Bahwa berdasarkan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) ini telah disepakati bersama
bahwa usaha menjalankan dan memimpin Perusahaan adalah merupakan hak,
kewajiban dan tanggung jawab Perusahaan. Oleh karena itu dalam usaha
menjalankan tugasnya, Pimpinan Perusahaan harus mentaati dan melaksanakan
semua ketentuan di dalam PKB ini serta tetap tunduk kepada Perundang-undangan
Republik Indonesia yang berlaku.
Bahwa telah disepakati fungsi Serikat Pekerja adalah mewakili anggotanya yang
bekerja pada Perusahaan baik secara perorangan maupun kolektif mengenai
masalah-masalah ketenagakerjaan, hubungan ketenagakerjaan dan persyaratan-
persyaratan kerja bagi Pekerja. Dalam menjalankan fungsi tersebut di atas, Serikat
Pekerja harus mentaati dan melaksanakan segala ketentuan di dalam PKB ini, serta
tunduk kepada Perundang-undangan Republik Indonesia yang berlaku.
Bahwa ketenangan usaha dan ketenangan kerja hanya dapat dicapai bila masing-
masing pihak memahami serta menghayati hak dan kewajibannya, yang pada
akhirnya akan menumbuhkan rasa saling mengerti, menghargai dalam iklim
kerjasama yang baik dan hubungan kerja yang harmonis.
3. Bahwa hubungan kerja antara Perusahaan dan Pekerja adalah bersifat kemitraan.
4. Bahwa jaminan kesejahteraan yang baik bagi Pekerja dan keluarganya akan
mendorong/meningkatkan disiplin dan produktivitas kerja para Pekerja guna
mencapai sesuatu yang lebih baik dalam pekerjaannya.
Maka berlandaskan pokok pikiran yang telah dijelaskan di atas, dengan rahmat
Tuhan Yang Maha Esa, kedua belah pihak baik Perusahaan maupun Serikat Pekerja
telah mencapai kata sepakat untuk merumuskan Perjanjian Kerja Bersama periode
2016 –2018 dengan pengaturan sebagaimana tercantum dalam Bab-bab serta Pasal-
pasal berikut.
Pasal 1
Pengertian dan Istilah-istilah
4. Pengusaha adalah sekelompok orang yang diberi kuasa oleh pemegang saham
melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang dipilih sebagai Direksi dan
Komisaris atau orang yang diberi kuasa untuk mengelola jalannya perusahaan
dan melakukan tindakan atas nama perusahaan.
8. Anggota serikat pekerja adalah pekerja yang secara sukarela terdaftar sebagai
anggota organisasi serikat pekerja dan mematuhi aturan serikat pekerja yang
berlaku.
10. Pekerja adalah orang yang bekerja di perusahaan dengan menerima upah, yang
hubungan kerja dan syarat kerjanya diatur dalam PKB ini.
12. Pekerja Status Keluarga : Pekerja yang beristri/bersuami dan atau punya anak
yang sah secara hukum.
13. Pekerja Status Lajang : pekerja dengan status keluarga yang hak-haknya
dipersamakan dengan pekerja lajang. (Hak-hak dimaksud akan diatur dalam
suatu Keputusan Direksi).
14. Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara pekerja dengan pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
b. Status Kontrak adalah pekerja yang terikat pada hubungan kerja, yang
dibatasi oleh jangka waktu berlakunya perjanjian atau selesainya pekerjaan
yang diikat dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
16. Status Tempat Penerimaan Pekerja adalah nama tempat yang disepakati antara
pekerja dengan perusahaan sebagai tempat penerimaan (point of hire) yang diatur
dalam perjanjian kerja.
17. Hubungan Industrial adalah sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku
dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,
pekerja dan pemerintah yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945.
18. Keluarga Pekerja adalah seorang istri/suami beserta anak yang sah/disahkan
menurut hukum yang berlaku di Indonesia dan terdaftar di Human Capital
Services (HCS) perusahaan serta masih menjadi tanggungan dengan batas usia
maksimum 23 (dua puluh tiga) tahun, belum menikah dan belum bekerja atau
sampai dengan anak berusia 25 (dua puluh lima) tahun apabila yang
19. Ahli Waris adalah keluarga atau orang yang ditunjuk pekerja untuk menerima
setiap pembayaran bila pekerja meninggal dunia. Dalam hal tidak ada
penunjukan ahli warisnya maka pelaksanaannya diatur menurut hukum yang
berlaku.
20. Orang Tua adalah ayah dan ibu kandung pekerja yang terdaftar di HCS
perusahaan.
21. Mertua Pekerja adalah ayah dan ibu dari suami atau istri pekerja yang terdaftar
di HCS perusahaan.
22. Atasan adalah pekerja yang jabatannya lebih tinggi dalam struktur organisasi
Pama.
23. Atasan langsung adalah pekerja yang jabatannya lebih tinggi secara langsung di
unit kerjanya.
24. Customer adalah pihak yang menggunakan jasa perusahaan sebagai kontraktor
pertambangan yang terikat dalam suatu perjanjian kerjasama penambangan.
25. Keluarga pengusaha adalah istri atau suami beserta anak-anaknya yang sah dari
pengusaha.
26. Upah adalah hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja berdasarkan pangkat dan
jabatan kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
perjanjian kerja, kesepakatan atau perundang-undangan, termasuk tunjangan
bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah
dan/atau akan dilakukan.
27. Upah pokok adalah imbalan berupa uang yang merupakan bagian dari upah
yang belum ditambah dengan tunjangan apapun yang diterima oleh pekerja
secara tetap setiap bulan berdasarkan nilai jabatan dan kompetensi pekerja.
28. Tunjangan tetap adalah sesuatu yang diberikan secara rutin, yang diterima
bersamaan dengan upah pokok yang nilainya tidak dipengaruhi oleh faktor
kehadiran pekerja.
29. Tunjangan tidak tetap adalah penghasilan yang diterima yang nilainya
dipengaruhi oleh faktor kehadiran pekerja.
30. Fasilitas adalah sarana, prasarana dan kenikmatan dalam bentuk natura (imbalan
berupa barang/tidak berupa uang), yang disediakan perusahaan untuk
31. Kecelakaan Kerja adalah kecelakaan yang terjadi/timbul dalam dan karena
hubungan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
32. Penghasilan Bruto adalah penerimaan kotor pekerja sebelum dipotong pajak
sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku dan potongan-
potongan wajib lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
33. Masa Kerja adalah jangka waktu seorang bekerja di perusahaan secara tidak
terputus sejak tanggal diterima sebagai pekerja yang dituangkan dalam
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan/atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak
Tertentu (PKWTT).
34. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan pekerja untuk pengusaha dalam suatu
hubungan kerja dengan menerima upah.
35. Kerja Lembur adalah kerja yang dilakukan oleh pekerja di luar jam atau hari
kerja yang telah ditetapkan atas kesepakatan dengan atasan langsung dan sesuai
dengan peraturan/Perundang-undangan yang berlaku.
36. Daerah Usaha adalah seluruh wilayah kerja perusahaan, baik di dalam maupun
di luar perusahaan.
38. Lingkungan Kerja adalah tempat dimana pekerja bekerja sesuai perintah atasan
langsung.
39. Operator adalah pekerja yang bertugas mengoperasikan alat produksi sesuai
dengan keahliannya dan memenuhi persyaratan keselamatan kerja yang
dibuktikan dengan adanya kepemilikan izin mengoperasikan alat produksi yang
diakui oleh perusahaan.
41. Job Site adalah adalah lokasi kerja PT. Pamapersada Nusantara yang merupakan
proyek penambangan atau proyek lainnya dalam jangka waktu tertentu yang
penetapannya ditentukan oleh perusahaan.
43. Support Office (SO) adalah kantor-kantor pendukung kegiatan operasional PT.
Pamapersada Nusantara di luar Head Office dan Job Site yang penetapannya
ditentukan oleh perusahaan.
44. Quality Improvement (QI) adalah suatu upaya untuk melakukan perbaikan di
segala bidang untuk mencapai performance yang diinginkan guna membantu
pertumbuhan dan daya saing perusahaan.
45. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan penyelenggara jaminan
sosial yang dibentuk oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program jaminan
sosial di Indonesia yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
46. Nilai inti adalah sistem nilai-nilai yang diyakini oleh semua pekerja perusahaan
dan yang dipelajari, diterapkan serta dikembangkan secara berkesinambungan,
berfungsi sebagai sistem perekat, dan dijadikan sebagai acuan dalam berperilaku
di perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
47. Waktu Kerja adalah waktu yang digunakan untuk melakukan pekerjaan pada
suatu periode tertentu.
48. Periode Kerja adalah waktu tertentu bagi pekerja/buruh untuk melakukan
pekerjaan.
49. Golden Rules PSMS (Pama Safety Management System) adalah aturan khusus
tentang K3LH yang berlaku dan wajib ditaati oleh setiap pekerja untuk menjaga
keselamatan dan kesehatan kerja baik dirinya maupun lingkungannya dan
apabila kewajiban tersebut tidak dijalankan proses penentuan putusan sanksi
tetap mengacu pada Perjanjian Kerja Bersama.
Pasal 2
Pihak-pihak yang Mengadakan Perjanjian
Pasal 3
Luasnya Perjanjian
(1) PKB ini mengatur hal-hal yang bersifat umum, sedangkan penjabaran hal–hal
yang bersifat teknis, akan diatur tersendiri dengan keputusan Direksi, jika
dipandang perlu mempertimbangkan masukan dari serikat pekerja PAMA dan
hasilnya disosialisasikan kepada pekerja.
(2) PKB ini berlaku bagi semua pekerja dan pengusaha kecuali Komisaris, Direksi,
Expatriat, Purnakarya, Advisor/Konsultan.
(3) Untuk Komisaris, Direksi, Expatriat, Purnakarya, Advisor/Konsultan akan
diatur tersendiri di luar dari PKB dan ditetapkan oleh perusahaan.
Pasal 4
Isi dan Ruang Lingkup PKB
BAB II
SERIKAT PEKERJA
Pasal 5
Pengakuan Hak-hak Perusahaan dan Serikat Pekerja
serta Keanggotaan Serikat Pekerja
(1) Perusahaan mengakui bahwa serikat pekerja adalah serikat yang sah mewakili
dan bertanggung jawab untuk dan atas nama anggota-anggotanya, baik secara
perorangan maupun secara kelompok dalam bidang ketenagakerjaan.
(2) Serikat Pekerja mengakui bahwa pengusaha mempunyai hak untuk memimpin
dan menjalankan usahanya sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan, sepanjang
Pasal 7
Dispensasi Untuk Keperluan Serikat Pekerja
(1) Perusahaan sesuai dengan prosedur yang berlaku dapat memberikan izin
kepada pengurus atau wakil-wakil yang ditunjuk Serikat Pekerja dalam
melaksanakan tugas organisasi atau memenuhi panggilan pemerintah guna
kepentingan organisasi atau kepentingan negara.
(2) Bila seorang pengurus atau anggota Serikat Pekerja dipilih menjadi pengurus
pada perangkat serikat-serikat pekerja yang lebih tinggi, perusahaan sesuai
dengan prosedur yang berlaku dapat memberikan izin untuk kegiatan yang
berkaitan dengan fungsinya tersebut.
Pasal 8
Jaminan Bagi Serikat Pekerja
(1) Pekerja yang dipilih sebagai pengurus Serikat Pekerja atau yang ditunjuk oleh
pengurus untuk menjadi wakil Serikat Pekerja tidak akan mendapat tekanan
langsung maupun tidak langsung dari perusahaan/atasannya karena
menjalankan fungsinya sepanjang tidak bertentangan dengan PKB dan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 9
Jaminan Bagi Perusahaan
(1) Serikat Pekerja membantu perusahaan dan berperan serta dalam menegakkan
tata tertib, dan disiplin kerja, implementasi PAMA Management System dan
Nilai Inti sebagai budaya perusahaan untuk menjamin kondusifitas jalannya
operasi perusahaan.
(2) Serikat Pekerja tidak mencampuri urusan perusahaan yang tidak ada kaitannya
dengan hubungan ketenagakerjaan.
(3) Serikat Pekerja menyadari bahwa tindakan pemogokan dan memperlambat kerja
adalah tidak sesuai dengan semangat hubungan industrial yang berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945, oleh karena itu tindakan tersebut akan dihindarkan
dan bila terjadi perselisihan yang tidak terpecahkan maka mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 10
Pertemuan Rutin dan Insidentil
Pasal 11
Penerimaan Pekerja
Pasal 12
Golongan Pekerja
Pasal 13
Penempatan, Mutasi dan Prosedurnya
(4) Mutasi bukanlah merupakan tindakan hukuman dan pelaksanaannya tidak akan
mengurangi hak-hak pekerja termasuk hak untuk mendapatkan promosi jabatan,
kenaikan upah dan catatan prestasi kerja seperti yang diatur dalam PKB ini.
(5) Pelaksanaan mutasi terlebih dahulu wajib disampaikan dengan pekerja yang
bersangkutan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum tanggal pelaksanaan,
kecuali dalam keadaan mendesak sesuai dengan kebutuhan operasional.
(6) Untuk setiap mutasi pekerja, perusahaaan menanggung biaya mutasi, yang
pelaksanaannya ditetapkan dalam ketentuan tersendiri.
(7) Setiap mutasi ditetapkan dengan surat keputusan yang ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang.
Pasal 14
Penilaian Prestasi Kerja
(1) Penilaian prestasi kerja /Individual Performance Planning and Appraisal (IPPA)
untuk Non Operator dan Non Mekanik .
a. Penilaian prestasi kerja dilakukan dua kali dalam setahun oleh atasan
langsung dan satu tingkat di atas atasan langsung dan ditindaklanjuti
dengan pembinaan dan konsultasi (coaching and counseling).
b. Hal-hal yang dinilai dalam penilaian prestasi kerja meliputi antara lain:
kualitas kerja, kuantitas kerja, inisiatif kerja, hubungan kerja, disiplin kerja.
c. Pelaksanaan penilaian prestasi kerja dilakukan dengan menggunakan
lembaran penilaian prestasi yang telah ditetapkan atau melalui IPPA online
dan atasan memberitahukan hasil penilaian ke bawahannya yang dinilai
tersebut.
b. Hal-hal yang dinilai dalam penilaian prestasi kerja meliputi antara lain:
produktifitas, safety, keahlian (versatility), dan disiplin kerja.
Pasal 15
Promosi Jabatan
Pasal 16
Pekerja Suami Istri dalam Perusahaan
(1) Pada dasarnya pekerja suami istri dalam perusahaan diperbolehkan sepanjang
tidak terjadi pertentangan kepentingan (conflict of interest). Namun apabila terjadi
pertentangan kepentingan, maka pekerja wajib mendahulukan kepentingan
perusahaan.
(2) Apabila karena alasan tertentu pekerja tidak dapat mendahulukan kepentingan
perusahaan, maka perusahaan dapat mengambil tindakan guna mencegah
terjadinya pertentangan kepentingan tersebut.
(3) Pengaturan fasilitas bagi pekerja suami istri dalam perusahaan diatur dalam
ketentuan tersendiri.
Pasal 17
Umum
Periode kerja dan waktu kerja dalam perusahaan diatur sebagai berikut:
A. Head Office:
1. Periode Kerja 5 : 2, yang berarti 5 (lima) hari kerja berturut-turut 2 (dua)
hari istirahat, sesuai dengan Pasal 77 ayat (2) huruf b Undang-Undang
Nomor: 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Waktu Kerja Produktif 8 jam/hari : 40 jam/minggu
3. Pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat sebagai berikut :
- Senin s/d Kamis : pukul 07.30 s/d pukul 16.30.
Istirahat : pukul 12.00 s/d pukul 13.00.
- Jum’at : pukul 07.30 s/d pukul 17.00.
Istirahat : pukul 11.30 s/d pukul 13.00.
- Sabtu dan Minggu : Istirahat Mingguan.
B. Support Office:
1. Periode Kerja 5 : 2, yang berarti 5 (lima) hari kerja berturut-turut 2 (dua)
hari istirahat sesuai dengan Pasal 77 ayat (2) huruf b Undang-Undang
Nomor: 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Waktu Kerja Produktif 8 jam/hari : 40 jam/minggu
3. Pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat sebagai berikut:
- Senin s/d Kamis : pukul 08.00 s/d pukul 17.00.
Istirahat : pukul 12.00 s/d pukul 13.00.
- Jum’at : pukul 08.00 s/d pukul 17.30.
Istirahat : pukul 11.30 s/d pukul 13.00.
- Sabtu dan Minggu : Istirahat Mingguan.
C. Job Site:
1. Sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER-15/MEN/VII/2005
tentang Waktu Kerja dan Istirahat pada Sektor Usaha Pertambangan
Umum pada Daerah Operasi Tertentu maka untuk periode kerja yang
dipakai adalah periode kerja maksimal 10 (sepuluh) minggu berturut-
turut bekerja, dengan 2 (dua) minggu berturut-turut istirahat site dengan
waktu kerja maksimal 12 jam per hari, belum termasuk waktu jam
istirahat.
2. Periode kerja mingguan yang dipakai adalah 6:1, setiap 6 hari kerja diberi
istirahat 1 hari. Apabila pekerja bekerja pada hari istirahatnya maka akan
diperhitungkan sebagai lembur di hari libur.
GOLONGAN/
PANGKAT/ WAKTU KERJA WAKTU ISTIRAHAT
JABATAN
1 dan 2 Hari ke-71 s/d 84 off
P0 – P4 Hari ke-1 s/d 70 (tidak termasuk
G1 – G5 perjalanan)
3, 4 dan 5 Hari ke-57 s/d 70 off
P5 – P10 Hari ke-1 s/d 56 (tidak termasuk
G6 – G11 perjalanan)
Project Manager (PM) Hari ke-43 s/d 54 off
Hari ke-1 s/d 42
Deputy PM (termasuk perjalanan)
Pasal 19
Disiplin Waktu Kerja
(1) Setiap pekerja diwajibkan mencatatkan waktu kehadirannya pada kartu pencatat
waktu (time card recorder) dan atau alat lainnya yang dipergunakan perusahaan,
untuk setiap kali hadir masuk kerja dan pulang kerja. Pencatatan dapat ditulis
tangan dengan sepengetahuan atasan, apabila terjadi hal darurat.
(2) Pekerja yang terlambat datang untuk masuk kerja karena alasan apapun
diharuskan mencatat waktu kedatangannya pada alat pencatat waktu serta
diwajibkan melapor kepada atasan langsungnya dengan menjelaskan sebab
keterlambatannya.
(3) Bila untuk suatu keperluan dinas maupun pribadi di luar lingkungan
perusahaan seorang pekerja harus meninggalkan pekerjaanya untuk sementara
waktu, sebelum pergi harus melapor atau meminta izin kepada atasan
langsungnya, dan setelah kembali pekerja tersebut harus melapor kepada atasan
langsungnya.
(4) Bila seorang pekerja yang karena keperluan dinas maupun pribadi di luar
lingkungan perusahaan terpaksa meninggalkan pekerjaan sebelum waktunya
dan tidak akan kembali lagi, diwajibkan mencatatkan waktu kepergiannya pada
kartu pencatat waktu dan sebelumnya minta izin kepada atasan langsungnya.
(5) Pekerja dilarang :
a. Meminta atau mencatatkan kartu pencatat waktu pekerja yang lain.
b. Memindahkan kartu pencatat waktu pekerja dari tempat yang telah
ditentukan, mengambil atau menyembunyikannya.
c. Mengubah waktu pada kartu pencatat waktu.
d. Berbuat sembrono yang dapat merusak alat pencatat waktu kehadiran.
(6) Pekerja yang berhalangan masuk bekerja diwajibkan memberitahukan kepada
perusahaan melalui atasan langsung atau yang mewakili dengan cara yang
ditentukan perusahaan selambat-lambatnya pada hari kerja ke-2 (kedua) setelah
pekerja tidak masuk bekerja.
(7) Pekerja yang berhalangan masuk kerja karena sakit, diharuskan membuktikan
hal sakitnya dengan surat keterangan dokter.
(8) Pekerja yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah dan dibenarkan menurut
ketentuan ini, maka dianggap mangkir.
(9) Pekerja harus sudah berada di tempat kerja untuk melaksanakan pekerjaannya
pada waktu jam kerja dimulai.
Pasal 20
Kerja Lembur
(1) Kerja Lembur adalah kerja yang dilakukan pekerja di dalam waktu kerja yang
melebihi:
a. Bagi pekerja Head Office : 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam
dalam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja; atau
b. Bagi pekerja Support Office: 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam
dalam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja; atau
c. Bagi pekerja di Job Site:
i. setelah jam ke-7 pada hari ke-1 sampai dengan hari ke-5 dan setelah jam
ke-5 pada hari ke-6 untuk shift I; atau
ii. setelah jam ke-6 pada hari ke-1 sampai dengan hari ke-5 dan setelah jam
ke-5 pada hari ke-6 untuk shift II dan III.
Atau kerja yang dilakukan pada saat:
i. Hari istirahat mingguan.
ii. Hari libur resmi yang ditetapkan pemerintah.
iii. Hari istirahat site, termasuk istirahat di tempat dan istirahat ke Point of
Hire (PoH).
(2) Pelaksanaan kerja lembur dengan didasari Surat Kesepakatan Lembur (SKL)
yang ditandatangani oleh pekerja yang bersangkutan dan atasan langsungnya
serta disetujui oleh Department Head.
(3) Apabila ada pekerjaan yang mendesak untuk diselesaikan, maka setiap pekerja
bersedia kerja lembur pada hari kerja maupun pada hari libur.
(4) Kerja lembur dilakukan atas permintaan atau sepengetahuan atasan langsungnya
kerja lembur pada dasarnya dilakukan pekerja secara sukarela kecuali dalam hal:
a. Keadaan darurat atau bila ada pekerjaan-pekerjaan yang jika tidak segera
diselesaikan akan membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Pekerja gilir terpaksa perlu terus bekerja karena penggantinya belum atau
tidak datang maksimum 3 (tiga) jam.
c. Ada pekerjaan yang bertumpuk dan atau mendesak serta perlu diselesaikan
dengan segera dan apabila ditunda dapat mengganggu kelancaran kegiatan
perusahaan.
Pasal 21
Perhitungan Upah Lembur
(1) Upah lembur hanya diberikan kepada pekerja golongan I, II, III, operator dan
mekanik sampai dengan G8 apabila bekerja lembur berdasarkan Surat
Kesepakatan Lembur.
(2) Komponen upah sebulan dalam perhitungan upah lembur bagi:
a. Pekerja di Kantor Pusat (HO) dan Support Office, termasuk pada saat pekerja
bertugas ke Job Site adalah (Upah Pokok + Tunjangan Tetap).
b. Pekerja di Job Site adalah (Upah Pokok + 26 hari uang lapangan) x 75%.
Apabila upah pokoknya lebih besar dari perkalian di atas maka yang dipakai
upah pokok.
(3) Upah lembur tidak diberikan kepada pekerja yang dalam perjalanan di waktu
dinas, seminar, lokakarya, training dan workshop.
(4) Pembayaran upah lembur dilakukan bersamaan dengan pembayaran upah,
dimana periode perhitungan pembayaran ditetapkan tanggal 16 bulan
sebelumnya sampai dengan tanggal 15 bulan berjalan.
(5) Adapun cara menghitung upah lembur adalah sebagai berikut :
a. Bila kerja lembur dilakukan pada hari kerja, maka:
1. Untuk jam kerja lembur pertama akan dibayarkan upah sebesar 1 ½ (satu
setengah) kali upah per jam.
2. Untuk setiap jam kerja lembur berikutnya akan dibayarkan sebesar 2
(dua) kali upah per jam.
b. Bila hari ke-6 bertepatan dengan hari raya atau libur resmi maka:
1. Untuk setiap jam kerja lembur dari jam ke-1 sampai dengan jam ke-5,
maka akan dibayarkan upah sebesar 2 (dua) kali upah per jam.
2. Untuk kerja lembur pertama setelah 5 (lima) jam pada hari ke-6, maka
akan dibayarkan sebesar 3 (tiga) kali upah per jam.
3. Untuk jam kerja lembur kedua dan seterusnya setelah 5 (lima) jam pada
hari ke-6 (enam), maka akan dibayarkan upah sebesar 4 (empat) kali
upah per jam.
Untuk jam kerja lembur pertama sampai dengan jam lembur ke-5 (lima)
akan dibayarkan upah sebesar 3 (tiga) kali upah per jam.
Untuk jam kerja lembur ke-6 (enam) akan dibayarkan upah sebesar 4
(empat) kali upah per jam.
Untuk jam kerja lembur ke-7 (tujuh) dan seterusnya, maka akan
dibayarkan upah sebesar 5 (lima) kali upah perjam.
Tarif upah lembur pada hari kemerdekaan diberikan kepada seluruh
pekerja yang berhak lembur sedangkan tarif upah lembur pada hari raya
keagamaan diberikan kepada pekerja yang berhak lembur yang bekerja di
hari raya keagamaannya.
Pasal 22
Nilai Inti dan Produktivitas
(1) Perusahaan dan pekerja atau serikat pekerja menyadari dan memahami
pentingnya budaya perusahaan sebagai dasar untuk membangun perusahaan.
(2) Perusahaan dan pekerja atau serikat pekerja berkomitmen untuk
mengimplementasikan nilai inti sebagai budaya perusahaan dalam setiap
perilaku.
(3) Pengusaha dan atau perusahaan bersama-sama pekerja dan atau serikat pekerja
akan melakukan usaha-usaha peningkatan produktivitas dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan perusahaan.
(4) Usaha-usaha yang dilakukan antara lain:
a. Pengusaha bersama pekerja senantiasa meningkatkan disiplin, kualitas dan
kuantitas kerjanya dengan tetap mengutamakan keselamatan dan kesehatan
kerja.
b. Pengusaha bersama pekerja melaksanakan Nilai Inti sebagai budaya
perusahaan, Suggestion System (SS), Quality Control Circle (QCC), Quality
Control Project (QCP), Business Performance Improvement (BPI), GEMBA
KAIZEN sesuai dengan Astra Management System yang dijalankan
perusahaan.
c. Pengusaha memberikan penghargaan kepada kelompok pekerja atau pekerja
yang telah menghasilkan Quality Improvement (QI) yang terbaik seperti:
tour, training, studi banding ke perusahaan-perusahaan yang lebih maju,
baik di dalam maupun di luar negeri.
d. Pengusaha bersama pekerja menemukan gagasan/ide atau metode kerja
baru/ improvement di perusahaan.
e. Pengusaha mendorong pekerja memiliki dan meningkatkan kemampuan
atau keterampilan dalam berbagai bidang pekerjaan yang ada di perusahaan.
f. Setiap Pekerja wajib berusaha mencapai standar/target produktivitas kerja
yang telah ditetapkan sesuai dengan jabatan dan pangkatnya.
g. Pengusaha memberikan penghargaan kepada pekerja yang telah
menghasilkan inovasi terbaik setelah mendapat paten yang tetap dari Dirjen
HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual). Bentuk penghargaan yang diberikan
diatur dengan ketentuan tersendiri.
(5) Guna memberikan rangsangan kepada pekerja tertentu untuk melakukan usaha-
usaha peningkatan produktivitas, maka perusahaan mengusahakan pemberian
insentif produktivitas. Adapun bentuk dan pengaturan lebih lanjut akan
ditetapkan dalam ketentuan tersendiri.
Pasal 23
Umum
Pasal 24
Program Orientasi Pekerja Baru/Mutasi
Pasal 25
Pendidikan Umum Dasar
Pasal 26
Pendidikan Fungsional
Pasal 27
Latihan Kerja
Pasal 28
Fasilitas Pendidikan yang Menunjang Pekerjaan
Pasal 29
Umum
(2) Setiap pekerja berhak atas upah sesuai dengan jabatan, dan golongannya
sebagaimana diatur dalam PKB ini.
(3) Pembayaran upah dilakukan pada setiap akhir bulan yaitu 2 (dua) hari sebelum
akhir bulan yang pelaksanaannya akan diatur dengan ketentuan tersendiri
dengan berpedoman pada Peraturan Perundangan tentang Perlindungan Upah
yang berlaku.
(4) Seluruh penghasilan bruto pekerja setiap bulan akan dipotong pajak penghasilan
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(5) Setiap pekerja berhak mendapatkan bukti SPT PPh 21 setiap tahun melalui HCS
perusahaan.
Pasal 30
Tingkat Kelompok Upah Pokok
Sistem upah pokok bagi pekerja terbagi ke dalam tingkat golongan dan sub-golongan
dimana masing-masing tingkat memuat skala upah pokok yang menunjukan batasan
upah pokok yang berada pada tingkat tersebut. Tingkat kelompok upah pokok atau
struktur dan skala upah dibuat dengan mempertimbangkan kompetensi,
UMP/UMSP/UMSK, pasar tenaga kerja, inflasi, dan termasuk didalamnya
memperhitungkan masa kerja.
Pasal 31
Upah Pokok
(1) Upah Pokok bagi non operator dan non mekanik yang berlaku terdiri dari tujuh
golongan, sedangkan setiap golongan terdiri dari beberapa sub-golongan.
(2) Penetapan, golongan, sub golongan dan tingkatan upah pokok didasarkan atas
job value (nilai jabatan/pekerjaan), masa kerja, tingkat tingginya resiko (bahaya
yang dihadapi) dan kompetensi di dalam perusahaan.
Pasal 33
Fasilitas/Tunjangan
Pasal 34
Perjalanan Dinas
(1) Perjalanan dinas adalah setiap perjalanan pekerja dalam rangka tugas.
(2) Tugas adalah bekerja, training, workshop, seminar, lokakarya, meeting/rapat,
atau penugasan lain sesuai surat tugas dari perusahaan.
(3) Perusahaan berhak menugaskan pekerja untuk melakukan perjalanan dinas dan
dalam hal ini karena sesuatu alasan pekerja terpaksa tidak dapat
menjalankannya, maka diharuskan mengajukan keberatannya kepada pejabat
yang menugaskan.
(4) Pekerja yang ditugaskan untuk melakukan perjalanan dinas, kepadanya akan
diberikan surat tugas yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.
(5) Apabila pekerja melakukan perjalanan dinas, maka akan diberikan uang
perjalanan dinas.
(6) Tata cara pemberian dan besarnya uang perjalanan dinas diatur dalam ketentuan
tersendiri.
(1) Uang lapangan adalah uang yang diberikan kepada pekerja yang hadir dan
bekerja di job site.
(2) Pada dasarnya uang lapangan diberikan untuk menjamin tercapainya
peningkatan produktivitas kerja.
(3) Matriks pengaturan uang perjalanan dinas (UPD) dan uang lapangan (ULAP)
bagi pekerja yang melakukan perjalanan dinas adalah sebagai berikut:
(4) Tata cara pemberian dan besarnya uang lapangan diatur dalam ketentuan
tersendiri.
(5) Dalam hari yang sama UPD dan ULAP tidak dapat diberlakukan secara
bersamaan.
Pasal 36
Pembayaran Upah Selama Pekerja Sakit
(1) Perusahaan membayar upah dan tunjangan-tunjangan yang tidak terkait dengan
kehadiran kepada pekerja yang tidak dapat melaksanakan pekerjaannya dalam
keadaan sakit berdasarkan keterangan dokter.
(2) Dalam hal pekerja menderita sakit/dirawat di rumah sakit/di rumah di bawah
pengawasan dokter sehingga karenanya tidak dapat melaksanakan pekerjaannya
untuk jangka waktu lama, maka selama itu perusahaan akan membayar upah
pekerja menurut ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Upah tiap bulan selama
Masa kerja Lama sakit
sakit/dirawat
3 bulan keatas 6 bulan pertama 100 % X upah sebulan
6 bulan kedua 75 % X upah sebulan
Dalam hal terjadi penahanan oleh pihak yang berwajib terhadap seorang pekerja,
maka perusahaan akan membayarkan upah (upah pokok dan tunjangan-tunjangan
yang tidak terkait dengan kehadiran) kepada pekerja menurut ketentuan sebagai
berikut:
1. Selama penahanan yang tidak ada hubungannya dengan kepentingan
perusahaan, maka pekerja masih berhak atas upah dengan perhitungan sebagai
berikut :
Pasal 38
Tunjangan Hari Raya (THR)
(1) Setiap tahun perusahaan memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) pada Hari
Raya Idul Fitri kepada setiap pekerja.
(2) Pekerja yang telah mencapai masa kerja minimal 1 (satu) bulan pada hari raya
tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Satu bulan upah bagi pekerja yang telah mencapai masa kerja genap atau
lebih dari tiga bulan.
b. Dua per tiga dari upah sebulan bagi pekerja yang telah mencapai masa kerja
genap dua bulan, tetapi kurang dari tiga bulan.
c. Sepertiga dari upah sebulan bagi pekerja yang telah mencapai masa kerja
genap satu bulan, tetapi kurang dari dua bulan.
d. Komponen upah sebulan dalam perhitungan THR adalah :
1. Pekerja Head Office dan Support Office adalah upah pokok ditambah
tunjangan transport
2. Pekerja di Jobsite:
a) Bagi yang tidak mendapat tunjangan jabatan adalah upah pokok
ditambah jumlah tertentu yang akan ditetapkan dalam keputusan
tersendiri yang tidak terpisahkan dari PKB ini.
b) Bagi pekerja yang mendapat tunjangan jabatan adalah upah pokok
ditambah tunjangan jabatan.
Pasal 39
Insentif
Bagi pekerja dengan posisi dan jabatan tertentu, perusahaan memberikan insentif.
Besar insentif dan tata cara pelaksanaannya diatur dalam ketentuan tersendiri yang
tidak terpisahkan dari PKB ini.
Pasal 41
Umum
Kondisi pekerja yang sehat diyakini perusahaan akan lebih mampu meningkatkan
produktivitas sebagaimana yang diharapkan. Demikian pula keluarga pekerja yang
sehat akan memberikan semangat, gairah dan ketenangan kerja bagi pekerja dalam
menjalankan tugas perusahaan. Oleh karena itu perusahaan memberikan perhatian
yang layak dan wajar terhadap kondisi kesehatan para pekerja dan keluarganya.
Pasal 42
Bantuan Pengobatan
Pasal 43
Bantuan Kacamata, Lensa Kontak, dan Operasi Lasik
(1) Bantuan kacamata, lensa kontak dan operasi lasik diberikan kepada pekerja dan
keluarganya yang memerlukan berdasarkan resep dokter (untuk yang pertama
kali).
(2) Saat berlakunya bantuan kacamata, lensa kontak dan operasi lasik adalah saat
pekerja terdaftar sebagai pekerja di PT. Pamapersada Nusantara, sedangkan
bagi keluarga pekerja setelah melewati masa kerja 3 (tiga) bulan.
(3) Tata cara dan besarnya bantuan kacamata diatur dalam ketentuan tersendiri.
(4) Penggantian lensa dilakukan paling cepat 1 (satu) tahun sekali kecuali atas
rekomendasi dari dokter dan untuk penggantian bingkai (frame) dilakukan
paling cepat 2 (dua) tahun sekali.
(5) Perlakuan atas pemakaian lensa kontak (contact lens) sama dengan ketentuan
ayat (1), (2) dan (3) Pasal ini.
Pasal 44
Bantuan Perawatan Rumah Sakit
(1) Perawatan dan pengobatan di rumah sakit untuk pekerja dan keluarganya
menjadi tanggungan perusahaan. Acuan pelaksanaan dan standar rumah sakit
meliputi: kamar inap, kamar operasi dan honor dokter, akan diatur dalam
ketentuan tersendiri.
(2) Dalam hal perawatan rumah sakit sebagai akibat kecelakaan kerja, maka
perusahaan bersama BPJS Kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
menjamin biaya perawatan atas diri pekerja.
(7) Bantuan perawatan rumah sakit mencakup biaya-biaya selama di rumah sakit
antara lain :
a. Jasa dokter;
b. Biaya pemeriksaan/pengawasan/kunjungan dokter selama dirawat di rumah
sakit;
c. Biaya pembelian obat-obatan atas dasar resep dokter selama dirawat di rumah
sakit;
d. Biaya rontgen/laboratorium;
e. Biaya operasi termasuk operasi kulit, mata dan gigi dengan tujuan
pengobatan;
f. Biaya operasi yang berhubungan dengan program Keluarga Berencana (KB);
g. Biaya pencabutan gigi;
h. Biaya pengangkutan dengan ambulance dari rumah ke rumah sakit dan atau
dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya atau dari rumah sakit ke rumah atas
rekomendasi dokter yang merawatnya;
i. Biaya imunisasi yang diwajibkan oleh DEPKES;
j. Biaya khitanan;
k. Jenis penyakit kronis/menahun (akut) antara lain: kanker, paru-paru, ginjal,
lever, jantung, kejiwaan, dan lain-lain dengan didasarkan atas surat
rekomendasi dokter dan atas persetujuan dokter perusahaan;
Pasal 45
Bantuan Biaya Terhadap Penyakit Bawaan Dari Lahir
(1) Yang dimaksud dengan penyakit bawaan dari lahir adalah penyakit dari anak
pekerja yang dibawa sejak dalam kandungan/lahir setelah pekerja bekerja di
perusahaan, yang sifatnya akan membahayakan jiwa dari yang bersangkutan
bila tidak segera dioperasi/dirawat di rumah sakit, yaitu: kelainan jantung,
kelainan pencernaan, kelainan otak dan kelainan susunan syaraf.
(2) Besar bantuan biaya yang ditanggung perusahaan adalah 100% dari biaya yang
dikeluarkan dengan standar rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan,
meliputi: kelas kamar, biaya kamar operasi dan biaya dokter sebagai patokan
tarif.
Pasal 46
Pengobatan dan Perawatan di Luar Negeri / Luar Daerah
Bantuan biaya persalinan diberikan oleh perusahaan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Setelah pekerja mencapai masa kerja 3 (tiga) bulan;
b. Diberikan sesuai dengan peristiwa persalinan/kelahiran anak sejak pekerja
terdaftar sebagai pekerja perusahaan, dan bukan berdasarkan urutan
kelahiran anak dalam keluarga pekerja.
c. Berlaku sampai empat kali kelahiran dari seorang istri yang sah, terdaftar di
HCS perusahaan, dengan perincian bantuan biaya sebagai berikut :
1. Persalinan ke-1 (satu) sampai ke-3 (tiga) : 100% ditanggung
perusahaan;
2. Persalinan ke-4 (empat) : 50% ditanggung
perusahaan dan 50% ditanggung pekerja;
3. Persalinan ke-5 (lima), dst : 100% ditanggung
pekerja.
d. Pekerja wajib menyerahkan surat keterangan kelahiran kepada HCS
perusahaan;
e. Besarnya penggantian biaya persalinan berdasarkan golongan, sebagaimana
diatur pada Pasal 44.
Dalam hal keguguran atau pengguguran kandungan atas diri istri pekerja atau
pekerja yang didasarkan atas rekomendasi dokter, maka biaya perawatan
digolongkan pada perawatan rumah sakit.
Dalam hal kelahiran yang tidak normal yang diterangkan dengan surat
keterangan dokter dimana harus dilakukan operasi atau cara-cara medis
tertentu, maka bantuan persalinan diberikan berdasarkan bantuan perawatan
rumah sakit.
Pasal 48
Hygiene Perusahaan dan Kesehatan (Hyperkes)
(1) Dari waktu ke waktu perusahaan akan memenuhi dan melaksanakan ketentuan-
ketentuan tentang hygiene perusahaan dan kesehatan bagi pekerja.
(2) Perusahaan akan mengadakan pemeriksaan kesehatan, baik secara berkala
maupun khusus untuk mengetahui sedini mungkin apakah pekerja menderita
sesuatu penyakit yang diakibatkan kerja dan pengaturannya akan ditetapkan
lebih lanjut dalam ketentuan tersendiri.
(3) Pekerja wajib mengikuti Medical Check-up serta tindak lanjut hasil Medical Check-
up yang diselenggarakan oleh perusahaan.
Pasal 49
Keluarga Berencana
Pasal 50
Administrasi Penyelesaian Bantuan Pengobatan, Bantuan Kaca Mata, Bantuan
Perawatan Rumah Sakit, Bantuan Biaya Persalinan, Keluarga Berencana
Pasal 51
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Pasal 52
Asuransi
(1) Untuk mempersiapkan pekerja yang akan menjalani masa pensiun, maka
perusahaan mengikutsertakan seluruh pekerja sebagai peserta Dana Pensiun
Astra (DPA).
(2) Untuk pekerja yang terdaftar pada DPA, maka iuran kepesertaannya dibayarkan
setiap bulan atas nama pekerja dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 3,2% kali upah pokok pekerja, dibayar pekerja dan dipotong langsung dari
upah pokok,
b. Prosentase yang ditanggung oleh pengusaha, ditentukan berdasarkan
perhitungan aktuaris.
(3) Bagi pekerja yang mengikuti Program Simpanan Hari Tua (SIHARTA) dari
Jiwasraya, pembayaran iuran dibayarkan setiap bulan oleh pekerja sebesar
7,5% kali upah pokok pekerja.
(4) Komponen upah sebulan/sehari dalam perhitungan iuran dana pensiun dan
simpanan hari tua adalah upah pokok.
Pasal 54
Sumbangan Pernikahan.
(1) Bagi pekerja yang meninggal akibat kecelakaan kerja, maka kepada ahli warisnya
akan dibayarkan santunan asuransinya, Jaminan Hari Tua (JHT) dari Pihak BPJS,
sumbangan duka cita sebesar satu bulan upah dan hak pensiun dari Dana
Pensiun ASTRA (DPA) .
(2) Bagi Pekerja yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan maka kepada ahli
warisnya akan dibayarkan Jaminan Hari Tua (JHT) dari BPJS, sumbangan duka
cita sebesar satu bulan upah dan hak pensiun dari Dana Pensiun ASTRA (DPA) .
Pasal 56
Fasilitas Olah – Raga
Pasal 57
Usaha Koperasi Pekerja
Usaha koperasi pekerja adalah salah satu sarana peningkatan kesejahteraan
pekerja dalam rangka peningkatan produktivitas kerja.
Perusahaan sesuai dengan kemampuannya ikut mendorong dan membantu ke
arah tumbuh dan berkembangnya usaha koperasi pekerja di perusahaan.
Untuk menghindari adanya konflik kepentingan maka usaha koperasi pekerja
tidak diperbolehkan melakukan transaksi langsung maupun tidak langsung
dengan perusahaan dan pengecualian atas ketentuan ini diatur tersendiri dalam
Surat Keputusan Direksi.
Pasal 59
Rekreasi
Pasal 60
Kerohanian
Pasal 61
Penghargaan
(1) Perusahaan memberikan penghargaaan kepada pekerja yang telah bekerja terus-
menerus di perusahaan berupa :
a. Penghargaan “Karya Bakti Bina Pratama” bagi pekerja yang bermasa kerja 10
tahun.
Pasal 62
Usia Pensiun Dan Masa Persiapan Pensiun
(1) Batas usia pensiun pekerja adalah 55 (lima puluh lima) tahun yang ditetapkan
berdasarkan tanggal, bulan dan tahun kelahiran pekerja yang terdaftar di HCS
perusahaan.
(2) Pekerja yang telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun dengan sendirinya
berakhir hubungan kerjanya dengan perusahaan dan dinyatakan berhenti
dengan hormat.
(3) Bagi pekerja yang akan memasuki usia pensiun, perusahaaan akan memberikan
kesempatan kepada pekerja untuk menjalani masa persiapan pensiun selama 6
(enam) bulan dengan tetap menerima upah pokok. Pelaksanaan masa persiapan
pensiun dilakukan pada saat pekerja berusia 55 (lima puluh lima) tahun kurang
6 (enam) bulan. Adapun pengaturan lebih lanjut akan ditetapkan dalam
ketentuan tersendiri.
(4) Perusahaan memberikan program persiapan pensiun termasuk pelatihan
kewirausahaan kepada pekerja paling lambat sebelum 3 (tiga) tahun masa usia
pensiun.
Pasal 63
Umum
Pasal 64
Cuti Tahunan
(1) Sesuai dengan Pasal 79 (1) Undang-undang No. 13 tahun 2003, maka pekerja
yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan berturut-turut berhak atas cuti
tahunan sebanyak 12 (dua belas) hari kerja dan untuk menggunakannya pekerja
diwajibkan untuk mengajukan permohonan melalui atasan langsungnya
sekurang-kurangnya 1 (satu) minggu sebelum mulai cuti.
(2) Bila setelah jangka waktu 24 (dua puluh empat) bulan dari timbulnya hak cuti
pekerja tidak menggunakannya, maka hak cutinya dinyatakan gugur. Pengusaha
dan pekerja dengan itikad baik akan melakukan upaya penggunaan cuti
tahunan.
(3) Bila pekerja tidak dapat menggunakan hak cutinya karena kegiatan perusahaan
yang tidak dapat ditinggalkan, maka pekerja diwajibkan mengajukan
permohonan cuti ke HCS perusahaan dengan catatan penundaan pelaksanaan
cuti dari atasannya. berdasarkan permohonan tersebut, maka masa kadaluarsa
hak cuti pekerja diperpanjang maksimum selama 6 (enam) bulan.
Pasal 65
Cuti Besar
(1) Pekerja yang telah bekerja 5 (lima) tahun berturut-turut berhak atas cuti besar,
yang lamanya 25 (dua puluh lima) hari kerja, demikian pula bagi pekerja yang
memiliki kelipatan masa kerja 5 (lima) tahun.
(2) Perusahaan memberikan tunjangan cuti besar sebesar 1 (satu) bulan upah pokok
terakhir kepada pekerja yang menjalani cuti besar.
(3) Bila Pekerja tidak menggunakan hak cuti besarnya maka selain berhak atas
tunjangan cuti besar seperti ayat (2) di atas, pekerja juga mendapat kompensasi
sebesar satu kali upah pokok terakhir
(4) Pekerja yang bermaksud menggunakan hak cuti besarnya harus mengajukan
permohonan kepada HCS perusahaan melalui atasan langsungnya 1 (satu) bulan
sebelumnya.
Pasal 66
Cuti Melahirkan
(1) Kepada pekerja wanita yang hamil, perusahaan memberikan cuti selama 3 (tiga)
bulan yang selambat-lambatnya harus diambil 1 ½ (satu setengah) bulan sebelum
dan 1 ½ (satu setengah) bulan sesudah melahirkan.
(2) Bagi pekerja wanita yang mengalami keguguran/gugur kandungan diberikan
waktu istirahat sejak kegugurannya dalam jangka waktu yang didasarkan atas
keterangan dokter/bidan yang memeriksanya dan sesuai dengan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku.
(3) Selama menjalani masa cuti/istirahat tersebut pekerja wanita tetap mendapatkan
upah pokok.
(4) Pelaksanaan cuti melahirkan diajukan secara tertulis sekurang-kurangnya 2 (dua)
minggu di muka dengan melampirkan surat keterangan dari dokter/bidan.
Pasal 67
Izin Tidak Masuk Kerja
(1) Pekerja menurut kebutuhannya dapat diberikan izin tidak masuk bekerja dengan
mendapatkan upah pokok.
(2) Lamanya izin yang dimaksud ditetapkan sebagai berikut :
j. Perusahaan memberikan ijin tidak masuk kerja selama 1 (satu) hari bagi
pekerja yang pindah rumah.
b. Bila ijin tidak masuk kerja tersebut (huruf a sampai dengan huruf i) terjadi di
luar kota, maka diberikan tambahan untuk melakukan perjalanan sampai
pulang-pergi 2 (dua) hari atau maksimum menyesuaikan dengan ketentuan
waktu perjalanan istirahat site masing-masing.
c. Bila untuk keperluan tersebut di atas, dibutuhkan waktu lebih dari yang telah
ditetapkan, maka kelebihannya diperhitungkan pada hak cuti tahunan
pekerja.
Pasal 68
Cuti Haid
Sesuai dengan Pasal 81 Undang-Undang Nomor: 13 Tahun 2003 kepada pekerja
wanita yang merasakan sakit pada waktu haid tidak diwajibkan bekerja pada
hari pertama dan kedua waktu haid, yang disertai dengan surat keterangan
dokter.
Untuk menggunakan hak cuti ini, pekerja harus memberitahukan kepada HCS
perusahaan melalui atasan langsungnya.
Pasal 69
Izin Khusus
(1) Izin untuk mengikuti ujian sidang skripsi bagi pekerja yang akan meraih gelar
Sarjana Muda atau S1 (Strata 1), S2 (Strata 2), S3 (Strata 3) dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Hanya berlaku bagi pekerja tetap dan yang telah mencapai masa kerja 2 (dua)
tahun berturut-turut.
b. Lamanya izin khusus ini maksimum adalah 15 (lima belas) hari kerja dan
berlaku hanya untuk 1 (satu) kali.
c. Bagi pekerja yang belum mencapai masa kerja 2 (dua) tahun, harus
menggunakan hak cuti tahunannya dan bila hak cutinya telah habis, dapat
diberikan izin dengan catatan upah pekerja dipotong secara proporsional.
(2) Khusus untuk kepentingan-kepentingan nasional dan regional dalam rangka
menjalankan tugas negara dalam bidang olah raga, kesenian, pemilu, pekerja
dapat diberikan izin khusus tanpa mengurangi upah pokok.
Pasal 70
Izin Meninggalkan Pekerjaan di Luar Tanggungan Perusahaan.
Bagi pekerja tetap dan yang telah melewati masa kerja 3 (tiga) tahun berturut-turut
dapat diberikan izin meninggalkan pekerjaan di luar tanggungan perusahaan,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pemberian izin khusus ini tidak melebihi 1 (satu) bulan dan hanya satu kali selama
dalam hubungan kerja.
2. Selama pekerja meninggalkan pekerjaannya, perusahaan tidak berkewajiban
untuk membayar upah beserta tunjangan-tunjangannya.
Pasal 71
Hari - hari Libur Resmi
Pasal 72
Umum
(1) Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan kerja pekerja, maka perusahaan
wajib mentaati peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang digariskan oleh
undang-undang/peraturan pemerintah dan Pama Safety Management System
(PSMS) dengan menyediakan alat-alat proteksi/pelindung diri.
(2) Setiap pekerja diwajibkan mentaati peraturan keselamatan dan kesehatan kerja
serta memakai alat-alat pelindung keselamatan kerja yang telah ditetapkan
dalam Pama Safety Management System (PSMS) sesuai dengan tugasnya masing-
masing.
(3) Dalam hal terjadi kecelakaan, maka perusahaan akan melaksanakan semua
ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(4) Panitia Pembina Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup
(P2K3LH) atau disebut juga dengan SHE Committee yang keanggotaannya
terdiri dari unsur-unsur perusahaan dan pekerja, bertugas menyusun dan
menetapkan strategi K3LH di perusahaan, serta memberi arahan langsung untuk
penerapan PSMS.
Pasal 73
Seragam Kerja
Pasal 74
Alat-alat Kerja
(1) Perusahaan menyediakan alat-alat kerja bagi pekerja dengan jenis dan tipe yang
telah ditentukan bagi masing-masing pekerjaan/bagian.
(2) Pekerja diwajibkan menjaga dan merawat alat-alat kerja tersebut, dan
menyimpannya pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
(3) Dalam hal terjadi kerusakan pada alat-alat kerja, sebelum waktu masa pakai
habis sehingga perlu dilakukan penukaran, pekerja diwajibkan menunjukan alat
kerja yang lama/rusak kepada petugas yang ditunjuk oleh perusahaan.
Pasal 75
Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 76
Pemeriksaan Perlengkapan Perlindungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 77
Tata Tertib Registrasi
Setiap pekerja wajib memberitahukan secara tertulis kepada perusahan melalui HCS
perusahaan bila ada perubahan data pribadi yang menyangkut antara lain :
1. Alamat tempat tinggal.
2. Keadaan keluarga (perkawinan, kelahiran, kematian, dan lain-lain).
3. Anggota keluarga yang terdekat.
4. Kartu Tanda Penduduk.
Pasal 78
Keselamatan, Kesehatan Kerja
dan Lingkungan Hidup
Setiap pekerja wajib mentaati dan melaksanakan Pama Safety Management System
(PSMS).
Pasal 79
Tata Tertib Kesehatan dan Kebersihan
(1) Setiap pekerja wajib mentaati peraturan kesehatan dan kebersihan khususnya
dalam 5R (Resik, Rapih, Ringkas, Rawat dan Rajin) di dalam perusahaan.
(2) Waktu menggunakan fasilitas WC, kamar mandi di ruang cuci tangan, pekerja
wajib menggunakan cara-cara yang semestinya dan telah ditentukan oleh
perusahaan dan dilarang mengotorinya dengan tulisan/coretan-coretan, benda
apapun atau merusak/mengubah atau mengambil perlengkapan maupun alat-
alat yang ada dalam ruangan tersebut.
(3) Ketentuan tersebut pada ayat (2) di atas, juga berlaku bagi fasilitas lain seperti
kamar ganti pakaian, tempat ibadah, ruang makan dan sebagainya.
(4) Demi terciptanya kesehatan dan kebersihan, pekerja dilarang:
a. Membuang lap atau sampah di tempat yang bukan semestinya;
b. Membawa masuk ke dalam lingkungan perusahaan barang-barang lain yang
dilarang pemerintah.
c. Mengkonsumsi dan atau membawa masuk minuman keras, narkotika serta
obat-obatan terlarang ke dalam lingkungan perusahaan.
Pasal 81
Tata Tertib Sikap Atasan Terhadap Bawahan
Demi terciptanya disiplin dan keharmonisan kerja dalam perusahaan, maka atasan
harus:
1. Memperlakukan bawahannya dengan sopan, jujur, wajar dan tidak sewenang-
wenang.
2. Memberikan petunjuk kepada bawahannya mengenai pekerjaan yang harus
diperhatikan dan dilaksanakan.
3. Memberikan bimbingan dan dorongan kepada bawahannya untuk meningkatkan
keterampilan kerja, pengetahuan, dan disiplin.
4. Menegur bawahannya yang menyalahi peraturan yang telah ditentukan.
5. Melakukan penilaian terhadap bawahan secara jujur dan obyektif.
6. Terbuka mengenai setiap pertanyaan/umpan balik, dan ide-ide positif
bawahannya sesuai dengan batas kewenangan yang dimilikinya.
7. Bertanggung jawab untuk secepat mungkin memberikan peringatan,
pemberitahuan dan tindakan kepada pekerja perihal pelanggaran atau kesalahan
terhadap peraturan-peraturan dan tata tertib kerja yang dilakukan oleh pekerja.
8. Memberikan keteladanan dalam disiplin dan profesionalitas kerja sesuai dengan
Nilai Inti.
Pasal 82
Tata Tertib Sikap Bawahan Terhadap Atasan
Demi terciptanya disiplin dan keharmonisan kerja dalam perusahaan, maka bawahan
harus:
1. Bersikap sopan, jujur, wajar terhadap atasannya.
2. Melaksanakan tugas yang diberikan atasan dengan sebaik-baiknya.
3. Menanyakan kepada atasannya hal-hal yang belum atau kurang jelas baginya.
Pasal 83
Ruang Lingkup
(7) Pelanggaran yang dikategorikan sebagai perbuatan pidana tidak termasuk dalam
ruang lingkup ini dan sesuai ketentuan akan mengikuti peraturan perundang-
undangan yang berlaku
Bentuk sanksi adalah jenis-jenis sanksi yang diputuskan dan diberikan kepada
pekerja yang melakukan pelanggaran, terdiri dari:
1. Peringatan lisan adalah bentuk sanksi yang berupa teguran, arahan dan
tindakan pembinaan lain yang tidak tertulis dan dilakukan oleh Atasan, yang
ditindaklanjuti dengan dilakukan Coaching & Counseling.
2. Peringatan tertulis adalah bentuk sanksi yang berupa surat peringatan tingkat I,
II, III yang diatur sebagai berikut:
Pasal 85
Penanganan Pelanggaran
Pasal 86
Proses Pencarian Fakta
(1) Proses Pencarian Fakta adalah serangkaian tindakan Tim Pencari Fakta untuk
mencari serta mengumpulkan bukti, dimana bukti tersebut digunakan untuk
membuat terang tentang adanya suatu dugaan pelanggaran.
(2) Yang bertanggung jawab dalam proses pencarian fakta adalah Tim pencari fakta
yang terdiri dari minimal 2 (dua) orang yang ditunjuk oleh atasan. Atasan yang
dimaksud adalah minimal Dept. Head dan atasan tersebut dapat menjadi bagian
dari Tim Pencari Fakta.
(3) Dalam proses pencarian fakta, Tim Pencari Fakta wajib mengundang serikat
pekerja dalam hal proses:
a. Pemeriksaan pekerja yang diduga melakukan pelanggaran;
b. Pemeriksaan tempat kejadian/peristiwa;
Pasal 87
Proses Penentuan Putusan Sanksi
Yang bertanggung jawab dalam proses penentuan putusan sanksi adalah Komisi
Disiplin.
Sebelum sidang komisi disiplin diadakan, atasan berkoordinasi dengan Dept.
Headnya dan departemen terkait, untuk merekomendasikan sanksi yang akan
diputuskan dalam sidang komisi disiplin selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja
sejak berita acara hasil pemeriksaan Tim Pencari Fakta diterima.
Dalam Proses Penentuan Putusan Sanksi, Komisi Disiplin melakukan
pemeriksaan hasil Pencarian Fakta yang berhubungan dengan pelanggaran dan
memutuskan jenis sanksi yang sesuai peraturan PKB ini atas pelanggaran
tersebut.
- Atasan langsung
- Dept. Head Pekerja
Pelanggaran dengan
- Dept. Head terkait Anggota Komisi Disiplin
sanksi SP II
- Atasan langsung
- Dept. Head Pekerja
- HC/HCGS Dept. Head
- Dept. Head terkait
- Industrial Relations Dept.
Pelanggaran dengan Anggota Komisi Disiplin
Head/PIC IR
sanksi SP III dan Serikat Pekerja
- SHE Dept. Head/PIC SHE
yang ditunjuk (apabila
berhubungan dengan
pelanggaran SHE)
- Deputy/Project Manager
- Atasan langsung,
- Dept. Head Pekerja
- HC/HCGS Dept. Head,
- Industrial Relations Dept.
Head/PIC IR
Pelanggaran dengan Anggota Komisi Disiplin
- Dept. Head terkait
sanksi PHK dan Serikat Pekerja
- SHE Dept. Head/PIC SHE
yang ditunjuk (apabila
berhubungan dengan
pelanggaran SHE)
- Deputy/Project Manager
(7) Putusan sanksi diberikan sesuai tahapan sebagaimana dijelaskan pada pasal 84
ayat (2) dan ayat (3), tetapi dapat juga diputuskan tidak berdasarkan tahapannya
tergantung dari kesalahan/pelanggaran yang dilakukan.
Pasal 88
Pelaksanaan Putusan
(1) Pelaksanaan putusan adalah proses pelaksanaan putusan yang telah diputuskan
sidang Komisi Disiplin.
(2) Yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan putusan sidang Komisi Disiplin
adalah atasan langsung atau apabila berhalangan dapat digantikan oleh atasan
yang memiliki kedudukan struktural lebih tinggi.
(3) Pelaksanaan yang dimaksud pada ayat 1 (satu) disampaikan kepada pekerja
selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah pelaksana putusan menerima
Berita Acara sidang Komisi Disiplin.
(4) Untuk setiap Surat Peringatan yang dikeluarkan harus dikirimkan tembusan
kepada serikat pekerja.
(5) Mekanisme dan Tata Cara Proses Pelaksanaan Putusan Sanksi diatur dalam
ketentuan tersendiri.
Pasal 89
Keberatan Terhadap Putusan Sanksi
Pasal 90
Kesalahan atau Pelanggaran dengan Sanksi Surat Peringatan Tingkat I
Pasal 91
Kesalahan atau Pelanggaran dengan Sanksi Surat Peringatan Tingkat II
Pasal 92
Kesalahan atau Pelanggaran dengan Sanksi Surat Peringatan Tingkat III
Kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan pekerja yang dapat diberikan Surat
Peringatan Tingkat III adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pelanggaran yang setara dengan pelanggaran yang diatur dalam
Surat Peringatan 1 atau 2 pada periode Surat Peringatan 2 masih berlaku.
2. Mangkir selama empat hari kerja berturut-turut atau lima hari kerja tidak
berturut-turut dalam satu bulan kalender berjalan.
3. Masih tetap tidak cakap dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan
kepadanya walaupun telah dicoba ditempatkan pada beberapa jenis pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuannya yang dibuktikan dengan hasil evaluasi
sesuai standar prosedur atau aturan-aturan yang berlaku.
4. Mengoperasikan kendaraan, truck, forklift, alat-alat berat lainnya serta
kendaraan angkutan lainnya yang bukan menjadi tugasnya, kecuali pada saat
proses training dan didampingi instruktur atau pekerja lain yang ditunjuk
sebagai instruktur.
5. Mengubah dari kondisi standar atau mengoperasikan peralatan yang bukan
menjadi tugasnya tanpa izin atau perintah atasan langsungnya, kecuali pada saat
proses training dan didampingi instruktur atau pekerja lain yang ditunjuk
sebagai instruktur.
6. Terbukti menyebarkan berita-berita yang tidak benar di dalam lingkungan
perusahaan, yang dapat menimbulkan keresahan diantara sesama pekerja dan
mengakibatkan pekerjaan terganggu.
7. Melepaskan atau memindahkan tanda bahaya tanpa izin.
8. Mengadakan rapat, pidato, propaganda/menempelkan selebaran yang dapat
mengganggu ketertiban dan keamanan di lingkungan perusahaan.
Pasal 93
Dampak Pemberian Sanksi Peringatan Tertulis
Surat
Masa Berlaku
Peringatan Dampak Sanksi
Pembinaan
Tingkat
I 3 bulan - Pernyataan tertulis dari
pekerja untuk tidak
mengulanginya lagi.
- Penangguhan kenaikan
upah dan golongan
sesuai jangka waktu
berlakunya SP I
II 4 bulan - Pernyataan tertulis dari
pekerja untuk tidak
mengulanginya lagi.
- Penangguhan kenaikan
upah dan golongan
sesuai jangka waktu
berlakunya SP II
III 6 bulan - Pernyataan tertulis dari
pekerja untuk tidak
mengulanginya lagi.
- Penangguhan kenaikan
upah dan golongan
sesuai jangka waktu
berlakunya SP III
Pasal 94
Kesalahan atau Pelanggaran dengan Sanksi PHK
(1) Kesalahan atau pelanggaran dilakukan pekerja yang dapat dikenakan Sanksi
Pemutusan Hubungan Kerja, dengan kategori Pelanggaran PKB :
a. Melakukan pelanggaran yang setara dengan pelanggaran yang diatur dalam
Surat Peringatan 1, 2 atau 3 pada periode Surat Peringatan 3 masih berlaku;
(2) Kesalahan atau pelanggaran dilakukan pekerja yang dapat dikenakan sanksi
Pemutusan Hubungan Kerja, dengan alasan mendesak:
a. Terbukti melakukan penipuan, pencurian, atau penggelapan barang dan/atau
uang milik perusahaan;
b. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan sehingga merugikan
perusahaan;
c. Mabuk, meminum minuman keras yang memabukkan, memakai dan atau
mengedarkan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya di lingkungan
perusahaan;
d. Melakukan perbuatan asusila atau perjudian di lingkungan perusahaan;
Pasal 95
Pertimbangan Dalam Proses Penentuan Putusan Sanksi
Dalam proses penentuan putusan sanksi kepada pekerja, Komisi Disiplin akan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Seringnya pengulangan atau frekuensi kesalahan atau pelanggaran.
2. Penilaian kinerja dari pekerja yang bersangkutan
3. Jasa-jasa dan loyalitas pekerja pada perusahaan.
Pasal 96
Ketentuan Khusus
(1) Apabila pekerja melakukan pelanggaran terhadap Golden Rules dan SK Direksi
Khusus yang berlaku di lingkungan perusahaan, maka akan diberikan sanksi
sesuai dengan ketentuan sanksi dalam Golden Rules dan SK Direksi Khusus.
(2) Apabila pekerja melakukan pelanggaran terhadap peraturan customer yang juga
diatur dalam PKB atau peraturan lainnya yang berlaku di lingkungan
perusahaan, maka akan diberikan sanksi sesuai dengan PKB/peraturan yang
berlaku di perusahaan.
Pasal 97
Umum
Pasal 98
PHK Setelah PKWT Berakhir
(1) Apabila PKWT berakhir, pekerja tidak berhak atas uang pesangon, uang
penghargaan masa kerja dan ganti rugi.
(2) Pekerja yang di-PHK seperti tersebut pada ayat (1) pasal ini berhak atas Uang
Penggantian Hak sesuai ketentuan pasal 156 ayat (4) huruf a, b dan d Undang-
Undang Nomor: 13 Tahun 2003.
(3) Pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja seperti yang dijelaskan
dalam pasal ini tetap memperoleh haknya dari BPJS dan Dana Pensiun Astra
(DPA).
Pasal 99
PHK dalam Masa Percobaan
(1) PHK dalam masa percobaan dapat dilakukan setiap saat, baik atas permintaan
pekerja atau perusahaan.
(2) Pekerja tidak berhak atas uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan
ganti rugi.
Pasal 100
PHK Karena Mangkir
(1) Apabila pekerja mangkir selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut atau 6 (enam)
hari kerja tidak berturut-turut dalam 1 (satu) bulan kalender berjalan dan telah
dipanggil 2 (dua) kali secara patut dan tertulis, maka pekerja dikualifikasikan
mengundurkan diri secara sepihak.
(2) Pekerja yang mangkir seperti tersebut pada ayat (1) Pasal ini dengan masa kerja
minimal 3 (tiga) tahun berhak atas uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal
156 ayat 4 huruf a, b dan d Undang-Undang Nomor: 13 tahun 2003 dan uang
pisah sebesar 1 (satu) kali upah pokok.
(3) Pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja seperti yang dijelaskan
dalam pasal ini tetap memperoleh haknya dari BPJS dan Dana Pensiun Astra
(DPA)
Pasal 101
PHK atas Kehendak Pekerja
(1) Jika pekerja ingin berhenti bekerja dari perusahaan maka diharuskan
mengajukan permohonan secara tertulis satu bulan sebelumnya kepada atasan
langsung dengan tembusan ke HCS perusahaan.
(2) Pekerja yang mengundurkan diri seperti tersebut pada ayat 1 pasal ini berhak
menerima uang pisah sebesar tabel di bawah ini. Ketentuan uang pisah ini
berlaku khusus bagi pekerja golongan 1-4D.
Tabel Besaran Uang Pisah (berlaku bagi golongan 1 - 4D)
BESARAN
MASA KERJA
( x Upah)
n < 3 thn -
3 thn ≤ n < 6 thn 2
6 thn ≤ n < 9 thn 3
9 thn ≤ n < 12 thn 4
12 thn ≤ n < 15 thn 5
15 thn ≤ n < 18 thn 6
18 thn ≤ n < 21 thn 7
21 thn ≤ n < 24 thn 8
24 thn ≤ n 10
n : masa kerja
(3) Khusus untuk golongan 4E ke atas berhak atas uang pisah sebesar 1 (satu) kali
upah pokok.
Pasal 102
PHK karena Rasionalisasi (Tutup Proyek/Penurunan Pekerjaan)
(1) Dalam hal terpaksa dilaksanakannya suatu program rasionalisasi karena
penutupan proyek atau penurunan pekerjaan, sehingga kepada pekerja terpaksa
harus dilakukan PHK, maka pekerja berhak atas 3 (tiga) kali uang pesangon
sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2 Undang-Undang Nomor: 13 tahun 2003 dan 1½
(satu setengah) kali uang penghargaan masa kerja sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (3) Undang-Undang Nomor: 13 tahun 2003 dan Uang Penggantian Hak
sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor: 13 tahun 2003 Pasal 156 ayat (4),
disamping apa yang menjadi haknya dari BPJS dan Dana Pensiun Astra (DPA).
(2) Dengan merujuk ayat (1) Pasal ini maka pekerja dan pengusaha sepakat untuk
tidak ada lagi perundingan mengenai penentuan besarnya kompensasi.
Pasal 103
PHK karena Pensiun
(1) Dalam hal pekerja telah mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun akan diminta
meletakkan jabatan dan diberhentikan dengan hormat dari perusahaan dimana
pekerja berhak atas uang tanda terima kasih yang besarnya sesuai tabel berikut:
Tabel Uang Tanda Terima Kasih
BESARAN
MASA KERJA
(x Upah)
n < 3 thn -
3 thn ≤ n < 6 thn 2
6 thn ≤ n < 9 thn 3
9 thn ≤ n < 12 thn 4
12 thn ≤ n < 15 thn 5
15 thn ≤ n < 18 thn 6
18 thn ≤ n < 21 thn 7
21 thn ≤ n < 24 thn 9
24 thn ≤ n < 26 thn 10
26 thn ≤ n < 28 thn 12
28 thn ≤ n < 30 thn 13
30 thn ≤ n < 32 thn 14
32 thn ≤ n < 34 thn 15
34 thn ≤ n < 36 thn 16
n > 36 thn 17
n = masa kerja
(3) Apresiasi khusus sebagaimana ketentuan dalam ayat (2) di atas diberikan
kepada pekerja yang loyal dengan kondite baik / tanpa cela sampai dengan saat
pensiun.
(4) Bagi pekerja yang memasuki usia pensiun maka diberikan penggantian
perumahan serta pengobatan dan perawatan yang besarnya 15 (lima belas)
persen dari uang tanda terima kasih.
(5) Pemberitahuan dilakukan paling lambat enam bulan sebelum mencapai usia
pensiun dan sebagai dasar menentukan usia pekerja adalah tanggal lahir yang
terdaftar di HCS perusahaan.
(6) Apabila besarnya manfaat pensiun DPA yang diterima pekerja, ternyata lebih
kecil daripada total jumlah 2 (dua) kali uang pesangon ditambah 1 (satu) kali
uang penghargaan masa kerja, dan ditambah penggantian perumahan serta
pengobatan dan perawatan sebesar 15 (lima belas) persen dari total jumlah 2
(dua) kali uang pesangon ditambah 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja
yang bersangkutan, sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, maka selisihnya akan dibayar oleh perusahaan;
(7) Manfaat pensiun DPA sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) Pasal ini adalah
manfaat pensiun yang premi/ iurannya dibayar oleh perusahaan;
Pasal 104
PHK karena Tidak Mampu Bekerja dan atau Sakit yang Berkepanjangan
(Medical Unfit)
(1) Dalam hal seorang pekerja tidak mampu bekerja karena sakit berkepanjangan
atau cacat jasmani/rohani/gangguan jiwa melebihi 12 (dua belas) bulan atas
keterangan dokter perusahaan, maka dapat dilakukan PHK dan pekerja berhak
atas uang pesangon 4 (empat) kali terkait dengan ketentuan Pasal 172 jo. 156 ayat
(2) Undang-Undang Nomor: 13 tahun 2003, dan Uang Penghargaan Masa Kerja 2
(dua) kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 3 Undang-Undang Nomor: 13 tahun
2003 dan Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat 4 Undang-
Undang Nomor: 13 tahun 2003 serta hak pekerja dari BPJS dan Dana Pensiun
Astra (DPA).
(2) Apabila pekerja dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja atau
sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter dimana
jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan, maka pekerja yang
bersangkutan tidak boleh dilakukan PHK.
Dalam hal pekerja meninggal dunia, maka hubungan kerjanya dengan perusahaan
putus dengan sendirinya dan kepada ahli warisnya berhak atas 2 (dua) kali Uang
Pesangon sesuai ketentuan pasal 156 ayat 2 Undang-Undang Nomor: 13 tahun 2003
dan 1 (satu) kali Uang Penghargaan Masa Kerja sesuai ketentuan pasal 156 ayat 3
Undang-Undang Nomor: 13 tahun 2003 dan Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan
pasal 156 ayat 4 Undang-Undang Nomor: 13 tahun 2003 dan hak pekerja dari BPJS
dan Dana Pensiun Astra (DPA).
Pasal 106
PHK karena Pelanggaran
Pasal 107
PHK karena Ditahan oleh Pihak yang Berwajib
dan atau Putusan Pengadilan Negeri
Bukan atas Pengaduan Pengusaha
(1) Pekerja yang diputuskan hubungan kerjanya karena ditahan oleh pihak yang
berwajib untuk masa lebih dari 6 (enam) bulan dan atau Putusan Pengadilan
Negeri tidak berhak atas Uang Pesangon dan berhak atas 1 (satu) kali Uang
Penghargaan Masa Kerja sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3) Undang-Undang
Nomor: 13 tahun 2003 serta Uang Penggantian Hak sesuai ketentuan Pasal 156
ayat (4) Undang-Undang Nomor: 13 tahun 2003.
Pasal 108
Pemberhentian Sementara (Skorsing)
(1) Berdasarkan pertimbangan bersama antara perusahaan dan serikat pekerja, maka
demi ketenangan dan kelancaran kerja dalam perusahaan terhadap seorang
pekerja yang sedang dalam proses PHK dapat dikenakan skorsing.
(2) Jangka waktu skorsing yang bersifat mendidik paling lama enam bulan.
(3) Dalam masa menunggu penetapan PHK dari Pengadilan Hubungan Industrial,
maka perusahaan dapat memberlakukan skorsing kepada pekerja dengan tetap
membayar upah pokok dan tunjangan tetap sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 109
Pensiun Dini
(1) Pekerja dapat mengajukan pensiun dini apabila dirasa perlu dikarenakan alasan
pribadi dengan persetujuan perusahaan atau atas permintaan perusahaan
dengan persetujuan kedua belah pihak.
(2) Batasan minimal pengajuan pensiun dini adalah apabila pekerja telah mencapai
masa kerja minimal 15 tahun dan usia pekerja telah mencapai usia minimal 45
tahun.
(3) Pekerja berhak atas uang pesangon 1 (satu) kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat
(2) Undang-Undang Nomor: 13 tahun 2003, uang penghargaan masa kerja 1
(satu) kali sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (3) Undang-Undang Nomor: 13 tahun
2003 dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) Undang-
Undang Nomor: 13 tahun 2003.
(4) Pekerja yang mengajukan pensiun dini sebagaimana tersebut pada ayat (1) dan
(2) Pasal ini tetap memperoleh haknya dari BPJS dan Dana Pensiun Astra (DPA).
Pasal 110
Akibat Berakhirnya Hubungan Kerja
Pasal 111
Umum
Perusahaan dan serikat pekerja bertekad untuk menyelesaikan setiap keluhan dan
pengaduan seorang atau beberapa pekerja secara adil dan secepat mungkin.
Apabila seorang atau beberapa pekerja merasa ada keluhan maka pekerja dapat
menyampaikan pengaduan atau keluhan kepada atasan langsung, atasan yang lebih
tinggi atau serikat pekerja untuk mendapatkan penyelesaian yang terbaik.
Pasal 112
Prosedur Penyelesaian Keluh Kesah
Dalam hal terjadi keluhan-keluhan atau kekurangpuasan dari pekerja atas keadaan-
keadaan tertentu maka sedapat mungkin akan diselesaikan secara musyawarah
dengan prosedur tertib dengan cara menyampaikan kepada atasan masing-masing
melalui tingkatan sebagai berikut
Tingkat Pertama:
Pekerja dapat menyampaikan keluhannya secara lisan atau tulisan kepada atasan
langsung untuk suatu pembahasan. Di dalam pembahasan ini, semua persoalan
diharapkan dapat diselesaikan. Atasan langsung harus memberikan jawaban
penyelesaian dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah keluhan tersebut. Keluhan
tertulis harus dijawab tertulis.
Tingkat Kedua:
Apabila suatu penyelesaian belum dicapai antara pekerja dan atasan langsung,
pekerja dalam waktu 4 (empat) hari kerja sesudah menerima jawaban dari atasan
langsung, harus meneruskannya secara tertulis kepada section head dengan
tembusan kepada dept head langsung.
Section Head dengan bantuan dept. head akan memberikan jawaban tertulis kepada
pekerja atas keluhannya dalam waktu 4 (empat) hari kerja setelah keluhan tersebut
diterima oleh section head.
Tingkat Ketiga:
Apabila suatu penyelesaian belum dicapai antara pekerja dan section head langsung,
pekerja dalam waktu 4 (empat) hari kerja sesudah menerima jawaban dari section
Dept Head dengan bantuan HCGS Dept. Head akan memberikan jawaban tertulis
kepada pekerja atas keluhannya dalam waktu 4 (empat) hari kerja setelah keluhan
tersebut diterima oleh dept head. pada tingkat ini, seorang pengurus serikat pekerja
boleh hadir dalam pembahasan baik diminta maupun tidak.
Tingkat Keempat:
Apabila suatu penyelesaian belum dicapai antara pekerja dan dept head langsung,
maka pekerja dalam waktu 4 (empat) hari kerja sesudah menerima jawaban dari dept
head, harus meneruskannya secara tertulis kepada project manager.
Project Manager atau petugas yang ditunjuk harus memberikan jawaban tertulis
kepada pekerja atas keluhannya dalam waktu 4 (empat) hari kerja setelah keluhan
tersebut diterima.
Apabila masih juga belum mendapat penyelesaian dari pihak manajemen maka
pekerja bersama serikat pekerja dapat menyelesaikannya sesuai dengan prosedur
yang berlaku dengan mengedepankan azas musyawarah mufakat dan kekeluargaan.
Pasal 113
Masa berlaku
PKB ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal ditandatangani.
Sebelum tercapainya disepakati PKB yang baru setelah habis masa berlakunya
PKB ini maka PKB ini tetap berlaku sampai ditandatanganinya PKB yang baru
tersebut untuk waktu paling lama satu tahun.
Pihak yang menghendaki perundingan baru mengenai pembaharuan Perjanjian
Kerja Bersama ini harus memberitahukan kepada pihak lainnya dalam waktu
sembilan puluh hari sebelum masa berlaku PKB ini berakhir.
Pasal 114
Perubahan dan Perpanjangan
Jika di dalam pelaksanaan atau masa berlakunya PKB ini diperlukan perubahan atau
pembaharuan atau perpanjangan, maka kedua belah pihak bersepakat
merundingkannya dan diberitahukan kepada pekerja serta didaftarkan ke
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. Mengenai tata cara
perundingan, para pihak sepakat untuk menyesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 115
Ketentuan Penutup
(1) Perjanjian Kerja Bersama ini tunduk dan patuh pada hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
(2) Perjanjian Kerja Bersama ini ditandatangani pada hari Jum’at, tanggal 27 April
2018 dan berlaku sejak ditandatangani sampai dengan tanggal 26 April 2020.