Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERATURAN PERUSAHAAN

DISUSUN OLEH
RITANINGSIH
Peraturan Perusahaan

Peraturan perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang
memuatketentuan tentang syarat kerja serta tata tertib perusahaan. Peraturan Perusahaan dibuat
untuk menjadi pegangan bagi Perusahaan maupun karyawan yang berisikan tentang hak-hak dan
kewajiban masing-masing pihak dengan tujuan memelihara hubungan kerja yang baik dan
harmonis antara pengusaha dan karyawan, dalam usaha bersama meningkatkan kesejahteraan
karyawan dan kelansungan usaha perusahaan.

Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat secara tertulisoleh pengusaha yang memuat
syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan sesuai dengan ketentuan Pasal 1 angka 20 Undang
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Ketentuan mengenai peraturan
perusahaan diatur lebih lanjut pada Pasal 108 sampai dengan Pasal 115 Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU No.13/2003”) dan Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.16/MEN/XI/2011 tentang Tata Cara Pembuatan dan
Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama
(“Permenaker 16/2011”).

Tujuan dan manfaat pembuatan peraturan perusahaan adalah :


Dengan peraturan perusahaan yang masa berlakunya dua tahun dan setiap dua tahun harus
diajukan perstujuannya kepada departemen tenaga kerja;
Dengan adanya peraturan perusahaan minimal akan diperoleh kepastian adanya hak dan
kewajiban pekerja dan pengusaha;
Peraturan perusahaan akan mendorong terbentuknya kesepakatan kerja bersama sesuai dengan
maksud permen no. 2 tahun 1978 diatas;
Setelah peraturan disyahkan oleh departemen tenaga kerja maka perusahaan wajib
memberitahukan isi peraturan perusahaan; dan
Pada perusahaan yang telah mempunyai kesepakatan kerja bersama tidak dapat menggantinya
dengan peratuean perusahaan.

Pengusaha yang mempekerjakan paling sedikit 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh wajib membuat
peraturan perusahaan. Peraturan perusahaan mulai berlaku setelah mendapat pengesahan dari
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi atau Pejabat yang ditunjuk dan peraturan perusahaan
berlaku untuk jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun serta wajib diperbaharui setelah habis
masa berlakunya.
Namun, kewajiban pembuatan Peraturan Perusahaan tidak berlaku apabila perusahaan telah
memiliki perjanjian kerja bersama. Adapun ketentuan di dalam Peraturan Perusahaan tidak boleh
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta tidak boleh lebih rendah
dari peraturan perundang-undangan terlebih Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan. Peraturan Perusahaan harus disahkan oleh pejabat yang berwenang. Yang
dimaksud sebagai pejabat yang berwenang adalah sebagai berikut (“Pejabat”).

Setiap perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan jasa dan/atau barang baik nasional
maupun multinasional dalam menjalankan manajemen dan operasionalnya sehari-hari yang
berkaitan dengan ketenagakerjaan pastinya membutuhkan suatu peraturan perusahaan yang
berlaku dan dipatuhi oleh seluruh karyawan agar dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengertian peraturan perusahaan berdasarkan Pasal
1 angka 20 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU
Ketenagakerjaan”) adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat
syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Peraturan perusahaan disusun oleh pengusaha dan
menjadi tanggung jawab dari pengusaha yang bersangkutan. Penyusunan peraturan perusahaan
dilakukan dengan memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di
perusahaan yang bersangkutan.

Peraturan perusahaan bertujuan untuk menjamin keseimbangan antara hak dan kewajiban
pekerja, serta antara kewenangan dan kewajiban pengusaha, memberikan pedoman bagi
pengusaha dan pekerja untuk melaksanakan tugas kewajibannya masing-masing, menciptakan
hubungan kerja harmonis, aman dan dinamis antara pekerja dan pengusaha, dalam usaha
bersama memajukan dan menjamin kelangsungan perusahaan, serta meningkatkan kesejahteraan
pekerja dan keluarganya.

Menurut Pasal 111 UU Ketenegakerjaan, Peraturan perusahaan sekurang-kurangnya memuat:


hak dan kewajiban pengusaha;
hak dan kewajiban pekerja/buruh;
syarat kerja;
tata tertib perusahaan; dan
jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.
Peraturan perusahaan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak naskah peraturan
perusahaan diterima harus sudah mendapat pengesahan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Apabila peraturan perusahaan telah memenuhi ketentuan dalam Pasal 111 ayat (1) dan (2) UU
Ketenagakerjaan, tetapi dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja belum mendapatkan
pengesahan dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk, maka peraturan perusahaan dianggap telah
mendapatkan pengesahan. Namun, apabila peraturan perusahaan belum memenuhi persyaratan
dalam Pasal 111 ayat (1) dan (2) UU Ketenagakerjaan, maka Menteri atau pejabat yang ditunjuk
harus memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha mengenai perbaikan peraturan
perusahaan. Dan dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak tanggal
pemberitahuan diterima oleh pengusaha, pengusaha wajib menyampaikan kembali peraturan
perusahaan yang telah diperbaiki tersebut kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Pasal 113 UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa perubahan peraturan perusahaan sebelum


berakhir jangka waktu berlakunya hanya dapat dilakukan atas dasar kesepakatan antara
pengusaha dan wakil pekerja/buruh. Hasil perubahan peraturan perusahaan harus mendapat
pengesahan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Pengusaha wajib memberitahukan dan
menjelaskan isi peraturan perusahaan, serta memberikan naskah peraturan perusahaan atau
perubahannya kepada pekerja/buruh.

Pasal 188 UU Ketenagakerjaan mengatur ketentuan sanksi pidana pelanggaran berupa denda
paling sedikit Rp. 5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) atas pelanggaran Pasal 111 ayat (3) UU Ketenagakerjaan mengenai jangka
waktu berlakunya peraturan perusahaan dan Pasal 114 UU Ketenagakerjaan tentang kewajiban
pengusaha untuk memberitahukan dan menjelaskan isi peraturan perusahaan serta memberikan
naskah peraturan perusahaan kepada pekerja/buruh.

Tugas penyusunan Peraturan Perusahaan merupakan tanggung jawab dari Perusahaan. Sebelum
disahkan oleh Menteri, penyusunan itu dilakukan oleh Perusahaan dengan memperhatikan saran
dan pertimbangan dari Karyawan terhadap draf Peraturan Perusahaan. Karena masukan dari
Karyawan itu bersifat “saran” dan “pertimbangan”, maka pembuatan Peraturan Perusahaan tidak
dapat diperselisihkan – bila terjadi perbedaan pendapat antara Karyawan dan Perusahaan. Karena
sifatnya saran dan pertimbangan, maka Karyawan dapat juga untuk tidak memberikan saran dan
pertimbangan tersebut meskipun telah diminta oleh Perusahaan.

Pemilihan wakil Karyawan dalam rangka memberikan saran dan pertimbangannya harus
dilakukan dengan tujuan untuk mewakili kepentingan para Karyawan. Pemilihan itu dilakukan
secara demokratis, yaitu dipilih oleh Karyawan sendiri terhadap Karyawan yang mewakili setiap
unit kerja di dalam Perusahaan. Apabila di dalam Perusahaan telah terbentuk Serikat Pekerja,
maka saran dan pertimbangan tersebut diberikan oleh pengurus Serikat Pekerja.

Untuk memperoleh saran dan pertimbangan dari wakil Karyawan, pertama-tama Perusahaan
harus menyampaikan naskah rancangan Peraturan Perusahaan itu kepada wakil Karyawan – atau
Serikat Pekerja. Saran dan pertimbangan tersebut harus sudah diterima kembali oleh Perusahaan
dalam waktu 14 hari kerja sejak tanggal diterimanya naskah rancangan Peraturan Perusahaan
oleh wakil Karyawan. Jika dalam waktu 14 hari kerja itu wakil Karyawan tidak memberikan
saran dan pertimbangannya, maka Perusahaan sudah dapat mengajukan pengesahan Peraturan
Perusahaan itu tanpa saran dan pertimbangan dari Karyawan – dengan disertai bukti bahwa
Perusahaan telah meminta saran dan pertimbangan dari wakil Karyawan namun Karyawan tidak
memberikannya.

2. Perjanjian Kerja Bersama (PKB)


Perjanjian kerja dalam bahasa Belanda adalah Arbeidsoverenkoms, mempunyai beberapa
pengertian. Pasal 1601 a KUHPerdata memberikan pengertian sebagai berikut :
“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak ke-1 (satu)/buruh atau pekerja
mengikatkan dirinya untuk dibawah perintah pihak yang lain, si majikan untuk suatu waktu
tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah”.

Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 angka 14 memberikan
pengertian yakni :
“Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dan pengusaha atau pemberi kerja
yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua belah pihak”.
Perjanjian Kerja adalah Suatu perjanjian yang dibuat antara pekerja secara perorangan dengan
pengusaha yang pada intinya memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak.Untuk
mengetahui hak dan kewajiban secara pasti dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan
ketenangan kerja maka perlu adanya suatu pedoman/aturan dalam pelaksanaan hubungan kerja.

Perjanjian Kerja Bersama (PKB) adalah suatu kesepakatan secara tertulis dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang dibuat secara bersama – sama antara pengusaha atau beberapa pengusaha
dengan organisasi serikat pekerja/gabungan organisasi serikat pekerja yang sudah terdaftar pada
instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan.

Organisasi serikat pekerja ini minimal mempunyai anggota 50 % lebih dari seluruh Karyawan
yang ada di perusahaan. Persyaratan ini harus dipenuhi karena kalau kurang maka dapat
berkoalisi dengan organisasi serikat pekerja sampai mencapai 50 % lebih atau dapat juga
meminta dukungan dari karyawan lainnya.

Dalam hal suatu perusahaan terdapat lebih dari 1 serikat pekerja/buruh maka yang berhak
mewakili pekerja/buruh adalah serikat pekerja/buruh yang memiliki anggota lebih dari 50 % dari
seluruh jumlah pekerja/buruh di perusahaan tersebut.
Adapun dasar dibuatnya perjanjian Kerja Bersama ini merujuk pada Undang – undang No. 18
Tahun 1956 yang diratifikasi dari Konvensi No. 98 Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)
mengenai berlakunya dasar - dasar dari hak untuk berorganisasi dan berunding bersama,
Kemudian oleh pemerintah dikeluarkan :
Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan yang diatur mulai dari pasal
115 sampai dengan 135;
Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Kep/48/Men/IV/2004 tentang Tata
Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja
Bersama;
Kep.48/MEN/IV/2004, tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan
serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama.

Fungsi Perjanjian Kerja Bersama adalah sarana untuk memuat dan menuangkan kesepakatan
baru yang didasari atas kesepakatan antara serikat pekerja/buruh dengan pengusaha yang disebut
Lex Special artinya sebuah prodak yang tidak diatur dalam Undang – undang maka dia akan
menjadi normatif bila mana sudah disepakati dan dituangkan dalam PKB serta telah diketahui
oleh Dinas yang terkait dan mengikat kedua belah pihak untuk dilaksanakan.

Tujuan pembuatan Perjanjian Kerja Bersama :


Mempertegas dan memperjelas hak – hak dan kewajiban pekeja dan pengusaha;
Memperteguh dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis dalam perusahaan;
Menetapkan secara bersama syarat – syarat kerja keadaan industrial yang harmonis; dan
Menentukan hubungan ketenagakerjaan yang belum diatur dalam peraturan perundang –
undangan.
Manfaat Perjanjian Kerja Bersama :
Baik pekerja maupun pengusaha akan lebih memahami tentang hak dan kewajiban masing –
masing;
Mengurangi timbulnya perselisihan hubungan industrial atau hubungan ketenagakerjaan
sehingga dapat menjamin kelancaran proses produksi dan peningkatan usaha;
Membantu ketenangan kerja pekerja serta mendorong semangat dan kegaitan bekerja yang lebih
tekun dan rajin; dan
Pengusaha dapat menganggarkan biaya tenaga kerja (labour cost) yang perlu dicadangkan atau
disesuaikan dengan masa berlakunya PKB.
Perundingan Kerja Bersama dimulai dengan menyepakati Tata Tertib Perundingan yang
sekurang - kurangnya memuat :
Tujuan pembuatan tata tertib;
Susunan tim perundingan;
Lamanya masa perundingan;
Materi perundingan;
Tempat perundingan;
Tata cara perundingan;
Cara penyelesaian apabila terjadi kebuntuan perundingan;
Sahnya perundingan; dan
Biaya perundingan.
Biaya perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama menjadi beban pengusaha, kecuali
disepakati lain oleh kedua belah pihak.

Tata Tertib Perundingan sangat penting ditetapkan karena hal ini menyangkut :
Masalah hak dan kewajiban tim perundingan masing – masing pihak (khususnya mengenai
dispensasi bagi tim perunding dari pihak serikat pekerja);
Masalah legalitas tim perunding dari masing – masing pihak (khususnya menyangkut keabsahan
status selaku tim perunding serta kewenangannya untuk mengambil keputusan);
Masalah kewenangan tentang siapa pembuat keputusan (decision maker) dari masing – masing
tim perunding;
Masalah tata cara pengesahan materi perundingan;
Jadwal/waktu perundingan; dan
Fasilitas bagi tim perunding selama perundingan berjalan.
Tata Cara dalam Perundingan :
a. Baik tim perunding dari serikat pekerja maupun tim perunding dari perusahaan harus
menetapkan seorang juru bicara.
b. Juru bicara dalam tim perundingan tidak harus ketua tim perundingan akan tetapi orang
yang benar – benar dianggap mampu/menguasai etika perundingan.
c. Setiap materi/konsep PKB yang akan dibahas harus disampaikan oleh juru bicara tim
perundingan.
d. Setiap materi/konsep yang akan dibahas selanjutnya dicatat dalam risalah perundingan
yang dilakukan oleh notulis.
e. Materi/konsep PKB yang telah dibahas selanjutnya dicatat dalam risalah perundingan
yang dilakukan oleh notulis.
f. Materi/konsep PKB yang belum disepakati dapat dipending/tunda untuk selanjutnya
dibahas kembali setelah seluruh konsep PKB selesai dirundingkan.
g. Dalam hal ternyata ada materi/konsep yang tidak dapat disepakati maka dapat
melaporkan kepada instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan, antara lain :
· Instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjan di Kabupaten/Kota apabila
lingkup berlakunya perjanjian kerja bersama hanya mencakup satu Kabupaten/Kota;
· Instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjan di Provinsi, apabila lingkup
berlakunya perjanjian kerja bersama lebih dari satu Kabupaten/Kota di satu Provinsi;
· Ditjen Pembina Hubungan Industrial pada Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
apabila lingkup berlakunya perjanjian kerja bersama lebih dari satu provinsi. Yang
penyelesaiannya melalui mediasi dan akan dikeluarkan ajnuran oleh mediator tersebut, para
pihak atau salah satu pihak tidak menerima anjuran mediator maka atas kesepakatan para pihak
mediator melaporkan kepada Menteri untuk menetapkan langkah – langkah penyelesaian,
kemudian menteri dapat menunjuk pejabat untuk melakukan penyelesaian pembuatan PKB dan
apabila tidak juga mencapai kesepakatan maka salah satu pihak dapat mengajukan gugatan ke
Pengadilan Hubungan Industrial didaerah hukum tempat pekerja/buruh bekerja.
h. Setelah seluruh isi konsep PKB dirundingkan dan disepakati maka isi konsep PKB tersebut
disalin kembali berdasarkan yang telah disepakati untuk selanjutnya dilakukan penanda tanganan
secara keseluruhan oleh kedua belah pihak.
i. Penandatangan PKB oleh serikat pekerja/buruh dilakukan oleh Ketua dan Sekretaris
pengurus serikat pekerja/buruh dan dari pihak perusahaan dilakukan oleh Presiden
direktur/Direktur utama perusahaan tersebut.

Setelah perjanjian kerja bersama disepakati dan ditandatangani oleh pengusaha dan wakil pekerja
dalam hal ini oleh pengurus serikat pekerja (minimal ketua dan sekretaris) maka selanjutnya
didaftarkan pada instansi pada instansi yang bertangung jawab dibidang ketenagakerjaan dengan
maksud :
Sebagai alat monitoring dan evaluasi pengaturan syarat – syarat kerja yang dilaksanakan di
perusahaan;
Sebagai rujukan utama jika terjadi perselisihan pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama.
Kerangka isi Perjanjian Kerja Bersama antara lain :
a. Mukadimah
b. Umum :
1. Istilah – istilah,
2. Pihak – pihak yang mengadakan kesepakatan,
3. Luasnya kesepakatan,
4. Kewajiban pihak – pihak yang mengadakan kesepakatan
c. Pengakuan, Jaminan dan Fasilitas bagi Serikat Pekerja/Buruh
1. Pengakuan hak – hak pengusaha dan Serikat Pekerja/BuruhJaminan bagi Serikat
Pekerja/Buruh,
2. Fasilitas bagi Serikat Pekerja/Buruh,
3. Lembaga kerja sama bipartit,
4. Pendidikan dan penyuluhan hubungan industrial
d. Hubungan Kerja
1. Penerimaan pekerja baru,
2. Masa percobaan,
3. Surat keputusan pengangkatan,
4. Golongan dan jabatan pekerja,
5. Kesempatan berkarir,
6. Pendidikan dan pelatihan kerja,
7. Mutasi dan prosedurnya,
8. Penilaian prestasi kerja,
9. Promosi,
10. Tenaga kerja asing
e. Waktu kerja, istilah kerja dan lembur
1. Hari kerja,
2. Jam kerja, istirahat dan shift kerja,
3. Lembur,
4. Perhitungan upah lembur
f. Pembebasan dari kewajiban bekerja
1. Istirahat mingguan,
2. Hari libur resmi,
3. Cuti tahunan,
4. Cuti besar,
5. Cuti haid,
6. Cuti hamil,
7. Cuti sakit,
8. Ijin meninggalkan pekerjaan dengan upah,
9. Ijin meninggalkan pekerjaan tanpa upah
g. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
1. Prinsip – prinsip K3,
2. Hygienis perusahaan dan kesehatan,
3. Pakaian kerja dan sepatu kerja,
4. Peralatan kerja,
5. Alat pelindung diri,
6. Panitia pembina keselamatan kesehatan kerja
h. Pengupahan
1. Pengertian upah,
2. Prinsip dasar dan sasaran,
3. Dasar penetapan upah,
4. Komponen upah,
5. Waktu pemberian upah,
6. Administrasi upah,
7. Tunjangan jabatan,
8. Tunjangan keluarga,
9. Tunjangan keahlian,
10. Tunjangan keahlian,
11. Tunjangan perumahan,
12. Tunjangan tempat kerja yang membahayakan keselamatan,
13. Uang makan,
14. Uang transport,
15. Premi hadir,
16. Premi shift,
17. Premi produksi/bonus,
18. Premi perjalanan dinas,
19. Tunjangan hari raya,
20. Jasa produksi/bonus,
21. Tunjangan masa kerja,
22. Upah minimum,
23. Skala upah,
24. Penyesuaian upah,
25. Kenaikan upah atas dasar premi,
26. Kenaikan upah karena promosi,
27. Pajak penghasilan
i. Pengobatan dan perawatan
1. Poliklinik perusahaan,
2. Pengobatan diluar poliklinik,
3. Perawatan dirumah sakit,
4. Biaya bersalin,
5. Pembelian kaca mata,
6. Pengobatan pada dokter spesialis,
7. Keluarga berencana,
8. Konsultasi psikologis & tes bakat anak
j. Jaminan sosial
1. Jaminan kecelakaan kerja,
2. Jaminan kematian,
3. Jaminan hari tuaDana pensiun
k. Kesejahteraan
l. Tata tertib kerja
1. Kewajiban dasar pekerja,
2. Larangan – larangan,
3. Pelanggaran yang dapat mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK),
4. Sanksi atas pelanggaran tata tertib kerja
m. Pemutusan hubungan kerja
n. Penyelesaian keluh kesah pekerja
Tata cara penyelesaian keluh kesah
o. Pelaksanaan dan penutup
p. Tanda tangan para pihak.

Syarat – syarat berlakunya antara lain :


Satu perusahaan hanya dapat dibuat satu Perjanjian Kerja Bersama yang berlaku bagi seluruh
pekerja/buruh diperusahaan yang bersangkuan;
Apabila perusahan memiliki cabang, maka dibuat Perjanjian Kerja Bersama (PKB) induk yang
berlaku disemua cabang perusahaan serta dapat dibuat PKB turunan yang berlaku di masing –
masing cabang perusahaan;
PKB induk memuat ketentuan – ketentuan yang berlaku umum di seluruh cabang perusahaan
sedang PKB turunan yang dibuat cabang memuat pelaksanaan PKB induk yang disesuaikan
dengan kondisi cabang perusahaan masing – masing;
Dalam hal beberapa perusahaan tergabung dalam satu grup dan masing – masing mempunyai
badan hukum sendiri, maka PKB dibuat dan dirundingkan oleh masing – masing perusahaan.
Setelah ditandatangani oleh para pihak maka dilakukan Pendaftaran dengan dilampiri naskah
perjanjian kerja bersama yang dibuat rangkap tiga bermaterai cukup yang telah ditandatangani
oleh pengusaha dan serikat pekerja/buruh. Setelah menerima surat keputusan pendaftaran
perjanjian kerja bersama , maka pengusaha dan pekerja/buruh wajib melaksanakan ketentuan
yang ada dan memberitahukan pada seluruh pekerja/buruh tentang isi perjanjian tersebut atau
kalau ada beserta perubahannya.
Dalam Pasal 123 Undang-Undang no.13/2003 menyatakan masa berlaku PKB paling lama 2
(dua) tahun dan dapat diperpanjang paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan tertulis
antara pengusaha dengan serikat pekerja. Perundingan pembuatan PKB berikutnya dapat dimulai
paling cepat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya PKB yang sedang berlaku. Apabila perundingan
tidak mencapai kesepakatan, maka PKB yang sedang berlaku, akan tetap berlaku untuk paling
lama 1 (satu) tahun ke depan.

Ë Perjanjian Kerja Bersama .


·         Adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan antara serikat pekerja atau beberapa
serikat pekerja yang tercatat pada instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
(Depnaker) dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau perkumpulan pengusaha yang
memuat syarat-syarat verja,hak dankewajiban kedua belah pihak.
·         Perjanjian kerja bersama  disusun secara musyawarah atau perundingan dan dibuat secara
tertulis dengan huruf latin dan bahasa Indonesia.
·         Perjanjian kerja bersama mulai berlaku pada hari penandatanganan, kecuali ditentukan lain
dalam perjanjian kerja bersama tersebut. (Pasal 132 Undang-undang No. 13 tahun 2003).
·         Dalam hal perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama tidak mencapai kesepakatan,
maka penyelesaiannya dilakukan melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan
industrial.
·         Perjanjian kerja bersama paling sedikit memuat :
1.      Hak dan kewajiban pengusaha ;
2.      Hakdan kewajiban serikat pekerja serta pekerja ;
3.      Jangka waktu dan tanggal berlakunya perjanjian kerja bersama ;
4.      Tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama.
·         Ketentuan perjanjian kerja bersama tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, apabila bertentangan maka batal demi hukum dan yang berlaku adalah
ketentuan peraturan perundang-undangan.
·         Masa berlakunya perjanjian kerja bersama paling lama 2 (dua) tahun, dan dapat
diperpanjang masa berlakunya paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara
pengusaha dengan serikat pekerja/buruh.
·         Perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama berikutnya dapat dimulai paling cepat 3
(tiga) bulan sebelum berakhirnya perjanjian kerja bersama yang sedang berlaku.
·         Dalam hal perundingan tidak mencapai kesepakatan maka perjanjian kerja bersama yang
sedang berlaku, tetap berlaku untuk paling lama 1 (satu) tahun.
No Perbedaan
Peraturan Perusahaan Perjanjian Kerja Bersama
1 Wajib dibuat oleh pengusaha yang Dibuat oleh serikat pekerja dengan
mempekerjakan sekurang-kurangnya pengusaha.
10 (sepuluh) orang.
2 Perlu pengesahan dari Menaker atau Tidak memerlukan pengesahan tersebut.
pejabat yang ditunjuk.
3 Dibuat oleh perusahaan, baik yang Dibuat hanya perusahaan yang mempunyai
mempunyai serikat pekerja di serikat pekerja.
perusahaan  maupun yang tidak
mempunyai serikat pekerja.
4 Dapat digantikan dengan perjanjian Tidak boleh digantikan dengan peraturan
kerja bersama bila serikat pekerja di perusahaan selama masih ada serikat
perusahaan tersebut menghendaki pekerjanya.
perundingan pembuatan perjanjian
kerja bersama.

Hubungan PP dengan PKB


Ø  PP tidak beraku bagi perusahaan yang yang telah  memiliki PKB.
Ø  PP biasanya di buat lebih dahulu oleh perusahaan. Sebelum PKB terbentuk, maka seluruh
karyawan harus patuh terhadap PP
Ø  Jika PKB sudah terbentuk maka PP tidah dipakai lagi.
Hubungan PP,PKB dengan PK
Ø  PK yang dibuat oleh perusahaan dan pekerja tidak boleh bertentangan dengan PKB.
Ø  Jika PK tidak memuat aturan-aturan yang dalam PKB, yang berlaku adalah aturan-aturan
dalam PKB
Ø  Pengusaha tidak boleh mengganti PKB dengan peraturan perusahaan, selama di perusahaan
yang bersangkutan masih ada serikat pekerja
Hubugan PP dan SOP
Ø  SOP merupakan penjabaran secara rinci dari PP.
Ø  SOP merupakan petunjuk pelaksana pekerjaan secara detail yang di tunjukan untuk individu,
sedangkan PP ditujukan untuk unit kerja atau sub unit kerja.
Ø  Karena sifatnya yang bersifat umum, PP seringkali menimbulkan banyak penafsiran,
sedangkan SOP dibuat secara gamblang sehingga menghindari adanya penafsiran.
Ø  Baik PP maupun SOP dibuat atasa kesepakatan bersama.
3.    Tata cara pembuatan perjanjian kerja
Perjanjian kerja terdiri dari dua jenis , yaitu:
Ø  Perjanjian Kerja Waktu Tertentu(PKWT)
Ø  Perjanjian Kerja Waktu TidakTertentu(PKWTT)
4.    Tata cara pembuatan perjanjian perusahaan
Peraturan perusahaan berisi aturan-aturan yang wajib dilaksankan oleh pekerja. Perusahaan yg
memperkerjakan karyawan sekurang-kurangnya sepuluh orang wajib membuat peraturan
perusahaan.
Pearan Serikat Pekerja Dalam Pembuatan Peraturan Perusahaan
Secara teori, peraturan perusahaan dibuat dan disusun oleh pengusaha dengan memerhatikan
saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/wakil buruh di perusahaan yang bersangkutan.
Aturan Tentang Jumlah Peraturan Perusahaan
Dalam satuperusahaan hanya dapat dibuat satu peraturan perusahaan yang berlaku bagi seluruh
pekerja/buruh diperusahaan yang bersangkutan. Artinya tidak mungkin ada dua peraturan
perusahan dalam suatu perusahaan.
Pengesahaan Peraturan Perusahaan
Pengesahaan peraturan perusahaan dilakukan oleh:
1.    Kepala instansi yang bertangung jawab dibidang ketenagakerjaan kabupate/kota untuk
perusahaan yang terdapat hanya dalam satu wilayah kabupaten/kota.
2.    Kepala instansi yang bertangung jawab dibidang ketenaga kerjaan diprovinsi untuk
perusahaan yang terdapat pada lebih dari satu jabupaten/kota dalam satu provinsi.
3.    Perusahaan harus mengajukan permohonan pengesahan peraturan kepada pejabat yang
berwenang.
4.    Permohonan harus dilengkapi dengan:
a.    Permohonan tertulis memuat:
                                                   i.    Nama dan alamat perusahaan;
                                                  ii.    Nama pimpinan perusahaan;
                                                iii.    Wilayah operasi perusahaan;
                                                iv.    Status perusahaan;
                                                  v.    Jenis atau bidang usaha;
                                                vi.    Jumlah pekerja/buruh menurut jenis kelamin;
                                               vii.    Status hubungan kerja;
                                              viii.    Upah tertinggu dan terendah;
                                                ix.    Nama dan alamat serikat pekerja(apabila ada);
                                                  x.    Nomor pencatatan serikat pekerja(apabila ada);
                                                xi.    Masa berlaku peraturan perusahaan;dan
                                               xii.    Pengesahan peraturan perusahaan untuk yang keberatan.
b.    Naskah peraturan perusahaan dibuat dalam rangkap tiga yang telah ditandatangani oleh
perusahaan.
c.    Bukti telah dimintakan saran dan pertimbangan dari serikat pekerja/buruh dan/atau wakil
pekerja apabilaa diperusahaan tidak ada serikat pekerja/buruh.
5.    Pejabat yang bertangung jawab dibidang ketenaga kerjaan harus meneliti kelengkapan
document dan meneliti materi peraturan perusahaan yang diajukan tidak boleh lebih rendah dari
peraturan perundangan yang berlaku.
6.    Pejabat yang berwenang wajib mengesahkan peraturan perusahaan dengan menerbitkan
surat keputusan dalam waktu paling lama tujuh hari kerja sejak diterimanya permohonan yang
memenuhi persyaratan dan materi peraturan perusahaan tidak lebih rendah dari peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
7.    Dan masih banyak lagi.

5.    Tata cara pembuatan perjanjian kerja bersama


Persyaratan Pembuatan Perjanjian Kerja Bersama
Perjanjina kerja bersama dirundingkan oleh serikat pekerja/buruh yang telah tercatat pada
instansi yang bertangung jawab dibidang ketenaga kerjaan dengan pengusaha atau beberapa
pengusaha. Perundingan perjanjinan kerja bersama harus didasari iktikad baik dan kemauan
bebeas kedua belah pihak. Meskipun perusahaan pada dasarnya memiliki posisi lebih dominan
dibandingkan dengan serikat buruh, tetapi perusahaan harus memberikan kesempatan dan ruang
kepada serikat pekerja dalam menyampaikan aspirasinya sebab aspirasi dari serikat pekerja
mencerminkan aspirasi para buruh yang diwakilinya. Perundingan perjanjian kerja bersama
dilakukan secara musyawarah untuk mufakat. Lamanya perundingan perjanjian kerja bersama
ditetapkan berdasarkan kesepakatan para pihak dan dituangkan dalam tata tertib perundingan.
Pendaftaran dan Pengesahan Perjanjian Kerja Bersama
1.    Pengusaha mendaftarkan perjanjian kerja bersama kepada instansi yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan.
2.    Tujuan pendaftaran PKB dimaksudkan untuk:
a.    Alat monitororing dan evaluasi pengaturan syarat-syarat kerja yang dilaksanakan
diperusahaan.
b.    Rujukan utama dalam hal terjadi perselisihan pelaksanaan perjanjian kerja bersama.
3.    Pengajuan pendaftaran perjanjian kerja bersama harus melampirkan naskah perjanjian kerja
bersama yang dibuat dalam rangkap tiga bermeterai cupuk yang telah ditandatangani oleh
pengusaha dan serikat pekerja.
4.    Pendaftaran perjanjian kerja bersama dilakukan oleh:
a.    Kepala dinas tenaga kerja kabupaten/kota
b.    Kepala dinas tenaga kerja provinsi
c.    Direktur jendral pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial ketenagakerjaan
5.    Dan masih banyak lagi syarat-syarat yang lain.

6.    Tata cara pembuatan standar operating procedure (SOP)


Pengertian SOP
Pengertian SOP adalah suatu rangkaian instuksi tertentu yang mendokomentasikan suatu
kegiatan atau peroses rutin yang terdapat pada perusahaan
Menurut Alec Fishburne dalam penyusunan SOP (lembaga administrasi Negara, 2005)
dinyatakan bahwa manfaat dari SOP antara lain:
·         Menciptakan bahan-bahan training yang dapat membantu pegawai baru untuk cepat
melakukan tugasnya tanpa menghabiskan waktu pihak manajemen untuk menerangkan semua
hal-hal yang kurang berkaitan langsung dengan tugas.
·         Dengan mendefinisikan proses, SOP mendorong keputusan dan pelaksanaan teknologi,
seperti paket akuntansi, manajemen klinis, dan lain-lain.
·         Menunjukan kinerja bahwa organisasi efisien dan dikenlola dengan baik.
·         Menyediakan pedoman bagi setiap pegawai di unit pelayanan dalam melaksanakan
pemberian pelayanan sehari-hari.
·         Menghindari tumpang tindih pelaksanaan tugas pemberian pelayanan.
·         Membantu penelusuran terhadap kesalahan-kesalahan procedural dalam memberikan
pelayanan.
·         Menjamin proses pelayanan tetap berjalan dalam berbagai situasi.
·         Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan standar pelayanan
sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi kinerja pelayanan.
Menurut US EPA:2001, SOP dapat dibedakan menjadi dua tipe/model yaitu SOP teknis dan SOP
administrative (lebaga administrasi Negara, 2005)
1.    SOP Teknis
SOP teknis digunakan sebagai pedoman untuk melakukan hal-hal yang bersifat teknis. SOP
teknis banyak digunakan untuk pekerjaan yang bersifat penelitian seperti analisis spesifik pada
laboratorium dan prosedur pengambilan sampel.

2.    SOP Administratif
SOP administrative digunakan untuk menyusun berbagai macam procedur kegiatan
administrative, me-review dokumen seperti kontrak, proyek perencanaan jaminan kualitas dan
perencanaan jaminan kualitas, audit pakerjaan, menentukan kebutuhan pelatihan organisasi,
validasi data, atau menggambarkan prosedur korespondensi kantor.

7.    Perjanjian kerja outsourcing


Dalam suatu indrusti, pekerja dibedakan menjadi dua yaitu pekerja tetap dan pekerja tidak tetap.
Pekerja tidak tetap diatur dalam pasal 64-Pasal 66 UU No 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. Perjanjian kerja yang dibuat bagipekerja tidak tetap disebut perjanjian kerja
waktu tertentu (PKWT).
Ketentuan Tentang Objek Perjanjian dalam PKWT
Syarat kerja yang diperjanjikan dalam PKWT, tidak boleh rendah daripada ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Objek perjanjian dalam PKWT menurut kepmen
No. 100/Men?VI/2004 tentang ketentuan pelaksanaan PKWT adalah:
1.    PKWT untuk pekerjaan yang sekali selesai atau sementara sifatnya yang penyelesaiannya
paling lama 3 tahun.
2.    PKWT untuk pekerjaan yang bersifat musiman
3.    PKWT untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru
4.    PKWT untuk kerja harian atau lepas
8.    PHK dan kompensasinya
Hal paling berat yang harus ditanggung pekerja adalah pemutusan hubungan kerja (PHK).
Situasi ekonomi yang tidak menentu “memaksa” pengusaha melakukan PHK baik secara besar-
besaran (missal), maupun sedikit demit sedikit. Factor utama dilakukan PHK oleh pengusaha
adalah efisiensi. Pekerja sebagai factor produksi, meskipun memegang peranan yang penting
dalam proses produksi, tetapi pada sisi yang lain juga menjadi beban perusahaan. Beban ini
semakin bertambah jika perusahaan tersebut merupakan perusahaan padatt karya di mana jumlah
karyawan bias mencapai puluhan ribu.
PHK dilarang jika:
·         Pekerja berhalangan masuk kerja kareng sakit menurut keterangan dokter selama waktu
tidak melampaui 12 bulan terus-menerus.
·         Pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit.
·         Karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan (pasal 153 UUK dan Pasal 2 ayat [4] Keputusan
Menakertrans No. 150 Tahun 2000).
Jika terjadi PHK, maka pengusaha wajib membayar:
·         Uang pesangon
·         Uang penghargaan masa kerja
·         Uang penggantian hak;dan
·         Uang pisah.
Syarat dan ketentuan sesuai dengan perjanjian kerja peraturan perusahaan, perjanjian kerja
bersama, dan peraturan perundangan yang berlaku.

Tabel Penghitungan Pesangon yang Diterima Pekerja Jika di-PHK


MASA KERJA BESAR PESANGON
Kurang dari 1 tahun 1 bulan upah
1 tahun s/d kurang 2 tahun 2 bulan upah
2 tahun s/d kurang 3 tahun 3 bulan upah
3 tahun s/d kurang 4 tahun 4 bulan upah
4 tahun s/d kurang 5 tahun 5 bulan upah
5 tahun s/d kurang 6 tahun 6 bulan upah
6 tahun s/d kurang 7 tahun 7 bulan upah
7 tahun s/d kurang 8 tahun 8 bulan upah
8 tahun lebih 9 bulan upah

DAFTAR PUSTAKA

Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan,


Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.16/MEN/XI/2011 tentang Tata
Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama,
Undang-Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh,
Kep.48/MEN/IV/2004, tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan
serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama,
Asyhadie Zaeni, SH.,M.Hum.2008.Hukum Kerja. Jakarta. Raja Grafindo Persada,
Lalu,S.H,M.Hum.2008.Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia.Jakarta
http://oneberbagimateri.blogspot.com/2012/04/peraturan-perusahaan-dan-perjanjian.html

Anda mungkin juga menyukai