Anda di halaman 1dari 39

LINCOLN AUTO LUBRICATING

Additional

People Development
Komposisi Grease

2
Komposisi Grease

Penyusunan Grease

Greases adalah Pelumas yang


mempunyai wujud semi-liquid
hingga mendekati padat.

3
Komposisi Grease

Penyusunan Grease
Base oil: Additives:
Mineral Oils (90% of application) Stabilizer
Synthetic (polyalphaolefin, Ester, Silicon) Anti Oxidants
Vegetable/Biodegradable Corrosion inhibitor
Anti-Wear & EP additives
Thickening Agent: Solid Lubricants : Molybdenum Disulphide &
Lithium & Lithium Complex graphite Powder.
Calcium & Calcium Complex Tackifiers : Meningkatkan surface adhesion properti
Sodium  Poly-iso-butenes
Aluminium Complex
Inorganic : Bentonite, Silica, Hectorite (High Temp)
Organic: Polyurea

4
Komposisi Grease

ASTM D288 “Standard Definitions of Terms Relating to


Grease structure Petroleum”)
Grease adalah campuran/mix dari :
> 80 % lubrican cair, merupakan virgin oil, atau semi cair
atau wax atau bahan sintetis
Lithium Soap-base Calcium Soap- > 10 % thickener , atau disebut “body of grease”, terbuat
grease base grease dari mettalic soap : al
o Calsium : bersifat water resistance, low shock.
o Sodium : hight shock tapi kurang bersifat water
resistance
o Lithium : multy purpose
> 10 % additive, bahan tambahan untuk memperbaiki
sifat grease sbg :
· antioksidasi/oxidation inhibitor
· pencegah karat/ rust inhibitor
· extreme pressure

5
Komposisi Grease

Properti Aliran
Grease Property
Konsistensis, Pengukuran terhadap kehalusan dan kekakuan
menggunakan piramida metal, di pengaruhi oleh Temp,
Thickener, Base oil, dan working condition

Kesetabilan mekanikal, Kemampuan grease untuk bertahan


terhadap perubahan kosistensi selama operasi/mechanical
work. Di ukur dengan membandingkan konsistensi sebelum dan
sesudah grease di kondisikan di grease worker untuk waktu
tertentu.

Droping Point, Temperatur grease dimana base oil mulai


berpisah dari campuran.

6
Komposisi Grease

Advantage & Disadvantage


• Keuntungan:
• Grease dapat dengan mudah diletakkan di tempatnya dan bertahan di posisinya.
• Grease tetap pada tempatnya saat machine berhenti, sehingga protection terhadap wear saat machine
startup lebih baik.
• Sealing ability, perlindungan terhadap corrosion dan minimum terjadinya leaking
• Kebersihan : oil cenderung bocor & terpercik, grease tidak food factory, pharmaceutical, & textile.
• Kerugian:
• Grease tidak mampu melepaskan panas se-efektive oli
• Contaminant: Grease dengan mudah terkontaminasi oleh debu, geram, product oksidasi, etc.
• Keterbatasan design: Terbatas untuk bearing yang beroperasi pada kecepatan rendah ke
menengah.Mengeringkan udara di dalam ruangan dengan cara memindahkan panas. Hal ini akan
menyebabkan uap air yang terkandung di dalam udara akan berkondensasi (kelembaban yang rendah)

7
Komposisi Grease

Pemilihan Grease
Rekomendasi OEM : Sebagai panduan yang utama untuk menentukan grease yang tepat untuk specific
applikasi.

Kecepatan : Grease ditujukan untuk melumasi bearing dengan kecepatan relative rendah. Grease harus mampu
masuk kedalam celah ball/roller bearing untuk membentuk oil film. NLGI 2 biasa di pilih untuk applikasi ini.

Ukuran Bearing
Beban : Beberapa grease di design untuk applikasi dengan Shock load maupun Extreme Pressure (EP).

Temperature Operasi
Lingkungan : Coal mine & Quarry umumnya menggunakan grease juga sebagai sealing dari dirt. Lingkungan
yang tinggi intensitas water wash menggunakan grease dengan ability water wash yang tinggi

8
Komposisi Grease
Plain Bearing/Journal Bearing :
Pemilihan Grease
Grease umumnya digunakan karena design yang umumnya membuat
Grease for Plain Bearing & Gear
kecendrungan pelumas untuk Bocor/keluar system. Aplikasi dengan heavy load
dan low speed cocok dengan grease.
Design yang umumnya Ter-expose ke lingkungan rentan tehadap kontaminasi
dan ini bisa di minimalkan dengan menggunakan grease.
. Grease untuk Gear :

Umumnya digunakan untuk applikasi gear :


1. Ukuran kecil
2. Kecepatan rendah
3. Tidak menghasilkan panas yang berlebihan.
4. Aplikasi design yang mensyaratkan tidak boleh ada kebocoran/percikan
juga cocok menggunakan grease.
5. Intermittent operation

9
Komposisi Grease

System penamaan grease


Penamaan Shell Grease SUFFIX 1 SUFFIX 1 (Contruction.) SUFFIX 2
FAMILY BRAND NAME: CD = Chassis TC = Thread Compound S = Synthetic
CF = Cold forging WB = Wheel bearing Q = Quiet
SUFFIX 1: - SUFFIX 2: NLGI CS = Centralized System WP = Water pump B = Biodegradable
EP = Extreme Pressure WR = Water Resistant X = Solid lubricant
EV = Extreme velocity SD = Severe Duty (e.g.. MoS2)
EG: ALVANIA HDX2
GL = Gear Lubricant LF = Lead Free
ALVANIA = Industrial Medium Temp HD = Heavy Duty OGH = Open Gear Heavy
HD = Heavy Duty HV = High Velocity
JB = Journal Bearing
X = Solid lubricant (MoS2)
LA = Low speed Axle
2 = NLGI 2 Grade LX = Lithium Complex
RL = Regular load (non EP)
STC = Storage & Thread Compound

10
BASIC LINCOLN

11
Basic Lincoln

Spesification
Lincoln Automatic Lubrication System adalah system
pelumas/ greasing bertekanan yang menyuplai
sejumlah grease bertekanan pada titik pelumasan
yang dituju. Sistem ini dikontrol dengan sebuah timer
electric yang mana sinyal menuju solenoid valve
menyebabkan bekerjanya grease pump secara
hydraulic (electric over hydraulic system).
Komponen-komponennya terdiri dari; valve, pump
dan reservoir/canister.
Basic Lincoln

Pengertian dasar

Sistem hydraulic pump ini dirancang untuk dipergunakan dengan system tekanan sehingga
grease akan terpusat pada tank dan di distribusikan ke semua bushing dengan system SINGLE
LINE atau system jalur tunggal.

Pada pompa ini menggunakan type Double Acting Pump yang artinya saat piston naik ataupun
turun maka proses pumping grease akan terjadi.
Basic Lincoln

Auto lubricant System Schematic


Lincoln Automatic Lubrication System

15
Lincoln Automatic Lubrication System

Hydraulically Powered Reciprocating Cylinder and Pump


Lincoln Automatic Lubrication System

Hydraulically Powered Reciprocating Cylinder and Pump

Theory ratio output pump adalah 18 :1 artinya apabila piston pompa


bergerak naik turun atau pumping selama 18 kali maka akan
menghasilkan 1 siklus komplit pelumasan.

Ingat untuk melakukan pumping tersebut piston naik ataupun turun


akan menghasilkan output grease.
Maximun ressure output pump adalah 360 bar. Pastikan semua bushing
tidak buntu atau tersendat sehingga dengan pressure grease 360 bar
dapat terlumasi.
Lincoln Automatic Lubrication System

Combination Valve Body


a) Solenoid Valve 24VDC (SV1 & SV2) digunakan untuk mengontrol hydraulic pump.
Solenoid Valve SV1 (9), mengontrol supply grease yang menuju ke pressure reducing valve dan vent valve.
Solenoid Valve SV2 (8), mengarahkan grease menuju hydraulic cylinder yang memfungsikan grease pump.

b. Pressure Reducing Valve (10) menurunkan pressure grease pada range kerja dari hydraulic pump cylinder. Valve
ini di set oleh pabrik pada maksimum pressure 300 PSI (2069 kPa), namun demikian masih bisa di set lebih
rendah.

c. Cylinder Pressure Gauge (2) menunjukkan tekanan grease yang menuju ke pump cylinder setelah melalui
pressure reducing valve.

d. Orifice Fitting Assembly (4) mengukur tekanan hydraulic dari pressure reducing valve menuju bagian atas dari
vent valve assy (ini memungkinkan vent valve bekerja stabil, tanpa hentakan). Fitting ini dipasangkan pada bagian
samping dari Valve VBody (3) dan dihubungkan dengan hose ¼ in. bertekanan tinggi pada bagian atas dari Vent
Valve Assy (11).
Lincoln Automatic Lubrication System

Pump Cycle Timer


Pump Cycle Timer disebut sebagai timer ‘Flasher’, karena didalamnya terdapat LED yang
menyala saat ada power yang menuju ke SV2
Pump Cycle Timer ini dipasang pada solenoid SV2 yang membangkitkan sinyal pulsa dalam waktu
tertentu yang mana menyebabkan valve dalam solenoid bergerak on/off (buka/tutup).
Pergerakan dari valve ini merubah arah aliran grease di dalam cylinder pump dari atas ke bawah
dan sebaliknya, menyebabkan piston pump grease bergerak naik turun atau memompa
Lincoln Automatic Lubrication System

Grease Reservoir
Canister atau Reservoir dipasang pada deck bagian kanan di sebelah cabinet hydraulic persis di
atas suspensi depan kanan. Reservoir ini berkapasitas 7,7 gal. atau 60 lbs. (27 kg) grease.

Vent Valve
Ketika solenoid SV1 mendapat arus, tekanan hydraulic menutup Vent Valve, dan juga
menyebabkan pump bekerja.
Pump bekerja hingga solenoid SV1 putus arus/off. Ketika hal ini terjadi tekanan hydraulic
terputus menyebabkan Vent Valve terbuka. Tekanan grease drop hingga 0 dan injector kembali
mengisi untuk langkah berikutnya.
Lincoln Automatic Lubrication System

System Timer 24 VDC Solid State


Timer ini mengirim sinyal 24 VDC dengan interval waktu untuk menghidupkan solenfoid valve
yang menyebabkan pump grease bekerja. Timer ini dipasang dalam cabin (di dalam housing di
bawah seat penumpang/sebelah kanan operator) untuk menjaga temperature tetap stabil. Range
temperature kerjanya adalah -20ºF - 131ºF (-29º - 55ºC).

Lube Injectors
Masing-masing injector mengalirkan sejumlah grease bertekanan yang diatur menuju ke titik
pelumasan.
Lincoln Automatic Lubrication System

Safety Unloader Relief Valve (tidak terlihat)


Berada di bagian belakang dari vent valve. Unloader Relief Valve ini di desain untuk membuka
jika tekanan di dalam jalur grease meningkat hingga 4000 PSI (27,5 MPa)*. Jika valve ini terbuka
maka grease akan mengalir keluar.
• Catatan: Valve ini tidak bisa di adjust

WARNING: Tekanan melebihi 3500 PSI (24,1 MPa) akan merusak komponen dan/atau
menyebabkan komponen pecah, yang bisa menyebabkan kecelakaan serius pada personal
yang berdekatan.
Lincoln Basic Operation

23
Lincoln Basic Operation

System Operation
1. Selama unit beroperasi, dengan pump dan timer pada kondisi standby, setting waktu intervalnya (2,5 – 80
menit).
2. Solid state system timer mengirim sinyal 24 VDC untuk menyalakan SV1, dan juga flash timer pada SV2.
3. Dengan terbukanya SV1, grease bertekanan mengalir melalui pressure reducing valve dan menuju ke SV2.
4. Pressure reducing valve menurunkan tekanan grease hingga mencapai tekanan kerja pump hydraulic [tekanan
maximum 300 PSI (2069 kPa)]. Tekanan ini juga memberikan sinyal/sensor pada Vent Valve hingga valve ini
menutup.
5. Setelah tekanan direduce, pressure akan menuju ke SV2. Setiap SV2 bekerja, akan menggerakkan cylinder
hydraulic yang mana grease pump akan bekerja. Dengan bekerjanya SV2 ‘On’ dan ‘Off’ secara bergantian (lihat
pada cycle timer/flasher di bawah), hal ini akan merubah arah gerakan cylinder hydraulic bolak-balik yang
menyebabkan gerakan memompa.
6. Cycle timer/flasher mengirim sinyal pulsa 1 detik ‘On’ dan 1 detik ‘Off’ (dan bisa diadjust) menuju ke SV2.
Solenoid valve SV2 melangsungkan grease menuju ke pump 30 kali per menit (30 cycle/menit).
Lincoln Basic Operation

System Operation
7. Dengan tertutupnya vent valve, pump bekerja hingga tekanan grease mencapai tekanan maksimum output
pump* (pump stall). Saat saluran grease mencapai tekanan maksimum, injector akan menyemprotkan grease
pada titik pelumasannya.
WARNING: Tekanan maksimum Pump Tidak Boleh Lebih dari 3500 PSI (24,1 MPa). Tekanan yang melebihi batasan
ini akan merusak komponen dan/atau menyebabkan komponen pecah, yang bisa menyebabkan kecelakaan serius
pada personal yang berdekatan.
8. Setelah 75 detik, Solid State System Timer kembali stanby dengan memutus sinyal menuju solenoid valve SV1.
9. Dengan terputusnya sinyal menuju SV1, supply hydraulic menuju pressure reducing valve dan vent valve juga
terputus yang menebabkan vent valve terbuka.
10. Ketika vent valve terbuka, tekanan dalam saluran grease akan dibebaskan kembali ke reservoir sehingga
tekanannya turun hingga 0. Sehingga, injector dapat kembali mengisi untuk putaran berikutnya.
11. Saat ini system stand by dan siap untuk putaran pelumasan berikutnya, dan urutannya akan kembali diulang-
ulang.
Lincoln Basic Operation

System Priming
Agar bekerja dengan baik system/ saluran harus penuh dengan grease dan bebas dari udara terjebak. Setelah
melakukan perawatan, jika saluran primer atau sekunder diganti, perlu dilakukan pemancingan/ bleeding/ buang
angin.
Isi tabung dengan grease jika perlu.
Lepas plug dari semua saluran dan injector manifold paling ujung.
CATATAN: Untuk mengaktifkan grease pump saat priming, putar starting switch ‘ON’ dan hubungkan kabel jumper
antara terminal ‘LUBE SW’ dan ‘SOL’ pada solid state timer.
Aktifkan grease pump hingga grease mengalir ke semua plug pada system yang dibuka. Pasang kembali plug yang
dilepas.
Ulangi langkah 3 hingga semua jalur penuh dan pasang semua plug.
CATATAN: Isi semua jalur dengan grease sebelum menghubungkan saluran outlet injector menuju bearing. Hal ini
akan mencegah/mengurangi langkah pemompaan sepanjang 1,0 in (25 mm) tiap langkah antara injector dan fitting
pada bearing.
Lincoln Basic Operation

System Checkout
Untuk memeriksa system operasinya (tidak termasuk timer), lakukan seperti berikut:
1. Putar kunci kontak ‘Off’ dan matikan engine untuk mematikan system.
2. Putar kunci kontak ‘On’ dan hidupkan engine untuk menghidupkan system.
3. Angkat kursi penumpang, dan hubungkan terminal ‘SOL’ dan ‘LUBE SW’ pada 24 VDC timer solid state
lube. Pump harus bekerja.
CATATAN: Jika identifikasi terminal pada solid state timer tidak jelas, lihat pada Figur 4-11 untuk posisi
terminalnya.
4. Biarkan kabel jamper terhubung hingga pump kondisi stall.
5. Awasi pressure gauge 5000 PSI (35 MPa) pada jalur supply grease. Tekanan harus mencapai 2500 –
3000 PSI (17,2 – 20,7 MPa).
WARNING!: Tekanan maksimum Pump Tidak Boleh Lebih dari 3500 PSI (24,1 MPa). Tekanan yang
melebihi batasan
Lincoln Basic Operation

Prosedure set Pressure Reducing Valve


1. Setelah kunci kintak ‘Off’, engine mati dan accumulator steering bleeddown, pasang pressure
gauge 5000 PSI (35MPa) pada jalur supply
2. Pada Hydarulic Bleeddown Manifold, lepas bleeddown solenoid. (Hal ini akan mencegah
accumulator bleeddown saat engine dimatikan, pada langkah 4).
3. Hidupkan engine, setelah pressure steering dan brake stabil, tarik lever retarder hingga posisi
penuh untuk mengaktifkan brake.
4. Putar kunci kontak ‘Off” untuk mematikan engine. Kemudian putar kunci kontak posisi ‘On”.
5. Angkat kursi penumpang dan hubungkan terminal ‘SOL’ dan ‘LUBE sw’ pada 24 VDC solid
state timer. Pump harus bekerja, dan biarkan kabel terhubung hingga pompa stall.
6. Perhatikan pressure gauge 5000 PSI (35 MPa) pada jalur supply grease. Tekanan harus
sebesar 2500 – 3000 PSI (17,2 – 20,7 MPa).
7. Sementara kabel jumper terpasang, periksalah apakah hal-hal berikut terjadi:
Lincoln Basic Operation

Prosedure set Pressure Reducing Valve


a) Pump mulai memompa dan LED pada flasher unit di bagian atas dari SV2 menyala ‘On’ dan ‘Off’
dengan interval waktu sekitar 1 detik.
b) Semua injector memompa ke bawah.
c) Pump mencapai kondisi stall tanpa tanda-tanda pergerakan piston.
8. Putar kunci kontak ‘Off’ dan lepas kabel jumper yang dipasang pada langkah 5, kemudian periksalah
hal-hal berikut:
a) Pressure pada Cylinder Pressure Gauge (2, Figur 4-5) drop hingga 0.
b) Pressure pada gauge pressure grease (dipasang pada langkah 1) drop hingga 0.
c) Semua injector reset (pin indicator bergerak ke atas).
9. Lepas pressure gauge (pada langkah 1).
10.Pada Hydraulic Bleeddown Manifold, pasang kembali Solenoid Bleeddown (dilepas di langkah 4).
Pastikan bahwa hydraulic system dapat bleeddown kembali.
Lincoln Basic Operation

Prosedure 24 VDC Solid State Timer Check


1. Lepas cover dust timer.
CATATAN: Timer dilengkapi dengan pelindung cairan dan debu yang terikat kuat yang mana harus selalu
terpasang selama operasi.
2. Adjust timer pada 5 menit setting interval.
3. Timer harus berputar selama 5 menit saat engine running.
CATATAN: Jika pemeriksaan dilakukan saat start awal masih dingin, cycle pertama akan lebih banyak
sekitar 2 kali lipat dari setting cycle. Cycle-cycle berikutnya harus berada dalam range setting timer.
4. Pemeriksaan tegangan pada timer harus dilakukan jika pemeriksaan di atas menunjukkan tanda-tanda
normal.
a) Pastikan hubungan ground dari timer bersih dan kencang.
b) Dengan kunci kontak posisi on, check tegangan antara ‘BAT (+)’ dan ‘BAT (-)’ pada terminal solid state
timer. Pembacaan normalnya harus 18 – 26 VDC, tergantung apakah engine running atau tidak.
Lincoln Basic Operation

24 VDC Solid State Timer Adjustment


Timer ini diset oleh pabrik pada 2,5 menit interval
(waktu off). Waktu pumping nya sekitar 1 menit,
15 detik. Untuk interval (off time) yang lebih lama
bisa didapatkan dengan memutar Selector Knob
(3, Figur 4-7) sesuai dengan interval yang
diinginkan.
Lincoln Basic Operation

Installation Pump Cycle Timer (Flasher Timer)


Pump Cycle Timer (Flasher Timer):
Pump Cycle Timer dipasang pada solenoid SV2 dan
membangkitkan sinyal pulsa timer untuk mengontrol jumlah
langkah reciprocating dari grease pump.

Pump Cycle Timer (Flasher Timer) Installation


1. Pasang timer pada SV2. Pastikan juga gasketnya terpasang.
2. Hubungkan terminal ‘Sol’ dari Solid State Timer’ dengan kabel
Coklat pada Cycle Timer dan satu kabel dari SV1.
3. Hubungkan kabel putih dari Cycle Timer dengan kabel lain
(gnd) dari SV1. FIGURE 4-9. PUMP CYCLE TIMER
1. Adjustment Screw
2. 2. Red LED (Indicates Timer Has Turned On)
Lincoln Basic Operation

Adjustment Pump Cycle Timer (Flasher Timer)


1. Adjustment screw harus diputar 20 putaran berlawanan arah jarum jam untuk memastikan awal start
minimum.
CATATAN: Timer tidak bisa di adjust di bawah minimum – tambahan putaran kekiri tidak akan berpengaruh.

2. Setiap putaran kekanan/searah jarum jam dari adjustment screw sama dengan sekitar 0,3 detik.
3. Tambahkan jumlah putaran searah jarum jam untuk mendapatkan timing yang diinginkan. Sedikit tambahan
adjustment mungkin diperlukan untuk mendapatkan akurasi yang diperlukan.

CATATAN: Gunakan lampu yang menyala pada cycle timer untuk membantu dalam setting waktu. Lampu akan
menyala saat ada power menuju ke SV2.
Lincoln Basic Operation

FIGURE 4-10. HYDRAULIC SCHEMATIC FOR AUTOMATIC


Hydraulic Schematic For Automatic Lube LUBE
1. Grease Pump Cylinder
2. Grease Pump
3. Grease Reservoir
4. Vent Valve
5. Combination Valve (Pressure Reducing & Solenoid Valves)
6. Solenoid (SV2)
7. Pressure Reducer
8. Solenoid (SV1)
9. Gauge (Cyl. Press.)
10. Safety Unloader Valve
11. Orifice Assembly Fitting
12. Hydraulic Supply
13. Hyd. Tank (Return)
14. Injectors
Lincoln Basic Operation

Typical Electrical Hookup Schematic For Automatic Lube


1. Timer Assembly
2. Combination Valve (Pressure Reducing &
Solenoid Valves)
3. Keyswitch*
4. Relay
5. Timer (solid State)
6. Solenoid (SV1)
7. Solenoid (SV2
8. Battery (24 V)
9. Cycle Timer
* Keyswitch (3) must be closed (“ON”) to
energize Timer (1).
Autolubrication Component

36
Autolubrication Component

Grease Pump
1. Vent valve
2. Pump
3. Follower plate
4. Tube
5. Cover
6. Grease tank
7. Pressure gauge

A. Oil inlet port


B. Grease chamber
C. Grease feed port
(if equipped: with refill function)
D. Grease drain port
(if equipped: with refill function)
T. Pump drain port
Autolubrication Component

Injector distribution valve


1. Adjustment screw
2. Injector body
3. Injector piston
4. Piston spring
5. Slide valve
6. Manifold

Delivery: 0.13 – 1.31 cc/rev


Autolubrication Component

Injectors
Injectors (SL-1)
TYPE SL-1 SERIES INJECTOR a. Masing-masing injector hanya melayani 1 titik
1. Visible Indicator Stem. pelumasan.
2. Adjusting Screw b. Injecor tersedia dalam bentuk bank yang terdiri dari
3. Outlet – 0.125 inN.P.T 2, 3, 4 dan 5 injector dalam satu unit suku cadang.
4. Manifold c. Quantity output injector bisa di adjust:
Maksimum ouput = 0,08 in³ (1,31 cc).
Minimum output = 0,008 in³ (0,13 cc).
d. Pada kasus pump tidak berfungsi, masing-masing
injector dilengkapi dengan fitting grease yang
tertutup sehingga memungkinkan greasing dengan
pump dari luar.

Anda mungkin juga menyukai