Anda di halaman 1dari 5

BAB 11

Internet dan Aktivisme Dakwah

Subjektivisme Internet
Jika diperhatikan secara seksama, internet mungkin dapat dikatakan sebagai salah satu
media populer yang pada titik tertentu bisa menjadi sangat subjektif. Melalui beberapa fitur
populernya, seperti situs, blog, atau media sosial, kita akan segera melihat bagaimana setiap
orang atau organisasi berupaya memperlihatkan nilai-nilai yang mereka yakini. Oleh sebab itu,
persoalan objektivitas menjadi sangat absurd. Hal ini disebabkan karakter internet yang
independen dan private.
Perbincangan–perbincangan dalam discussion forum atau grup-grup di media sosial
pun semakin mudah ditemui. Dalam grup-grup ini kita dapat melihat bagaimana semua orang
memiliki potensi yang sama untuk dapat memerankan diri sebagai subjek tertentu. Semua ini
memperjelas identitas internet sebagai media dan ruang yang independen serta membebaskan
para penggunanya untuk berekspresi.
Kebabasan berekspresi telah diatur oleh regulasi tertentu melalui etika berinternet yang
populer dengan istilah netiquete. Namun, seiring perkembangan, etika saja ternyata tidak cukup
untuk memberikan kesadaran kepada para pengguna internet. Oleh sebab itu, beberapa negara
kemudian memberlakukan regulasi yang resmi secara hukum dalam bentuk undang-undang,
termasuk Indonesia, yang sejak 2009 telah memberlakukan UU Informasi dan Transaksi
Elektronik yang bertujuan untuk melindungi hak-hak informasi setiap warga Indonesia.
Dari berbagai kasus yang dapat diamati, munculnya beragam tindak kriminal atau
perilaku tidak menyenangkan di internet lebih terbuka daripada di dunia nyata. Kasus yang
paling sering terjadi adalah hate-speech karena internet berpotensi menghapus hambatan-
hambatan komunikasi yang mengakibatkan berkurangnya rasa tanggung jawab seseorang atas
apa yang dikatakan atau apa yang dilakukannya.
Internet sebagai Ruang Dakwah
Bagi umat Islam yang memiliki kewajiban untuk berdakwah, kehadiran Cyber-Islamic
Environments (CIEs) di internet merupakan modal dasar bagi lahirnya model-model atau pola-
pola aktivisme dakwah yang mungkin sama sekali baru. Namun, internet bukan ruang
informasional dengan karakteristik yang homogen. Semua jenis informasi muncul di internet,
mulai dari informasi keagamaan hingga perjudian yang memiliki potensi sejajar antara satu
dan yang lainnya. Bahkan, dalam informasi agama pun sering muncul informasi yang kontra-
produktif dan dipandang menyesatkan serta merugikan, bahkan bagi agama itu sendiri. Salah
satu yang dipandang merugikan adalah munculnya pesan-pesan keagamaan yang bernuansa
radikal yang justru muncul dari situs yang mengatasnamakan sebagai portal berita Islam.
Kemunculan pesan-pesan radikal tersebut pada dasarnya tidak hanya disebabkan oleh
penafsiran sepihak atas ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi juga karena kurangnya pengetahuan tentang
standar penyiaran dan kode etik jurnalisme dari para pengelola portal berita tersebut. Di
Indonesia, kecenderungan ini telah lama muncul, namun baru ada penindakan pada 2015 ketika
pemerintah menutup 22 situs yang dipandang menyebarkan paham radikalisme, menyusul
munculnya isu tentang adanya paham ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria) di Indonesia.
Meskipun demikian, upaya pemerintah tersebut dinilai beberapa pihak masih belum optimal
karena beberapa situs yang masuk daftar justru merupakan situs Islam yang tergolong resmi,
yakni versi online dari media cetak dan memiliki kantor resmi.
Oleh sebab itu, umat Islam yang net-literate sangat memahami hal ini dan oleh
karenanya mereka mengambil tindakan aktif dan tetap bertanggung jawab dalam menggunakan
internet sebagai media untuk “mempromosikan” Islam dalam konteks global. Selain CIEs, pada
dasarnya umat Islam di seluruh dunia masih dapat menggunakan internet sebagai media primer
bagi penyebaran informasi keagamaan sebagai aktivitas dakwah. Dalam konteks dakwah
sebagai aktivitas, internet merupakan sesuatu yang dapat digunakan sebagai segala jenis
kegiatan dakwah yang dapat muncul dalam berbagai bentuk.
Aktivisme Dakwah di Internet
Menggunakan internet sebagai media dalam aktivitas dakwah bukanlah hal baru,
namun internet juga telah membuka sejumlah kemungkinan baru bagi lahirnya gerakan-
gerakan dak aktivisme dakwah. Sebagai gerakan sosial keagamaan, secara umum aktivisme
dakwah di internet dapat diidentifikasikan sebagai beberapa fenomena yang berbeda-beda.
Pertama, sebagai upaya domestikasi teknologi oleg agama. Secara fundamental,
teknologi dan agama merupakan dua hal yang berbeda, bahkan sering bersebrangan. Agama
adalah sesuatu yang sakral, sedangkan teknologi bersifat profan. Teknologi sering dipandang
sebagai sesuatu yang berada di luar ranah agama. Oleh karenanya, ia merupakan sesuatu yang
asing dalam kehidupan agama.
Kedua, sebagai upaya konstruksi identitas. Komunitas-komunitas memanfaatkan
internet sebagai arena bagi konstruksi identitas, tidak terkecuali umat Islam. Menghadirkan
simbol-simbol agama Islam secara berulang-ulang baik berupa gambar visual, suara, teks,
wacana, dan sebagainya, merupakan upaya konstruksi identitas yang dalam Butler (1990)
disebut sebagai performativitas.
Ketiga, sebagai bentuk aksi solidaritas keumatan. Solidaritas keumatan merupakan poin
inti dari aktivisme Islam secara keseluruhan, sebagaimana diungkapkan Wiktorowicz (2012)
bahwa tujuan inti aktivisme Islam adalah pembelaan terhadap kepentingan umat Islam.
Keempat, sebagai tindakan antisipasi atas keberlimpahan informasi. Keberagaman
informasi yang tersaji di internet telah menimbulkan fenomena abundance of information
(keberlimpahan informasi) yang pada umumnya dapat diakses secara terbuka oleh setiap
pengguna.
Kelima, sebagai bentuk perlawanan. Secara umum, hampir semua agama di internet
muncul sebagai upaya identifikasi “nonsekuler”. Secara spesifik, aktivisme dakwah tidak
jarang lahir dalam konteks oposisi biner dengan budaya mainstream di internet sebagai bentuk
perlawanan. Hampir sama dengan aktivisme sebagai aksi solidaritas keumatan, jenis aktivisme
ini juga lebih bersifat respon umat Islam atas apa yang terjadi di internet,
BAB 12
Ekspresi Dakwah di Internet

Ada jutaan situs yang dapat diidentifikasi sebagai situs dakwah, baik secara eksplisit
maupun implisit. Secara eksplisit, konten dalam situs-situs dakwah biasanya berisi informasi
dunia Islam, dialog seputar masalah-masalah keagamaan, buku-buku dengan tema keislaman,
fasilitas untuk melakukan unduh software Islami, dan sejumlah layanan lain yang berhubungan
dengan Islam. Secara teknis, fenomena aktivisme dakwah di internet dapat diidentifikasi
melalui beragam ekspresi yang secara umum dapat dikategorikan dalam 5 (lima) kategori
besar, yakni portal Islam, media sosial Islam, file-sharing, chat-Islam, dan Islamic apps.
Portal Islam
Secara umum, situs portal dapat dipahami sebagai situs yang menampilkan beragam
informasi yang ditunjang sejumlah fitur yang bervariasi, bahkan terkadang didukung pula oleh
link-link yang dihubungkan dengan situs-situs lain yang lebih spesifik. Oleh karena itu, portal
Islam adalah situs dengan beragam informasi dan fitur-fitur yang bernuansa keislaman. Pada
umumnya, situs-situs portal Islam memiliki karakteristik, antara lain berita-berita dunia Islam,
informasi keislaman, pelajaran atau pembahasan Al-Qur’an secara online, dialog interaktif
dengan pakar Islam, serta layanan lain yang relevan dengan kajian-kajian keislaman.
Pada titi tertentu, situs portal Islam dipandang mampu memperkuat jejaring umat Islam
di internet sehingga dapat memainkan peran dalam struktur jejaring dan eksresi dakwah dalam
konteks global. Meski dengan berbagai hambatan, namun portal Islam dianggap efisien karena
dengan proses ini, seseorang dapat mengembangkan pengetahuan keagamaan yang lebih baru
dan detail, serta memfasilitasi bentuk literasi Islam melalui sumber informasi yang lebih luas.
Pada tingkat global, salah satu situs portal informasi Islam yang populer adalah Dawat-
e-Islami (http://dawateislami.net). Dawat-e-Islami telah memiliki cabang di lebih dari 200
negara di dunia dan telah mendirikan Islamic centre di Pakistan, India, dan negara-negara lain.
Selain Dawat-e-Islami, masih banyak situs lain yang hampir serupa dengannya. Salah satunya
adalah Islam Way yang menggunkana bahasa Arab sebagai default pada halaman depannya,
namun, dapat pula diakses dalam sebelas bahasa, yakni Arab, Inggris, Prancis, Indonesia,
Turki, Persia, Spanyol, Jerman, Italia, Portugis, dan Jepang. Menu yang disajikan dalam situs
ini pun hampir sama dengan kebanyakan situs portal Islam lainnya. Secara spesifik, Islam Way
menyajikan informasi standar, yakni Recitations, Lessons, Video, Fatawa, Articles, dan Books.
Salah satu perbedaan paling mendasar antara portal Islam skala global dan nasional
terdapat pada konten. Dalam portal Islam yang bersifat global, pada umumnya memperlihatkan
layanan kajian Al-Qur’an; mulai dari terjemahan Al-Qur’an dalam berbagai bahasa, tema-tema
pokok Al-Qur’an, bahkan sampai pada stimulasi latihan membaca Al-Qur’an. Sedangkan pada
situs portal Islam dalam konteks keindonesiaan, situs-situs yang ada lebih memfokuskan pada
isu-isu sosial-politik dunia Islam dalam bentuk berita dan artikel Islam selain layanan
konsultasi keagamaan. Pada konteks global, sasaran yang ingin dicapai oleh portal Islam adalah
pengguna di seluruh dunia, termasuk negara-negara Barat yang berpenduduk minoritas
muslim.
Dalam konteks ini, portal Islam dapat membantu memberikan kekayaan informasi
kepada mereka sebab umat Islam minoritas memiliki keterbatasan dalam mengakses informasi
keislaman di lingkungannya. Tidak hanya itu, portal Islam dalam konteks global juga bertujuan
menampilkan Islam yang autentik dengan mengutamakan Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah
sebagai rujukan.
Media Sosial Islam
Secara teoretis, Boyd and Ellison (2007) mendefinisikan situs jejaring sosial sebagai
situs yang memungkinkan para penggunanya mengonstruksi profil dirinya secara publik atau
semi-publik dalam sistem dan yang secara formal mengartikulasikan hubungan mereka dengan
sesama pengguna lain. Ia menjadi unik tidak hanya karena sifatnya yang memampukan
seseorang untuk menemui orang asing, tetapi juga dapat membuat para pengguna
mengartikulasikan serta membuat profil mereka dilihat orang lain.
Berbagi File
Bentuk lain dari aktivisme dakwah di internet adalah adanya file-sharing atau tempat
berbagi file dalam berbagai format, mulai dari dokumen, video, audio, bahkan software Islami.
Secara umum, ada dua macam cara berbagi file, yakni direct-download dan torrent-download.
Direct-download adalah layanan unduh secara langsung yang difasilitasi oleh situs tertentu,
sedangkan Torrent-download adalah layanan unduh secara peer-to-peer (PTP) melalui situs
protokol tertentu dan untuk melakukannya dibutuhkan software torrent-downloader yang
berfungsi sebagai client, seperti uTorrent, BitLord, BitTorrent, dan sebagainya.
Situs yang tergolong pada file-sharing dengan direct-download adalah 4shared.com
yang memungkinkan seseorang untuk menyimpan file dan membagikannya kepada sesama
pengguna internet. Bahkan, Youtube.com dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai situs file-
sharing. Dalam konteks Islam, salah satu situs yang bekerja, seperti Youtube.com, adalah
IslamicTube.com. Perbedaan fundamentalnya tentu saja terletak pada video yang dimuat
didalamnya yang lebih spesifik pada video-video keislaman.
Chat Islam
Layanan lain yang juga memiliki popularitas yang tinggi adalah chat online, yaitu
fasilitas yang memungkinkan para pengguna internet melakukan obrolan baik berbasis teks
maupun video conference-dengan sesama pengguna lain dalam sebuah chat room. Meski chat
dapat dilakukan berbasis aplikasi, seperti Skype, WhatsApp, LINE, atau berbasis web, seperti
MSN Messenger, Yahoo Messenger, Facebook Messenger, dan sebagainya, namun chat
semacam ini dipandang masih bersifat umum. Oleh sebab itu, chat Islam yang dimaksud disini
adalah fitur chat berbasis web yang memang diperuntukkan secara khusus memperbincangkan
tema-tema keislaman.
Bagi umat Islam di seluruh dunia, fitur chat khusus bagi umat Islam dapat menjadi
sarana yang potensial untuk berbagi informasi secara real-time yang dapat dimanfaatkan
sebagai sarana untuk konsultasi hal-hal yang berkaitan dengan agama. Salah satu situs yang
secara khusus menyediakan layanan chat Islam adalah ChatIslamOnline.org.
Aplikasi Islami
Secara umum, aplikasi Islam dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yang sama-
sama memiliki arah perkembangan yang berbeda. Pertama, kelompok aplikasi Islam berbasis
web yang dapat diunduh secara gratis di beberapa situs tertentu dan dioperasikan melalui PC
atau notebook. Kedua, aplikasi Islam berbasis smartphone, sebagaimana banyak ditemukan di
PlayStore untuk Android atau AppleStore untuk IOS, yang dapat diunduh dan kemudian
digunakan melalui smartphone.
Untuk kelompok pertama, kita dapat menemukan situs-situs penyedia aplikasi Islam
yang semakin hari semakin menurun, baik dari jumlah maupun popularitasnya. Pada dasarnya,
situs-situs ini tidak hanya menyediakan aplikasi atau software-software Islami, tetapi juga
memosisikan diri sebagai Islamic resources, meliputi dokumen, software, dan sejumlah
layanan fungsional lainnya.
Sementara itu, kelompok kedua muncul belakangan, yakni sejak smartphone mulai
populer di masyarakat. Aplikasi-aplikasi Islam yang termasuk dalam kelompok ini hampir
tidak terhitung jumlahnya dan masing-masing bersifat lebih spesifik. Secara operasional,
aplikasi-aplikasi ini pada umumnya tidak diunduh melalui situs tertentu, sebagaimana pada
kelompok pertama, melainkan melalui pihak provider, seperti PlayStore atau AppleStore.
Tidak hanya itu, aplikasi-aplikasi ini juga tidak dijalankan melalui PC, melainkan terpasang di
smartphone.
Pada kelompok kedua, para pengembang aplikasi biasanya merupakan pihak yang
terpisah dari provider. Mereka mengembangkan aplikasi tertentu dan menyimpannya di
PlayStore agar dapat diunduh oleh mereka yang membutuhkannya.
Kehadiran aplikasi Islam, baik berbasis situs maupun Android, merupakan gejala
penting yang menandakan bahwa umat Islam tidak hanya ingin “eksis” di internet, tetapi jauh
lebih dari itu. Mereka melakukan konstruksi sedemikian rupa agar dipandang bukan hanya
sebagai pengguna produk teknologi, tetapi nuga sebagai bagian dari inovasi teknologi itu
sendiri. Dalam konteks yang lebih luas, upaya ini dapat diidentifikasi sebagai aktivisme
dakwah yang memperkuat eksistensi umat Islam di internet sekaligus memopulerkan Islam
dalam cara yang populer.
Dalam perspektif pengguna, hal ini bukan hanya merupakan ekspresi sorang muslim
modern yang net-literate. Lebih dari itu, keterlibatan ini dapat dipandang sebagai sebuah proses
identifikasi diri sebagai seorang muslim. Sebab ketika menjadikan portal Islam sebagai sumber
informasi primer, atau menjalin pertemanan melalui MillatFacebook atau Ummaland, atau
memasang sejumlah aplikasi Islam di smartphone, secara tidak langsung anda tengah
memperlihatkan identitas seorang muslim dalam konteks masyarakat jejaring di internet.

Anda mungkin juga menyukai