Anda di halaman 1dari 6

Kelompok 4

Nama Anggota : 1. Azizah Almas Ahlamiah (10031181823011)


2. Trisna Silvia (10031181823013)
3. Anita Putri Lestari (10031181823017)
4. Rizka Triafani (10031181823019)
5. Inesa Larasati (10031181823021)
6. Juwita Nurhayati (10031381823054)
7. Lestari (10031381823042)
Program Studi : Kesehatan Lingkungan A
Kasus Pencemaran Air
(Studi Kasus: Pabrik Kertas PT MAG terhadap Sungai Avur Budug Kesambi
di Kabupaten Jombang)

Deskripsi Masalah :
Pabrik kertas PT MAG di Kecamatan Kesamben, kabupaten Jombang yang
dinyatakan menjadi salah satu penyebab pencemaran Sungai Avur Budug
Kesambi. Menurut tim verifikasi lapangan dari Balai Gakkum menemukan
beberapa bukti pencemaran Avur Budug Kesambi oleh PT MAG yaitu Pabrik
kertas PT MAG di Desa Patuk, Kecamatan Kesamben, Jombang diduga
membuang limbah cairnya langsung ke Sungai Avur Budug Kesambi tanpa diolah
terlebih dahulu melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah cair itu
disinyalir dibuang melalui 2 pipa tersembunyi yang masing-masing berdiameter 4
dim. Salah satu pipa ditanam sejak sekitar 5 tahun lalu. Sedangkan pipa satunya
ditanam sekitar 2 tahun lalu.
Aliran sungai Avur Budug Kesambi terlihat berwarna hitam kecokelatan,
berbui dan mengeluarkan aroma tidak sedap. Berdasarkan hasil uji baku mutu air
yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pemkab Jombang, ada
kandungan klorin dan belerang pada air Sungai Avur Budug Kesambi. Pengujian
dengan parameter BOD (biological oxygen demand), COD (chemical oxygen
demand) dan TSS (total suspended solid), terungkap jika baku mutu air sungai
tersebut lebih dari 0,02 atau sudah melebihi dari batas yang diperbolehkan.
Dampaknya pun cukup luas. Mulai dari merusak ekosistem sungai, mematikan
tanaman petani, hingga membuat warga sakit kulit.
Balai Gakkum KLHK hanya merekomendasikan sanksi administrasi bagi PT.
MAG ke Direktorat Pengaduan Pengawasan Sanksi Administrasi. Yaitu berupa
paksaan pemerintah agar PT. MAG memfungsikan Kembali IPAL-nya yang
berpedoman pada Pasal 100 ayat (2) UU RI nomor 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perusahaan yang terbukti
mencemari lingkungan harus lebih dulu disanksi administrasi lalu diberikan
Sanksi pidana jika perusahaan tersebut tidak menjalani sanksi administrasi

Hukum yang dilanggar :

Peraturan perundang-undanganan di bidang hukum lingkungan seperti dalam


Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup sebagian besar mengkaitkannya dengan perizinan. Mencemari
dan/atau merusak lingkungan diperkenankan karena telah didapatkan izin/lisensi
administratif terlebih dahulu, sehingga dapat dikatakan melakukan pencemaran
dan atau perusakan lingkungan (sebenarnya merupakan hal yang dilarang)
diperbolehkan sepanjang hal tersebut dilakukan dengan cara-cara sebagaimana
dirinci dalam peraturan-peraturan tertentu ataupun dilakukan setelah mendapatkan
izin dari penguasa, karena dalam peraturan perundang-undangan hukum
lingkungan ada diatur syarat-syarat bagaimana pihak penguasa, melalui aturan-
aturan umum atau suatu sistem perizinan, dapat membiarkan atau membolehkan
dilakukannya suatu tindak pencemaran dan atau perusakan lingkungan tertentu.

1) Pasal 100 Ayat (2) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Berbunyi “Pelanggaran
Terhadap Baku Mutu Air Limbah, Baku Mutu Emisi, dan Baku Mutu
Gangguan, Bentuk penegakan hukum lingkungan terhadap setiap orang yang
melanggar baku mutu air limbah adalah penerapan sanksi administratif
sebelum penjatuhan sanksi pidana”.
2) Pasal 20 Ayat (3) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Berbunyi " setiap orang diperbolehkan
untuk membuang limbah ke media lingkungan hidup dengan dengan
persyaratan : (a) Memenuhi baku mutu lingkungan hidup (b) Mendapat izin
dari menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya”

3) Pasal 26 dan pasal 70 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Berbunyi "Pelibatan
masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian informasi yang
transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan”.

Hukum yang diterima :


- Pasal 20 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009, baku mutu air limbah
adalah ukuran batas atau kadar polutan yang ditenggang untuk dimasukkan ke
media air.Jika terjadi pelanggaran terhadap baku mutu air limbah, maka proses
penegakan hukumnya mengacu pada Pasal 100 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009, yang menyatakan demikian:

1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku mutu emisi, atau
baku mutu gangguan dipidana, dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan denda paling banyak Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) hanya dapat


dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi
atau pelanggaran.

- Ketentuan mengenai sanksi administrasi lingkungan diatur secara khusus di dalam


Pasal 76 - Pasal 83 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Berdasarkan Pasal 76 yang menyatakan bahwa
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administratif kepada
penanggung jawab usaha atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan
pelanggaran terhadap izin lingkungan dan tidak membebaskan penanggung jawab
usaha atau kegiatan dari tanggung jawa pemulihan dan pidana. Sanksi
administratif terdiri atas:
a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
c. pembekuan izin lingkungan; atau
d. pencabutan izin lingkungan.

Penjelasan mengenai jenis – jenis sanksi administrasi lingkungan berdasarkan


UndangUndang No. 32 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

a. Teguran tertulis Dinyatakan di dalam Pasal 76 Ayat 2 huruf a.

b. Paksaan pemerintah, paksaan yang diberikan oleh pemerintah terdiri atas:

1. Penghentian sementara kegiatan produksi;


2. Pemindahan sarana produksi;
3. Penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi;
4. Pembongkaran;
5. Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan
pelanggaran;
6. Penghentian sementara seluruh kegiatan; atau
7. Tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan
tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup.

c. Pembekuan atau pencabutan izin lingkungan. Bentuk sanksi ini akan


diterapkan apabila paksaan yang telah diberikan oleh pemerintah
sebelumnya tidak dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha atau kegiatan.

Pendapat kasus tentang hukuman :

Dalam kasus sungai avur budug kesambi telah mengalami pencemaran yang
disebabkan oleh limbah yang mengandung klorin, belerang, dan mikroplastik
yang dihasilkan oleh pabrik kertas PT MAG. Hal tersebut menyebabkan
pencemaran yang cukup parah, diantaranya telah menyebabkan ekosistem sungai
tersebut menjadi rusak, mematikan tanaman petani, membuat sungai menjadi
terlihat berwarna hitam kecokelatan, berbui, mengeluarkan bau tidak sedap,
beberapa ikan-ikan didalamnya mati, serta membuat warga disekitarnya menderita
penyakit kulit. PT MAG terbukti memiliki dua saluran pipa tersembunyi yang
berfungsi untuk mengalirkan limbah cair ke sungai Avur Budug Kesambi tanpa
diolah terlebih dahulu melalui IPAL. Berdasarkan telaah yang telah dilakukan, PT
MAG telah melanggar pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang baku mutu air limbah.

Hal ini menyebabkan PT MAG dikenakan ketentuan pasal 100 ayat (2)
undang undang nomor 32 tahun 2009 bentuk penegakkan hukum lingkungan
terhadap setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah. Pada Kasus ini
menerapkan hukuman sanksi administratif yang diberikan oleh Balai Gakkum
Kementerian Lingkungan Hidup (KLHK). Hal ini selaras dengan Ketentuan Pasal
100 ayat (2) Undang-Undang No.32 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa tindak
pidana sebagaimana yang dimaksudkan pada ayat (1) (sanksi pidana) hanya dapat
dikenakan apabila sanksi administratif yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau
pelanggaran dilakukan lebih dari 1 kali.

Penerapan hukuman berupa sanksi administratif kepada PT MAG


mengandung paksaan agar memfungsikan kembali IPALnya. Ini dianggap hal
yang tepat untuk dilakukan dikarenakan sebagai upaya agar limbah yang akan
dihasilkan oleh PT MAG selanjutnya dapat diolah terlebih dahulu sebelum
dibuang sehingga tidak lagi menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan.
Selain itu dikarenakan sanksi adminisratif dilakukan untuk melakukan pemulihan
lingkungan, maka PT MAG juga harus bertanggung jawab untuk memperbaiki
segala dampak pencemaran yang terjadi pada sungai Avur Budug Kesambi dan
warga sekitarnya (ini berdasarkan pasal 78 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009).

Diberikannya sanksi administratif ini dikarenakan memiliki fungsi yang


penting yaitu sebagai instrumen penanggulangan terhadap kerusakan lingkungan
hidup. Namun jika sanksi administratif tidak efektif dalam penerapannya, maka
akan dijatuhkan sanksi pidana. Hal ini didasarkan pada asas subsidiaritas.

Pendapat Kelompok Terhadap Kasus Pencemaran Sungai Avur Budug


Kesambi Oleh PT MAG

Dari kasus tersebut kelompok berpendapat bahwa hukuman yang diterima


masih terlalu ringan. Seharusnya sanksi yang diterima oleh PT MAG yaitu
hukuman sanksi pidana. Hal ini dikarenakan pada kasus pencemaran sungai Avur
Budug Kesambi menyebutkan bahwa air telah tercemar oleh limbah yang
mengandung klorin dan belerang yang mengakibatkan kasus ini menjadi kasus
pencemaran yang cukup parah. Dikatakan kasus tersebut cukup parah karena
adanya bukti dari dampak pencemaran sungai Avur tersebut seperti, menyebabkan
ekosistem sungai Avur Budug Kesambi menjadi rusak, mematikan tanaman
petani, membuat warna sungai berubah menjadi warna hitam kecokelatan, berbui,
berbau, serta mengakibatkan dampak kesehatan sampai ke masyarakat yaitu
membuat warga sekitar sungai yang masih berinteraksi atau menggunakan air
sungai tersebut untuk kegiatan sehari-hari terkena penyakit kulit.

Hal ini didasarkan pada jenis pelanggaran yaitu pencemaran dan kerusakan
lingkungan yang membahayakan kesehatan dan keselamatan masyarakat maka
sanksi yang harus diterima adalah paksaan pemerintah dan pencabutan izin
lingkungan. Dikarenakan pencemaran ini sudah termasuk dalam kategori berat
maka sanksi pidana yang dikenakan pada PT MAG adalah harus membayar denda
paling banyak Rp. 3.000.000.000.00,- (tiga miliah rupiah) sesuai dengan sanksi
pidana yang disebutkan oleh Pasal 100 Undang-Undang No 32 Tahun 2009.

Anda mungkin juga menyukai