Anda di halaman 1dari 17

MODUL MANAJEMEN HUBUNGAN INDUSTRIAL

(MAN309)

MODUL SESI 3
PERATURAN PERUSAHAAN

DISUSUN OLEH
Dr.Ir. ROJUANIAH, MM

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 17
PERATURAN PERUSAHAAN

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan


Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan Dasar Peraturan Perusahaan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Dasar Pembuatan Peraturan Perusahaan
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memecahkan masalah berkaitan dengan
dampak Peraturan Perusahaan

Konsep Peraturan Perusahaan

Setiap perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan jasa dan/atau barang baik
nasional maupun multinasional dalam menjalankan manajemen dan operasionalnya
sehari-hari yang berkaitan dengan ketenagakerjaan pastinya membutuhkan suatu
peraturan perusahaan yang berlaku dan dipatuhi oleh seluruh karyawan agar dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pengertian peraturan perusahaan berdasarkan Pasal 1 angka 20 Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”)
adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh pengusaha yang memuat syarat-
syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Peraturan perusahaan disusun oleh
pengusaha dan menjadi tanggung jawab dari pengusaha yang bersangkutan.
Penyusunan peraturan perusahaan dilakukan dengan memperhatikan saran dan
pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan
Pada dasarnya, perusahaan membutuhkan suatu pedoman agar kegiatan operasional
dapat berjalan dengan baik. Terutama perusahaan yang sudah berkembang dan
sudah memiliki banyak karyawan, menjadi hal yang penting untuk membuat
peraturan internal yang mengatur berbagai kepentingan antara perusahaan dan
pekerja. Peraturan Perusahaan juga berguna untuk mengurangi potensi konflik
antara perusahaan dan pekerja, dengan adanya peraturan yang menjadi pedoman
maka peraturan tersebut memiliki konsekuensi hukum antara perusahaan dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 17
pekerja. Sehingga jika ada pelanggaran, perusahaan dan pekerja memiliki dasar
hukum untuk saling memenuhi hak dan kewajiban yang telah diatur dalam
Peraturan Perusahaan.
Latar belakang perlu adanya Peraturan Perusahaan adalah :
 Pasal 108 UU No.13.tahun 2003 yang mengharuskan bagi perusahaan yang
memiliki lebih dari 10 perja untuk membuat PP/PKB
 Asas kesanaan dan keseimbangan dalam kedudukan hukum
 Perlunya kejelasan dan kepastian hak dan kewajiban antara pengusaha dan
pekerja
 Terjadinya ketimpangan hak dan kewajiban antara pekerja dengan
pengusaha

Sedangkan Peraturan Perusahaan (“PP”) merupakan Peraturan yang dibuat secara


tertulis oleh Pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan
(Pasal 1 ayat 20) UU 13/2003. Pada Peraturan Perusahaan yang dibuat secara
tertulis memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja, tata
tertib perusahaan, serta sanksi dan ketentuan pemutusan hubungan kerja. Fungsi
Peraturan Perusahaan adalah :
 Kepastian adanya hak dan kewajiban antara Pengusaha dan Pekerja.
 Pedoman Pengusaha dan Pekerja untuk beraktifitas.
 Mendorong terbentuknya kesepakatan bersama

Peraturan perusahaan bertujuan untuk menjamin keseimbangan antara hak dan


kewajiban pekerja, serta antara kewenangan dan kewajiban pengusaha,
memberikan pedoman bagi pengusaha dan pekerja untuk melaksanakan tugas
kewajibannya masing-masing, menciptakan hubungan kerja harmonis, aman dan
dinamis antara pekerja dan pengusaha, dalam usaha bersama memajukan dan
menjamin kelangsungan perusahaan, serta meningkatkan kesejahteraan pekerja dan
keluarganya.
Berdasarkan Pasal 108 UU 13/2003, Bagi pengusaha yang mempekerjakan
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang pekerja/buruh wajib membuat Peraturan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 17
Perusahaan. Kewajiban pembuatan peraturan perusahaan tidak berlaku apabila
perusahaan telah memiliki perjanjian kerja bersama.
Peraturan Perusahaan yang dibuat oleh Perusahaan tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peraturan perusahaan tersebut
disusun oleh dan menjadi tanggung jawab dari perusahaan. Ketentuan di dalamnya
tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dengan sekurang-kurangnya memuat:

 hak dan kewajiban pengusaha;


 hak dan kewajiban pekerja/buruh;
 syarat kerja;
 tata tertib perusahaan; dan
 jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan.

Menurut ketentuan Pasal 3 ayat 1 Permenaker 28/2014 dalam satu perusahaan


hanya dapat dibuat satu peraturan perusahaan yang berlaku bagi seluruh pekerja di
perusahaan bersangkutan baik PKWT maupun PKWTT. Jika perusahaan memiliki
cabang/unit kerja/ perwakilan peraturan maka perusahaan berlaku di semua
cabang/unit kerja/perwakilan perusahaan. Peraturan perusahaan tersebut memuat
ketentuan-ketentuan yang berlaku umum di seluruh cabang/unit kerja/perwakilan.

Perusahaan cabang/unit kerja/kantor perwakilan perusahaan juga dapat membuat


peraturan perusahaan turunan yang berlaku di masing-masing cabang/unit
kerja/perwakilan perusahaan. Peraturan perusahaan turunan tersebut memuat
ketentuan khusus yang disesuaikan dengan kondisi cabang/unit kerja/perwakilan
perusahaan masing-masing. Selain itu, jika beberapa perusahaan tergabung dalam
satu grup perusahaan, maka peraturan perusahaan dibuat oleh masing-masing
perusahaan.

Peraturan Perusahaan yang Memiliki Kekuatan Hukum Mengikat


Peraturan Perusahaan tidak serta merta mengikat bagi perusahaan dan pekerja. Ada
ketentuan tersendiri sehingga peraturan perusahaan dapat berlaku dan mengikat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 17
antara perusahan dengan pekerja. Berdasarkan Pasal 108 ayat (1) UU 13/2003
Paturan Perusahaan mulai berlaku setelah disahkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi atau pejabat yang ditunjuk.

Pengesahan peraturan perusahaan tersebut menurut Pasal 7 Permenaker 28/2014


dilakukan oleh:
1. Kepala SKPD bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota, untuk perusahaan
yang terdapat hanya dalam 1 (satu) wilayah kabupaten/kota;
2. Kepala SKPD bidang ketenagakerjaan provinsi, untuk perusahaan yang
terdapat pada lebih dari 1 (satu) kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi;
3. Direktur Jenderal, untuk perusahaan yang terdapat pada lebih dari 1 (satu)
provinsi. Direktur Jenderal dapat mendelegasikan kewenangan pengesahan
peraturan perusahaan kepada Direktur yang menyelenggarakan urusan di
bidang persyaratan kerja

Hal yang patut diperhatikan adalah jika perusahaan memiliki cabang dan anak
perusahaan. Menurut Pasal 3 ayat (5) Permenaker 28/2014 dalam hal peraturan
perusahaan turunan belum disahkan oleh instansi yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan setempat, maka peraturan perusahaan
yang berlaku di cabang/unit kerja/perwakilan perusahaan adalah peraturan
perusahaan yang berlaku pada perusahaan induk dari perusahaan di cabang/unit
kerja/perwakilan perusahaan. Selain itu jika beberapa perusahaan tergabung dalam
1 (satu) grup, menurut pasal 3 ayat (6) Permenaker 28/2014 peraturan perusahaan
dibuat oleh masing-masing perusahaan. Artinya, induk perusahaan yang menaungi
anak perusahaan, masing-masing wajib membuat peraturan perusahaan yang
disahkan oleh Menteri atau Pejabat yang berwenang.

Peraturan perusahaan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
naskah peraturan perusahaan diterima harus sudah mendapat pengesahan oleh
Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Apabila peraturan perusahaan telah memenuhi
ketentuan dalam Pasal 111 ayat (1) dan (2) UU Ketenagakerjaan, tetapi dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja belum mendapatkan pengesahan dari

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 17
Menteri atau Pejabat yang ditunjuk, maka peraturan perusahaan dianggap telah
mendapatkan pengesahan. Namun, apabila peraturan perusahaan belum memenuhi
persyaratan dalam Pasal 111 ayat (1) dan (2) UU Ketenagakerjaan, maka Menteri
atau pejabat yang ditunjuk harus memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha
mengenai perbaikan peraturan perusahaan. Dan dalam waktu paling lama 14 (empat
belas) hari kerja sejak tanggal pemberitahuan diterima oleh pengusaha, pengusaha
wajib menyampaikan kembali peraturan perusahaan yang telah diperbaiki tersebut
kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Atas dasar diatas, peraturan perusahaan dianggap sah dan memiliki kekuatan
hukum mengikat jika sudah mendapatkan pengesahan dari Menteri atau Pejabat
yang berwenang, sesuai dengan Pasal 108 ayat (1) UU 13/2003 jo Pasal 7
Permenaker 28/2014.
Pengesahan peraturan perusahaan harus sudah diberikan dalam waktu paling lama
30 hari kerja sejak naskah peraturan perusahaan diterima. Jika peraturan perusahaan
telah sesuai dengan persyaratan dalam Pasal 111 ayat (1) dan (2) UU
Ketenagakerjaan , maka dalam waktu 30 hari kerja sudah terlampaui dan peraturan
perusahaan belum disahkan, peraturan tersebut dianggap telah mendapatkan
pengesahan.

Dalam hal peraturan perusahaan belum memenuhi persyaratan, Menteri


Ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk harus memberitahukan secara tertulis
kepada pengusaha mengenai perbaikan peraturan perusahaan. Dalam waktu paling
lama 14 hari kerja sejak tanggal pemberitahuan diterima, pengusaha wajib
menyampaikan kembali peraturan perusahaan yang telah diperbaiki kepada Menteri
Ketenagakerjaan atau pejabat yang ditunjuk.

Adapun ketentuan lebih spesifik mengenai tata cara pembuatan dan pengesahan
peraturan perusahaan diatur dengan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 28
Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan
Serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama (“Permenaker 28/2014

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 17
Pasal 113 UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa perubahan peraturan perusahaan
sebelum berakhir jangka waktu berlakunya hanya dapat dilakukan atas dasar
kesepakatan antara pengusaha dan wakil pekerja/buruh. Hasil perubahan peraturan
perusahaan harus mendapat pengesahan dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi peraturan perusahaan, serta
memberikan naskah peraturan perusahaan atau perubahannya kepada pekerja/buruh.

Peraturan yang berkaitan dengan Peraturan Perusahaan


Ketentuan pembuatan peraturan perusahaan secara umum :
• Sekurang-kurangnya satu perusahaan yang jumlah pekerjannya minimal 10
orang
• Pengusaha berkewajiban menyusun peraturan perusahaan dengan
memperhatikan saran dan masukan dari pekerja
• Peraturan perusahaan berlaku untuk pekerja dan pengusaha
• Jangka waktu masa berlaku peraturan perusahaan selama 2 tahun dan wajib
diperbaharui setelah habis masa berlakunya.

Pasal 111 ayat (1) UU No.13/2003 mengatur bahwa Peraturan Perusahaan


sekurang-kurangnya memuat sebagai berikut:
a) hak dan kewajiban pengusaha;
b) hak dan kewajiban pekerja/buruh;
c) syarat kerja;
d) tata tertib perusahaan; dan
e) jangka waktu berlakunya Peraturan Perusahaan.
f) hal-hal yang merupakan pengaturan lebih lanjut dari peraturan perundang-
undangan.

Pembuatan PP dilarang:
a) Menggantikan perjanjian kerja bersama yang sudah ada sebelumnya; dan
b) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Isi dari peraturan perusahaan memuat :

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 17
 Syarat-syarat kerja yang belum ditaur dalam perusturan perundang-
undangan
 Rincian pelaksanaan peraturan perundang-undangan
 Ketentuan yang ada di peraturan perusahaan mengatur lebih baik
atau minimal sama dengan ketentuan dalam perundang-undangan.

Ketentuan dalam pembuatan Peraturan Perusahaan

Wajib
 Ketentuan dalam PP mengenai syarat minimal harus sesuai dengan yang
diatur oleh ketentuan ketenagakerjaan

Boleh
 Ketentuan dalam PP dapat mengatur hal-hal lain yang belum diatur dalam
perundang-undangan ketenagakerjaan sepanjang tidak melanggar ketentuan
yang sudah ditetapkan peraturan perundangan

Tidak Boleh
 PP tidak boleh mengatur yang lebih rendah dari ketentuan minimum dalam
peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan.

Normatif
 Isi PP adalah hal-hal yang diatur oleh ketentuan ketenagakerjaan yang
berlaku seperti : pengupahan minimum, jam kerja, cuti dan jam istirahat,
jaminan kesejahteraan, proses pemutusan hubungan kerja

Tidak Normatif
 Hal-hal yang tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan yang berlaku dengan tujuan memberikan keleuasaan
kepada perusahaan, namun tidak boleh lebih rendah dari ketentuan normatif

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 17
Ketentuan Perundangan Terkait Peraturan Perusahaan (UU No.13/2003 dan
Permenaker No. 28 Tahun 2014):
 PP diwajibkan bagi pengusaha yang mempekerjakan sekurang-kurangnya
10 (sepuluh) orang pekerja/buruh.

 Kewajiban butir 1 tidak berlaku bagi perusahaan yang sudah memiliki


perjanjian kerja bersama.

 Memperhatikan saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh di


perusahaan yang bersangkutan.

 Apabila telah terbentuk SP/SB, maka wakil dari pekerja adalah serikat
tersebut. Dalam hal belum terbentuk SP/SB, maka wakil pekerja/buruh
adalah pekerja/buruh yang dipilih secara demokratis untuk mewakili
kepentingan para pekerja/buruh di perusahaan yang bersangkutan.

 Saran dan pertimbangan dari wakil pekerja/buruh tidak dapat


diperselisihkan.

 Pembuatan PP dilarang:
a) Menggantikan perjanjian kerja bersama yang sudah ada
sebelumnya; dan
b) Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c) Pembuatan PP merupakan kewajiban dan menjadi tanggung jawab
pengusaha.

 Pengusaha wajib mengajukan pengesahan PP yang telah dibuat kepada


menteri atau pejabat yang ditunjuk (yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan).

 Pengesahan PP dilakukan oleh:


a) Kepala SKPD ketenagakerjaan kabupaten/kota untuk perusahaan
yang terdapat hanya dalam 1 wilayah kabupaten/kota.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 17
b) Kepala SKPD ketenagakerjaan provinsi, untuk perusahaan yang
terdapat pada lebih dari 1 wilayah kabupaten / kota dalam 1 provinsi.
c) Direktur jenderal pembinaan hubungan industrial dan jaminan sosial
tenaga kerja, untuk perusahaan yang terdapat pada lebih dari 1
wilayah propinsi.

 Permohonan pengesahan dilengkapi dengan:


a) Naskah PP yang telah ditandatangani oleh pengusaha; dan
b) Bukti telah dimintakan saran dan pertimbangan dari SP/SB atau
wakil pekerja/buruh.

 Pengusaha wajib memberitahukan dan menjelaskan isi serta memberikan


naskah PP atau perubahannya kepada pekerja/buruh.

 Masa berlaku PP paling lama 2 (dua) tahun dan wajib diperbaharui setelah
habis masa berlakunya.

 Selama masa berlakunya PP, apabila SP/SB di perusahaan menghendaki


perundingan pembuatan perjanjian kerja bersama, maka pengusaha wajib
melayani.

 Dalam hal perusahaan yang bersangkutan memiliki cabang, dibuat PP induk


yang berlaku di semua cabang perusahaan serta dapat dibuat PP turunan
yang berlaku di masing-masing cabang perusahaan.

 PP induk memuat ketentuan-ketentuan yang berlaku di seluruh cabang


perusahaan dan PP turunan memuat pelaksanaan PP induk yang disesuaikan
dengan kondisi cabang perusahaan masing-masing.

 Sepanjang PP turunan belum disahkan oleh instansi setempat, tetap berlaku


PP induk.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 17
 Beberapa perusahaan dalam satu grup, dibuat masing-masing PP setiap
perusahaan.

 Dalam hal perusahaan mengadakan perubahan isi PP sebelum habis masa


berlaku, apabila perubahan tersebut lebih rendah dari sebelumnya maka
pertentangan tersebut harus disepakati SP/SB atau wakil pekerja.

 Perubahan PP harus kembali mendapat pengesahan.

 PP harus diperbaharui paling lama 30 hari kerja sebelum berakhir masa


berlakunya PP kepada pejabat/ instansi yang berwenang.

Proses Pembuatan Peraturan Perusahaan


Tahap I
 Penyusunan konsep atau materi PP oleh Perusahaan

Tahap II
 Pengusaha menyampaikan naskah PP kepada perwakilan pekerja untuk
mendapatkan saran dan pertimbangan (14 hari kerja) yang dilakuka secara
tertulis
 Diperkuatkan dengan surat pernyataan dari perwakilan pekerka

Tahap III
 Mengajukan permohonan secara tertulis untuk pengesahaan PP kepada
pejabat instansi ketenagakerjaan
 Surat permohonan di ajukan dilengkapi dengan naskah PP (3 rangkap), akta
pendirian perusahaan atau perubahannya, bukti bahwa naskah telah
mendapatkan saran dan pertimbangan dari perwakilan pekerja, bukti
keikutsertaan program kesejahteraan, bukti lapor tenaga kerja
 Permohonan tertulis memuat :
• Nama dan alamat perusahaan
• Nama pimpinan perusahaan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 17
• Wilayah operasi
• Status perusahaan
• Jenis bidang usaha
• Status hubungan kerja
• Jumlah pekerja menurut jenis kelamin
• Upah tertinggi dan terendah
• Masa berlaku PP
• Pengesahan PP

Untuk melakukan pengesahan Peraturan Perusahaan maka pengusaha harus


mengajukan permohonan pengesahan Peraturan Perusahaan tersebut kepada
Pejabat.

Tahap IV
 Pejabat yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan melakukan
penelitian guna memeriksa agar PP tersebut sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku

Tahap V
 Jika PP tersebut sudah memenuhi ketentuan, Surat Keputusan Pengesahan
akan diterbitkan dalam waktu 30 hari sejak diterimanya permohonan
 Jika PP tersebut belum memenuhi kelengkapan atau terdapat materi yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, maka PP tersebut
harus direvisi dikembalikan secara tertulis dalam waktu 7 hari kerja ke
perusahaan
 Dlam jangka waktu 14 hari kerja revisi PP harus dikembalikan kepada
instansi yang bertanggungjawab untuk diterbitkan Surat Keputusan
Pengesahan, jika pengusaha tidak mengajukan revisi, maka dianggap tidak
mengajukan pengesahan PP.

Tahap VI

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 17
 Jika sudah mendapatkan pengesahan, PP dicetak dan diberikan kepada
seluruh pekerja untuk disosialisasikan dan penjelasan kepada pekerja

Gambar 1. Bagan Alur Pengesahan Peraturan Perusahaan

Beberapa Penyimpangan Dalam Pembuatan PP Praktik Antara Lain:


 Dibuatkan oleh aparat ketenagakerjaan setempat, sekedar memenuhi
formalitas.
 Tanpa adanya saran dan pertimbangan dari pekerja/buruh di perusahaan
yang bersangkutan. Kalau pun ada, saran dan pertimbangan dari
pekerja/buruh di perusahaan dibuat dengan rekayasa, yakni dari karyawan
staff sehingga tidak representative.

Sanksi Tidak Membuat PP


Membuat peraturan perusahaan adalah kewajiban bagi perusahaan yang telah
memiliki sekurang-kurangnya 10 pekerja. Jika perusahaan tidak membuat peraturan
perusahaan maka perusahaan dapat dikenakan sanksi pidana. Dalam Pasal 188 ayat
(1) UU 13/2003 diatur sebagai berikut:

“Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2),
Pasal 38 ayat (2), Pasal 63 ayat (1), Pasal 78 ayat (1), Pasal 108 ayat (1), Pasal 111
ayat (3), Pasal 114, dan Pasal 148, dikenakan sanksi pidana denda paling sedikit Rp

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 17
5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah)”

Pembuatan peraturan perusahaan adalah bentuk penerapan compliance perusahaan


terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dengan
membuat peraturan perusahaan maka perusahaan sudah menghindari adanya tindak
hukum pidana, mencegah kesalahan, meminimalkan konflik atau sengketa,
melakukan tindakan perbaikan agar suatu masalah tidak terjadi kembali dan
mengontrol proses produksi perusahaan dengan baik.

Sanksi Perusahaan Melanggar Ketentuan Terkait dengan Peraturan


Perusahaan

• Sanksi UU Ketenagakerjaan untuk Pelanggaran Jam Kerja


Jam kerja perusahaan diatur pada Pasal 77 ayat (2) UU Ketenagakerjaan. Ada dua
ketentuan mengenai hal ini, yakni untuk karyawan yang bekerja dalam enam hari
kerja dan lima hari kerja. Penjelasannya seperti berikut:
 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu
untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.”

Sedangkan peraturan mengenai waktu istirahat dibahas dalam Pasal 79 ayat (2) UU
Ketenagakerjaan. Di pasal tersebut dikatakan bahwa istirahat antara jam kerja
sekurang-kurangnya adalah setengah jam setelah bekerja selama empat jam terus
menerus. Waktu istirahat ini tidak dihitung jam kerja. Sehingga ketika perusahaan
memberlakukan masuk kerja pukul delapan pagi, istirahat seharusnya dilakukan
pada pukul 12 siang.

Dengan begitu, perusahaan yang melanggar hukum pengaturan jam kerja tanpa
pemberitahuan pada para karyawan bisa dikenakan sanksi pidana yang sudah diatur
pada Pasal 187 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, dikutip sebagai berikut:

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 17
“Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat
(2), Pasal 44 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), Pasal 67 ayat (1), Pasal 71 ayat (2),
Pasal 76, Pasal 78 ayat (2), Pasal 79 ayat (1), dan ayat (2), Pasal 85 ayat (3),
dan Pasal 144, dikenakan sanksi pidana kurungan paling singkat 1 (satu)
bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp
10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000
(seratus juta rupiah).”

• Sanksi UU Ketenagakerjaan Untuk Pelanggaran Jam Lembur Beserta Gajinya


Tak hanya jam kerja yang diatur oleh undang-undang, jam lembur beserta gajinya
pun juga. Peraturan jam lembur bisa dilihat pada UU No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan), dikutip sebagai berikut dari Kepmenaker
102:
 Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam
sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari; atau
 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja
dalam 1 (satu) minggu; atau
 Waktu kerja pada hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur
resmi yang ditetapkan Pemerintah

Perlakuan jam lembur dan persetujuannya dengan pegawai juga diatur pada Pasal
78 UU Ketenagakerjaan, yang berbunyi:
 Ada persetujuan dari karyawan yang bersangkutan; dan
 Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga)
jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu)
minggu.”

Namun, perusahaan tak bisa serta merta membebankan lembur tanpa SPL (Surat
Penugasan Lembur) yang disetujui oleh pegawai. Jadi, ketika ada perusahaan yang
melanggar hukum di atas, akan dikenakan sanksi yang sama pada Pasal 187 ayat

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 17
(1) UU Ketenagakerjaan, yakni pidana kurungan minimal satu bulan dan maksimal
dua belas bulan dan/atau denda minimal Rp10 juta dan maksimal Rp100 juta.

• Sanksi UU Ketenagakerjaan untuk Pelanggaran dalam Hubungan Kerja


Hal-hal terkait persesilisihan yang terjadi di dalam hubungan kerja sekali pun sudah
diatur oleh negara. Untuk hal ini bisa didasarkan pada Pasal 57 UU No. 2 Tahun
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU PPHI). Artinya,
kasus perselisihan dalam hubungan kerja bisa sampai di pengadilan.

Jika ini terjadi, hukum acara yang berlaku adalah Hukum Acara Perdata yang ada
pada Peradilan Umum (HIR/RBG). Namun, hal ini bisa berubah bila ada aturan
khusus UU mengenai PPHI. Untuk sanksi administratif memang belum diatur
secara khusus, tetapi ada beberapa Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi yang bisa menjadi acuan untuk hal ini.

Semua hukum negara ini ditentukan karena adanya potensi eksplotasi tenaga kerja
di tiap sektor. Para pemilik perusahaan disarankan untuk melihat aturan-aturan yang
berlaku dan memperhatikan hak karyawan sebelum menentukan hukum perusahaan.
Selama perusahaan menaati jam kerja, upah, lembur, dan hal lainnya, seharusnya
tidak ada yang harus melanggar hukum dan menjadi masalah.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 17
DAFTAR REFERENSI

Hasan, Mohamad Toha. 2020. Kewajiban Perusahaan Membuat Peraturan


Perusahaan dan Sanksinya. https://bplawyers.co.id/2020/05/27/kewajiban-
perusahaan-membuat-peraturan-perusahaan-dan-sanksinya/
Peraturan menteri tenaga kerja no 28 tahun 2014 Tentang Tata Cara Pembuatan
Dan Pengesahan Peraturan Perusahaan serta Pembuatan dan Pendaftaran
Perjanjian Kerja Bersama
Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Sleekr. 2018. Sanksi-sanksi bagi Perusahaan yang Melanggar Hukum UU
Ketenagakerjaan.https://sleekr.co/blog/sanksi-uu-ketenagakerjaan-bagi-
perusahaan/
Trahutomo, Bowo. 2011. Peraturan Perusahaan/Perjanjian Kerja Bersama.
https://www.slideshare.net/bowotrahutomo/tata-cara-dan-teknik-
pembuatan-peraturan-perusahaan-dan-pkb

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 / 17

Anda mungkin juga menyukai