Dosen Pengampu :
Nur Romdlon Maslahul Adi, M. Pd
Disusun oleh:
Winaldha Enya Cesiliana
B9521934
A. Latar Belakang
Era digitalisasi telah merambah hampir ke segala penjuru dunia. Di
indonesia, hampir seluruh masyarakat yang tinggal di daerah urban tidak asing
lagi dengan internet dan budaya digital. Mengingat pandemi Covid-19 yang
melanda berbagai negara sejak awal 2020 lalu menyebabkan kondisi
perekonomian kian terpuruk, disamping adanya krisis kesehatan.
Banyak usaha-usaha kecil yang terpaksa gulung tikar serta pekerja yang
mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), menimbulkan tingginya jumlah
pengangguran. Di kuarter pertama 2020 dalam data proyeksi pertumbuhan
ekonomi Indonesia mengalami penyusutan dengan pertumbuhan sekitar 1%.
disamping itu, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang
hingga kini belum berakhir berdampak pada berbagai sektor usaha, terutama
sektor retail dan manufaktur yang mengalami tingkat pertumbuhan terendah
dengan nilai 1,9% - 2,1% per tahun (YoY).1
1
Amirah Shinta Permatasari dkk, “Pengaruh Komunikasi Pemasaran Thrift Shop terhadap Tingkat
Konsumsi Fashion di Masa Pandemi,” Jurnal Ilmu Komunikasi 11, no. 1 (April 2021): 94-107,
https://doi.org/10.15642/jik.2021.11.1.93-107
sejak tahun 1993, yang awalnya dipelopori oleh situs Bhinneka.com yang kala itu
menjual komputer, laptop, gadget, dan aksesoris elektronik terlengkap.
Keberadaan situs belanja online juga tidak terlepas dari pasang surutnya sebelum
kembali bersinar pada tahun 2010 dengan hadirnya Go-Jek situs market place
Bukalapak.2 Oleh sejak itu, banyak aktor-aktor bisnis yang memanfaatkan
platform online untuk membuka peluang usaha.
Menurut data dari report Economy SEA tahun 2019, Indonesia memiliki
kontribusi dalam perdagangan online di Asia Tenggara dengan nilai bisnis
perdagangan situs e-commerce (perdagangan online) sebesar US$ 1,7 miliar. 3
Kalangan milenial (generasi Y) serta generasi Z saat ini merupakan kontributor
terbesar dalam budaya belanja online. Mengingat kedua generasi inilah yang
paling identik dengan digitalisasi. Karl Mannheim (1923) dalam Generation
Theory-nya mendeskripsikan generasi milenial sebagai generasi yang lahir dalam
rentang tahun 1980 hingga tahun 2000. Istilah milenial pertama kali digunakan
oleh Howe dan Strauss (2000). Mereka menjelaskan bahwa kalangan milenial
adalah anak-anak yang lahir pada tahun 1982 masuk pra-sekolah. Carlson (2008)
juga mengutarakan pendapatnya, generasi milenial menurutnya adalah kelompok
yang lahir dalam kurun 1983 hingga tahun 2001.4 Sedangkan generasi Z
dipaparkan oleh Bencsik, Csikos dan Juhez (2016) dalam penelitiannya yang
mana generasi ini dikelompokkan dalam rentang tahun lahir 1995-2010,
merupakan generasi paling muda yang baru memasuki angkatan kerja dan
memiliki karakter utama multi-tasking, yakni dapat mengoperasikan segala
kegiatan dalam satu waktu dengan memanfaatkan teknologi.5
2
https://merahputih.com/post/read/kisah-masuknya-budaya-belanja-online-ke-indonesia
3
Dwi Hadya Jayani, “Inilah Potensi Ekonomi Digital Indonesia 2015-2025,” databoks 10 April,
2019, https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/1 0/04/inilah-potensi-ekonomi-digital-
indonesia-2015-2025.
4
Hasan Sazali, Fakhrur Rozi, “Belanja Online dan Jebakan Budaya Hidup Digital padaMasyarakat
Milenial,” Jurnal Simbolika: Research and Learning in Comunication Study 6, no. 2(Oktober
2020): 85-96, https://doi.org/10.31289/simbollika.v6i2.3556
5
Yanuar Surya Putra, “Theorical Review: Teori Perbedaan Generasi,” Jurnal Among Makanti 9,
No. 18 (Desember 2016): 123-134,
https://jurnal.stieama.ac.id/index.php/ama/article/viewFile/142/133
Budaya belanja online kini bisa dibilang telah menjadi salah satu lifestyle
dan beralih menjadi budaya populer yang dipraktikkan oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia. Budaya ini mengakomodasi komersialisme dan
mendongkrak perilaku konsumerisme, berdampingan dengan kelebihan profit dan
pasar, dan juga mengingkari tantangan intelektual. Sehubungan dengan budaya
online shopping yang booming terutama di tengah pandemi saat ini, muncul tren
thrift shop di kalangan muda-mudi Indonesia.
Kala itu, thrift shopping atau belanja barang bekas didefinisikan secara
luas sebagai konsumen yang berbelanja di berbagai bentuk alternatif ritel seperti
bisnis estat, bisnis garasi, bisnis pekarangan, pasar lea, swap meets, dan terutama
toko barang bekas (Williams, 2003). Bardhi dan Arnold (2005) mengidentifikasi
enam cara berbeda di mana konsumen mempraktikkan penghematan saat
berbelanja barang bekas, membedakan dari perencanaan awal dan pre-shopping
yang cermat, hingga pembatasan belanja langsung, berburu barang murah, serta
daur ulang.
6
Emin Civi, Lee Jolliffe, “Thrift shopping as a post-recession leisure and tourism pursuit,” The
Journalof The College of Tourismand Hotel Management,no. 13 (Autumn 2013): 20-30,
3.1.10_2013_Polyzos_Niavis_Tourism_Today-with-cover-page-v2.pdf
7
MF Al Fawwaz, AFM Trenggana, “Analisis Pengaruh Promotion Mix, Visual Merchandising and
Price Terhadap Keputusan Pembelian Brandablestuff,” Jurnal e-Proceeding of Management 7,
No.2 (Agustus 2020): 4122-4133,
https://openlibrarypublications.telkomuniversity.ac.id/index.php/management/article/download/13
526/13059
menandakan bahwa peminat budaya thrift shopping ini terus meningkat setiap
tahunnya. Pada tahun 2020 hingga saat ini di mana kondisi perekonomian
Indonesia belum sepenuhnya membaik, tren thrift shopping sebaliknya malah
semakin eksis. Banyak kalangan milenial yang semakin tertarik dengan produk-
produk fashion yang ditawarkan. Tren fashion yang sedang happening saat ini
adalah gaya-gaya korean dan vintage yang telah diluncurkan pada tahun 1980
hingga 1990. kendati banyak masyarakat bahkan mahasiswa yang ‘sambat’
tentang penurunan pendapatan, tren thrift shopping ini dapat menjadi pilihan
alternatif agar tetap fashionable.
Selain harganya yang miring dan terjangkau, thrift shop pada umumnya
menyediakan berbagai jenis barang yang unik dan beragam. Biasanya barang yang
ditawarkan kualitasnya masih bagus dan tak jarang merupakan produk dari suatu
brand ternama. Beberapa produk bahkan merupakan barang yang termasuk langka
di pasaran karena sudah tidak diproduksi lagi, terutama gaya fashion kuno tahun
‘80 hingga ’90-an. Konsumen thrift shop sebenarnya bisa membeli produk-produk
yang diinginkan secara offline dengan mengunjungi toko secara langsung,
maupun secara online, yakni dengan memanfaatkan situs e-commerce ataupun
media sosial.
Generasi Y dan Z saat ini, termasuk para mahasiswa dan mahasiswi ilmu
komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya lebih cenderung memanfaatkan jasa e-
commerce untuk mendapatkan setiap kebutuhan belanjanya, terutama platform
media seperti Shopee atau akun media sosial thrift store yang marak dijumpai di
Instagram.
Adanya fenomena tren thrift shopping yang semakin ramai peminat dari
tahun ke tahun sendiri menarik peneliti. Tidak jarang peneliti menjumpai muda-
mudi di sekitar peneliti yang merupakan peminat thrift shopping, terutama yang
sering berbelanja secara online melalui media sosial Instagram. Bahkan ada pula
seorang kenalan peneliti yang mulai merintis bisnis thrift-nya sendiri, sehingga
peneliti tertarik untuk mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan bagaimana
pengaruh adanya tren thrift shopping terhadap minat belanja serta bagaimana
pengaruhnya pada fashion lifestyle mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan
Ampel Surabaya.
B. Rumusan Masalah
Sejalan dengan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini
adalah :
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis
Manfaat Teoritis
Dapat dijadikan sebagai bahan referensi maupun kajian bagi semua pihak
kalangan pelajar maupun pengajar dalam pembahasan materi ilmu
komunikasi, ekonomi, serta materi lain yang berkaitan.
F. Definisi Operasional
8
books
9
J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta : PT. Rineka Cipta,
2003) hal 322
10
http://eprints.undip.ac.id/34667/6/1734_CHAPTER_III.pdf
Tren dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dimaknai
sebagai suatu gaya mutakhir atau yang bergaya modern, terbaru, dan sesuai
dengan perkembangan zaman. Sedangkan thrift shop sendiri merujuk pada
kondisi suatu toko yang menyediakan barang-barang bekas yang masih
layak pakai. Tren thrift shop sendiri telah ada sejak tahun ‘80-an di
Amerika Serikat, dan salah satunya adalah toko yang dioperasikan oleh
organisasi non profit seperti Goodwill. Thrift shop menjadi terobosan
alternatif bagi banyak konsumen yang memiliki pendapatan yang lebih
rendah dan/atau yang berhemat selama krisis ekonomi. Sehingga thrift
shopping atau belanja barang bekas secara umum bermakna sebagai gaya
hidup hemat. Dewasa ini thrift shop dapat dikatakan sebagai sebuah inovasi
lapak bisnis terbaru yang sedang naik daun di kalangan muda-mudi
sekarang.Tugu Pahlawan merupakan salah satu lokasi di Surabaya yang
menjadi pusat thrift shop yang menyediakan berbagai jenis dan model
pakaian yang fashionable. Sehingga tak jarang pebisnis-pebisnis online
thrift shop mengambil ‘barang dagangan’ dari Tugu Pahlawan untuk
dipasarkan di akun olshop-nya.
G. Kerangka Teoritik
1. Kajian Pustaka
Indikator
1) Interest (Ketertarikan)
Ketertarikan yang dimiliki konsumen dimana hal tersebut
menimbulkan rasa senang, puas, dalam diri seseorang yang dapat memicu
keinginan untuk membeli.
2) Pencarian informasi
Ditandai dengan adanya rasa ingin tahu terhadap suatu tren atau
merek tertentu, yang kemudian akan mendorong rasa ingin membeli.
3) Trust (Kepercayaan)
Mowen & Minor (2002) mendefiniskan kepercayaan konsumen
sebagai segala pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan segala
kesimpulan yang diciptakan konsumen tentang objek, atribut, dan
manfaatnya. Kepercayaan konsumen berperan penting dalam
meningkatkan minat beli konsumen yang dapat diukur dari kemampuaan
toko memenuhi harapan konsumen, kebaikan hati yang diberikan toko
untuk membuat konsumen memberikan kepercayaan kepada toko, serta
adanya integritas antara trustee (orang yang dipercaya) menganut sepaket
prinsip yang dirasa mempunyai kecocokan dengan trustor (orang yang
percaya) (Arfianti, 2014). Secara singkat, kepercayaan merupakan
keyakinan individu terhadap pengetahuan yang dimilikinya tentang suatu
objek, sehingga dapat menimbulkan pemikiran positif atau negatif.
Menurut Firdayanti (2012) kepercayaan konsumen adalah persepsi dari
sudut pandang konsumen akan kemampuan konsumen dalam pengalaman
dan terpenuhinya harapan. Semakin tinggi tingkat kepercayaan konsumen,
maka semakin tinggi pula minat belanja konsumen.
B) Promosi
Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yang
dilakukan oleh suatu perusahaan. Tjiptono (2002) mengatakan bahwa
promosi adalah wujud komunikasi pemasaran, yang mana berarti kegiatan
marketing yang berupaya menyebarkan informasi, mempengaruhi,
mempersuasi, dan/atau mengingatkan sasaran market pada perusahaan dan
produknya agar bersedia menerima, membeli, serta loyal terhadap produk
yang ditawarkan oleh perusahaan terkait. Assaury (2004) memaparkan
indikator-indikator promosi, diantaranya sebagai berikut.
Indikator
Indikator
1) Word-of-mouth
Sebagian besar masyarakat cenderung menggunakan pendapat serta
rekomendasi orang lain sebelum memutuskan atau sebagai pertimbangan
sebelum membeli suatu produk atau merek tertentu. Tak jarang mereka
mencari informasi tentang produk, yaitu review yang disebar konsumen
melalui SNS (Social Network Sites) sebelum berbelanja, seperti blog,
forum diskusi online, shopping review, dan lain sebagainya (Yan et al,
2018). Word-of-mouth merupakan pernyataan positif dan negatif dari
konsumen terhadap sebuah brand atau produk, baik secara langsung
maupun melalui media. Tariq et al. (2017) menjelaskan bahwa WOM yang
terjadi melalui media elektronik (e-WOM) lebih memacu individu untuk
menemukan informasi tentang merek atau produk yang dicari.
a) Keunggulan Merek
b) Kekuatan Merek
Suatu brand dituntut terlihat ‘hits’ bagi konsumen agar dapat memiliki
kekuatan merek. Brand power dapat dicapai dengan memasarkan brand
tersebut melalui iklan atau bentuk promosi lainnya, agar brand tersebut
dikenal oleh khalayak dan selalu eksis ditengah sengitnya persaingan.
c) Keunikan Merek
Citra merek juga dituntut untuk memiliki keunikan atau cirri khas, supaya
tumbuh menjadi brand yang kuat ditengah sengitnya persaingan. Melalui
keunikan merek, ada keuntungan-keuntungan yang akan didapat,
diantaranya:
a. Meningkatkan prospek bisnis supaya lebih dikenal.
b. Meningkatkan loyalitas terhadap konsumen.
E) Harga
Dalam KBBI, harga didefinisikan sebagai nilai barang atau jasa
yang diwujudkan dalam uang. Harga juga berarti sejumlah uang atau hal
lainnya yang ditujukan sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau
jasa. Tjiptono (2014) menjelaskan bahwa seleksi yang dilakukan
perusahaan terhadap tingkat harga konvensional yang berlaku untuk
produk tertentu dan bersifat relative terhadap harga sejumlah kompetitor.
Penetapan harga merupakan keputusan yang diambil oleh setiap
perusahaan untuk menetapkan harga bagi setiap produk dalam periode
tertentu. Penetapan harga dilakukan dengan menimbang kualitas produk.
Disamping itu, penetapan harga dimaksudkan agar perusahaan
memperoleh benefit.
Menurut Kotler & Keller (2014) seperti yang dikutip Rahmayanti dalam
tesisnya, ada tiga indikator harga, yaitu:
1) Harga terjangkau, yang mana harga yang ditawarkan oleh produk
tersebut tidak terkesan mahal, sehingga dapat dijangkau oleh segala
kalangan.
2) Harga bersaing, yakni harga produk tersebut dapat bersaing dengan
produk sejenis milik kompetitor.
3) Harga sesuai dengan kualitas, yakni produk tersebut memiliki kualitas
yang sesuai dengan harga yang ditawarkan.
Indikator
2. Kajian Teori
1) Teori AIDDA
Media e-commerce
Tren thrift (Shopee) &
shopping Instagram
Teori AIDDA
H. Hipotesis
I. Metode Penelitiaan
11
Samidi, “Pengaruh Strategi Pembelajaran Student Team Heroic Leadership
Terhadap Kreativitas Belajar Matematika Pada Siswa SMP Negeri 29 Medan T.P
2013/2014”. Jurnal EduTech . Vol. 1 No. 1
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, yang bertujuan
untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”12
2. Objek Penelitian
12
Sugiyono.“Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung:
Alvabeta, 2011), hal 8
13
Burhan Bungin, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2011), h.29
UINSA merupakan salah satu kampus negeri di Surabaya yang
berlandaskan konsep pembelajaran Islami.
Total 420
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hal. 80
Sugiyono mendefinisikan sampel sebagai sebuah bagian dari
jumlah dan karakteristik dalam populasi.15 Sampel merupakan suatu
himpunan bagian dari populasi yang anggotanya di sebut sebagai subjek,
sedangkan anggota populasi adalah elemen dari populasi.16Dalam
penelitian ini, peneliti tidak mengambil sampel dari semua mahasiswa
Ilmu Komunikasi yang berjumlah 420 orang, menimbang kemudahan dan
keakuratan data, peneliti akan menjadikan angkatan 2019 yang berjumlah
126 mahasiswa sebagai sampel dengan data sebagai berikut.
Kelas Jumlah
Kelas E1 31
Kelas E2 32
Kelas E3 29
Kelas E4 33
Total 125
15
Evitasari Ika, “Pengertian Sample” (https://ruangguru.co/pengertian-
sample/Diakses pada 8 November 2020)
16
Puguh Suharso, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisinis : Pendekatan
Filososfi dan Praktis, (Jakarta: Indeks, 2009), hal 56.
17
Fitri Nurmawati, “Pengaruh Penggunaan Multimedia Terhadap Kecerdasan
Emosional Siswa Dalam Proses Pembelajaran PKN, Universiitas Pendidikan
Indonesia, Hal 31-32
n = N / (1 + (N x e²))
Keterangan :
n = Jumlah elemen atau anggota sampel
N = Jumlah elemen atau anggota populasi
e = Error level (tingkat kesalahan 5% atau 0,052)18
Sehingga
n = 125 / (1 + (125 x (0,05)2)
= 95,24 orang.
= Dibulatkan menjadi 95 mahasiswa
20
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2010), hlm.86
perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli, serta
loyal terhadap produk yang ditawarkan oleh perusahaan terkait.
2. Variabel Y (Variabel dependen) : Minat belanja mahasiswa
Indikator Variabel :
a) Word-of-mouth
Pernyataan positif dan negatif dari konsumen terhadap sebuah
brand atau produk, baik secara langsung maupun melalui media.
b) Brand image
Kesan dan persepsi terhadap merek bagi konsumen,
sehingga dapat menjadi patokan bagi konsumen dalam
memperkirakan hasil produk atau jasa yang akan.
c) Harga
Keputusan yang diambil oleh setiap perusahaan untuk
menetapkan nilai jual bagi setiap produk dalam periode tertentu.
Penetapan harga dilakukan dengan menimbang kualitas produk.
5. Tahap-Tahap Penelitian
a) Memilih dan menentukan masalah
Masalah penelitian secara umum dijelaskan oleh
Notoatmodjo (2002) sebagai suatu kesenjangan (gap) antara yang
seharusnya dengan apa yang terjadi mengenai suatu hal, atau antara
kenyataan yang ada, atau terjadi dengan yang seharusnya ada, atau
terjadi antara harapan dan kenyataan.21 Maksud adanya pemilihan
dan penentuan masalah adalah agar penelitian dapat terarah dan
menjamin penelitian yang diteliti telah relevan dengan
permasalahan yang ada. Peneliti melakukan pengamatan di
lapangan mengenai fenomena tren thrift shopping di kalangan
mahasiswa ilmu komunikasi UIN Sunan Ampel dan bagaimana
implikasinya terhadap minat belanja serta gaya hidup serta fashion
mereka. Maka dengan pengamatan tersebut peneliti merumuskan
masalah, yakni tren thrift shopping dan pengaruhnya terhadap
minat belanja serta fashion lifestyle di kalangan mahasiswa.
b) Melakukan Pra-Survei dan studi pendahuluan
Studi pendahuluan adalah studi yang dilakukan
untuk memperdalam arah studi utama/fokus. Studi pendahuluan
bisa saja mengakibatkan perubahan prosedur penelitian,
meningkatkan pengukuran, meningkatkan kepercayaan asumsi, dan
desain yang lebih baik dari studi utama. Studi pendahuluan
seringkali dianggap miniatur dari studi utama. Studi pendahuluan
pun sering pula digunakan untuk menguji sejumlah instrumen yang
akan digunakan dalam studi utama.22
Studi awal atau pra-survei, adalah tahapan mengungkap
permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan apa, bagaimana,
dan kecuali pertanyaan mengapa. Tujuan adanya pra-survei adalah
untuk mengumpulkan variabel yang akan diteliti.23
Pra-survei dapat dikatakan sebagai tahap dimana pengadaan
survei terlebih dahulu terkait permasalahan atau fenomena yang
terjadi di masyarakat, yang akan diangkat dalam penelitian, baik itu
survei melalui observasi, pengamatan ataupun pendengaran,
21
Yektiningtyastuti, Memilih dan Merumuskan Masalah Penelitian, STIKES AL-
Irsyad. Hal 29
22
N.Basfain, studi pendahuluan,
https://www.academia.edu/7218460/Pengertian_Studi_Pendahuluan (diakses pada 11 November
2020 pukul 20.20)
23
Sudjana Nana dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Bandung. Hal 74
kemudian diadakan studi pendahuluan untuk memahami langkah-
langkah yang akan dilakukan selama proses penelitian. Baik itu
mengkaji penelitian terdahulu yang relevan atau membaca buku-
buku yang sesuai dengan penelitian.
c) Menentukan Rumusan masalah
Rumusan masalah (research questions) atau sering disebut
research problem, merupakan sebuah rumusan yang menanyakan
suatu peristiwa atau fenomena yang terjadi, baik itu kedudukannya
mandiri, ataupun sebuah fenomena yang saling berkaitan antara
satu sama lain, baik itu hubungan sebab atau akibat. Saking
pentingnya rumusan masalah dalam sebuah penelitian, bisa
dibilang rumusan masalah merupakan setengah dari penelitian itu
sendiri.24
Oleh sebab itu peneliti menentukan rumusan masalah
berdasarkan judul penelitian yang telah dipilih sehingga nantinya
rumusan masalah ini dapat membantu dalam memberi gambaran
permasalahan dalam penelitian ini.
d) Menyusun Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau tuduhan sementara,
dimana kebenaran dari masalah penelitian masih lemah (belum
tentu benar) sehingga harus diuji secara empiris.25
Penyusunan hipotesis yang dilakukan peneliti adalah
membuat dugaan sementara berdasarkan rumusan masalah yang
telah dibuat dengan lambang H1, H2, H3, dan H4 yang dijelaskan
dalam H1-H2 : adanya pengaruh dan H3-H4 : tidak adanya
pengaruh. Dugaan sementara itulah yang akan diteliti sehingga
penelitian ini diharap dapat menjawab asumsi.
e) Memilih pendekatan
24
R.Yustiwardhana, Rumusan Masalah Penelitian,
https://www.academia.edu/35379314/Rumusan Masalah Penelitian (diakses
pada 11 november 2020 pukul 20.45)
25
Agus Purwanto, Erwan dan Dyah Ratih Sulistyastuti (2007). Metode Penelitian
Kuantitatif, Untuk Administrasi Publik, Dan Masalah-masalah Sosial.Yogyakarta:
Gaya Media. hal 137
Pendekatan penelitian ialah rencana dan prosedur yang
terdiri atas langkah-langkah asumsi luas untuk metode rinci
pengumpulan data, analisis dan interpretasi. Oleh karena itu,
pendekatan dipilih berdasarkan pada sifat masalah penelitian yang
dikaji. Pendekatan penelitian pada dasarnya dibagi dalam dua
kategori, yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif (Scott W.
Vanderstoep and Deirdre D. Johnston).
Peneliti menggunakan pendektan kuantitatif dalam
penelitian ini atas berdasarkan judul yang diangkat, maka data yang
akan dicari berupa hubungan kausalitas (sebab-akibat) antara
variabel X dan Y serta sistematisnya.
f) Menentukan variabel dan sumber data
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apapun yang
ditentukan oleh peneliti untuk dikaji sehingga diperoleh informasi
mengenai hal tersebut, yang nantinya akan ditarik suatu
kesimpulan.
Dalam penelitian ini variabel yang dicari adalah variabel X
dan Y yang dikaji berdasarkan dari indikator variabel dimana hasil
dari variabel dan indikator nantinya akan digunakan untuk
memudahkan pertimbangan dalam pecarian data, sumber data yang
dapat berupa wawancara, observasi, dokumentasi, kuisioner
(angket), dan lain sebagainya.
g) Mengumpulkan Data
Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian
adalah memperoleh data (Sugiyono, 2009).
Proses pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti
nantinya akan melalui kuisioner atau angket, sehubungan dengan
kondisi pandemi. Hasil dari pengumpulan data tersebut akan
digunakan untuk membantu menjawab rumusan masalah dan
menguji hipotesis penelitian.
h) Analisis Data
Analisis data diadakan guna menjawab rumusan masalah
dan hipotesis yang telah diajukan. Hasil analisis data kemudian
diinterpretasikan dan dibuat kesimpulannya.26
Pada tahap analisis hasil pengumpulan data, data-data
tersebut akan dikumpulkan lalu dibuatkan tabel hasilnya sehingga
peneliti dapat mengetahui jawaban dari para responden, dan
nantinya digunakan untuk membantu menjawab hipotesis serta
disimpulkan guna menjawab rumusan masalah.
i) Kesimpulan
Kesimpulan adalah pernyataan atau proposisi (kalimat yang
disampaikan) yang dikutip dari beberapa pernyataan (ide) dengan
beberapa aturan inferensi atau konklusi yang berlaku. Kesimpulan
termasuk suatu gagasan yang tercapai di bagian akhir
pembicaraan.27
Peneliti akan menulis hasil kesimpulan yang merupakan
jawaban atau hasil total dari penelitian guna menyampaikan hasil
secara menyeluruh baik dari rumusan masalah ataupun hipotesis
dari penelitian.
j) Laporan
Laporan merupakan sebuah aktivitas menyampaikan suatu
hasil atau informasi dari suatu kegiatan yang dilakukan dengan
sengaja oleh seseorang yang bertujuan untuk mendapatkan
pengetahuan atau informasi baru.28
26
Suryani, Hendriyadi, Metode Riset Kunatitatif: Teori Dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015), hlm.210.
27
Rina Hayati, “Pengertian Kesimpulan”
(https://penelitianilmiah.com/pengertian-kesimpulan/,Diakses pada 8 November
2020)
28
Suci Widya, “Laporan Penelitian”, Institut Agama Islam Negeri Metro, hal 1
Peneliti akan menulis hasil penelitian dengan format yang
telah ditentukan dan nantinya hasil penelitian akan digunakan
peneliti untuk melaporkan hasil penelitian kepada pihak yang
bersangkutan.
6. Teknik Pengumpulan Data
Data adalah unit informasi yang direkam media yang dapat
dibedakan dengan data lain, dapat dianalisis dan relevan dengan
program tertentu. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik
dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan29.Dikarenakan
kondisi masyarakat sedang dilanda oleh pandemi COVID-19 maka
peneliti akan menggunakan metode pengumpulan data yang minimal
dari bertatap muka dengan narasumber dan lebih mengutamakan teknik
pengumpulan data jarak jauh sehingga tetap bisa mendapatkan data dan
meminimalisir adanya tatap muka.Pengumpulan data dalam penelitian
ini diabagi menjadi 2 yakni : Data Primer dan Data Sekunder
29
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 57
30
Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 58
untuk penambahan data dan untuk membantu dalam pembuatan
kuisoner.
b) Metode Kuisoner (Angket)
Metode kuesioner merupakan suatu daftar yang berisikan
rangkaian pertanyaan atau pernyataan mengenai suatu masalah atau
aspek yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket disebarkan
kepada responden, yaitu orang-orang yang menjawab pertanyaan
yang diajukan untuk kepentingan penelitian, terutama pada
penelitian survei.31
Pada penelitian ini peneliti akan membuat pernyataan-
pernyataan tertulis kemudian akan dijawab oleh responden. Bentuk
angket/kuisioner adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah
disediakan jawabannya, sehingga responden nantinya akan memilih
jawaban mana yang sesuai.
Teknik angket digunakan untuk mencari tahu hal-hal terkait
indikator variabel mengenai ketertarikan terhadap produk thrift shop,
seberapa sering responden membeli produk thrift shop, pengaruh apa
yang diperoleh responden dari budaya thrift shop, dan lain
sebagainya, sehingga peneliti dapat melihat ada-tidaknya pengaruh
tren thrift shop terhadap minat belanja dan fashion lifestyle
responden. Kuisioner akan dibuat melalui Google Form dan
kemudian angket tersebut akan disebar secara daring sehingga
responden nantinya akan membuka link kuisioner yang dibagikan
peneliti. Apabila responden sudah menjawab kuisioner tersebut,
maka hasilnya akan langsung masuk ke data form peneliti. Hal ini
dirasa cukup efektif dan meminimalisir kesempatan tatap muka.
Pernyataan dalam Google form dibuat dengan pertimbangan
skala nominal. Skala nominal adalah skala yang paling sederhana
dan disusun berdasarkan kategori atau fungsi bilangan sebagai
simbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik
31
Cholid Narbuko, Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
hal. 76
lainnya.32 Kuisioner penelitian ini akan disebar kepada mahasiswa
Ilmu Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya angkatan 2019,
dengan model kuisioner pernyataan tertutup.
c) Dokumentasi
Sugiyono (2014) mengatakan, “dokumentasi merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya historis dari seorang.”
Metode dokumentasi merupakan tata cara pengumpulan data
dengan mencatat data-data yang sudah ada. Metode dokumentasi
digunakan untuk menggali data historis. Teknik atau studi
dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan
arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori,
dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang bersangkutan
dengan masalah penelitian.33
Penelitian ini akan menyertakan dokumentasi daalam bentuk
gambar atau foto form kuisioner Google form beserta respon dari
sejumlah responden guna menunjukan kredibilitas dan hasil dari
penyebaran kuisioner google form.
32
Riduwan, “Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian”, (Bandung : Alfabeta,
2005), hal. 6
33
Iryana, Risky Kawasati, “Teknik Pengimpulan Data Metode Kualitatif” (Sorong,
STAIN) hal 11
untuk mendapatkan hasil survei ataupun hal lainnya, dan yang
terakhir menggunakan data dari buku-buku yang relevan.
34
Febrianawati Yusup, “Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Kuantitatif”, (Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol 7 No 1) hal 20 -22
35
Febrianawati Yusup, “Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Kuantitatif”, (Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Pendidikan, Vol 7 No 1) hal 18
Pada metode validitas terdapat perolehan skor yang
kemudian hasil skor tersebut akan menentukan hasil dari kuisioner
(angket) yang telah disusun. Semakin dekat skor perolehan dengan
skor murni, maka semakin tinggi validitasnya, dan begitupun
sebaliknya. Semakin jauh perbedaan skor perolehan dengan skor
murni, maka semakin rendah tingkat validitasnya. Peneliti
menggunakan software SPSS 20.0 for windows dalam penelitian
ini.
36
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed
methods), (Bandung: Alfabeta, 2013), hal 199
37
Suryani, Hendriyadi, Metode Riset Kuantitatif: Teori Dan Aplikasi Pada
Penelitian Bidang Manajemen Dan Ekonomi Islam, (Jakarta: Prenadamedia
Group, 2015), hlm.210.
dalam kategori : sangat rendah, rendah, tinggi dan sangat tinggi. Berikut
adalah langkah-langkah pemrosesan data.
1) Editing
Pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul,
tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat
pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.
2) Coding (Pengkodean)
Pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk
dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam
bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau identitas
pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.
3) Tabulasi
Pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah diberi
kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan
tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan38.
4) Pengecekan data
5) Uji Hipotesis
38
Iqbal Hasan, 2006, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Bumi Aksara,
Jakarta, hal 24
a) Pengaruh Terpaan Drama Korea Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Mahasiswa ILKOM UINSA FDK
Peneliti menggunakan pendekatan statistika dengan
maksud menguji di terima atau di tolaknya hipotesis yang di
sajikan. Score yang di peroleh di klasifikasikan dengan
mencari rumusan sebagai berikut :
F
M=
N
Keterangan :
M = Mean (Nilai rata-rata)
F = Jumlah score responden
N = Jumlah responden
6) Mengetahui Korelasi
a) Terpaan drama Korea Terhadap Peningkatan
PengetahuanMahasiswa ILKOM UINSA FDK
Untuk mengetahui pengaruh, peneliti menggunakan
rumus chi kwadrat (x2), yaitu :
2
❑
(O− E)
¿∑
E
x ❑
Keterangan :
O = Frekuensi yang di peroleh dari sampel
E = Frekuensi yang di harapkan
7) Mengetahui seberapa
a) Berpengaruh Terpaan Drama KoreaTerhadap Peningkatan
Pengetahuan Mahasiswa ILKOM UINSA FDK
Untuk mengetahui seberapa berpengaruh, peneliti
menggunakan rumus Koefisien Kontingensi (KK) sebagai
berikut :
x2
C=
√ N + x2
Keterangan :
C = Koefisien Kontingensi
X2 = Chi kwadrat
N = Jumlah responden
Setelah hasil dari penghitungan Koefisien
Kontingensi (KK) di ketahui, seberapa besar
pengaruh tersebut menggunakan pedoman
interpretasi terhadap koefisien korelasi, yaitu :