pendekatan

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


kuantitatif. Metode penelitian ini memiliki ciri sistematis, terencana dan
terstruktur dengan jelas sejak tahap awal hingga pembuatan desain
penelitiannya. Sugiyono (2011) mengatakan“Metode penelitian kuantitatif
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

11
Samidi, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership
Terhadap Kreativitas Belajar Matematika Pada Siswa SMP Negeri 29 Medan T.P
2013/2014”. Jurnal EduTech . Vol. 1 No. 1
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, yang bertujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”12

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian


eksplanatif. Di mana metode ini digunakan untuk menjelaskan hubungan
sebab-akibat antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis.
Kriyanto berpendapat bahwa peneliti perlu melakukan aktivitas berteori
guna memunculkan hipotesis atau dugaan awal atas variabel yang satu
dengan yang lainnya. Atau dengan kata lain, penelitian eksplanatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan suatu variabel
dengan variabel lainnya untuk menguji suatu hipotesis. Penelitian
eksplanatif dilakukan terhadap sampel dan hasil penelitian tersebut dapat
digeneralisasikan terhadap populasinya.13

Dengan demikian laporan penelitian ini akan memuat data-data yang


telah dianalisis terkait “Pengaruh Tren Thrift Shopping terhadap Minat
Belanja Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.” Dan
jawaban atas rumusan masalah yang disebutkan dalam penelitian ini.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi


Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Mahasiswa yang
dijadikan sebagai objek penelitian merupakan mahasiswa Ilmu
Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya yang menempuh jenjang
pendidikan S1 dan berada pada semester lima, yang memiliki akun Shopee
dan Instagram, memiliki ketertarikan terhadap thrift shop, mengikuti akun
thrfit store pada kedua platform tersebut, dan pernah membeli produk
clothing thrift shop.

UIN Sunan Ampel Surabaya berlokasi di Jl. Ahmad Yani No.117,


Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo, Kota Surabaya, Jawa Timur 60237.

12
Sugiyono.“Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung:
Alvabeta, 2011), hal 8
13
Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2011), h.29
UINSA merupakan salah satu kampus negeri di Surabaya yang
berlandaskan konsep pembelajaran Islami.

Peneliti memilih UINSA sebagai lokasi penelitian karena UINSA


merupakan universitas, dan karena peneliti memerlukan mahasiwa sebagai
objek, dan menimbang mudahnya akses ke kampus ini, mengingat peneliti
sendiri mengemban ilmu di UINSA, maka peneliti merasa terbantu dalam
pengerjaan penelitian ini. Dan alasan mengambil mahasiswa semester lima
sebagai sampel karena satu angkatan dirasa sudah cukup untuk mewakili
keseluruhan angkatan ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

3. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau


subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan
oleh peneliti untuk mempelajari dan nantinya akan ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2009).14 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa populasi
penelitian merupakan keseluruhan objek yang bisa terdiri atas individu,
benda, peristiwa, waktu, dan tempat dengan ketentuan karakteristik dalam
penelitian harus sama. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mahasiswa ilmu komunikasi fakultas dakwah dan komunikasi UIN
Sunan Ampel Surabaya, yakni tiga angkatan dengan jumlah 420
mahasiswa.

Tabel 1.1 Populasi Mahasiswa Ilmu Komunikasi UINSA

Angkatan Ilmu Komunikasi Jumlah

Angkatan 2017 150

Angkatan 2018 145

Angkatan 2019 125

Total 420

14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hal. 80
Sugiyono mendefinisikan sampel sebagai sebuah bagian dari
jumlah dan karakteristik dalam populasi.15 Sampel merupakan suatu
himpunan bagian dari populasi yang anggotanya di sebut sebagai subjek,
sedangkan anggota populasi adalah elemen dari populasi.16Dalam
penelitian ini, peneliti tidak mengambil sampel dari semua mahasiswa
Ilmu Komunikasi yang berjumlah 420 orang, menimbang kemudahan dan
keakuratan data, peneliti akan menjadikan angkatan 2019 yang berjumlah
126 mahasiswa sebagai sampel dengan data sebagai berikut.

Tabel 1.2 Sampel Mahasiswa Ilmu Komunikasi UINSA

Kelas Jumlah

Kelas E1 31

Kelas E2 32

Kelas E3 29

Kelas E4 33

Total 125

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik


probably sampling, yaitu simple random sampling yang mana
pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak karena populasi
dianggap homogen. Apabila jumlah subyeknya kurang dari 100, maka
sebaiknya diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi, namun apabila jumlahnya lebih besar, maka diambil sebanyak
10-15 % atau 20-25 % atau lebih (Arikunto, 2006).17 Oleh sebab itu,
peneliti memakai rumus Slovin dalam penelitian ini, sebagai berikut :

15
Evitasari Ika, “Pengertian Sample” (https://ruangguru.co/pengertian-
sample/Diakses pada 8 November 2020)
16
Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisinis : Pendekatan
Filososfi dan Praktis, (Jakarta: Indeks, 2009), hal 56.
17
Fitri Nurmawati, “Pengaruh Penggunaan Multimedia Terhadap Kecerdasan
Emosional Siswa Dalam Proses Pembelajaran PKN, Universiitas Pendidikan
Indonesia, Hal 31-32
n = N / (1 + (N x e²))
Keterangan :
n = Jumlah elemen atau anggota sampel
N = Jumlah elemen atau anggota populasi
e = Error level (tingkat kesalahan 5% atau 0,052)18
Sehingga
n = 125 / (1 + (125 x (0,05)2)
= 95,24 orang.
= Dibulatkan menjadi 95 mahasiswa

Jadi, total sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini


berjumlah 95 mahasiswa. Teknik probability sampling yakni simple
random sampling yang digunakan dalam penelitian ini bermaksud
memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel dan dilakukan secara acak tanpa memperhatikan
pangkat yang ada dalam populasi tersebut.19

Penggunaan teknik simple random sampling disini adalah dengan


membuat kuisioner dalam google form dan disebarkan kepada mahasiswa
sesuai target dan angkatan yang telah ditentukan oleh peneliti. Peneliti
menggunkan simple random sampling karena sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah mahasiswa ilmu komunikasi dari fakultas Dakwah
dan Komunikasi di UIN Sunan Ampel Surabaya yang berada dalam satu
lingkup, dan menimbang jumlah mahasiswa yang diambil telah cukup
mewakili secara keseluruhan mahasiswa ilmu komunikasi fakultas
Dakwah dan Komunikasi di UIN Sunan Ampel Surabaya.

4. Variabel dan Indikator Variabel

Variabel penelitian sejatinya merupakan segala sesuatu yang


berwujud apapun yang di tentukan oleh peneliti untuk dikaji sehingga di
18
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm.86.
19
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm.63
peroleh informasi mengenai hal tersebut, yang nantinya akan ditarik
kesimpulan.20 Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian ialah
suatu ciri/karakteristik dari seseorang atau obyek yang akan di teliti.
Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis variabel yakni variabel independen
dan variabel dependen. Variabel independen atau bebas (variabel X) ialah
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen. Jenis variabel ini tidak terikat atau
bergantung pada variabel lainnya. Sedangkan variabel dependen atau
terikat (variabel Y) merupakan variabel yang bergantung pada variabel
lain. Variabel yang terdapat di penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Variabel X (Variabel independen) : Tren thrift shopping


Indikator Variabel :
a) Interest (Ketertarikan)
Ketertarikan yang dimiliki konsumen dimana hal tersebut
menimbulkan rasa senang, puas, dalam diri seseorang yang dapat
memicu keinginan untuk membeli.
b) Pencarian informasi
Ditandai dengan adanya rasa ingin tahu terhadap suatu tren
atau merek tertentu, yang kemudian akan mendorong rasa ingin
membeli.
c) Trust (Kepercayaan)
Persepsi dari sudut pandang konsumen pada kemampuan
konsumen dalam hal pengalaman dan terpenuhinya harapan, dan
dapat menimbulkan pemikiran positif atau negatif. Semakin tinggi
tingkat kepercayaan konsumen, maka semakin tinggi pula minat
belanja konsumen.
d) Promosi
Bentuk dari komunikasi pemasaran, yaitu kegiatan
marketing yang berupaya menyebarkan informasi, mempengaruhi,
mempersuasi, dan/atau mengingatkan sasaran market pada

20
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm.86
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, serta
loyal terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan terkait.
2. Variabel Y (Variabel dependen) : Minat belanja mahasiswa
Indikator Variabel :
a) Word-of-mouth
Pernyataan positif dan negatif dari konsumen terhadap sebuah
brand atau produk, baik secara langsung maupun melalui media.

b) Brand image
Kesan dan persepsi terhadap merek bagi konsumen,
sehingga dapat menjadi patokan bagi konsumen dalam
memperkirakan hasil produk atau jasa yang akan.

c) Harga
Keputusan yang diambil oleh setiap perusahaan untuk
menetapkan nilai jual bagi setiap produk dalam periode tertentu.
Penetapan harga dilakukan dengan menimbang kualitas produk.

d) Fashion Lifestyle (Gaya Hidup dan Fashion)


Perilaku atau gaya hidup seseorang yang meliputi sikap,
opini dan ketertarikan terhadap fashion. Fashion lifestyle memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap minat belanja produk fashion
para konsumen.

5. Tahap-Tahap Penelitian
a) Memilih dan menentukan masalah
Masalah penelitian secara umum dijelaskan oleh
Notoatmodjo (2002) sebagai suatu kesenjangan (gap) antara yang
seharusnya dengan apa yang terjadi mengenai suatu hal, atau antara
kenyataan yang ada, atau terjadi dengan yang seharusnya ada, atau
terjadi antara harapan dan kenyataan.21 Maksud adanya pemilihan
dan penentuan masalah adalah agar penelitian dapat terarah dan
menjamin penelitian yang diteliti telah relevan dengan
permasalahan yang ada. Peneliti melakukan pengamatan di
lapangan mengenai fenomena tren thrift shopping di kalangan
mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel dan bagaimana
implikasinya terhadap minat belanja serta gaya hidup serta fashion
mereka. Maka dengan pengamatan tersebut peneliti merumuskan
masalah, yakni tren thrift shopping dan pengaruhnya terhadap
minat belanja serta fashion lifestyle di kalangan mahasiswa.
b) Melakukan Pra-Survei dan studi pendahuluan
Studi pendahuluan adalah studi yang dilakukan
untuk memperdalam arah studi utama/fokus. Studi pendahuluan
bisa saja mengakibatkan perubahan prosedur penelitian,
meningkatkan pengukuran, meningkatkan kepercayaan asumsi, dan
desain yang lebih baik dari studi utama. Studi pendahuluan
seringkali dianggap miniatur dari studi utama. Studi pendahuluan
pun sering pula digunakan untuk menguji sejumlah instrumen yang
akan digunakan dalam studi utama.22
Studi awal atau pra-survei, adalah tahapan mengungkap
permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan apa, bagaimana,
dan kecuali pertanyaan mengapa. Tujuan adanya pra-survei adalah
untuk mengumpulkan variabel yang akan diteliti.23
Pra-survei dapat dikatakan sebagai tahap dimana pengadaan
survei terlebih dahulu terkait permasalahan atau fenomena yang
terjadi di masyarakat, yang akan diangkat dalam penelitian, baik itu
survei melalui observasi, pengamatan ataupun pendengaran,

21
Yektiningtyastuti, Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian, STIKES AL-
Irsyad. Hal 29
22
N.Basfain, studi pendahuluan,
https://www.academia.edu/7218460/Pengertian_Studi_Pendahuluan (diakses pada 11 November
2020 pukul 20.20)
23
Sudjana Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Bandung. Hal 74
kemudian diadakan studi pendahuluan untuk memahami langkah-
langkah yang akan dilakukan selama proses penelitian. Baik itu
mengkaji penelitian terdahulu yang relevan atau membaca buku-
buku yang sesuai dengan penelitian.
c) Menentukan Rumusan masalah
Rumusan masalah (research questions) atau sering disebut
research problem, merupakan sebuah rumusan yang menanyakan
suatu peristiwa atau fenomena yang terjadi, baik itu kedudukannya
mandiri, ataupun sebuah fenomena yang saling berkaitan antara
satu sama lain, baik itu hubungan sebab atau akibat. Saking
pentingnya rumusan masalah dalam sebuah penelitian, bisa
dibilang rumusan masalah merupakan setengah dari penelitian itu
sendiri.24
Oleh sebab itu peneliti menentukan rumusan masalah
berdasarkan judul penelitian yang telah dipilih sehingga nantinya
rumusan masalah ini dapat membantu dalam memberi gambaran
permasalahan dalam penelitian ini.
d) Menyusun Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau tuduhan sementara,
dimana kebenaran dari masalah penelitian masih lemah (belum
tentu benar) sehingga harus diuji secara empiris.25
Penyusunan hipotesis yang dilakukan peneliti adalah
membuat dugaan sementara berdasarkan rumusan masalah yang
telah dibuat dengan lambang H1, H2, H3, dan H4 yang dijelaskan
dalam H1-H2 : adanya pengaruh dan H3-H4 : tidak adanya
pengaruh. Dugaan sementara itulah yang akan diteliti sehingga
penelitian ini diharap dapat menjawab asumsi.
e) Memilih pendekatan
24
R.Yustiwardhana, Rumusan Masalah Penelitian,
https://www.academia.edu/35379314/Rumusan Masalah Penelitian (diakses
pada 11 november 2020 pukul 20.45)
25
Agus Purwanto, Erwan dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007). Metode Penelitian
Kuantitatif, Untuk Administrasi Publik, Dan Masalah-masalah Sosial.Yogyakarta:
Gaya Media. hal 137
Pendekatan penelitian ialah rencana dan prosedur yang
terdiri atas langkah-langkah asumsi luas untuk metode rinci
pengumpulan data, analisis dan interpretasi. Oleh karena itu,
pendekatan dipilih berdasarkan pada sifat masalah penelitian yang
dikaji. Pendekatan penelitian pada dasarnya dibagi dalam dua
kategori, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif (Scott W.
Vanderstoep and Deirdre D. Johnston).
Peneliti menggunakan pendektan kuantitatif dalam
penelitian ini atas berdasarkan judul yang diangkat, maka data yang
akan dicari berupa hubungan kausalitas (sebab-akibat) antara
variabel X dan Y serta sistematisnya.
f) Menentukan variabel dan sumber data
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apapun yang
ditentukan oleh peneliti untuk dikaji sehingga diperoleh informasi
mengenai hal tersebut, yang nantinya akan ditarik suatu
kesimpulan.
Dalam penelitian ini variabel yang dicari adalah variabel X
dan Y yang dikaji berdasarkan dari indikator variabel dimana hasil
dari variabel dan indikator nantinya akan digunakan untuk
memudahkan pertimbangan dalam pecarian data, sumber data yang
dapat berupa wawancara, observasi, dokumentasi, kuisioner
(angket), dan lain sebagainya.
g) Mengumpulkan Data
Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah memperoleh data (Sugiyono, 2009).
Proses pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti
nantinya akan melalui kuisioner atau angket, sehubungan dengan
kondisi pandemi. Hasil dari pengumpulan data tersebut akan
digunakan untuk membantu menjawab rumusan masalah dan
menguji hipotesis penelitian.
h) Analisis Data
Analisis data diadakan guna menjawab rumusan masalah
dan hipotesis yang telah diajukan. Hasil analisis data kemudian
diinterpretasikan dan dibuat kesimpulannya.26
Pada tahap analisis hasil pengumpulan data, data-data
tersebut akan dikumpulkan lalu dibuatkan tabel hasilnya sehingga
peneliti dapat mengetahui jawaban dari para responden, dan
nantinya digunakan untuk membantu menjawab hipotesis serta
disimpulkan guna menjawab rumusan masalah.
i) Kesimpulan
Kesimpulan adalah pernyataan atau proposisi (kalimat yang
disampaikan) yang dikutip dari beberapa pernyataan (ide) dengan
beberapa aturan inferensi atau konklusi yang berlaku. Kesimpulan
termasuk suatu gagasan yang tercapai di bagian akhir
pembicaraan.27
Peneliti akan menulis hasil kesimpulan yang merupakan
jawaban atau hasil total dari penelitian guna menyampaikan hasil
secara menyeluruh baik dari rumusan masalah ataupun hipotesis
dari penelitian.
j) Laporan
Laporan merupakan sebuah aktivitas menyampaikan suatu
hasil atau informasi dari suatu kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja oleh seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan atau informasi baru.28

26
Suryani, Hendriyadi, Metode Riset Kunatitatif: Teori Dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015), hlm.210.
27
Rina Hayati, “Pengertian Kesimpulan”
(https://penelitianilmiah.com/pengertian-kesimpulan/,Diakses pada 8 November
2020)
28
Suci Widya, “Laporan Penelitian”, Institut Agama Islam Negeri Metro, hal 1
Peneliti akan menulis hasil penelitian dengan format yang
telah ditentukan dan nantinya hasil penelitian akan digunakan
peneliti untuk melaporkan hasil penelitian kepada pihak yang
bersangkutan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah unit informasi yang direkam media yang dapat
dibedakan dengan data lain, dapat dianalisis dan relevan dengan
program tertentu. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik
dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan29.Dikarenakan
kondisi masyarakat sedang dilanda oleh pandemi COVID-19 maka
peneliti akan menggunakan metode pengumpulan data yang minimal
dari bertatap muka dengan narasumber dan lebih mengutamakan teknik
pengumpulan data jarak jauh sehingga tetap bisa mendapatkan data dan
meminimalisir adanya tatap muka.Pengumpulan data dalam penelitian
ini diabagi menjadi 2 yakni : Data Primer dan Data Sekunder

1) Pengumpulan Data Primer

a) Metode Observasi (Pengamatan langsung)


Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang timbul pada objek penelitian.
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan
pengamatan terhadap obyek penelitian yang dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung.30
Pada penelitian ini peneliti akan melakukan observasi
terhadap beberapa mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel
Surabaya yang dapat dijangkau oleh peneliti terkait bagaimana
aktivitas yang mereka tunjukkan terkait ketertarikan mereka pada
produk thrift shop dan aktivitas belanja mereka di platform e-
commerce (Shopee) dan Instagram. Observasi ini akan digunakan

29
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 57
30
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 58
untuk penambahan data dan untuk membantu dalam pembuatan
kuisoner.
b) Metode Kuisoner (Angket)
Metode kuesioner merupakan suatu daftar yang berisikan
rangkaian pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu masalah atau
aspek yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket disebarkan
kepada responden, yaitu orang-orang yang menjawab pertanyaan
yang diajukan untuk kepentingan penelitian, terutama pada
penelitian survei.31
Pada penelitian ini peneliti akan membuat pernyataan-
pernyataan tertulis kemudian akan dijawab oleh responden. Bentuk
angket/kuisioner adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah
disediakan jawabannya, sehingga responden nantinya akan memilih
jawaban mana yang sesuai.
Teknik angket digunakan untuk mencari tahu hal-hal terkait
indikator variabel mengenai ketertarikan terhadap produk thrift shop,
seberapa sering responden membeli produk thrift shop, pengaruh apa
yang diperoleh responden dari budaya thrift shop, dan lain
sebagainya, sehingga peneliti dapat melihat ada-tidaknya pengaruh
tren thrift shop terhadap minat belanja dan fashion lifestyle
responden. Kuisioner akan dibuat melalui Google Form dan
kemudian angket tersebut akan disebar secara daring sehingga
responden nantinya akan membuka link kuisioner yang dibagikan
peneliti. Apabila responden sudah menjawab kuisioner tersebut,
maka hasilnya akan langsung masuk ke data form peneliti. Hal ini
dirasa cukup efektif dan meminimalisir kesempatan tatap muka.
Pernyataan dalam Google form dibuat dengan pertimbangan
skala nominal. Skala nominal adalah skala yang paling sederhana
dan disusun berdasarkan kategori atau fungsi bilangan sebagai
simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik

31
Cholid Narbuko, Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
hal. 76
lainnya.32 Kuisioner penelitian ini akan disebar kepada mahasiswa
Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya angkatan 2019,
dengan model kuisioner pernyataan tertutup.
c) Dokumentasi
Sugiyono (2014) mengatakan, “dokumentasi merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya historis dari seorang.”
Metode dokumentasi merupakan tata cara pengumpulan data
dengan mencatat data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi
digunakan untuk menggali data historis. Teknik atau studi
dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori,
dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang bersangkutan
dengan masalah penelitian.33
Penelitian ini akan menyertakan dokumentasi daalam bentuk
gambar atau foto form kuisioner Google form beserta respon dari
sejumlah responden guna menunjukan kredibilitas dan hasil dari
penyebaran kuisioner google form.

2) Pengumpulan Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari pihak lain secara tidak


langsung, memiliki kaitan dengan penelitian yang dilakukan berupa
sejarah perusahaan, ruang likup perusahaan, struktur organisasi,
buku, literatur, artikel, serta situs di internet. Data sekunder yang
digunakan peneliti disini adalah penelitian terdahulu, dimana
penelitian terdahulu digunakan untuk membantu dalam mencari
referensi sesuai tema dan judul penelitian, makalah untuk menambah
data agar lebih akurat, serta sumber dari internet yang digunakan

32
Riduwan, “Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian”, (Bandung : Alfabeta,
2005), hal. 6
33
Iryana, Risky Kawasati, “Teknik Pengimpulan Data Metode Kualitatif” (Sorong,
STAIN) hal 11
untuk mendapatkan hasil survei ataupun hal lainnya, dan yang
terakhir menggunakan data dari buku-buku yang relevan.

Tabel 1.3 Instrumen Penelitian

No Jenis Data Sumber Data Cara


Pengumpulan
Data

1 Profil Narasumber Responden Kuisioner +


Dokumentasi

2 Gambaran penggunaan media e- Responden + Observasi +


commerce dan Instagram oleh Data rasio baik Kuisioner +
responden untuk mencari informasi dari internet atau Dokumentasi
tentang produk clothing thrift shop. artikel

3 Media yang digunakan responden Responden + Observasi +


untuk belanja produk clothing thrift Data rasio baik Kuisioner
shop. dari internet atau
artikel

4 Pengaruh yang dirasakan responden Responden Kuisioner


terkait kebiasaan membeli produk
clothing thrift shop.

5 Pengaruh yang bersifat positif/negatif Responden + Kuisioner +


terkait kebiasaan membeli produk buku atau Dokumentasi
clothing thrift shop. penelitian yang
bersangkutan

7. Teknik Reabilitas dan Validitas Intrumen Penelitian


1) Teknik Reliabilitas
Reliabilitas merujuk pada definisi bahwa instrumen yang
digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi yang
diperlukan dapat dipercaya sebagai alat pengumpulan data dan
mampu mengungkap informasi yang aktual di lapangan.
Dalam penelitian ini menggunakan teknik reliabilitas
internal consistency yakni pengujian dilakukan dengan cara hanya
satu kali menguji instrumen pada subjek penelitian. Metode yang
digunakan adalah metode pengujian reliabilitas Alfa Cronbach,
dengan rumus sebagai berikut. 34

ri = Koefisien reliabilitas Alfa Cronbach


k = Jumlah item soal
∑si2 = Jumlah varians skor tiap item
St 2 = Varian total

Metode Alfa Cronbach ini dilakukan pada instrumen yang


memiliki jawaban benar lebih dari 1 (Adamson & Prion, 2013).
Misalnya, pada instrumen yang berbentuk teks, angket atau
kuisioner.
Peneliti mnggunakan program software SPSS 18.00 for
windows agar mendapatkan hasil perhitungan statistik yang akurat,
tepat, dan cepat dalam pengolahan data uji reliabilitas dengan
metode Alfa Cronbach.
2) Teknik Validitas
Secara etimologi, validitas (dari kata validity) memiliki arti
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Sedangkan tes atau instrumen pengukur
bisa dibilang memiliki tingkat validitas yang tinggi apabila alat itu
melaksanakan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang
selaras dengan maksud diadakannya pengukuran tersebut. Azwar
(2000) menyatakan apabila sebuah tes yang menghasilkan data
tidak relevan dengan tujuan pengukuran maka dikatakan sebagai
tes yang memiliki validitas rendah.35

34
Febrianawati Yusup, “Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Kuantitatif”, (Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol 7 No 1) hal 20 -22
35
Febrianawati Yusup, “Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Kuantitatif”, (Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol 7 No 1) hal 18
Pada metode validitas terdapat perolehan skor yang
kemudian hasil skor tersebut akan menentukan hasil dari kuisioner
(angket) yang telah disusun. Semakin dekat skor perolehan dengan
skor murni, maka semakin tinggi validitasnya, dan begitupun
sebaliknya. Semakin jauh perbedaan skor perolehan dengan skor
murni, maka semakin rendah tingkat validitasnya. Peneliti
menggunakan software SPSS 20.0 for windows dalam penelitian
ini.

8. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan


setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul.
Yang perlu dilakukan saat analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan
variabel dari seluruh responden, menyajikan data setiap variabel yang
diteliti, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukan.36 Maka dari itu, analisis data bertujuan untuk menjawab
rumusan masalah dan hipotesis yang sudah diajukan. Hasil analisis data
kemudian diinterpretasikan dan ditarik kesimpulannya.37
Peneliti menggunakan analisis deskriptif terhadap variabel
independen (bebas) dan dependen (terikat), lalu akan dilakukan
pengklasifikasian terhadap jumlah skor jawaban responden. Dari jumlah
skor jawaban responden yang didapat, disusunlah kriteria penilaian
untuk setiap poin pertanyaan. Pendeskripsian data dari setiap variabel
penelitian dilakukan dengan menyusun tabel distribusi frekuensi untuk
mengetahui apakah tingkat perolehan skor variabel penelitian masuk

36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
methods), (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 199
37
Suryani, Hendriyadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015), hlm.210.
dalam kategori : sangat rendah, rendah, tinggi dan sangat tinggi. Berikut
adalah langkah-langkah pemrosesan data.

1) Editing
Pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul,
tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat
pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.
2) Coding (Pengkodean)
Pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam
bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas
pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.
3) Tabulasi
Pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi
kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan
tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan38.
4) Pengecekan data

Kegiatan yang di lakukan dalam tahap ini antara lain :

a) Meneliti lagi lengkap tidaknya identitas subjek yang di


perlukan dalam analisis data
b) Meneliti lengkap tidaknya data, yaitu apakah kuisioner
pengumpulan data sudah secara lengkap di isi dan sesuai
jumlah pertanyaan di angket
c) Cara mengisi jawaban apakah sudah sesuai.

Setelah data-data penelitian terkumpul, maka langkah


selanjutnya adalah menganalisa data hasil penelitian. Adapun teknik
analisa data yang di gunakan adalah :

5) Uji Hipotesis

38
Iqbal Hasan, 2006, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Bumi Aksara,
Jakarta, hal 24
a) Pengaruh Terpaan Drama Korea Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Mahasiswa ILKOM UINSA FDK
Peneliti menggunakan pendekatan statistika dengan
maksud menguji di terima atau di tolaknya hipotesis yang di
sajikan. Score yang di peroleh di klasifikasikan dengan
mencari rumusan sebagai berikut :
F
M=
N
Keterangan :
M = Mean (Nilai rata-rata)
F = Jumlah score responden
N = Jumlah responden

6) Mengetahui Korelasi
a) Terpaan drama Korea Terhadap Peningkatan
PengetahuanMahasiswa ILKOM UINSA FDK
Untuk mengetahui pengaruh, peneliti menggunakan
rumus chi kwadrat (x2), yaitu :
2

(O− E)
¿∑
E
x ❑

Keterangan :
O = Frekuensi yang di peroleh dari sampel
E = Frekuensi yang di harapkan

7) Mengetahui seberapa
a) Berpengaruh Terpaan Drama KoreaTerhadap Peningkatan
Pengetahuan Mahasiswa ILKOM UINSA FDK
Untuk mengetahui seberapa berpengaruh, peneliti
menggunakan rumus Koefisien Kontingensi (KK) sebagai
berikut :

x2
C=
√ N + x2

Keterangan :
C = Koefisien Kontingensi
X2 = Chi kwadrat
N = Jumlah responden
Setelah hasil dari penghitungan Koefisien
Kontingensi (KK) di ketahui, seberapa besar
pengaruh tersebut menggunakan pedoman
interpretasi terhadap koefisien korelasi, yaitu :

Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan


0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat

Anda mungkin juga menyukai