Anda di halaman 1dari 39

BAB III

PEMBAHASAN PENGARUH KERUSAKAN SPOOL

DEMAND VALVE KOMATSU HD 465-7

3.1 STEERING SISTEM KOMATSU HD 465-7R HEAVY

Sesuai dengan latar belakang dan tujuan penulisan tugas akhir ini,

pokok permasalahan yang tejadi adalah steering wheel berat pada saat

sedang diputar. Sistem steering merupakan salah satu komponen yang

sangat penting didalam rangkaian power train, dan merupakan safety

divice yang jika dibiarkan kerusakannya akan menyebabkan kecelakaan.

Disini penulis akan membahas permasalahan steering sistem yang

digunakan pada unit Komatsu HD 465-7R.

Kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada steering system pada alat

berat adalah sebagai berikut:

1. Steering wheel berat saat diputar

2. Bunyi benturan keras pada saat steering wheel dibelokkan

3. Steering wheel tidak dapat menjaga posisi tetap lurus pada saat tidak

diputar

4. Turning radius antara roda kanan dan kiri tidak sama

5. Steering arm patah

35
36

3.2 FLOW CHART PENANGANAN AWAL STEERING WHEEL


HEAVY PADA UNIT HD 465-7R

Start
Steering
wheel
Data-data unit yang menjadi asset
masih
seperti unit model, engine model,
berat
dan serial number

Data Kerusakan yang diperoleh dari


laporan operator, daily inspection
Check kebocoran oli pada
dan outstanding
komponen steering system:
Steering pump, hose, demand
Steering wheel berat dan lambat valve, orbitrol, steering
saat dibelokkan cylinder, hydraulic filter

Schedule kan waktu unit untuk


down repair dan persiapkan spare
part
Tidak terdapat
kebocoran
Pemeriksaan secara visual terhadap pada
komponen-komponen yang komponen
berhubungan dengan steering utama steering
sistem system

Check level oli hidrolik

Permasalahan ada di dalam


komponen utama steering
Level Oli
system
Low <
standard
Harus dilakukan pengukuran
untuk mengetahui lebih
spesifik permasalahan ada
Isi oli hydraulic sesuai dimana
standard dan running
test
Finish

Gambar 3.1 Flow chart penanganan awal steering wheel heavy saat diputar
37

3.3 TROUBLE SHOOTING CHART

Jika steering wheel diputar dan


roda bisa bergerak walaupun
lambat artinya orbitrol masih
berfunsi karena ada aliran oli
yang masuk ke steering
cylinder Not OK Kerusakan pada
Orbitrol/steering
valve
Kerusakan pada orbitrol
atau steering valve
Orbitrol masih
OK berfungsi baik

Steering Wheel
Berat saat diputar
Not OK Kerusakan pada demand
valve, steering dan hoist
pump, solusi Replace

Apakah pressure relief valve


mencapai ukuran standard

Demand valve, steering


dan hoist pump dalam
Lakukan pengecekan apakah OK kondisi baik
pressure relief valve 210 kg/cm2

Gambar 3.2 Trouble Shooting Chart

3.3.1 Data-Data Unit

Data-data yang di uraikan di bawah ini merupakan spesifikasi dari

unit Komatsu yang mengalami kerusakan, sehingga unit tersebut tidak

dapat beroperasi dengan baik dan menurunkan performance unit itu

sendiri.
38

Tabel 3.1 Spesifikasi Unit

No Spesifikasi Description
1 Unit Model HD 465-7R
2 Engine Model SAA6D170E-5
6 cylinder, D type, Direct Injection,
3 Engine Type
with Turbo charger and After Cooler
4 Steering system type Orbitrol type (Full hydraulic system)
5 Steering Oil Type SAE 10 (97 liter)
6 Hours Meter 4158

3.4 TAHAPAN PEMERIKSAAN

Sesuai dengan spesifikasi unit diatas permasalahan yang terjadi

pada steering sistem adalah steering wheel berat pada saat sedang

dibelokkan. Hal ini sangat mempengaruhi performance dari unit sendiri.

Kerusakan yang terjadi pada sistem steering karena akibat dari

salah satu komponen yang ada pada sistem steering HD 465-7R tidak

bekerja dengan baik atau mengalami kerusakan, untuk mengetahui

kerusakan terhadap komponen sistem steering tersebut maka harus

dilakukan pemeriksaan, agar dapat diketahui penyebabnya.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui letak kerusakan yang

terjadi terhadap komponen sistem steering, sekaligus menganalisanya.

Prosedur pemeriksaan dilakukan dengan cara, mengoperasikan steering,

memposisikan steering cylinder full stroke (relief pressure steering),

memposisikan hoist cylinder raise (relief pressure hoist). Kemudian

naikkan putaran engine secara bertahap, dan ukur steering relief pressure

pada saat steering cylinder full stroke, standar untuk steering relief

pressure yaitu 210 kg/cm pada saat high idle, untuk relief pressure load
39

sensing yaitu 180-210 kg/cm saat high idle , untuk relief pressure hoist

yaitu 210 10 kg/cm.

3.4.1 Pemeriksaan Steering System Secara Visual

Sebelum menangani permasalahan yang terjadi pada steering

system secara spesifik, sebaiknya melakukan pemeriksaan secara visual

terlebih dahulu. Sebab untuk menangani trouble shooting di mulai dari

hal-hal yang paling sederhana selanjutnya meningkat ke bagian yang

paling spesifik.

Langkah-langkah pemeriksaan secara visual terhadap trouble atau

permasalahan yang terjadi di steering system adalah sebagai berikut :

1. Memeriksa level oli hidrolik, diperiksa saat engine hidup dan hasilnya

setelah diperiksa, oli dalam posisi level dibawah L (low) hampir tidak

kelihatan didalam glass.

2. Periksa semua kebocoran oli hidrolik di steering sistem, seperti tangki

hidrolik, hose dan pipe, hydraulic pump, hydraulic valve, hydraulic

cylinder. Berdasarkan pemeriksaan secara visual tidak terdapat

kebocoran pada komponen-komponen utama steering sistem.

3. Memeriksa strainer pada Steering Dan Hoist pump hasilnya tidak

terdapat pecahan logam halus berarti steering dan hoist pump tidak ada

kerusakan.

4. Memeriksa filter oli hidrolik hasilnya ok atau tidak ada kerusakan dan

tidak buntu.

5. Memeriksa Check valve hasilnya ok dan tidak buntu.


40

3.4.2 Prosedur Pemeriksaan dan Pengukuran Penyebab Steering System

Abnormal (Steering Wheel berat)

Prosedur pemeriksaan dan pengukuran dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui penyebab mengapa steering wheel berat pada saat

diputar, dan mencari komponen yang mengalami kerusakan yang

mengakibatkan steering system pada unit abnormal. Inti pemeriksaan ini

dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi menjadi lebih

spesifik dan langsung ke inti permasalahan, kemudian melakukan langkah

perbaikkan (repair) sebagai penyelesaian akhir untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi agar nantinya permasalahan atau kerusakan

seperti ini tidak terjadi kembali dan memperkecil break down time pada

unit yang bersangkutan.

Diantara presentasi kerusakan yang terjadi pada steering system,

dan dari hasil sample 20 unit Heavy Dump Truck Komatsu, 80% problem

pada steering system adalah steering wheel berat pada saat sedang diputar

dan turning time terlalu lama.

Langkah-langkah pemeriksaan dan pengukuran penyebab steering

unit abnormal di jelaskan secara umum pada gambar 3.3 komponen yang

akan di periksa pada steering system yang berkaitan dengan terjadinya

permasalahan adalah sebagai berikut :

Langkah-langkah pemeriksaan dan pengukuran penyebab steering

unit abnormal di jelaskan secara umum pada gambar 3.3.


41
Start

Level oli
Steering Wheel berat dan di bawah Shut off engine
lambat saat di putar low
Tambahkan Oli hydraulic
Hidupkan mesin (engine
running)
Check Strainer

Check Oil level hydraulic tank

Strainer
Check relief pressure
Hidupkan mesin tidak ada
steering saat steering
(engine running) partikel
cylinder full stroke
logam

Hasil pengukuran pada saat


Low Idle 190 kg/cm
High Idle < 210 kg/cm
Standard High Idle 21010 Internal
kg/cm Leakage pada Ukur load sensing
demand valve valve untuk mengetahu
yang LS valve memberikan
membuat oil pilot ke demand valve
pressure drop

Setelah dilakukan Hasil pengukuran pada saat


overhaul diketahui Low Idle 190 kg/cm2
bawha spool High Idle < 210 kg/cm
Overhaul
demand valve Standard: 180-210 kg/cm
Demand
scratch akibatnya Ket: LS masih bagus karena
Valve
tidak full open membaca sesuai output dari
karena ada internal relief pressure steering
leak
Replace
Demand
valve

Steering Wheel Install Demand Valve


Normal New part

Finish

Gambar 3.3 Flow chart pemeriksaan penyebab steering wheel heavy


42

3.5 LANGKAH PEMERIKSAAN

Langkah pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui komponen

yang rusak, yang bertujauan untuk mengetahui secara akurat letak

kerusakannya.

3.5.1 Pemeriksaan Terhadap Level Oli Hidrolik

Pemeriksaan terhadap level oli hidrolik suatu hal yang penting, oli

hidrolik berfungsi untuk mensuplai tekanan oli pada saat steering

digunakan, maka apabila ada masalah ketidak efektifan pada sistem

steering paling utama dilakukan pemeriksaan adalah level oli hidrolik.

Adapun langakah yang diperlukan untuk melakukan pameriksaan level oli

hidrolik yaitu :

Melihat pada level oli hidrolik yang terdapat disebelah kiri unit

pada tangki oli hidrolik atau pada control panel. Cek levelnya yaitu pada

saat engine running (low idle) oli harus berada pada level diantara L (low)

dan H (high) bagian bawah atau pada saat engine stop oli harus berada

pada level diantara L ( low ) dan H ( high ) bagian atas, pemeriksaan

dilakukan pada saat engine hidup.

Gambar 3.4 Level hydraulic Tank pada saat engine tidak running (foto)
43

3.5.2 Pemeriksaan Relief Pressure Steering

Pemeriksaan relief pressure steering merupakan hal yang penting.

Adapun langkah--langkah pemeriksaannya sebagai berikut:

1. Lepaskan plug sebagaimana di gambarkan pada gambar berikut.

Gambar 3.5 Plug Relief Pressure Steering (foto)

2. Pasang nipple sebagaimana digambarkan pada gambar berikut.

Gambar 3.6 Nipple (foto)


44

3. Hubungkan hose oil pressure gauge rating maksimal yang digunakan

adalah yang bertekanan 40 Mpa (400 kg/cm) pada nipple pada gambar

di atas dan lakukan pengukuran pada saat low idle dan high idle.

Gambar 3.7 Relief pressure steering low idle (foto)

Gambar 3.8 Relief pressure steering high idle (foto)


45

4. Dari langkah-langkah
langkah pemeriksaan tersebut maka di dapat hasil actual

dari relief pressure steering yaitu:

Actual Low Idle : 180 kg/cm

Actual High Idle : 130 kg/cm

Standard Low Idle : 190 10 kg/cm

Standard High Idle : 210 10 kg/cm2

3.5.3 Pemeriksaan Relief Pressure Load Sensing

Pemeriksaan relief pressure load sensing merupakan hal yang

penting, tekanan dari pada oli harus tetap terjaga karena akan sangat

berpengaruh terhadap kerja steering dan hoist untuk itu dilakukan

pemeriksaan relief pressure load sensing.


sensing

Langkah pemeriksaanya adalah sebagai berikut :

1. Lepaskan plug sebagaimana di gambarkan pada gambar


gamba berikut.

Gambar 3.9 Plug Pressure Load Sensing (foto)


46

2. Pasang nipple sebagaimana digambarkan pada gambar berikut.

Gambar 3.10 Nipple (foto)

3. Hubungkan hose oil pressure gauge rating maksimal yang digunakan

adalah yang bertekanan 40 Mpa (400 kg/cm) pada nipple pada gambar

di atas dan lakukan pengukuran pada saat steering cylinder stroke end.

(foto)
Gambar 3.11 Relief pressure load sensing

4. Dari langkah-langkah pemeriksaan tersebut maka di dapat hasil actual

dari relief pressure load sensing yaitu: 130 kg/cm spesifikasi pressure

standard: 180-210 kg/cm.


47

Ket: LS pada Demand valve masih berfungsi dan bekerja


kerja karena dapat

membaca sesuai dengan output dari relief pressure steering.

3.5.4 Pemeriksaan Relief Pressure Hoist

Pemeriksaan relief pressure hoist merupakan hal yang penting,

tekanan yang menuju hoist harus tetap terjaga karena sangat berpengaruh

terhadap kerja steering untuk itu dilakukan pemeriksaan terhadap relief

pressure hoist.

Langkah pemerikasaanya adalah sebagai berikut :

1. Lepaskan plug sebagaimana di gambarkan pada gambar berikut.

Gambar 3.12 Plug relief pressure hoist (foto)

2. Pasang nipple sebagaimana digambarkan pada gambar berikut.

Gambar 3.13 Nipple (foto)


48

3. Hubungkan hose oil pressure gauge rating maksimal yang digunakan

adalah yang bertekanan 40 Mpa (400 kg/cm) pada nipple pada gambar

di atas dan lakukan pengukuran pada saat hoist cylinder raise.

Gambar 3.14 Relief pressure hoist (foto)

4. Dari langkah-langkah pemeriksaan tersebut maka di dapat hasil aktual

dari relief pressure hoist yaitu: 210 kg/cm spesifikasi pressure

standard: 210 10 kg/cm.

3.5.5 Pemeriksaan Check Valve

Pemeriksaan check valve dilakukan untuk mengetahui terjadinya

kebuntuan pada check valve karena buntunya check valve merupakan salah

satu penyebab terjadinya steering berat.

Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

1. Remove check valve

Gambar 3.15 Check Valve (foto)


49

2. Tiup menggunakan tekanan angin dari port A ke B check valve untuk

mengetahui bahwa line check valve tidak buntu.

Gambar 3.16 Port check valve (foto)

3. Setelah ditiup menggunakan tekanan angin dari port A ke B tekanan

angin bisa keluar dan dari port B ke A tekanan angin tidak dapat

keluar. Check valve bagus tidak buntu dapat mengarahkan oil pressure

1 arah (one direction).

3.5.6 Pemeriksaan Steering Dan Hoist Pump

Pemeriksaan pada steering dan hoist pump dilakukan untuk

mengetahui kondisi dari pompa steering dan hoist dapat berfungsi dengan

normal atau tidak dan memastikan oil supply ke hoist dan steering sesuai

dengan standard.

Pompa steering dan hoist merupakan bagian yang penting pada

sistem hidrolik untuk steering dan hoist, karena berfungsi untuk mensuplai

oil hydraulic ke sistem dan merubah tenaga mechanical menjadi tenaga

fluida hidtolik dan bersama komponen hidrolik yang lain membuat oil

pressure.
50

Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

1. Melihat apakah ada kebocoran pada bagian pompa


p steering dan hoist

yangg terdapat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.17 Steering dan Hoist Pump (foto)

2. Ukur relief pressure steering

Hasilnya:

Low Idle : 180 kg/cm

High Idle : 130 kg/cm

Standard : 210 10 kg/cm

3. Ukur relief pressure load sensingnya


sensing

Hasilnya:

High Idle : 130 kg/cm

Standard : 180-210 kg/cm

4. Setelah dilakukan pengukuran dan di dapat hasil yang aktual


ktual antara

relief pressure steering dengan relief pressure load sensing yang

perbandingan input dan outputnya pada saat high idle sama artinya

pompa steering dan hoist pump masih bagus dan masih bekerja

normal.
51

3.5.7 Pemeriksaan Steering Valve (Orbitrol)

Steering valve berfungsi sebagai directional control valve untuk

mengarahkan aliran oli pada saat engine bekerja ( pump bekerja ).

Pemeriksaan steering valve dilakukan untuk mengetahui kondisi

dari steering valve dapat berfungsi dengan normal atau tidak.

Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

1. Ukur relief pressure load sensing dan relief pressure steering jika

relief pressure load sensing dan relief pressure steering hasilnya

berbeda berarti steering valve atau load sensing yang rusak.

2. Melakukan pengukuran relief pressure load sensing dan relief

pressure steering.

Relief pressure load sensing

High Idle : 130 kg/cm

Standard : 180-210 kg/cm

Relief pressure steeringnya

Low Idle : 180 kg/cm

High Idle : 130 kg/cm

Standard : 210 10 kg/cm

3. Dari hasil pengukuran relief pressure load sensing dan relief

pressure steering hasilnya sama berarti steering valve dan load

sensing masih bagus.


52

Gambar 3.18 Steering Valve (foto)

3.5.8 Pemeriksaan Cross Over Relief Valve

Cross over relief valve berfungsi untuk membebaskan atau

meredam abnormal pressure akibat pengaruh dari luar. Pemeriksaan pada

cross over relief valve untuk mengetahui pressure-pressure


pressure yang

abnormal.

Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

1. Melihat apakah ada kebocoran pada hose-hose disekitar cross over

relief valve.

Gambar 3.19 Cross over relief valve (foto)


2. Kemudian dilakukan pemeriksaan pressure oli pada cross over relief

valve.
53

3.5.9 Pemeriksaan Steering Cylinder

Pemeriksaan steering cylinder dilakukan untuk mengetahui apakah

terjadi keausan, kebocoran dan kerusakan pada cylinder steering yang

dapat mengakibatkan steering menjadi berat.

Langkah pemeriksaanya adalah sebagai berikut:

1. Melihat apakah ada kebocoran disekitar cylinder steering.

Gambar 3.20 Steering Cylinder (foto)

2. Check keausan dari rod cylinder dan pelumasannya.

3.5.10 Pemeriksaan Demand Valve

Demand valve berfungsi untuk menjaga agar aliran oli yang

menuju steering system tetap konstan. Pemeriksaan pada demand valve

dilakukan
kan karena demand valve merupakan bagian yang berpengaruh dari

kerja steering system


stem.

Langkah pemeriksaannya adalah sebagai berikut:

1. Lakukan pengukuran relief pressure steering, pengukuran relief

pressure load sensing


sensing, pengukuran relief pressure hoist semua di
diukur

di area demand valve.


valve

2. Remove dan check demand valve


54

Gambar 3.21 Demand valve disassembly (foto)

3.6 PENGUMPULAN DATA

Dari langkah-langkah
langkah langkah pemeriksaan tersebut maka di dapat hasil

yang aktual
tual dari semua pengukuran langsung dari lapangan.

Tabel 3.2 Pengumpulan Data Hasil Pemeriksaan dan Pengukuran

Rpm Hasil
Spesifikasi
No Pemeriksaan Engine & Pengukuran Keterangan
Standard
Arah Aktual
Di antara
Low Idle Di antara tanda
1 Level Oli Hidrolik tanda Min OK
& High Idle Min dan Max
dan Max
Relief Pressure
2 Low Idle 180 kg/cm2 19010 kg/cm2 OK
Steering
Pressure
High Idle 130 kg/cm2 21010 kg/cm2 dibawah
standard
Relief Pressure
3 Low Idle 180 kg/cm2 19010 kg/cm2 OK
Hoist Raise
High Idle 210 kg/cm2 210 kg/cm2 OK

Tidak sesuai
standard
karena
Relief Pressure 180-210
4 High Idle 130 kg/cm2 pressure yang
Load Sensing kg/cm2
di baca
pressure relief
steering
55

18 detik
(steering
5 Turning Time Dari Kanan wheel tidak
4 detik Not OK
Steering ke Kiri dapat full
stroke)
16 deik
(steering
Dari Kiri ke
wheel tidak 4 detik Not OK
Kanan
dapat full
stroke)
Ditiup
Filter Steering dan menggunakan
6 - Tidak Buntu -
Check Valve angin dari port
1&2

3.7 DATA HASIL PEMERIKSAAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap

komponen-komponen yang berkaitan dengan penyebab steering abnormal

(steering berat), maka bab ini akan menjelaskan hasil pemeriksaan untuk

mengetahui letak dari penyebab steering abnormal.

3.7.1 Level Oli Hidrolik

Level oli hidrolik pada saat engine running ada di bawah low

kurang dari standard yang diizinkan.

3.7.2 Relief Pressure Steering

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diatas maka didapatkan

data-data sebagai berikut :

Tabel 3.3 Hasil pemeriksaan relief pressure steering

Aktual hasil Spesifikasi


No Engine Rpm Keterangan
Pengukuran Standard
1 Low Idle 180 kg/cm2 19010 kg/cm2 OK

2 High Idle 130 kg/cm2 21010 kg/cm2 Not OK


56

Dari hasil ini dapat dianalisa bahwa tekanan dari relief pressure

steering tidak standar jadi menyebabkan steering tidak bekerja normal.

3.7.3 Relief Pressure Load Sensing

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diatas maka didapatkan

data-data sebagai berikut :

Tekanan oli pada relief pressure load sensing aktualnya adalah 130

kg/cm, pada saat high idle. Standar: 180-210 kg/cm.

Ket: Load Sensing valve pada Demand valve masih berfungsi dan

bekerja dengan baik karena dapat membaca sesuai dengan pressure output

dari relief pressure steering.

3.7.4 Relief Pressure Hoist

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diatas maka didapatkan

data-data sebagai berikut :

Tekanan oli pada relief pressure steering aktualnya adalah 210

kg/cm. Standar: 210 10 kg/cm

Dari hasil ini dapat dianalisa bahwa relief pressure hoist sesuai

standard jadi penyebab steering heavy itu bukan pengaruh dari relief

pressure hoist pada saat posisi cylinder hoist raise.

3.7.5 Check Valve

Dari hasil pemeriksaan yang dilakukan diatas membuktikan bahwa

kondisi check valve masih bagus karena ketika di tiup menggunakan

tekanan angin check valve tidak buntu.

Dari hasil ini maka mengindikasikan bahwa penyebab steering

heavy itu bukan dari check valve.


57

3.7.6 Steering Dan Hoist Pump

Dari hasil pemeriksaan steering dan hoist pump membuktikan

bahwa kondisi pompa steering dan hoist dalam keadaan normal karena

tidak ada kebocoran pada bagian pompa steering dan hoist.

Setelah dilakukan pengukuran dan di dapat hasil yang aktual antara

relief pressure steering dengan relief pressure load sensing yang

perbandingan input dan outputnya sama, berarti pompa steering dan hoist

pump masih bagus dan masih bekerja dengan baik.

Dari hasil ini maka penyebab steering wheel heavy itu bukan dari

pompa steering dan hoist.

3.7.7 Steering Valve (Orbitrol)

Dari hasil pemeriksaan steering valve membuktikan bahwa kondisi

steering valve dalam keadaan normal karena dari hasil pengukuran relief

pressure load sensing dan relief pressure steering hasilnya sama, berarti

steering valve dan load sensing masih bagus.

Jika relief pressure load sensing dan relief pressure steering

hasilnya berbeda berarti steering valve atau load sensing yang rusak.

Dari hasil ini mengindifikasikan bahwa penyebab steering wheel

heavy itu bukan dari steering valve-nya.

3.7.8 Cross Over Relief Valve

Dari hasil pemeriksaan cross over relief valve membuktikan bahwa

kondisi cross over relief valve tidak ada masalah karena pressure di cross

over relief valve normal dan tidak ada kebocoran di sekitar komponen ini.
58

Dari hasil ini mengindifikasikan bahwa cross over relief valve

dalam keadaan normal dan tidak ada masalah yang dapat meng
mengakibatkan

steering wheel heavy.

3.7.9 Steering Cylinder

Dari hasil pemeriksaan cylinder steering membuktikan bahwa

kondisi cylinder steering dalam keadaan normal karena tidak ada

kebocoran, keausan dan kerusakan pada cylinder steering.

Dari hasil ini mengindifikasikan bahwa cylinder steering normal

dan tidak mempengaruhi


pengaruhi steering wheel heavy.

3.7.10 Demand Valve

Dari hasil pemeriksaan demand valve ditemukan spool demand

valve yang scratch.


scratch

Gambar 3.22 Demand Valve setelah di disassembly


59

Gambar 3.23 Spool Demand Valve Scratch (foto)

Dari
ari hasil ini dapat diidentifikasi bahwa spool demand valve yang

scratch ini yang menyebabkan steering wheel heavy pada saat diputar.

Kerusakan spool demand valve dikarenakan kurangnya pelumasan pada

demand valve,, hal ini dapat dilihat dari level oli hidrolik yang dibawah low

pada saat pemeriksaan karena kurangnya pelumasan akibatnya spool

demand valve bergesekan dengan housing-nya sehingga spooll mengalami

scratch.

Scratch-nya
nya spool demand valve menyebabkan internal
rnal leakage

didalam valve itu sendiri dan membuat spool demand valve tidak mau

terbuka full pada saat high idle sehingga suplai oli dari pompa steering

yang akan di prioritaskan ke steering valve akan berkurang dan pressure-

nya akan turun dan tidak mampu untuk menggerakkan steering cylinder
cylinder.

Mengakibatkan steering wheel menjadi berat saat sedang dibelokkan hal

ini disebabkan karena tekanan oli yang menuju steering valvee dan steering

cylinder tekanannya rendah.


60

3.8 ANALISA HASIL PEMERIKSAAN

Setelah dilakukan pemeriksaan yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya, dari hasil pemeriksaan tersebut dapat dianalisa penyebab

tidak bekerjanya dengan baik steering sistem adalah karena terdapat

scracth pada spool demand valve yang mengakibatkan internal leakage di

dalam demand valve sehingga oil pressure yang berfungsi sebagai pilot

sensing untuk menggerakkan spool demand valve pressure nya akan drop

karena ada kebocoran dan tidak mampu untuk menggerakan spool sampai

full open akibatnya aliran oli dari steering pump tidak dapat sepenuhnya

diprioritaskan ke steering valve untuk diteruskan ke steering cylinder. Oil

pressure yang menuju ke steering valve menjadi tidak lancar sehingga

pressure yang dihasilkan rendah mengakibatkan steering wheel menjadi

berat karena suplai oli yang menuju steering valve kurang.

3.8.1 Analisa Hasil Pemeriksaan Steering System

Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut maka diperoleh data yang

aktual langsung dari hasil pengukuran pada saat pengerjaan trouble

shooting steering abnormal yang diperkirakan kerusakan terjadi pada

Demand Valve karena pada saat pengukuran relief pressure steering tidak

mencapai pressure-nya yaitu:

Low Idle : 180 kg/cm

High Idle : 130 kg/cm

Standard : 210 kg/cm


61

Sedangkan Load Sensing pada Demand valve yang berfungsi

sebagai sensing ke steering valve pressure-nya bagus yaitu 130 kg/cm

(Standard: 180-210 kg/cm).

Karena Load Sensing valve membaca sesuai dengan output dari

steering valve. Jadi ada kemungkinan tidak terjadi trouble pada steering

valve karena kondisi Load Sensing valve yang masih berfungsi atau

bekerja.

3.9 LANGKAH PERBAIKAN

Setelah dilakukan proses pemeriksaan kemudian didapatkan hasil

pemeriksaannya dan selanjutnya dilakukan analisa terhadap penyebab dari

kerusakan, maka dapat disimpulkan bahwa penyebab tidak bekerjanya

dengan baik steering system diakibatkan oleh kerusakan pada spool

demand valve yaitu spool demand valve scratch yang mengakibatkan

internal leakage, untuk itu harus dilakukan perbaikan/penggantian

terhadap komponen spool demand valve yang rusak, maka dilakukan

penggantian part yang rusak dengan part yang baru.

Dalam melakukan penggantian part diharuskan sesuai dengan

prosedurnya adapun langkah yang dilakukan pada saat penggantian part

yaitu sebagai berikut :

1. Uninstall Demand valve assy. P/N: 702-21-01502

2. Uninstall Line filter hydraulic

3. Uninstall Hydraulic filter

4. Install Demand valve assy. P/N: 702-21-01502


62

5. Install Line filter hydraulic

6. Install Hydraulic filter

7. Lakukan flushing hydraulic system

Setelah melakukan langkah perbaikkan dan final inspection,


inspection

kemudian melakukan pemeriksaan secara visual dan pengukuran kembali

yaitu melakukan pengukuran relief pressure steering.

Adapun langkah--langkah pemeriksaannya sebagai berikut:

1. Lepaskan plug sebagaimana di gambarkan pada gambar berikut.

Gambar 3.24 Plug Relief Pressure Steering (foto)

2. Pasang nipple sebagaimana digambarkan pada gambar berikut.

Gambar 3.25 Nipple (foto)


63

3. Hubungkan hose oil pressure gauge dengan maksimal rating yang

digunakan adalah yang bertekanan 40 Mpa (400 kg/cm) pada nipple

pada gambar di atas dan lakukan pengukuran pada saat low idle dan

high idle.

Low Idle High Idle

Gambar 3.26 Relief pressure steering (foto)

Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Relief pressure Steering

Aktual hasil Spesifikasi


No Engine Rpm Keterangan
Pengukuran Standard
1 Low Idle 180 kg/cm2 19010 kg/cm2 OK

2 High Idle 210 kg/cm2 21010 kg/cm2 OK

Setelah melakukan penggantian Demand Valve dikarenakan spool

demand valve scratch dan sangat mempengaruhi performance dari

steering system maka dilakukan kembali pengukuran relief pressure

steering untuk memastikan setting pressure untuk steering sistem sesuai

dengan standard. Dan untuk memastikan bahwa permasalahan yang terjadi

sudah berhasil diperbaiki. Sesuai dengan tabel 3.26 diatas didapat hasil
64

pengukuran Relief pressure steering 180kg/cm2 pada saat Low idle dan

210kg/cm2 pada saat High idle. Hasil setting pressure yang didapat sudah

sesuai dengan spesifikasi standard. Dan setelah dilakukan running test

steering wheel tidak berat lagi saat dibelokkan dan kecepatannya pun

normal. Steering System sudah berfungsi dengan baik, dan permasalah

sudah diatasi.

3.10 PERHITUNGAN RELIABILITY, AVAILABILITY,

MAINTAINABILITY

Kebanyakan industri komoditas, misalnya industri pertambangan

atau pertanian menggunakan alat berat seperti excavator, wheel loader,

tractor, dump truck untuk operasi produksinya (loading, houling, dan

dumping). Operasi produksi tersebut hampir dilakukan setiap hari tanpa

berhenti. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa peran alat-alat berat

tersebut sangat penting dari keberlangsungan operasi industri komoditas.

Alat berat pada industri pertambangan memiliki beban kerja yang

besar. Alat berat ini memiliki karakteristik-karakteristik tertentu sehingga

memerlukan perawatan yang tinggi, yaitu :

1. Memerlukan insvestasi yang besar, sehingga return of asset

(ROA) harus tinggi.

2. Terdiri dari komponen dan teknologi yang kompleks.

3. Memerlukan availabilitas tinggi karena digunakan hampir 24

jam nonstop.

4. Memiliki umur yang panjang.


65

3.10.1 Data Pemeliharaan

Untuk dapat mengukur kinerja pemeliharaan yang terdapat di

workshop, diperlukan data history pemeliharaan peralatan berat selama

tahun 2012. Data pemeliharaan terebut selanjutnya diolah didasarkan atas

parameter-parameter pemeliharaan yang terdapat pada Total Productive

Maintenance (TPM). Parameter-parameter tersebut adalah Overall

Equipment Effectiveness (OEE), Availability (ketersedian alat), Mean

Down Time (Rata-rata waktu kerusakan alat), Mean Time Between

Failures (MTBF), Mean Time To Repair (MTTR). Tabel 3.5 merupakan

history pemeliharaan alat berat selama Januari Desember 2012.

Tabel 3.5 History Pemeliharaan Alat Berat Tahun 2012

Total
Waktu Down Frekuensi
No Alat Model Waktu Alat
Terjadwal Time Down
Beroperasi
Alat (Jam) (Jam) Time
(Jam)
DT 2320 HD 465-7R 5705 1132 4573 47

DT 2321 HD 465-7R 6315 722 5593 35

DT 2322 HD 465-7R 5243 1009 4234 34

DT 2323 HD 465-7R 5945 1774 4171 61

DT 2324 HD 465-7 4193 946 3247 29

DT 2325 HD 465-7 5153 157 4997 17

DT 2326 HD 465-7 3416 130 3286 23

DT 2327 HD 465-7 5589 508 5081 23

DT 2328 HD 785-7 5908 1470 4438 41

DT 2329 HD 785-7 6538 341 6197 51


66

DT 2330 HD 785-7 6440 1083 5357 43

DT 2331 HD 465-7R 3946 343 3603 40

DT 2332 HD 465-7R 3184 178 3006 20

DT 2333 HD 465-7R 7131 243 6888 35

DT 2334 HD 465-7R 3257 964 2293 28

Dari data pemeliharaan ini selanjutnya akan ditentukan besarnya

parameter-parameter TPM sebagai berikut.

3.10.2 Availability (Ketersediaan Alat)

Availability merupakan ukuran besarnya total waktu penggunaan

alat dalam satuan persentase. Availability dihitung dengan menggunakan

persamaan:

   



  100%

  

Sebagai contoh, untuk alat berat dengan nomer alat DT 2320 akan

diperoleh availability sebesar:

5705 $ 1132

  100% 80,16%
5705

Dengan cara yang sama, diperoleh availability untuk semua alat seperti

terlihat di tabel 3.6.

Tabel 3.6 Availability Alat Berat Tahun 2012

No. Alat Model Availability (%)

DT 2320 HD 465-7R 80,16

DT 2321 HD 465-7R 88,57


67

DT 2322 HD 465-7R 80,75

DT 2323 HD 465-7R 70,16

DT 2324 HD 465-7 77,44

DT 2325 HD 465-7 96,96

DT 2326 HD 465-7 96,19

DT 2327 HD 465-7 90,91

DT 2328 HD 785-7 75,12

DT 2329 HD 785-7 94,78

DT 2330 HD 785-7 83,18

DT 2331 HD 465-7R 91,31

DT 2332 HD 465-7R 94,41

DT 2333 HD 465-7R 96,59

DT 2334 HD 465-7R 70,41

3.10.3 Mean Down Time (Rata-Rata Waktu Kerusakan Alat)

Mean Down Time (MDT) adalah waktu rata-rata berhentinya alat

akibat terjadinya kerusakan. MDT dihitung dengan menggunakan

persamaan:

  


*  
*
+,-.  

Sebagai contoh untuk alat berat dengan nomor alat DT 2320 akan

diperoleh MDT sebesar:

1132
*  
* 24,09 1
47
68

Dengan cara yang sama, diperoleh MDT untuk semua alat seperti

terlihat pada tabel 3.7.

Tabel 3.7 Mean Down Time (MDT) Alat Berat Tahun 2012

No. Alat Model Mean Down Time (Jam)

DT 2320 HD 465-7R 24,09

DT 2321 HD 465-7R 20,63

DT 2322 HD 465-7R 29,68

DT 2323 HD 465-7R 29,08

DT 2324 HD 465-7 32,62

DT 2325 HD 465-7 9,21

DT 2326 HD 465-7 5,65

DT 2327 HD 465-7 22,09

DT 2328 HD 785-7 35,85

DT 2329 HD 785-7 6,69

DT 2330 HD 785-7 25,19

DT 2331 HD 465-7R 8,58

DT 2332 HD 465-7R 8,90

DT 2333 HD 465-7R 6,94

DT 2334 HD 465-7R 34,43

3.10.4 Mean Time Between Failure (MTBF)

Mean Time Between Failure (MTBF) adalah waktu rata-rata alat

bekerja sebelum terjadi kerusakan kembali. MTBF dapat dihitung dengan

menggunakan pesamaan:
69

 2 +,


*  2 +,
*2+
3, 45 +,

Sebagai contoh, untuk alat berat dengan nomor alat DT 2320 akan

diperoleh MTBF sebesar:

4573
*  2 +,
*2+ 97,30 1
47

Dengan cara yang sama, diperoleh MTBF untuk semua alat seperti

terlihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8 Mean Time Between Failure (MTBF) Alat Berat Tahun 2012

No. Alat Model MTBF (Jam)


DT 2320 HD 465-7R 97,30
DT 2321 HD 465-7R 159,81
DT 2322 HD 465-7R 124,52
DT 2323 HD 465-7R 68,37
DT 2324 HD 465-7 111,96
DT 2325 HD 465-7 293,91
DT 2326 HD 465-7 142,89
DT 2327 HD 465-7 220,93
DT 2328 HD 785-7 108,25
DT 2329 HD 785-7 121,51
DT 2330 HD 785-7 124,59
DT 2331 HD 465-7R 90,08
DT 2332 HD 465-7R 150,32
DT 2333 HD 465-7R 196,81
DT 2334 HD 465-7R 81,91

3.10.5 Mean Time To Repair (MTTR)

Mean Time To Repair adalah waktu rata-rata alat diperbaiki saat

terjadi kerusakan. MTTR dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:


70

 6, 


*   6,
*
3, 5 6,

Pada workshop yang dijadikan objek penilitian ini, setiap alat yang

telah selesai diperbaiki langsung dikirimkan ke bagian produksi, sehingga

waktu perbaikan tercatat merupakan waktu alat tersebut diberhentikan

(down time). Sehingga Mean Time To Repair (MTTR) sama dengan Mean

Down Time (MDT).

3.10.6 Overall Equipment Effectiveness (OEE)

OEE merupakan besaran inti untuk mengukur keberhasilan dalam

program penerapan Total Productive Maintenance (TPM). Untuk

memperoleh OEE, diperlukan perhitungan Availability (A), Performance

Efficiency (P), dan Rate of Quality (Q) terlebih dahulu. OEE dihitung

dengan menggunakan persamaan:

477 
  8,5, 755
8 

 5 9

Dimana:

   



  100%

  

8,5, 755
8

8,.. 
 100%
46, /,;

8,..  5 


 45 9  100%
8,.. 

Keterangan:

Jumlah Proses (Processed Amount) merupakan perbandingan

antara total hasil produksi dengan kapasitas produksi alat. Waktu operasi
71

(Operating Time) merupakan total waktu beroperasinya alat atau dengan

kata lain total waktu alat beroperasi tanpa henti / mengalami gangguan,

sedangkan siklus waktu toritis alat (Theoritical Cycle Time) merupakan

waktu ideal alat untuk beroperasi dalam satu siklus produksi / proses,

dimana dalam penelitian ini diketahui besarnya adalah 15 menit (0,25

jam). Jumlah produk cacat (Defect Amount) adalah banyaknya produk

yang cacat / rusak selama produksi, baik cacat yang memerlukan pekerjaan

ulang (rework) maupun yang benar-benar telah rusak dan harus dibuang

(scrap). Dalam operasional pertambangan yang diteliti, tidak terdapat

produk yang dapat dikategorikan sebagai produk cacat, baik rework

maupun scrap.

Availability telah dihitung sebelumnya, sehingga hanya Performance

Efficiency (P) dan Rate Of Quality (Q) yang akan dilakukan perhitungan

berikutnya. Sebagai contoh untuk alat berat dengan nomor alat DT 2320

akan diperoleh Performance Efficiency (P) dan Rate Of Quality (Q)

sebagai berikut:

329.903
8,5, 755
8 50  100% 36,07%
4573
0,25

329.903

$0
 45 9
9 50  100% 100%
329.903
50

Sehingga akan diperoleh OEE:

477 80,16%  36,07%  100% 28,91%

Dengan cara yang sama akan diperoleh OEE untuk semua alat seperti

terlihat pada tabel 3.9.


72

Tabel 3.9 Overall Equipment Effectiveness (OEE) Alat Berat Tahun 2012

% Overall Equipment Effectiveness


No. Alat Model
(OEE)

DT 2320 HD 465-7R 28,91

DT 2321 HD 465-7R 31,95

DT 2322 HD 465-7R 29,13

DT 2323 HD 465-7R 25,31

DT 2324 HD 465-7 22,82

DT 2325 HD 465-7 28,57

DT 2326 HD 465-7 28,35

DT 2327 HD 465-7 26,79

DT 2328 HD 785-7 23,60

DT 2329 HD 785-7 29,78

DT 2330 HD 785-7 26,13

DT 2331 HD 465-7R 37,07

DT 2332 HD 465-7R 38,33

DT 2333 HD 465-7R 39,22

DT 2334 HD 465-7R 28,59

Berdasarkan tabel 3.9 dapat diketahui bahwa semua alat memiliki

nilai OEE yang relatif rendah sehingga perlu diketahui cara untuk

memperbaiki kualitas pemeliharaan tersebut. Diketahui bahasa teknis yang

sangat mempengaruhi atribut berdasarkan urutan nilai normalisasi total,

yaitu:
73

1. Memperbaiki proses pemeliharaan

2. Melaksanakan pemeliharaan pencegahan

3. Melatih staff pemeliharaan

4. Melaksanakan test operasional

5. Melaksanakan program overhaul

Hasil analisis diatas dapat diterapkan sebagai rencana kegiatan

yang harus diprioritaskan pengimplementasiannya dalam rangka

meningkatkan kualitas pemeliharaan sekaligus meningkatkan keuntungan

perusahaan (penurunan biaya pemeliharaan), meningkatkan kompetensi

dan niat baik dari seluruh karyawan yang terlibat.

Anda mungkin juga menyukai