Anda di halaman 1dari 7

PERANAN ETIKA DALAM MENYIAPKAN MASYARAKAT ILMIAH.

PERANAN ETIKA DALAM MENYIAPKAN MASYARAKAT ILMIAH.

(SUFIANSYAH MAHASISWA PASCA UNMUL)

Dalam kehidupan bermasyarakat, yang ada satu wacana kehidupan. Kehidupan kemasyarakatan secara
makro. Tidak pernah secara tegas di pilah keharusan pola hidup antara satu entitas masyarakat menurut
strata yang mungkin exsist bahkan ensitas riel dalam strata masyarakat Indonesia. Meskipun secara
kelembagaan tidak pernah ada masyarakat ilmah yang ada masyarakat profesi. Namun realitasnya
tidak bisa diabaikan. Ada entitas masyarakat menurut bidang keahlian belum mengikat diri dalam suatu
kelembagaan profesi. Tetapi keberadaannya tidak pantas diabaikan dalam masyarakat ilmiah.

Umumnya, yang dapat diberikan label sebagai masyarakat ilmiah yaitu suatu entitas masyarakat yang
bersejawat di dalamnya kaum akademis-minimal setingkat sarjana/S1 yang bervariasi dalam disiplin
disiplin keilmuannya, bukan merupakan suatu hal yang membedakan keilmiahannya dari intensitas
masyarakat ilmiah secara hakiki, tidak lain hanyalah pola tindak dalam menerapkan disiplin keilmuannya.

Tidak berbeda dengan masyarakat pada umumnya, dalam mengapresiasikan pola pikir dan pola
tindakannya masyarakat ilmiah dikungkung oleh frame kehidupan kebanyakan. Dalam kehidupan
masyarakat. Pada layaknya tidak pernah dibedakan secara legal formal sebagaimana masyarakat
kebanyakan dan masyarakat ilmiah harus mengekspresikan pola pikir dan tindakan kehidupan bersama.
Meskipun demikian, dalam wacana etik, masyarakat memiliki muatan moril yang lebih dibanding
masyarakat kebanyakan.

Muatan moral yang dituntut lebih bagi masyarakat ilmiah itu, merupakan keharusan kehidupan yang
dimitoskan sejak awal. Hal ini sejalan dengan pendapat K. Bertens dalam Etika (1997: 290) bahwa tidak
semua yang bisa dilakukan dengan kemampuan ilmiah dan teknologi boleh dilakukan, bahwa manusia
harus membatasi diri yaitu harus ditentukan berdasarkan kesadaran moral manusia. Hal ini didasarkan
pada satu penyikapan masyarakat bahwa masyarakat ilmiah dipandangnya sebagai masyarakat ilmiah.
Manakala pelaku pelanggaran etika masyarakat kebanyakan. Reaksi masyarakat mengutuk sebagaimana
mestinya-ekspresi manusiawi yang wajar. Namun manakala pelaku pelanggaran etika itu masyarakat
ilmiah. Reaksi masyarakat mengutuk melebihi ukuran kewajaran setidaknya dala bentuk ungkapan-
ungkapan sarkasme. Masyarakat tidak lagi mau mengerti bahwa walaupun pelaku pelanggaran
mengandung predikat masyarakat ilmiah, ia pun manusia biasa yang memiliki keterbatasan sama seperti
manusia kebanyakan.

Dalam hal masyarakat Indonesia yang heterogen dengan memiliki latar belakang yang berbeda dari segi
budaya, etnis, bahasa, ekonomi, pendidikan, watak atau ciri yang membentuk masyarakat dan sebagian
dikatakan masyarakat ilmiah. Pada dekade sekarang masyarakat Indonesia berada pada: tahapan pra-
ilmiah: tahapan informasi dan tahapan ilmiah ( T. Yacob, 1993)

Fenomena yang dipaparkan di atas menunjukkan bahwa masyarakat ilmiah dibebani tuntutan yang lebih
dalam mengapresiasikan pola pikir dan pola tindakannya dalam kehidupan masyarakat.

Jika untuk menyiapkan masyarakat kebanyakan cukup dengan dimensi etika, maka untuk menyiapkan
masyarakat ilmiah paling tidak dengan etika normative dan etika khusus atau etika terapan yang
melngkupi bidang : terapan profesi, biotika, lingkungan dan informasi. Bahkan tidak mustahil diperlukan
pembekalan etika bagi masyarakat ilmiah dengan unsur entitas keahlian yang melekat pada dirinya.

Bagi masyarakat ilmiah, pembekalan etika yang berhubungan dengan kehidupan langsung , masyarakat
kebanyakan diperlukan dalam rangka menempatkan dirinya dalam pergaulan sebagai makluk sosial.
Sedangkan pembekalan etika secara khusus berhubungan dengan bidang profesinya diperlukan dalam
rangka mengemban misi dirinya sebagai seorang ilmuwan, yang secara khusus memiliki tanggung jawab
keilmuan. Bagi masyarakat Indonesia yang ilmiah tentu dibatasi oleh asas Pancasila dan kode etik yang
ada. Dengan demkian dapat dihindarkan dampak-dampak negatif sebagai akses karya yang dihasilkan.

Mengapa etika berperan dalam menyiapkan masyarakat ilmiah Indonesia ?

Bagaimanakah peran etika dalam menyiapkan masyarakat ilmiah Indonesia?

. Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia yang berkenaan dengan ketentuan tentang kewajiban
(kebenaran, kesalahan, kepatuhan) dan ketentuan tentang nilai (kebaikan, keburukan). Etika adalah
segala bentuk cara berfikir mengenai perilaku manusia dibawah pangkal tolak pandangan-pandangan
baik dan buruk dari norma-norma dan nilai-nilai pertanggungjawaban, dan pilihan. Dalam artian
sempit menunjukkan pada ilmu tentang tata susila (Beckham, 1973)
Sejalan dengan pengertian di atas bahwa etika itu sendiri adalah bagaimana tingkah laku manusia dalam
rangka untuk memenuhi suatu kewajiban yang sesuai dengan profesi atau ilmunya. Untuk bersikap dan
menilai apakah suatu kebijakan atau tindakan itu mengarah pada kebaikan atau keburukan. Dalam
tulisan ini pengertian etika normatif sebab lebih memberikan dan menetapkan ukuran-ukuran atau
kaidah-kaidah yang mendasari pemberian tanggapan atau penilaian terhadap perbuatan baik buruk
manusia. Bahwa dalam etika normatif seseorang tidak dapat melakukan keberpihakan pada suatu
perilaku tertentu. Seseorang harus ikut melibatkan diri dan aktif menilai terhadap perilaku manusia.

Penilaian terhadap perilaku manusia dibentuk atas dasar norma-norma dan martabat manusia harus
dihormati (Bartens, 1997 :17)

Etia normatif lebih mengarah lagi pada etika khusus dalam hal ini, premis normatif dikaitkan dengan
premis faktual untuk sampel pada suatu kesimpulan etis yang bersifat normatif. Etika khusus ini disebut
juga dengan istilah baru yaitu etika terapan (Bartens, 1997). Dari etika khusus ini dapat kita kaji masalah-
masalah aktual yang terjadi dan dikaitkan dengan keberadaan suatu masyarakat.

2. Etika dan masyarakat modern/ilmiah

Pada perkembangan masyarakat yang terjadi secara etis ada 3 ciri dominan Pertama : adanya Pluraritas
moral, hal ini dirasakan pada perkembangan sekarang yaitu majunya era komunikasi. Dengan kemajuan
komunikasi terlihat norma-norma atau nilai-nilai moral suatu masyarakat akan mudah masuk ke negara
kita (Indonesia ) pada saat bersamaan. Hal ini disebabkan kemajuan informasi internet menyebabkan
masyarakat kita mau tidak mau, suka atau tidak suka akan berkenalan dengan norma negara lain yang
sangat bertentangan dengan norma atau nilai masyarakat itu sendiri.

Disisi lain dengan perkembangan arus penerbangan atau pengangkutan sehingga dengan mudah
masyarakat Indonesia pergi ke luar negeri. Yang nilai atau normanya berbeda. Hal ini akan berdampak
masyarakat kita menghadapi kemajemukan nilai negara lain. Kedua : timbulnya masalah-masalah etis
baru, yang terutama disebabkan oleh perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
bio medis. Masalah-masalah itu berkaitan tentang manipulasi dengan gen-gen manusia.

Ketiga ; Kepedulian etis yang universal, dengan ditandai adanya globalisasi baik dalam bidang ekonomi
maupun bidang moral. Ditandai dengan adanya gerakan-gerakan aktif perjuangan moral pada taraf
Internasional, bisa berbentuk kerja sama antar lembaga-lembaga swadaya-swadaya masyarakat maupun
atas kerjasama serikat-serikat buruh. Gejala paling mencolok tentang kepedulian etis adalah Deklarasi
Universal Tentang Hak-Hak Asasi Manusia Yang Diproklamirkan Oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa Pada 10
Desember 1948 (Bertens, 1997)

Dari situasi moral dalam dunia modern ini kita kaitkan dengan masyarakat Indonesia yang memiliki latar
belakang berbeda dari segi : Bahasa, etnis, agama, sosial, watak pribadi (Bertens, 1997) . Dengan latar
belakang yang berbeda. Masyarakat Indonesia sudah memasuki sebagai masyarakat Informasi dan
masyarakat ilmiah.

Masyarakat ilmiah, perlunya dibekali etika yang berhubungan dengan kehidupan langsung masyarakat
kebanyakan, dan dalam pergaulan hidup masyarakat sebagai makluk sosial. Disamping etika, perlunya
pula etika khusus atau etika terapan yang berhubungan dengan bidang propesinya dalam rangka
mengemban misi sebagai ilmuwan (Bertens, 1995)

Dari kedua pembekalan etika secara umum maupun etika khusus, keduanya diharapkan dapat
menghindari dampak-dampak negatif sebagai akses karya yang dihasilkan. Dalam pengembangan profesi
sebagai masyarakat ilmiah mampu berbuat baik sesuai dengan disipli ilmu pengetahuan dan
perkembangan teknologi.

Etika Dalam Menyiapkan Masyarakat Ilmiah Indonesia.

Etika dalam pengertian ini adalah etika khusus atau etika terapan atau diistilahkan oleh Plato dan
Ariestoteles filsafat praktis yang diartinya filsafat yang ingin memberikan penyuluhan kepada tingkah
laku manusia dengan memperhatikan apa yang harus dilakukan.

Dalam perkembangan dunia modern sekarang etika praktis mengalami kemajuan pesat. Dengan
banyaknya didirikan institut , dalam maupun luar negeri yang mempelajari Persoalan-persoalan moral,
kerap kali ini dibidang ilmiah tertentu (ilmu kedokteran, hukum, hukum, ekonomi atau lain-lain ( Bertens,
1997)

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maju pesat hal ini dpat kita lihat dibidang
bioteka yaitu penciptaan bayi tabung, penciptaan bahan kimia sebagai pembunuh, nuklir dan cloning
apabila dilakukan pada manusia. Perkembangan ini akan membawa dampak negatif. Oleh karena itu
perlu adanya pembatasan.

Dalam rangka menyiapkan masyarakat ilmiah Indonesia, maka perlunya penerapan etika khusus atau
praktis dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. yaitu Pancasila sebab Pancasila dipakai
sebagai dasar etika ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia (T. Yacob : 1993). Oleh karena itu
masyarakat ilmiah yang diharapkan adalah masyarakat yang mampu menerapkan ilmu pengetahuannya
dengan bertitik tolak pada sila-sila Pancasila. Hal ini dapat kita berikan contoh : Bagaimana percobaan
dan penggunaan Herbisida dalam perang seperti di Vietnam tahun 1960-an, yang menghancurkan
ekosistem dan menimbulkan penderitaan penduduk sipil yang lemah,hal ini jelas-jelas bertentangan
dengan nilai Pancasila dan etika ilmiah (T. yacob; 1993)

Dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan masyarakat ilmiah, dalam
hal pengembangan dan penerapan perlu dilakukan langkah yang sesuai dengan etika yang ada
didalamnya. Sebagaimana masyarakat yang memiliki profesi, sebagai contoh seorang dokter dalam
menerapkan profesinya perlu memperhatikan dalam perbuatan baik dan buruk. Tentunya tidak boleh
bertentangan dengan nilai Pancasila dan kode etik profesinya, mengapa hal ini dikatakan sebab adanya
dokter yang mau melakukan praktek-praktek yang merugikan masyarakat yaitu melakukan abortus,
Transpalansi organ tubuh manusia dengan organ narapidana, atau terjadi jual beli organ tubuh.
(T.Yacob:1993). Hal semacam ini perlunya etika bagi masyarakat dalam pengembangan profesi sebagai
masyarakat Ilmiah

4. Peran Etika Dalam Menyiapkan Masyarakat Ilmiah Indonesia.

Kita akan melihat pentingnya etika dalam perkembangan sekarang ini, tampak Juga beberapa jasa ahli
etika (etikawan) yang dimintai untuk mempelajari masalah-masalah yang berimplikasi moral (Bertens,
1997). Dapat kita lihat pemerintah dalam membuat suatu kebijakan atau keputusan perlu melibatkan
etikawan. Suatu contoh : apabila pemerintah membuat kebijakan yang berimplikasi moral misalnya
pornografi atau badan sensor film, perlu melibatkan sudut etika.

Peran lain bagaiman etikawan yang diberi tugas sebagai advis untuk membuat kebijakan atau keputusan
dalam pemerintahan, ini melihat betapa penting peran etika untuk menentukan suatu masyarakat
dengan mempergunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya untuk diterapkan dengan membawa
dampak positif bagi lingkungan dan perlu memperhitungkan akibatnya bagi masyarakat.

Khusus bagaimana masyarakat Indonesia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi
dewasa ini perlu meninggalkan teknologi yang anti manusia dan bertentangan dengan etika. Hasrat ingin
tahu harus dikendalikan oleh super ego kultural ini, tidak hanya pertimbangan ekonomi dan
kemungkinan teknis, maka perlunya masyarakat dalam soal-soal yang kontroversial (T.Yacob :1993).
Pancasila harus dapat dikembangkan dalam rangka mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Perhimpunan profesi perlu memiliki kode etik dan komisi etika dalam penerapan dan pengembangan
profesinya. Itu yang terpenting sebab akan berdampak pada masyarakat. Lembaga-lembaga ilmiah,
termasuk lembaga pendidikan, penelitian dan pengembangan perlu memilikinya juga. Pengetahuan dan
teknologi yang memperhatikan kebijakan tidak adanya menentukan alokasi dana.(T. Yacob :1993)

Peran etika sangat penting baik bagi masyarakat sebagai pelaksanaan sesuai dengan profesinya sebagai
masyarakat ilmiah maupun pemerintah sebagai pembuat kebijakan atau keputusan. Etika praktis dalam
suatu masyarakat perlunya punya pembatasan dalam hal ini masyarakat Pancasila yaitu asa Pancasila.

Etika adalah melihat bagaimana sesuatu tingkah laku manusia dalam rangka untuk memenuhi suatu
kewajiban sesuai dengan profesi atas ilmunya. Dan menilai apakah suatu kebijakan atau keputusan
mengarah pada kebaikan atau keburukan.

Dikaitkan bagaimana perkembangan etika khusus atau etika terapan sekarang ini dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi akan membawa dampak pada masyarakat yang terjadi baik di bidang medis,
profesi, lingkungan biotika dan membawa dampak positif dan negatif. Bagaimana etika mampu memiliki
suatu peran untuk membawa perkembangan itu bermanfaat dan demi kesejahteraan masyarakat, dapat
dilakukan berbagai peran etika dalam kehidupan masyarakat.

Berbagai peran etika itu akan berimplikasi kepada masyarkat Indonesia yang hidup sebagai masyarakat
informasi dan masyarakat ilmiah sesuai dengan ilmu pengetahuan dan profesi yang dimilikinya mampu
diterapkan pada masyarakat. Dalam hal ini tidak bertentangan pada nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Endang Darmi Asdi. Imperatif Katagori Dalam Filsafat Moral Imanuel Kant, Lukman Offset. Yogyakarta.

Kess Bertens. Etika, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1997

______, Etika Terapan : Tantangan Baru Dalam Tradisi Lama, Jakarta, 1995

Misnal Munir, Hand Out Filsafat Ilmu, 1997

Majalah Filsafat, Driyarya, Problematika Filsafat Ilmu Pengetahuan. Seks Publikasi senat Mahasiswa STF
Driayarkara

T. Yacob, Manusia, Ilmu dan Teknologi. Tiara Wacana Yogyakara, 1993

Anda mungkin juga menyukai