Anda di halaman 1dari 39

Lampiran III

Contoh
PERATURAN PERUSAHAAN
PT. .........................................

Pengembangan ketenagakerjaan khususnya Bidang Hubungan Industrial


adalah sangat strategis untuk dapat mendukung kelangsungan dunia usaha
dan mewujudkan kesejahteraan pekerja. Kelangsungan dunia usaha dan
kesejahteraan pekerja adalah dua tujuan yang hendak dicapai secara
bersamaan, sehingga kita tidak dapat memilih atau memprioritaskan
pertumbuhan duania usaha atau mendahulukan kesejahteraan pekerja. Hal
tersebut didasarkan pada pemikiran bahwa antara pengusaha yang mewakili
kepentingan pemilik modal dengan pekerja adalah merupakan dua pihak yang
harus bersatu, sehingga tidak dapat saling meniadakan antara yang satu
dengan yang lainnya. Dalam arti bahwa pengusaha membutuhkan keberadaan
pekerja untuk melakukan proses produksi barang maupun jasa, begitu pula
sebaliknya pekerja tanpa adanya pengusaha tidak mempunyai pekerjaan
untuk dapat menjaga kelangsungan hidup. Sehingga keberadaan antara
pengusaha dan pekerja adalah dua pihak yang saling membutuhkan.

Tujuan Pembangunan Hubungan Industrial sebagaimana disebutkan diatas


hanya dapat dicapai apabila diperusahaan terdapat suasana hubungan
industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan. Kondisi hubungan
industrial harmonis (industial peace) dapat dikatakan harmonis bila di
perusahaan terpenuhi hak dan kewajiban, perselisihan dapat diselesaikan
secara internal di perusahaan melalui musyawarah untuk mufakat dan mogok
kerja atau penutupan perusahaan tidak digunakan untuk memaksakan
kehendak karena perselisihan dapat diselesaikan dengan baik.

Untuk mencapai hubungan industrial harmonis, dinamis dan berkeadilan


maka disusunlah Peraturan Perusahaan untuk dijadikan pedoman/acuan
penentuan syarat-syarat kerja dan kondisi kerja yang paling tepat sebagai
salah satu sarana untuk mewujudkan Hubungan Industri Pancasila.

1
Bahwa untuk maksud itulah serta menyadari sepenuhnya akan tanggung
jawab bersama antara Perusahaan dan Pekerja, maka dengan Rahmat Tuhan
Yang Maha Esa disusunlah Peraturan Perusahaan ini yang bertujuan:
 Mempertegas dan memperjelas hak dan kewajiban Pekerja dan Pengusaha.
 Memperteguh dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis,
dinamis dan berkeadilan dalam Perusahaan.
 Menetapkan syarat-syarat kerja dan keadaan industrial dan atau
hubungan ketenagakerjaan yang belum diatur dalam perundang-
undangan.
 Mengatur tata cara penyelesaian keluh kesah dan perbedaan pendapat
antara Pekerja dengan pihak Perusahaan.
 Meningkatkan produksi dan produktivitas Pekerja.

Berdasarkan hubungan yang harmonis dan saling menghormati, saling


percaya mempercayai, perusahaan bersama-sama dengan pekerja
menyumbangkan darma baktinya untuk ikut dalam program Pembangunan
Nasional secara umum dan khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan
Pekerja dan keluarganya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

PT. ...................

.................................
Pimpinan

2
BAB I
UMUM

Pasal 1
Istilah-istilah

1. PERUSAHAAN adalah PT. ...........adalah Perseroan Terbatas yang berkantor


di ...........Kelurahan ...........Kecamatan ...........Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara yang didirikan dengan akte Notaris ...........termasuk
semua tempat yang berada dibawah pengasuhan dan atau semua tempat
yang dimiliki oleh Perusahaan (tanah, bangunan, kendaraan, mesin dan
sebagainya) dimana dilakukan pekerjaan menurut perintah dari pengusaha,
dengan cabang-cabang di wilayah Sulawesi Tenggara.

2. PENGUSAHA adalah pihak pemberi pekerjaan serta upah di PT. ...........


yang bertanggung Jawab terhadap operasional perusahaan.

3. PIMPINAN PERUSAHAAN adalah mereka yang karena jabatannya


mempunyai fungsi dan tugas memimpin Perusahaan atau bagian dari
Perusahaan atau yang dapat disamakan dengan itu dan mempunyai
wewenang mewakili Perusahaan baik kedalam maupun keluar.

4. ATASAN LANGSUNG adalah Pejabat Perusahaan yang karena jabatannya


mempunyai tanggung jawab secara langsung terhadap karyawan
dibagiannya.

5. KARYAWAN/PEKERJA adalah karyawan/karyawati yang memenuhi


persyaratan yang telah ditentukan, dan sudah diangkat/dipekerjakan
sesuai Surat Keputusan Pimpinan Perusahaan dan/atau Perjanjian Kerja
sebagai pihak yang menerima upah/gaji dengan klasifikasi sebagai berikut:
- Karyawan/Pekerja Tetap:
Adalah Karyawan/Karyawati yang terikat dalam hubungan kerja yang
tidak terbatas waktunya dalam perusahaan (PKWTT)
- Karyawan/Pekerja kontrak :
Adalah karyawan/karyawati yang terikat dalam hubungan kerja dengan
perusahaan dalam jangka waktu terbatas yang diatur dalam suatu
perjanjian tertulis (PKWT).

6. KELUARGA adalah :
a. Suami/istri adalah suami/istri yang sah dari karyawan, dan dalam hal
karyawan mempunyai suami/istri lebih dari seorang maka yang diakui
adalah 1 (satu) suami/istri sah yang didaftar dan terdaftar dalam
perusahaan.
b. Anak adalah anak-anak dari karyawan yang memenuhi persyaratran
dibawah ini :
 Anak dari perkawinan yang sah
 Anak angkat yang sah menurut hukum dibuktikan dengan putusan
pengadilan dan yang diakui oleh perusahaan hanya seorang saja.
3
 Anak-anak tersebut sepenuhnya menjadi tanggungan karyawan, belum
kawin, belum bekerja dan masih dibawah umur 21 (dua puluh satu)
tahun.
 Dibatasi sampai dengan anak ketiga.

7. AHLI WARIS adalah keluarga atau orang yang ditunjuk oleh


karyawan/karyawati dan dianggap sah menurut hukum untuk
menyelesaikan semua masalah administrasi yang masih tertinggal/belum
selesai dan/atau menerima setiap pembayaran dalam hal karyawan/
karyawati meninggal dunia. Apabila tidak ada ahli waris atau dalam hal
tidak ada penunjukan ahli warisnya, maka yang berhak menerima segala
jenis pembayaran dari Perusahaan adalah mereka yang diatur menurut
hukum yang berlaku atau ditetapkan berdasarkan keputusan pengadilan.

8. PEKERJAAN adalah kegiatan yang dijalankan oleh karyawan untuk


kepentingan Perusahaan dengan suatu hubungan kerja dan mendapat
imbalan/upah.

9. JAM KERJA adalah jam-jam yang telah ditetapkan oleh Perusahaan untuk
karyawan berada ditempat kerja dan untuk melakukan pekerjaan yang
diperintahkan oleh atasan.

10. WAKTU KERJA SHIF adalah waktu kerja secara


bergiliran yang ditentukan atau diatur terlebih dahulu sesuai kebutuhan
perusahaan

11. HARI DAN JAM KERJA adalah waktu kerja yang


ditetapkan oleh Perusahaan dengan mengacu pada Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

12. KERJA KERJA LEMBUR adalah pekerjaan yang


dilaksanakan diluar jam kerja normal dan/atau yang dilaksanakan pada
hari istrahat mingguan/libur nasional.

13. CUTI adalah waktu tidak bekerja karyawan/karyawati


dengan seizin pimpinan perusahaan setelah memenuhi persyaratan sesuai
dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.

14. HARI LIBUR NASIONAL adalah hari-hari libur yang


ditetapkan oleh Pemerintah RI.

15. HARI ISTRAHAT MINGGUAN adalah hari dimana


karyawan dibebaskan dari pekerjaannya sebagaimana diatur dalam
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

16. IZIN adalah waktu tidak bekerja bagi karyawan oleh


sesuatu hal, yang diberikan dan sepengetahuan Pimpinan perusahaan
yang berpedoman dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4
17. MANGKIR adalah jika karyawan tidak masuk bekerja
tanpa pemberitahuan tertulis dan alasan yang didapat oleh perusahaan,
oleh karna itu karyawan tersebut tidak berhak untuk mendapatkan upah.

18. SANKSI adalah suatu tindakan yang dikenakan


kepada karyawan atas pelanggaran yang dilakukan terhadap peraturan
yang berlaku.

19. KECELAKAAN KERJA adalah kecelakaan yang


terjadi/timbul dalam pekerjaan atau menurut peraturan perundang
undangan yang berlaku.

20. MUTASI adalah perpindahan karyawan dari dan ke


suatu pekerjaan dan atau cabang dan atau afiliasi/anak perusahaan dan
atau lokasi lain.

21. DEMOSI adalah penempatan karyawan yang golongan


jabatan yang lebih rendah dari golongan jabatan sebelumnya.

22. PROMOSI adalah pengangkatan karyawan pada


golongan jabatan yang lebih tinggi dari golongan jabatan sebelumnya.

Pasal 2
Ruang Lingkup Peraturan Perusahaan

1. Peraturan ini terbatas mengenai hal-hal yang umum seperti yang tertera
dalam Peraturan Perusahaan ini tanpa mengurangi hak-hak Perusahaan
dan Karyawan sejauh tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
2. Peraturan Perusahaan ini berlaku bagi semua Karyawan sepanjang syarat-
syarat kerjanyan tidak diatur dalam perjanjian secara khusus yang
disepakati antara Pengusaha dengan Karyawan yang bersangkutan dengan
berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 3
Tanggung Jawab Perusahaan

1. Memberikan balas jasa/upah dan/atau tunjangan-tunjangan dan bentuk


kesejahteraan lainnya yang layak sesuai dengan jasa yang telah diberikan
Karyawan pada Perusahaan berdasarkan kebijakan Perusahaan dengan
berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
2. Mewujudkan ketenangan, ketentraman, peningkatan produktivitas dan
kesejahteraan Karyawan.
3. Mematuhi Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

5
4. Menempatkan dan memberikan penugasan yang dimiliki dan/atau sesuai
kebutuhan Perusahaan.
5. Dst ................

Pasal 4
Tanggung Jawab Karyawan

1. Melaksanakan perintah/pekerjaan yang layak sesuai Job Descrption yang


diberikan berdasarkan kebutuhan Perusahaan.
2. Mencapai suatu prestasi kerja yang telah di tetapkan.
3. Mentaati tata tertib/Peraturan Perusahaan, Perjanjian Kerja dan peraturan-
peraturan lain yang berlaku di Perusahaan dengan berpedoman pada
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
4. Memberikan keterangan yang lengkap dan sebenar-benarnya mengenai
pekerjaan kepada Perusahaan dalam hubungan dengan tugasnya.
5. Menyimpan dan menjaga semua keterangan serta rahasia yang
diketahuinya di lingkungan Perusahaan.
6. Memeriksa dan menjaga barang-barang serta harta milik Perusahaan yang
digunakan atau dipercayakan kepadanya
7. Mengemukakan saran-saran yang bermanfaat bagi Perusahaan kepada
atasannya ataupun melalui saluran lain yang berwenang untuk itu.
8. Dst ..............

Pasal 5
Status Karyawan

Berdasarkan pada sifat dan jangka waktu ikatan kerja yang ada, karyawan
terbagi dalam 3 (Tiga) status karyawan yaitu :

a. Karyawan Tetap (PKWTT)


Adalah karyawan yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,
diterima, dipekerjakan dan diberi upah serta terikat pada hubungan kerja
dengan perusahaan untuk jangka waktu tidak tertentu.

b. Karyawan Tidak Tetap (PKWT)


Adalah karyawan yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan,
diterima, dipekerjakan dan diberi upah serta terikat pada hubungan kerja
dengan perusahaan dalam batas waktu tertentu, dilaksanakan dengan
berpedoman pada Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang
Ketenagakerjaan, Jo. Kepmenakertrans No. KEP. 100/MEN/VI/2004
Tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu.
c. Karyawan Traning
Adalah karyawan yang terikat hubungan kerja dengan perusahaan dengan
perjanjian masa traning.

6
BAB II
HUBUNGAN KERJA

Pasal 6
Persyaratan Umum Penerimaan Karyawan

1. Syarat penerimaan calon karyawan :


a. Warga Negara Indonesia;
b. Berbadan sehat jasmani dan rohani sesuai hasil pemeriksaan dokter
atau dokter yang ditunjuk oleh perusahaan;
c. Berumur minimal 18 tahun
d. Memenuhi kualifikasi yang ditentukan oleh Perusahaan;
e. Mengajukan surat lamaran kerja secara tertulis;
f. Melampirkan daftar riwayat hidup, ijazah pendidikan terakhir dan
pengalaman kerja yang dimiliki;
g. Berkelakuan baik yang dibuktikan dengan surat keterangan kelakuan
baik (SKKB) yang dikeluarkan oleh pihak yang berwajib;
h. Tidak terlibat dalam keanggotaan dari organisasi terlarang;
i. Tidak terikat hubungan kerja dengan pihak lain;
j. Mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
k. Bersedia ditempatkan diseluruh cabang dalam wilayah Sulawesi
Tenggara;
l. Syarat-syarat lain yang akan diberitahukan pada saat penerimaan
karyawan baru.
2. Persyaratan tersebut dapat disesuaikan dengan
keperluan Perusahaan sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Semua pelamar harus
melalui tahapan seleksi, baik tertulis maupun lisan (wawancara) yang telah
ditetapkan oleh Perusahaan sebelum dinyatakan diterima sebagai
karyawan;
3. Dst.....................

Pasal 7
Penerimaan dan Penempatan Kerja

1. Perusahaan akan melakukan proses seleksi bagi calon


karyawan sesuai dengan standar penerimaan karyawan, yang secara
khusus diatur dengan peraturan tersendiri;
2. Perusahaan akan melakukan penempatan bagi calon
karyawan yang diterima, disesuaikan dengan kompetensi karyawan dan
kebutuhan perusahaan
3. Dst................

7
Pasal 8
Masa Percobaan Bagi Karyawan Tetap

1. Penerimaan karyawan baru dilakukan dengan melalui masa percobaan dan


menjelang masa berkhirnya masa percobaan, akan dilakukan evaluasi yang
hasilnya disampaikan kepada karyawan yang bersangkutan.
2. Dikecualikan dari masa percobaan ialah karyawan dengan Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu (PKWT);
3. Lamanya masa percobaan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
diatas paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak karyawan yang
bersangkutan mulai bekerja di perusahaan dan masa percobaan ini hanya
boleh dilakukan untuk satu kali masa percobaan dengan pemberitahuan
secara tertulis;
4. Dalam masa percobaan tersebut, baik perusahaan maupun karyawan
berhak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan
pemberitahuan sekurang-kurangnya 2 (dua) hari sebelumnya, tanpa ada
kewajiban bagi perusahan untuk membayar kompensasi apapun terkecuali
upah yang harus dibayar sampai hari terakhir bekerja.
5. Syarat bagi Karyawan Tetap diatur sebagai berikut :
a. Selama menjadi karyawan tetap, setiap karyawan harus menunjukan
prestasi kerja kepada Perusahaan, yaitu ketepatan waktu masuk kerja,
disiplin kerja, produktivitas kerja, kerjasama, loyalitas, inisiatif,
fungsi kepemimpinan, menyelesaikan setiap pekerjaan dengan benar
dan tepat waktu dll;
b. Perusahaan menghargai prestasi kerja karyawan berupa kenaikan gaji,
atau kenaikan jabatan dan/atau pemberian fasilitas;
c. Karyawan Berhak atas fasilitas-fasilitas Perusahaan yang ditetapkan
oleh Perusahaan sesuai dengan jabatan;
d. Persahaan dapat menawarkan pekerjaan atau jabatan lain kepada
karyawan yang memenuhi kriteria Perusahaan;
e. Selama menjadi karyawan, setiap karyawan dilarang bekerja di
Perusahaan lain baik sebagai karyawan maupun sebagai pemilik
perusahaan atau dilarang mendirikan perusahaan pribadi selama
menjadi karyawan tanpa izin tertulis dari Pimpinan Perusahaan atau
berdagang atau berbisnis baik secara fisik maupun secara online.
f. Apabila Perusahaan dapat membuktikan secara sah dan meyakinkan
bahwa karyawan terbukti melanggar ketentuan pasal 8 ayat (5) Huruf e,
maka perusahaan dapat memberikan sanksi tegas berupa Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) setelah memperoleh penetapan dari Lembaga
Penyelesaiaan Perselisihan Hubungan Industrial;
g. Hubungan kerja antara Pengusaha dan karyawan dinyatakan putus,
apabila karyawan melakukan Kesalahan Berat.
h. Dst....................

Pasal 9
Jabatan, Golongan dan Pangkat

8
1. Berdasarkan pada macam atau sifat pekerjaan yang dijabat oleh karyawan,
maka Perusahaan menetapkan peringkat seorang karyawan di mulai dari
tingkat golongan atau pangkat yang terendah sampai dengan tingkat
golongan dan pangkat yang tertinggi.
2. Pengaturan jabatan, penggolongan dan kepangkatan karyawan diatur
secara terpisah.
3. Dst..........
Pasal 10
Pemindahan Karyawan

1. Perusahaan berwenang memindahkan atau memutasikan karyawan dari


suatu jabatan ke jabatan lain atau dari suatu tempat ketempat yang lain
dilingkungan perusahaan dalam rangka pendayagunaan tenaga serta
tercapainya tujuan perusahaan secara efisien dan secara menyeluruh
dengan tidak mengurangi hak-hak normatif karyawan;
2. Dalam hal seorang karyawan dipindahkan atau dimutasikan, maka
kepada karyawan bersangkutan akan diberitahukan terlebih dahulu dan
pelaksanaannya disesuaikan dengan ketentuan perusahaan yang berlaku.
3. Dst......................

Pasal 11
Promosi Karyawan

1. Perusahaan akan memberikan prioritas kepada karyawan yang


memenuhi persyaratan untuk pengisian jabatan atau golongan yang lebih
tinggi berdasarkan kepada :
a. Kebutuhan Perusahaan;
b. Potensi Karyawan;
c. Prestasi Kerja Karyawan dalam jangka waktu tertentu;
d. Memenuhi syarat-syarat lain yang di tentukan Perusahaan.
2. Bagi karyawan yang mendapat prioritas sebagaimana dimaksud dalam
ayat 1 diatas, akan menjalani masa pemantauan promosi yang lamanya
akan diatur dalam peraturan tersendiri;
3. Apabila karyawan yang bersangkutan tidak lulus masa pemantauaan
promosi, perusahaan akan menempatkan pada jabatan semula atau
ditempatkan pada jabatan lain yang setingkat.
4. Dst............
Pasal 12
Demosi Karyawan

Perusahaan dapat mengambil tindakan berupa pencabutan jabatan dan atau


penurunan golongan dari karyawan yang melakukan perbuatan melanggar
peraturan perusahaan yang berlaku dan atau setelah dilakukan pembinaan
masih tidak berprestasi dengan tetap berpedoman pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pasal 13
Pelatihan dan Pengembangan
9
1. Perusahaan berusaha meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap
mental, cara berpikir dan disiplin karyawan dengan mengadakan pelatihan
dan pengembangan;
2. Pelatihan dan pengembangan karyawan akan disesuaikan dengan
jabatan atau pekerjaan karyawan yang bersangkutan;
3. Karyawan diharuskan mengikuti pelatihan dan pengembangan yang
diadakan oleh perusahaan apabila karyawan yang bersangkutan
dijadwalkan untuk mengikuti pelatihan dan pengembangan tersebut.
4. Dst............

BAB III
HARI KERJA, WAKTU ISTIRAHAT DAN LEMBUR

Pasal 14
Waktu Kerja

1. Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku,


hari kerja di Perusahaan adalah 6 (enam) hari kerja dalam seminggu;
2. Jam kerja di Perusahaan adalah 7 (Tujuh) jam 1 (Satu) hari dan 40
(Empat Puluh) jam dalam seminggu;
3. Penetapan waktu kerja didasarkan kepada kebutuhan-kebutuhan
perusahaan dengan mengindahkan peraturanperundang-undangan yang
berlaku;
4. Berdasarkan ketentuan diatas, waktu kerja dalam perusahaan diatur
sebagai berikut :

: Senin sampai dengan Kamis


Jam 08.00 s.d jam 12.00 (Jam Kerja)
Jam 12.00 s.d jam 13.00 (Jam Istirahat)
Jam 13.00 s.d jam 16.00 (Jam Kerja)
Hari Jumat
Jam 08.00 s.d jam 11.00 (Jam Kerja)
Jam 11.00 s.d jam 13.00 (Jam Istirahat)
Jam 13.00 s.d jam 16.00 (Jam Kerja)
Hari Sabtu
Jam 08.00 s.d jam 12.00 (Jam Kerja)
Jam 12.00 s.d jam 13.00 (Jam Istirahat)
Jam 13.00 s.d jam 16.00 (Jam Kerja)

5. Berdasarkan kebutuhan jam kerja yang berlaku secara khusus sebelum


dan/atau sesudah jam kerja biasa untuk bagian-bagian yang memerlukan
operasi atau pelayanan tambahan sesuai ketentuan perusahaan, dengan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6. Jam kerja bergilir untuk keperluan operasi perusahaan atau pelayanan
nasabah, Perusahaan menjadwalkan jam kerja yang diatur secara bergilir.
Hal-hal yang bersifat prosedural dan teknis administratif akan diatur
tersendiri;
10
7. Jam kerja dapat ditetapkan secara terpisah untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan sepanjang hal tersebut tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
8. Waktu istirahat diberikan selama 1 jam tidak termasuk dalam jam kerja
sehari.
9. Dst............
Pasal 15
Kehadiran

1. Karyawan sudah harus hadir sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) menit


sebelum dimulainya waktu kerja yang ditetapkan;
2. Pengisian kartu hadir wajib dilakukan oleh karyawan yang bersangkutan
sendiri. Pengisian kartu hadir oleh orang lain, merupakan pelanggaran
kedisiplinan yang dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Sanksi bukan hanya dikenakan terhadap karyawan tersebut,
tetapi juga bagi karyawan yang mengisi kartu hadir karyawan lain.
3. Setiap karyawan yang tidak hadir pada pekerjaan tanpa izin, jika
kembali bekerja harus menyerahkan suatu keterangan yang menyatakan
alasan-alasan ketidak hadirannya dan alasan itu harus dapat diterima
menurut pertimbangan Pimpinan Perusahaan.
4. Apabila hal tesebut seringkali terjadi, maka karyawan tersebut akan
diberikan peringatan tertulis sampai 3 ( tiga ) kali.
5. Karyawan yang tidak masuk kerja melebihi 2 (dua) hari kerja berturut-
turut karena sakit harus menyerahkan surat keterangan sakit dari dokter
yang ditunjuk oleh perusahaan.
6. Karyawan yang tidak masuk bekerja dalam waktu sedikitnya 5 (lima)
hari kerja berturut-turut tanpa kabar/pemberitahuan, dan telah dipanggil
secara tertulis oleh Pengusaha 2 kali secara patut dan layak dan tidak
diindahkan oleh karyawan maka karyawan tersebut dapat dilakukan
pemutusan hubungan kerja, karena dikualifikasikan mengundurkan diri.
7. Datang terlambat atau meninggalkan pekerjaan sebelum akhir jam kerja
yang ditentukan tanpa sebab yang beralasan akan diperlakukan sebagai
pelanggaran dari pada Peraturan Tata Tertib Kerja Perusahaan.
8. Bagi Kolektor pengaturan jam kerja akan diatur lebih lanjut oleh
Perusahaan.
9. Dst............

Pasal 16
Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur

1. Waktu kerja lembur adalah pekerjaan yang dilakukan diluar jam kerja yang
telah ditentukan oleh Peraturan Perusahaan; atau waktu kerja pada hari
istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan
Pemerintah (Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri No.102/MEN/VI/2004).
2. Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam/hari
dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu diluar istirahat mingguan
atau hari libur resmi.

11
3. Apabila perusahaan memerlukan, maka karyawan diperintahkan secara
tertulis sebelumnya oleh atasan langsung untuk melakukan kerja lembur.
4. Khusus untuk karyawan staf (Kepala bagian dan diatasnya) tidak lagi
mendapat upah lembur sebab dalam upah yang mereka terima sudah
diperhitungkan dengan kemungkinan bekerja lewat dari jam kerja biasa.
5. Upah Kerja Lembur adalah upah yang diterima Karyawan atas
pekerjaannya sesuai dengan jumlah waktu kerja lembur yang
dilakukannya.

a. PERHITUNGAN UPAH LEMBUR PADA HARI KERJA SEBAGAI


BERIKUT :

Jam
Rumus Keterangan
Lembur
1,5 x 1/173 x Upah Sebulan adalah 100% Upah, bila upah yang
Jam
Upah berlaku di perusahaan terdiri dari upah pokok dan
Pertama
Sebulan tunjangan tetap. 
Atau 75% Upah, bila Upah yang berlaku di
2 x 1/173 x
Jam Ke- perusahaan terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap
Upah
2&3 dan tunjangan tidak tetap. Dengan ketentuan Upah
Sebulan
sebulan tidak boleh lebih rendah dari upah minimum

b. PERHITUGAN UPAH LEMBUR PADA HARI LIBUR/ISTIRAHAT


SEBAGAI BERIKUT:

KETENTUAN
JAM LEMBUR RUMUS
UPAH LEMBUR
6 Hari Kerja per minggu (40 Jam/Minggu)
7 jam x 2 x 1/173 x upah
7 Jam pertama 2 Kali Upah/Jam
sebulan
1 jam x 3 x 1/173 xupah
Jam Ke 8 3 Kali Upah/jam
sebulan
Jam Ke-9 s/d Jam 1 jam X 4 x 1/173 x upah
4 Kali Upah/Jam
ke-10 sebulan
Hari Libur Resmi Jatuh Pada Hari Kerja Terpendek misal Jum’at
5 jam x 2 x 1/173 x upah
5 Jam pertama 2 X Upah/jam
sebulan
1 jam x 3 x 1/173 xupah
Jam ke-6 3 X Upah/jam
sebulan
1 jam X 4 x 1/173 x upah
Jam Ke-7 & 8 4 X Upah/jam
sebulan
5 Hari Kerja per minggu (40 Jam/Minggu)
8 Jam pertama 2 Kali Upah/Jam 8 jam x 2 x 1/173 x upah
12
sebulan
1 jam x 3 x 1/173 xupah
Jam ke-9 3 Kali Upah/jam
sebulan
Jam ke-10 s/d Jam 1 jam X 4 x 1/173 x upah
4 Kali Upah/Jam
ke-11 sebulan

Pasal 17
Pakaian dan Perlengkapan Kerja

1. Karyawan diwajibkan menggunakan pakaian yang sopan, rapi dan sesuai


dengan lingkungan kerja’
2. Tidak semua karyawan mendapatkan pakaian dan atau perlengkapan kerja.
Namun bagi karyawan yang mendapatkan pakaian dan atau perlengkapan
kerja, baik demi keseragaman maupun keselamatan atas dirinya diwajibkan
untuk memakai pakaian dan perlengkapan kerja yang berlaku;
3. Pakaian dan perlengkapan kerja disediakan oleh perusahaan untuk periode
kerja tertentu sesuai dengan standar kualitas pakaian dan perlengkapan
kerja yang berlaku;
4. Pakaian dan perlengkapan kerja tersebut termasuk barang inventaris
perusahaan, dengan demikian karyawan diwajibkan menggunakan
perlengkapan kerja setiap hari dan memelihara kebersihan serta
kerapihannyadengan baik;
5. Hal-hal lain akan diatur tersendiri dalam peraturan tersendiri.
6. Dst............

Pasal 18
Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Setiap karyawan mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :


a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
b. Moral dan kesusilaan;
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-
nilai agama, termasuk kesempatan bagi karyawan untuk menjalankan
ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
2. Setiap karyawan diwajibkan ikut menjaga ketertiban, keamanan,
keselamatan kerja ditempat kerja maupun dilingkungan kerjanya;
3. Setiap karyawan diwajibkan memelihara dan menjaga barang dan harta
milik perusahaan;
4. Setiap karyawan dilarang membawa, memindahkan dan meminjamkan
barang dan harta milik perusahaan tanpa izin dari yang berwenang;
5. Setiap karyawan yang mendapatka perlengkapanperlindungan kerja dari
perusahaan, diwajibkan menggunakannya selama waktu kerja dan
merawatnya.
6. Dst............

Pasal 19

13
Tanggung Jawab Pengawasan

Pimpinan Perusahaan dan atasan langsung dari setiap kelompok karyawan


bertanggung jawab atas berlakunya tata tertib dan aturan kerja perusahaan
serta menjaga tegaknya kedisiplinan karyawan yang berada dibawah
pengawasannya.
Pasal 20
Kerahasiaan

1. Setiap karyawan berkewajiban menjaga kerahasiaan atau segala sesuatu


hal yang dianggap atau dapat dianggap oleh perusahan adalah rahasia
perusahaan;
2. Rahasia perusahaan tersebut meliputi :
a. Data, informasi dan semua bahan tertulis maupun tidak tertulis perihal
perusahaan yang dianggap sebagai rahasia perusahaan;
b. Data dan atau informasi tentang rencana kegiatan, tindakan dan atau
keputusan-keputusan khusus inern perusahaan dan data atau informasi
yang apabila diketahui pihak-pihak lain dapat menimbuklkan ancaman
bahaya atau kerugian bagi perusahaan;
c. Dokumen dan/atau data-data atau informasi yang berkaitan erat dengan
Hak-hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sebagaimana telah
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Segala permintaan dari pihak eksternal terhadap hal-hal yang dianggap
sebagai rahasia perusahaan harus mendapat persetujuan dari pimpinan
perusahaan;
4. Pelanggaran terhadap kewajiban menjaga kerahasiaan perupakan alasan
mendesak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga
perusahaan dapat melakukan tindakan PHK terhadap karyawan;
5. Setiap karyawan wajib menjaga kerahasiaan segala hal ikhwal yang
berkaitan dengan bidang usaha perusahaan serta mentaati etika bisnis
yang berlaku. Membocorkan keterangan-keterangan yang dimaksud kepada
pihak-pihak yang tidak berhak merupakan suatu pelanggaran kepercayaan
yang berat. Karyawan yang putus hubungan kerjanya dengan perusahaan
dan wajib mengembalikan semua dokumen milik perusahaan serta diproses
sesuai ketentuan yang berlaku.
6. Dst............

14
BAB IV
PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN UNTUK BEKERJA

Pasal 21
Istrahat Mingguan

Karyawan berhak mendapat istrahat mingguan selama 1 (satu) hari setelah


bekerja 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

Pasal 22
Hari-Hari Libur Resmi

1. Hari Libur Resmi adalah hari libur yang telah ditetapkan oleh Pemerintah
dan dibayar dengan upah penuh.
2. Pengusaha yang mempekerjakan Karyawan pada hari libur resmi yang telah
ditetapkan Pemerintah wajib membayar upah kerja lembur.

Pasal 23
Cuti Tahunan

1. Hak cuti tahunan timbul setiap awal tahun takwim;


2. Setiap karyawan yang telah bekerja selama genap 12 (dua belas) bulan
berturut-turut berhak atas istrahat tahunan selama 12 (dua belas) hari
kerja dengan mendapat upah penuh;
3. Setiap karyawan yang telah bekerja kurang dari 12 (dua belas) bulan
berturut-turut hak cuti tahunannya akan dihitung secara prorata sejak
mulai bekerja;
4. Perusahaan berhak mengatur hari-hari cuti tahunan karyawan dalam
tahun takwim untuk menjamin kelangsungan produktivitas kerja
perusahaan;
5. Hari raya keagamaan yang jatuh pada masa cuti tidak dianggap menjadi
bagian cuti, melainkan ditambahkan kedalam cuti;
6. Cuti tahunan tidak dapat diuangkan;
7. Terhadap karyawan yang keluar sebelum masa kerja 1 (satu) tahun tidak
mendapatkan penggantian hak cuti tahunannya;
8. Hak atas cuti tahunan menjadi gugur (berakhir masa berlakunya) apabila
dalam waktu 1 (satu) tahun setelah timbulnya hak cuti karyawan tidak
mempergunakannya bukan karena alasan yang dibuat oleh perusahaan;
9. Perusahaan dpat menunda permohonan cuti tahunan paling lama 6 (enam)
bulan terhitung sejak berakhirnya masa berlaku hak cuti tahunan
karyawan;
15
10. Bagi karyawan yang akan menggunakan hak cuti
tahunannya harus diajukan 14 (empat belas) hari sebelumnya atau sesuai
kondisi yang mendadak dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari
atasan langsung karyawan.
11. Dst............

Pasal 24
Cuti Haid

Bagi karyawan wanita yang sedang datang bulan (haid), dimana


kedatangannya dirasakan sakit/mengganggu untuk dapat melaksanakan
tugas kerjanya, maka kepada karyawan tersebut tidak diwajibkan bekerja
pada hari pertama dan kedua pada waktu haid dengan upah penuh tetapi
karyawan harus memberitahukan keadaannya kepada atasannya (perusahaan)
dan disertai dengan surat keterangan dokter.

Pasal 25
Cuti Hamil dan Keguguran

1. Karyawan wanita yang hamil berhak dan wajib atas cuti 1 ½ (satu setengah)
bulan sebelum melahirkan dan 1 ½ (satu setengah) bulan setelah
melahirkan dengan upah penuh.
2. Lamanya istrahat dapat di perpanjang berdasarkan surat keterangan dokter
kandungan atau bidan yang merawat, baik sebelum maupun sesudah
melahirkan.
3. Karyawan wanita yang menggunakan hak cuti hamil harus mengajukan
permohonan secara tertulis kepada perusahaan minimal 10 (sepuluh) hari
dengan disertai surat keterangan dokter atau bidan yang merawatnya.
4. Dalam hal karyawan wanita mengalami gugur kandungan atau berdasarkan
indikasi medis dinyatakan bahwa kandungan harus digugurkan yang
dibuktikan dengan surat keterangan dokter kandungan dan/atau bidan
yang merawatnya, maka kepada karyawan wanita tersebut diberikan upah
penuh dan mendapat istrahat 1 ½ bulan atau sesuai dengan keterangan
dokter kandungan atau bidan yang merawatnya.
5. Dst............

Pasal 26
Cuti Panjang

Karyawan yang telah memiliki masa kerja 6 (enam) tahun berturut-turut pada
perusahaan atau kelipatan 6 (enam) tahun masa kerja, memperoleh hak
istrahat panjang yang diatur secara rinci dengan peraturan tersendiri dengan
berpedoman pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

16
BAB V
PENGUPAHAN

Pasal 27
Upah dan Sistem Pengupahan

1. Penetapan upah karyawan ditentukan pada jenis pekerjaan, nilai-nilai dan


prestasi kerja yang diatur secara terperinci dengan memperhatikan
golongan, jabatan, masa kerja, pendidikan dan kompetensi serta
memperhatikan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
2. Pengusaha melakukan peninjauan upah secara berkala dengan
memperhatikan kemampuan Perusahaan dan produktivitas.
3. Kenaikan gaji pokok atau tunjangan setiap karyawan tidak terjadi secara
otomatis melainkan dengan menilai serta memperhatikan:
a. Ketentuan Upah minimum
b. Kemampuan keuangan perusahaan
c. Hasil kerja
d. Prestasi kerja
e. Loyalitas terhadap perusahaan
4. Sesuai dengan status karyawan, maka sistem pengupahan ditetapkan
dengan Upah karyawan tetap diatur atas dasar pembayaran upah bulanan.
5. Pajak atas seluruh penghasilan yang diterima oleh Karyawan dari
perusahaan ditanggung sendiri oleh karyawan, kecuali bila perusahaan
menentukan kebijakan khusus untuk hal-hal tertentu.
6. Karyawan yang tidak masuk kerja karena hal-hal sebagaimana dimaksud
dalam PP N0. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan tetap mendapatkan
upah penuh, yaitu sebagai berikut :
a. Karyawan sendiri menikah : 3 (tiga) hari
b. Menikahkan anaknya : 2 (dua) hari
c. Menyunatkan/mengkhitankan anaknya : 2 (dua) hari
d. Membabtiskan anaknya : 2 (dua) hari
e. Suami/istri, orang tua/mertua, anak atau menantu,
Saudara Kandung meninggal dunia. : 2 (dua) hari
f. Istri melahirkan atau keguguran kandungan : 2 (dua) hari
g. Anggota keluarga dalam satu rumah
meninggal dunia : 1 (satu) hari
7. Karyawan dapat diberikan izin meninggalkan pekerjaan dalam kondisi
Insidential tanpa mendapat upah jika alasan-alasan yang diajukan dapat
diterima, dan sepanjang tidak mengganggu pekerjaan atau tugasnya
maksimal 2 (Dua) hari kerja bagi yang jarak tempuhnya dekat, dan
maksimal 6 (Enam) hari kerja yang jarak tempuhnya jauh, ijin disampaikan
kepada Pimpinan Perusahaan 1 (Satu) hari sebelumnya.
17
8. Ijin melebihi ketentuan yang tercantum pada ayat (7) tersebut diatas dapat
dikenakan sanksi pemotongan upah yang besarnya ditentukan oleh
Pimpinan Perusahaan.
9. Karyawan yang tidak dapat bekerja karena sakit atas persetujuan dokter
atau dokter yang ditunjuk perusahaan, upahnya dibayar dengan ketentuan
sebagai berikut :
a. Untuk 4 (empat) bulan pertama dibayar : 100 %
b. Untuk 4 (empat) bulan kedua dibayar : 75 %
c. Untuk 4 (empat) bulan ketiga dibayar : 50 %
d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25 % dari upah sebelum pemutusan
hubungan kerja dilakukan oleh perusahaan.
Dst............
Pasal 28
Struktur Upah

1. Struktur upah terdiri dari 2 (dua) komponen yaitu :


a. Upah Pokok sebesar 75 %;
b. Tunjangan-tunjangan yang bersifat Tetap sebesar 25 %
2. Peninjauan Upah secara umum akan dilaksanakan sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhan;
3. Dst............

Pasal 29
Bantuan Untuk Keluarga Karyawan Yang Ditahan
1. Dalam hal karyawan ditahan Pihak Berwajib karena diduga melakukan
tindak pidana, Perusahaan tidak akan membayar upah karyawan
bersangkutan, tetapi Perusahaan akan memberikan bantuan bagi keluarga
yang menjadi tanggungannya sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku yaitu sebagai berikut :
a. Untuk 1 (satu) orang tanggungan : 25 % dari upah sebulan;
b. Untuk 2 (dua) orang tanggungan : 35 % dari upah sebulan;
c. Untuk 3 (tiga) orang tanggungan : 45 % dari upah sebulan;
d. Untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih : 25 % dari upah
sebulan.

18
BAB VI
JAMINAN SOSIAL

Pasal 30
BPJS Kesehatan

Perusahaan akan mendaftarkan karyawannya kedalam program Jaminan


Pemeliharaan Kesehatan (JPK) untuk karyawan beserta keluarganya dalam
batas tertentu yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.

Pasal 31
BPJS Ketenagakerjaan

1. Sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, seluruh karyawan


perusahaan adalah tertanggung dan didaftarkan sebagai peserta Program
BPJS Ketenagakerjaan.
2. Tujuan program BPJS Ketenagakerjaan ini adalah memberikan kepastian
jaminan dan perlindungan terhadap resiko sosial ekonomi yang
ditimbulkan akibat kecelakaan kerja, cacat, sakit, hari tua dan meninggal
dunia.
3. Program BPJS Ketenagakerjaan yang diikuti perusahaan meliputi :
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
Jaminan ini merupakan perlindungan bagi karyawan yang mengalami
kecelakaan saat mulai berangkat kerja sampai tiba kembali di rumah.
b. Jaminan Kematian (JK)
Jaminan ini merupakan perlindungan bagi karyawan yang meninggal
dunia dan kepada ahli awarisnya diberikan santunan.
c. Jaminan Hari Tua (JHT)
Jaminan ini merupakan perlindungan bagi karyawan sebagai bekal pada
saat memasuki usia purna karya atau pensiun dari tempat kerjanya.
d. Jaminan Pensiun (JP)
Diselenggarakan untuk mempertahankan derajat kehidupan yang layak
pada saat peserta kehilangan atau berkurang penghasilannya karena
memasuki usia pensiun atau mengalami cacat total tetap.
4. Besarnya iuran Program BPJS Ketenagakerjaan dihitung berdasarkan
prosentase terhadap upah atau gaji keseluruhan sebulan yang diterima oleh
karyawan secara rutin dan akan dibebankan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

19
BAB VII
TUNJANGAN - TUNJANGAN

Pasal 32
Tunjangan Hari Raya Keagamaan

1. Menjelang Hari Raya Keagamaan, Perusahaan memberikan Tunjangan Hari


Raya (THR) kepada karyawan sebesar 1 (satu) kali upah/gaji bulanan bagi
karyawan yang sudah memenuhi syarat 1 (satu) tahun masa kerja atau
lebih. Dan bagi karyawan yang masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun
THRnya dibayarkan secara proporsional.
2. THR Keagamaan akan dibayarkan oleh Perusahaan kepada karyawan
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum hari raya keagamaan.
3. Dst........................

Pasal 33
Tunjangan Jabatan

1. Tunjangan Jabatan adalah tunjangan yang diberikan kepada karyawan


karena jabatannya. Tidak semua karyawan mendapatkan tunjangan
jabatan.
2. Besarnya Tunjangan Jabatan dan jabatan-jabatan yang mendapatkan
tunjangan jabatan diatur secara terpisah dan ditetapkan berdasarkan
aturan tersendiri.
3. Dst........................

BAB IX
KESEJAHTERAAN SOSIAL

Pasal 34
Keluarga Berencana

Karyawan yang masih dalam usia subur dan telah mempunyai 2 (dua) orang
anak dianjurkan mengikuti program Keluarga Berencana.

Pasal 35
Kegiatan Olah Raga dan Kesenian

20
1. Perusahaan akan memeberikan perhatian sepenuhnya pada pengembangan
atau pembinaan kegiatan olah raga dan kesenian.
2. Pengusaha menyediakan fasilitas dan biaya yang diperlukan sesuai dengan
kemampuan dan kondisi perusahaan. Pelaksanaan akan diatur dalam
Pedoman Pelaksanaan Peraturan Perusahaan.
3. Dst........................

Pasal 36
Koperasi Karyawan

Dalam rangka menumbuhkembangkan semagat gotong royong dan


meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya, perusahaan
mendorong terbentuknya Koperasi Karyawan.

Pasal 37
Tempat Ibadah

Dalam rangka memberikan kesempatan kepada karyawan yang beragama


Islam untuk menjalankan ibadah sholat, maka perusahaan dengan
memperhatikan lokasi dan ruang yang ada menyediakan tempat ibadah
(Mushollah) yang memenuhi syarat-syarat peribadatan.

Pasal 38
Ibadah Haji

1. Karyawan yang beragama Islam dapat mengajukan ijin dengan


mendapatkan upah untuk keperluan naik Haji dengan ketentuan :
a. Diberikan pada karyawan yang telah memiliki masa kerja 24 (dua puluh
empat) bulan;
b. Sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh Kementrian Agama RI
yaitu tidak melebihi batas waktu 40 (empat puluh) hari takwin. Apabila
lebih, maka sisa kelebihan hari dihitung tanpa upah;
c. Ijin diberikan sekali dalam hubungan kerja;
d. Teknis pelaksanaanya akan diatur oleh keputusan Pimpinan
Perusahaan.
2. Karyawan selain yang beragama Islam akan diatur tersendiri dalam
keputusan Pimpinan Perusahaan.
3. Dst........................

21
BAB X
BANTUAN SUKA CITA DAN DUKA CITA

Pasal 39
Sumbangan/Bantuan Perusahaan

1. Sumbangan/bantuan perusahaan yaitu pemberian yang bersifat sukarela


(tanpa paksaan) yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan dan
memiliki standar-standar tertentu.
2. Macam-macam bentuk sumbangan/bantuan antara lain :
a. Sumbangan/bantuan pernikahan karyawan
 Diberlakukan untuk karyawan yang mempunyai status tetap dan
kontrak dengan masa kerja minimum 12 (dua belas) bulan;
 Diberikan hanya untuk pernikahan pertama;
 Besarnya adalah satu kali gaji bruto diatur pada Pedoman Pelaksanan
Peraturan Perusahaan..
b. Sumbangan/bantuan duka cita.
 Diberikan semua karyawan tanpa memandang status karyawan.
 Diberikan kepada karyawan yang mempunyai masa kerja minimum 3
(tiga) bulan.
 Diberikan untuk kejadian kematian karyawan yang bersangkutan
yang besarnya diatur pada Pedoman Pelaksanan Peraturan
Perusahaan.
 Diberikan untuk kejadian kematian anak kandung, istri/suami, ayah
kandung dan ibu kandung dengan maksimum 4 (empat) kali
kejadian/kasus kematian yang besarnya sumbangan diatur pada
Pedoman Pelaksanan Peraturan Perusahaan.
 Untuk karyawan harian lepas.
 Diberikan untuk kejadian kematian karyawan yang bersangkutan
yang besarnya diatur pada Pedoman Pelaksanan Peraturan
Perusahaan.
Tata cara pelaksanaan dan keterangan lebih lengkap tentang sumbangan ini
terdapat pada Pedoman Pelaksanan Peraturan Perusahaan.
Dst........................

Pasal 40
Fasilitas Perlengkapan Kerja

22
Pemberian fasilitas kerja ini diberikan secara periodic pertahun. Karyawan
yang mendapatkan fasilitas perlengkapan kerja diwajibkan memakainya
sewaktu tugas/bekerja dan bertanggung jawab terhadap perlengkapan
kerjanya. Bentuk pemberian fasilitas ini ditentukan oleh perusahaan.

BAB XI
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK)

Pasal 41
Pemutusan Hubungan Kerja

1. Perusahaan berusaha semaksimal mungkin mencegah tidak terjadi


pemutusan hubungan kerja.
2. Dalam keadaan-keadaan yang memaksa sehingga terjadi pemutusan
hubungan kerja, perusahaan bertindak dengan mengindahkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Pemutusan hubungan kerja adalah tindakan yang dilakukan oleh
Perusahaan atau karyawan untuk memutuskan/mengakhiri hubungan
kerja, baik putus secara hukum dan atau dalam peraturan perusahaan
dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Apabila timbul Perselisihan Hubungan Industrial di tingkat internal
Perusahaan, maka selama masa penyelesaiaan berlangsung, masing-masing
pihak tetap tetap melaksanakan kewajibannya;
5. Putusnya hubungan kerja dapat terjadi dalam hal :
a. Karyawan dalam masa percobaan;
b. Karyawan mengundurkan diri dan dikualifikasikan mengundurkan
diri;
c. Berakhirnya jangka waktu yang telah diperjanjikan;
d. Sakit berkepanjangan yang membahayakan karyawan lain;
e. Meninggal dunia;
f. Mencapai batas usia pensiun;
g. Karyawan yang ditahan oleh pihak yang berwajib;
h. Tidak cakap bekerja;
i. Rasionalisasi dan Reorganisasi;
j. Pelanggaran Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja;
k. Perusahaan Tutup;
l. Karyawan Mangkir;
m. Perusahaan Pailit.
6. Pemutusan Hubungan Kerja tersebut diatas dilakukan dengan berpedoman
pada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
7. Dst........................

Pasal 42
Dalam Masa Percobaan

23
1. Dalam masa percobaan kedua belah pihak sewaktu-waktu dapat
melakukan pemutusan hubungan kerja dengan pekerja yang bersangkutan
bila dianggap tidak memenuhi syarat sesuai standar perusahaan.
2. Pemutusan hubungan kerja dalam masa percobaan tidak disertai dengan
pemberian pesangon dan uang jasa atau imbalan lainnya kecuali upah atas
hari-hari kerja yang telah di jalani oleh karyawan yang bersangkutan.
3. Dst........................

Pasal 43
Mengundurkan Diri dan
Dikualifikasikan Mengundurkan Diri

1. Karyawan yang mengundurkan diri harus memenuhi syarat :


a. Mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis disertai
dengan alasan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal
mulai pengunduran diri.
b. Tetap melaksanakan kewajibannya sampai saat mulai
pengunduran diri.
2. Dalam hal perusahaan tidak memberikan jawaban dalam batas waktu 14
(empat belas) hari sejak tanggal mulai pengunduran diri, maka Perusahaan
dianggap telah menyetujui pengunduran diri secara baik.
3. Dalam hal karyawan tidak mengikuti ketentuan dalam ayat (1) dianggap
mengundurkan diri secara tidak baik.
4. Kepada karyawan yang mengundurkan diri secara baik, Perusahaan akan
memberikan surat keterangan kerja serta hak lainnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan uang pisah
sebagaimana diatur dalam pasal 56 ayat (4).
5. Karyawan yang telah mengundurkan diri dari Perusahaan sebagaimana
dimaksud ayat (1), (2), (3), dan (4) hendak masuk bekerja kembali, maka
masa kerjanya dihitung dari masa kerja yang baru.
6. Dst........................

Pasal 44
Berakhirnya jangka waktu yang diperjanjikan

1. Dalam hubungan kerja waktu tertentu pada suatu pekerjaan tertentu,


berakhirnya hubungan kerja terhitung sejak tanggal berakhirnya jangka
waktu yang diperjanjikan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).
2. Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja karena alasan pada ayat 1
(satu) Perusahaan tidak berkewajiban memberikan uang pesangon atau
ganti rugi apapun terkecuali upah atas hari-hari kerja yang telah dijalani
oleh karyawan yang bersangkutan atau yang telah tercantum dalam PKWT
yang diperjanjikan.
3. Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya
jangka waktu yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT), atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena pekerja
meninggal dunia pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan
24
membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar upah karyawan sampai
batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian Kerja.
4. Dst........................

Pasal 45
Sakit Berkepanjangan/Tidak Mampu Bekerja
Karena Alasan Kesehatan

1. Perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja dengan karyawan yang


menderita sakit setelah melebihi 12 (du belas) bulan secara terus-menerus
atau berdasarkan Surat Keterangan Dokter dianggap tidak mampu bekerja
karena masalah kesehatan.
2. Yang dimaksud dengan sakit terus menerus adalah seseorang yang
menderita sakit cukup lama dan terus menerus atau terputus-putus
mampu bekerja kembali tetapi dalam tenggang waktu 4 (empat) minggu
sakit kembali.
3. Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja karena alasan diatas, maka
Perusahaan akan membayarkan hak-hak karyawan sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
4. Dst........................

Pasal 46
Meninggal Dunia

1. Dalam hal karyawan meninggal dunia, maka hubungan kerja antara


karyawan dan perusahaan berakhir secara langsung terhitung mulai waktu
yang tercantum dalam surat keterangan/visum et repertum yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
2. Perusahaan akan memberikan uang kompensasi PHK kepada ahli warisnya
yang sah dari karyawan bersangkutan yang besar perhitungannya
disesuaikan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
3. Dst........................

Pasal 47
Mencapai Batas Usia Pensiun

1. Batas usia pensiun karyawan adalah pada usia 56 (lima puluh enam)
tahun.
2. Karyawan yang telah mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun, diminta
untuk melepaskan jabatannya dan diberhentikan dengan hormat dari
perusahaan.
25
3. Apabila diperlukan, perusahaan dapat mempekerjakan kembali karyawan
yang telah mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun atas persetujuan
karyawan bersangkutan, dengan ketentuan segala hak-hak karyawan yang
timbul akibat PHK mencapai usia pensiun diselesaikan terlebih dahulu,
kemudian karyawan yang bersangkutan dapat melanjutkan hubungan kerja
kembali pada perusahaan dengan masa kerja yang baru. Hal ini
dilaksanakan/mengacu pada Peraturan Perundang-undangan yang
berlaku.
4. Karyawan akan menerima hak-haknya dari Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS Ketenagakerjaan) dan dari hak-haknya yang timbul karena
adanya ketentuan-ketentuan perusahaan dan/atau berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
5. Dst........................

Pasal 48
Karyawan Yang Ditahan Oleh Pihak Yang Berwajib

1. Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap


karyawan yang selama 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan pekerjaan
sebagaimana mestinya karena dalam proses perkara pidana;
2. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
bulan sebagaimana dimaksud diatas berakhir dan karyawan dinyatakan
tidak bersalah, maka perusahaan wajib mempekerjakan karyawan kembali;
3. Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana sebelum masa 6 (enam)
bulan dan karyawan dinyatakan bersalah, maka perusahaan dapat
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja kepada karyawan yang
bersangkutan;
4. Karyawan yang bersangkutan berhak atas kompensasi PHK sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku (UU No. 13 Tahun 2003)
5. Dst........................

Pasal 49
Tidak cakap bekerja

Dalam hal karyawan yang dinyatakan tidak cakap bekerja, walaupun sudah
dicoba dibeberapa bagian dan telah mendapat peringatan terakhir untuk hal
itu, maka hubungan kerja dapat diputuskan dengan memberikan pesangon
yang pelaksanaanya berpedoman pada peraturan yang berlaku.

Pasal 50
Rasionalisasi atau Reorganisasi

1. Rasionalisasi atau Reorganisasi adalah keadaan memaksa yang tidak


dapat dihindarkan akibat keadaan usaha atau perubahan sistem kerja
sehingga perusahaan harus melakukan PHK terhadap karyawan;
26
2. PHK yang disebabkan oleh Rasionalisasi dan Reorganisasi merupakan
pilihan terakhir yang akan dilakukan oleh Perusahaan;
3. Prosedur pelaksanaan, administrasi dan jumlah kompensasi PHK kepada
karyawan yang diPHK karena alasan Rasionalisasi dan Reorganisasi
dilaksanakan dengan berpedoman pada Peraturan Perundang-undang yang
berlaku.
4. Dst........................

Pasal 51
Pelanggaran Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja

1. Dalam hal karyawan melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam


perjanjian kerja atau peraturan perusahaan, perusahaan dapat melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja terhadap karyawan yang bersangkutan;
2. Prosedur pelaksanaan dan besarnya kompensasiPHK dilaksanakan dengan
berpedoman pada Peraturan Perundang-undang yang berlaku.
3. Dst........................

Pasal 52
Perusahaan Tutup

Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap karyawan


karena perusahaan tutup yang disebabkan perusahaan mengalami kerugian
secara terus menerus selama 2 (dua) tahun, atau keadaan memaksa (Force
Majeur) dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-
undang yang berlaku.

Pasal 53
Karyawan Mangkir

1. Karyawan yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut
dari pekerjaan tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan
bukti-bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Perusahaan 2 (dua) kali
secara patut dan tertulis, maka karyawan tersebut diklasifikasikan telah
mengundurkan diri;
2. Karyawan yang dikualifikasikan mengundurkan diri sebagaimana ayat 1
(satu) diatas berhak atas uang pisah yang besarnya telah diatur dalam
Peraturan Perusahaan Pasal 56 ayat 4.
3. Dst........................

Pasal 54
Perusahaan Pailit

27
Perusahaan dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap karyawan
karena perusahaan Pailit, dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Perundang-undang yang berlaku.

Pasal 55
Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja,
Uang Penggantian Hak serta Uang Pisah

Perhitungan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang Penggantian


Hak serta Uang Pisah sebagai berikut :
1. Perhitungan Uang Pesangon :
a. Masa kerja kurang dari 1 tahun, 1 bulan upah;
b. Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun, 2 bulan upah;
c. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun, 3 bulan upah;
d. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun, 4 bulan upah;
e. Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun, 5 bulan upah;
f. Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, 6 bulan upah;
g. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun, 7 bulan upah;
h. Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun, 8 bulan upah;
i. Masa kerja 8 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun, 9 bulan upah;
2. Perhitungan Uang Penghargaan Masa Kerja :
a. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, 2 bulan
upah;
b. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun, 3 bulan
upah;
c. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun, 4 bulan
upah;
d. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun, 5 bulan
upah;
e. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun, 6 bulan
upah;
f. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun, 7 bulan
upah;
g. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun, 8 bulan
upah;
h. Masa kerja 24 tahun atau lebih, 10 bulan upah.
3. Perhitungan Uang Penggantian Hak meliputi :
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
b. Biaya atau ongkos pulang untuk karyawan dan keluarganya ke tempat
dimana karyawan diterima bekerja;
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15
% dari uang pesangon dan atau penghargaan masa kerja bagi yang
memenuhi syarat;
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja dan Peraturan
Perusahaan.
4. Perhitungan Uang Pisah :
a. Masa kerja kurang dari 1 tahun, 15 % x 1 bulan upah;
28
b. Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun, 15 % x 2
bulan upah;
c. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun, 15 % x 3
bulan upah;
d. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun, 15 % x 6
bulan upah;
e. Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun, 15 % x 7
bulan upah;
f. Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, 15 % x 8
bulan upah;
g. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun, 15 % x 10
bulan upah;
h. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun, 15 % x 11
bulan upah;
i. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun, 15 % x 12
bulan upah;
j. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun, 15 % x 13
bulan upah;
k. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun, 15 % x 14
bulan upah;
l. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun, 15 % x 15
bulan upah;
m. Masa kerja 24 tahun atau lebih, 15 % x 17 bulan upah.

BAB X
SANKSI PELANGGARAN

Pasal 56
Sanksi Pelanggaran Tata Tertib Kerja dan Kedisiplinan

1. Perusahaan melaksanakan tindakan disiplin terhadap pelanggaran yang


dilakukan oleh karyawan dengan memberikan sanksi. Sanksi pelanggaran
dimaksudkan sebagai tindakan korektif atau perbaikan dan pengarahan
serta pembinaan terhadap sikap dan tingkah laku karyawan;
2. Pemberian sanksi didasarkan pada :
a. Macam pelanggaran (pelanggaran tata tertib dan produktivitas/target)
b. Frekuensi (pengulanganatau keseringan pelanggaran)
c. Besar kecilnya pelanggaran
d. Tata tertib yang ada pada Peraturan Perusahaan
e. Unsur-unsur kesengajaan
f. Kerugian yang diderita perusahaan
3. Tingkat-tingkat Pelanggaran, maka dari Pihak Perusahaan akan
mengeluarkan surat peringatan/sanksi sebagai berikut:
a. Pelanggaran Tingkat I adalah pelanggaran yang dikeluarkan sanksi
Teguran :
a.1. Datang terlambat dan atau tidak absen masuk dan pulangtanpa
sesuatu alasan yang wajar dan dapat diterima;
29
a.2. Tidak hadir sehari dalam sebulantanpa pemberitahuan dan/atau
alasan yang wajar dan dapat diterima;
a.3. Tidak tertib dalam melaksanakan pekerjaan;
a.4. Tidak mematuhi pengarahan atasannya;
a.5. Meninggalkan tempat kerja atau pulang lebih awal tanpa seijin
atasannya;
a.6. Dalam melaksanakan tugas tidak menggunakan alat-alat yang
telah ditetapkan terutama yang menyangkut masalah Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3);
a.7. Beristrahat melebihi batas waktu istrahat yang telah ditetapkan
tanpa ijin dari atasan;
a.8. Tidak menggunakan pakaiaan kerja, ID Card dan/atau
Perlengkapan Kerjs sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan
dalam perusahaan.
b. Pelanggaran Tingkat II adalah pelanggaran yang dikenakan Sanksi
Surat Peringatan I yaitu :
b.1. Melakukan pengulangan pelanggaran tingkat I dalam masa
berlakunya sanksi teguran sebelumnya;
b.2. Datang terlambat, pulang lebih awal dan meninggalkan
pekerjaannya termasuk tidak melakukan absen masuk maupun
pulang secara keseluruhan selama 5 (lima) hari atau lebih dalam
sebulan;
b.3. Tidak hadir bekerja selama 2 (dua) hari kerja dalam sebulan tanpa
memberikan informasi atau keterangan tertulis atau memberi
informasi/keterangan yang ternyata dikemudian hari
informasi/keterangan tersebut merupakan informasi/keterangan
yang tidak benar;
b.4. Mengerjakan pekerjaan secara tidak teliti sehingga berpotensi
mengakibatkan kerugian perusahaan, atau menyebabkan
keterlambatan pekerjaan bagi perusahaan;
b.5. Tidak cakap dalam bekerja, termasuk dalam hal ini tidak mencapai
produktifitas kerja yang diharapkan;
b.6. Membuat keonaran atau keributan yang dapat mengganngu
ketenangan kerja;
b.7. Memaksakan pekerjaan yang seharusnya dilakukan sendiri kepada
orang lain;
b.8. Mengerjakan pekerjaan diluar Job Description (uraian tugas) yang
ditetapkan tanpa ijin dari atasan;
b.9. Mempergunakan fasilitas perusahaan tidak sesuai dengan
tuntutan pekerjaan termasuk dalam hal ini adalah mengirimkan
Email yang terlalu berlebihan yang tidak ada hubungannya dengan
pekerjaansehingga menyebabkan gangguan koneksi, atau
keterlambatan pekerjaan;
b.10. Memberikan denda kepada pelanggan/nasabah secara tidak
benar;
b.11. Menggunakan kendaraan operasional perusahaan dengan
tidak hati-hati, sehingga menyebabkan kerusakan kendaraan

30
operasional perusahaan, kendaraan/barang milik orang lain
maupun menyebabkan kerugian orang lain;
b.12. Tidak melengkapi data pendukung persyaratan kredit.
c. Pelanggaran Tingkat III adalah pelanggaran yang dikenakan sanksi
Surat Peringatan II adalah :
c.1. Melakukan pengulangan pelanggaran tingkat I dan/atau
pelanggaran tingkat II dalam masa berlakunya surat peringatan
sebelumnya;
c.2. Tidak hadir bekerja selama 3 (tiga) hari kerja dalam sebulan tanpa
memberikan informasi atau keterangan tertulis atau memberi
informasi/keterangan yang ternyata dikemudian hari
informasi/keterangan tersebut merupakan informasi/keterangan
yang tidak benar;
c.3. Melakukan tindakan atau perbuatan tanpa sepengetahuan atasan
atau menyimpang dari Standard Operating Prosedure (SOP), Memo
Internal (MI) dan Memo yang diharuskan, baik bertujuan untuk
keuntungan diri sendiri atau tidak, yang dapat atau akan
mengakibatkan kerugian materil dan atau imateril bagi
perusahaan;
c.4. Mengisikan/mencatatkan kartu absensi rekan kerja atau karyawan
lain dan atau kartu absensinya diisikan/dicatatkan oleh rekan
kerja atau karyawan yang lain;
c.5. Memberikan surat peringatan lebih ringan atau tidak memberikan
surat peringatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau yang
seharusnya;
c.6. Menyalahgunakan penggunaan fasilitas Electronik mail (Email)
dan atau internet perusahaan untuk kepentingan yang tidak pada
tempatnya (misalnya : penggunaan Email/internet yang
mengandung unsur pornografi, komunikasi yang bersifat ancaman
ataupun komunikasi lewat sosial media yang bersifat SARA);
c.7. Melanggar ketentuan uang muka (DP) minimum yang sudah
ditetapkan;
c.8. Tidak melakukan salah satu tahapan pekerjaan yang merupakan
salah satu proses rangkaian pekerjaan atau melakukan pekerjaan
secara tidak benar sehingga dapat atau telah mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan.
d. Pelanggaran Tingkat IV adalah pelanggaran yang dikenakan sanksi
Surat Peringatan III adalah :
d.1. Melakukan pengulangan pelanggaran tingkat I dan/atau
pelanggaran tingkat II dan/atau tingkat III dalam masa berlakunya
surat peringatan sebelumnya;
d.2. Tidak hadir bekerja selama 4 (empat) s.d. 5 (lima) hari kerja dalam
sebulan tanpa memberikan informasi atau keterangan tertulis atau
memberi informasi/keterangan yang ternyata dikemudian hari
informasi/keterangan tersebut merupakan informasi/keterangan
yang tidak benar;

31
d.3. Tidak melakukan beberapa tahapan pekerjaan yang merupakan
tugas dan kewajiban sehingga dapat atau telah menimbulkan
kerugian bagi perusahaan;
d.4. Kurang melakukan pengawasan terhadap bawahan dan atau
pekerjaannya sehingga berpotensi atau telah mengakibatkan
kerugian perusahaan;
d.5. Dengan sengaja atau lalai sehingga mengakibatkan karyawan tidak
dapat menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya secara
benar;
d.6. Mengubah atau menghapus dokumen, file, program atau apapun
namanya di dalam komputer yang menyebabkan kerugian
perusahaan;
d.7. karna kecerobohan menghilangkan barang atau harta milik
perusahaan. Termasuk didalam kategori ini adalah menghilangkan
dokumen/jaminan seperti sertifikat jaminan nasabah;
d.8. Menghilangkan dokumen yang mengakibatkan kerugian
perusahaan;
d.9. Menahan/mempergunakan uang angsuran dari nasabah serta
menggunakan kas angsuran tanpa persetujuan/tidak sesuai
ketentuan yang berlaku.
e. Pelanggaran Tingkat V adalah kesalahan fatal yang pelaksanaannya
berpedoman pada Peraturan Perudang-undangan yang berlaku dan
dikenakan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dengan alasan
mendesak serat peningkatan dari sanksi Surat Peringatan III yaitu :
e.1. Mengambil barang atau uang milik perusahaan, teman sekerja,
Pimpinan Perusahaan atau Mitra Kerja Perusahaan dengan
maksud untuk dimiliki, dikuasai atau digunakan untuk
kepentingan pribadi dan/atau orang lain termasuk dalam kategori
ini adalah menukar atau mengambil komponen barang
tarikan/sitaan dari nasabah yang menunggak atau tidak
menyelesaikan angsurannya;
e.2. Tidak dapat membuktikan penggunaan atau pengeluaran uang
perusahaan sesuai ketentuan yang berlaku atau penggunaan uang
milik perusahaan tanpa bukti;
e.3. Dengan sengaja atau atas permintaan karyawan kepada pihak
ketiga, membuat kwitansi, dokumen, bukti pengeluaran uang atau
bukti lainnya, yang tidak sesuai dengan keadaan atau pengeluaran
sebenarnya, dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi dari
perusahaan. Termasuk dalam kategori ini namun tidak terbatas,
dalam hal ini adalah memalsukan surat keterangan dokter,
kwitansi-kwitansi untuk klaim benefit atau kwitansi untuk
pembelian barang;
e.4. Memberikan keterangan atau data yang tidak benar berkaitan
dengan hasil pekerjaan karyawan sehingga merugikan perusahaan
atau kepentingan perusahaan. Termasuk dalam kategori ini
merubah atau mengganti dokumen-dokumen yang diperlukan
untuk persyaratan kredit atau memberikan keterangan yang tidak

32
benar terhadap hasil survey calon pelanggan dengan tujuan agar
aplikasi kredit dapat disetujui;
e.5. Mabuk-mabukan, madat, memakai obat-obatan terlarang;
e.6. Melakukan perbuatan asusila, melakukan perjudian dan berkelahi
ditempat kerja dan atau selama jam kerja;
e.7. Menerima komisi, insentif atau hal lain yang sejenis dari pihak
ketiga atau pihak-pihak lain secara tidak sah dan atau tidak
sesuai ketentuan perusahaan;
e.8. Menyerang, mengintimidasi atau menipu pimpinan perusahaan
atau teman sekerja dan memperdagangkan barang terlarang baik
dalam lingkungan perusahaan maupun diluar lingkungan
perusahaan;
e.9. Menyerang, menganiaya, mengancam secara fisik atau mental,
mengintimidasi, menghina secara kasar pimpinan atau keluarga
pimpinan serta teman sekerja;
e.10.Membujuk pimpinan atau teman sekerja untuk melakukan
sesuatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum atau
kesusilaan serta Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
e.11.Dengan ceroboh membiarkan diri pimpinan atau teman sekerja
dalam keadaan bahaya ditempat kerja;
e.12. Dengan ceroboh atau sengaja merusak, membiarkan dalam
keadaan bahaya atau membuat tidak dapat dipakai barang milik
perusahaan yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
e.13.Membongkar atau membocorkan rahasia perusahaan atau
mencemarkan nama baik pimpinan perusahaan dan atau keluarga
pimpinan perusahaan yang seharusnya dirahasiakan, terkecuali
untuk kepentingan negara;
e.14.Membawa, menyimpan, meminjam, atau memindahtangankan
barang dan harta milik perusahaantanpa ijin yang berwenang dan
atau tidak sesuai dengan prosedur yang ada. Termasuk dalam
kategori ini adalah menggunakan uang angsuran dan atau barang
milik perusahaan secara tidak sah dengan alasan apapun baik
dipergunakan untuk sementara maupun dengan niat untuk
dimiliki atau dikuasai;
e.15.Membawa senjata tajam atau untuk maksud-maksud tertentu
yang dapat membahayakan diri sendiri, karyawan lain
maupunpimpinan perusahaan;
e.16.Mengubah atau mengganti dokumen setelah mendapatkan
persetujuan;
e.17.Meminta atau menerima uang dan/atau barang dari pelanggan
dan calon pelanggan serta dari pihak ketiga yang tidak sesuai
dengan ketentuan Perusahaan, termasuk dalam kategori ini adalah
menerima atau meminta uang dengan tujuan agar permohonan
kredit dapat disetujui atau agar barang nasabah tidak jadi ditarik;
e.18.Memberikan keterangan yang tidak benar sehingga merusak nama
baik rekan lain, atasan, bawahan dan perusahaan;
e.19.Membayar angsuran nasabah dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi atau team kerja lain;
33
e.20.Menjal barang tarikan dibawah harga yang telah disetujui;
e.21.Tidak melakukan surfey yang mengakibatkan nasabah fiktif
ataupun data yang tidak benar tentang nasabah, sehingga
menimbulkan kerugian bagi perusahaan;
e.22.Melakukan tindakan yang bertentangan dengan Peraturan
Perundang-undangan atau atau ketentuan perusahaan baik yang
bertujuan untuk keuntungan diri sendiri ataupun mengakibatkan
kerugian materil atau imateril bagi perusahaan;
e.23.Menyalahgunakan kewenangan, jabatan dan sarana yang
diberikan perusahaan, yang bertujuan untuk menguntungkan diri
sendiri dan atau kelomponya/teamnya yang diduga dapat atau
telah merugikan perusahaan;
e.24.Bekerja atau terikat hubungan kerja lebih dari satu perusahaan
atau badan hukum lain yang berpotensi atau telah mengakibatkan
kerugian bagi perusahaan;
e.25.Setelah 3 (tiga) kali berturut-turut karyawan tetap menolak untuk
mentaati perintah atau penugasan yang layak dan telah dijatuhi
surat peringatan sebelumnya;
e.26.Melakukan kesalahan yang bobotnya sama setelah mendapatkan
surat peringatan yang terakhir dan masih berlaku;
e.27.Tidak cakap melakukan pekerjaan walaupun sudah dicoba
dibidang tugas yang ada, dan telah mendapatkan surat peringatan
sebelumnya;
e.28.Melanggar hal-hal lain yang diatur dalam perjanjian kerja atau
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku yang dapat
dikenakan sanksi Pemutusan Hubungan Kerja.
f. Sanksi terhadap pelanggaran sebagaimana tercakup dalam butir e
diatas, diatur sebagai berikut :
f.1. Terhadap karyawan yang melakukan kesalahan fatal sebagaimana
tercantum dalam butir e.1. – e.24. di atas Perusahaan dapat
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja, dengan mendapatkan
uang pisah, dan hak-hak lain yang diputus oleh Lembaga
Penyelesaiaan Perselisihan Hubungan Industrial (LPPHI);
f.2. Terhadap Kesalahan fatal yang mengarah unsur PIDANA,
perusahaan akan memproses sesuai dengan Hukum yang berlaku;
f.3. Baik karyawan, team, atasan langsung, atasan dari atasan
langsung dimana karyawan tersebut melakukan pelanggara dapat
dikenai sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
g. Sanksi terhadap tingkat dan besarnya Surat Peringatan yang
dikeluarkan diatur sebagai berikut :
g.1. Terhadap tingkat dan besarnya Surat Peringatan yang dikeluarkan
menimbulkan sanksi tersendiri bagi atasan langsung dan atasan
dari atasan karyawan yang bersangkutan, dengan ketentuan
sanksi yang diatur dalam peraturan tersendiri;
g.2. Apabila kesalahan/pelanggaran karyawan ditentukan atau
dilaporkan oleh atasan dan atau atasan dari atasan langsung,
dimana karyawan yang melakukan pelanggara tersebut berada,
34
maka pemberian surat peringatan tersebut diatas tidak secara
otomatis berlaku, tetapi akan dipertimbangkan sesuai dengan
tingkat/beratnya pelanggaran yang dilakukan dan tingkat kerugian
yang diderita perusahaan;
g.3. Dalam hal berdasarkan kunjungan baik rutin maupun non rutin
team dari Devisi Internal Audit atau Devisi Legal Perusahaan
ditemukan 5 (lima) atau lebih pelanggaran pada tingkat yang sama
yang dilakukan oleh karyawan, maka sanksi yang berlaku
dinaikkan 1 (stu) tingkat dari sanksi yang seharusnya diterima
karyawan sesuai ketentuan Peraturan Perusahaan.
h. Kesalahan yang dilakukan karyawan dapat berpengaruh terhadap
diangkat atau tidaknya karyawan menjadi karyawan tetap, dan lolos
atau tidaknya masa promosi dari atasan langsung maupun atasan dari
atasannya, serta berpengaruh pada Perfomance yang berakibat naik
atau tidaknya jabatan/gaji dan reward yang lainnya.
i. Dalam hal karyawan melakukan pelanggaran terhadap Surat
Keputusan, Standar Operasi dan Prosedur, Memo Internal atau
pelanggaran lain yang tidak dijelaskan dalam Peraturan Perusahaan ini,
dapat dikenakan peringatan sesuai berat ringannya pelanggaran dan
atau dampak yang ditimbulkan terhadap perusahaan. Untuk masalah
ini akan dibentuk sebuah Komite yang anggotanya terdiri dari atasan
dari karyawan yang melanggar, perwakilan Direktorat/Divisi dari
karyawan yang melanggar dan perwakilan dari Divisi HRD & GA.
4. Pemberian Surat Peringatan (SP) tidak harus didasarkan kepada urutanya,
akan tetapi berdasarkan pada unsur-unsur yang dilanggar dalam pasal 57
Peraturan Perusahaan ini.
5. Uraian pemberian sanksi atas pelanggaran-pelanggaran tersebut adalah sbb
:

a. Umum
Tingkat
Jenis Sanksi Masa Berlaku
Pelanggaran
I Teguran Tertulis 1 (satu) Bulan

II Surat Peringatan (SP) I 6 (enam) Bulan

III Surat Peringatan (SP) 6 (enam) Bulan


II
IV Surat Peringatan (SP) Masa berlaku SP III adalah 6
III (enam) Bulan, tetapi untuk
penurunan jabatan atau golongan
bersifat tetap, walaupun masa
berlakunya SP III bisa dikurangi
oleh atasan dengan syarat telah
dijalani minimal 3 (tiga) bulan
ditambah dengan bukti adanya
penilaian yang baik atas

35
karyawan yang bersangkutan.
V  PHK
 Ganti Rugi

b. Ketidakhadiran Tanpa Keterangan pada Hari Kerja


Jumlah Hari
Tingkat
Tidak Masuk Sanksi
Pelanggaran
Kerja (Dalam Sebulan)
I 1 Hari Teguran Tertulis

II 2 Hari SP I

III 3 Hari SP II Penundaan Kenaikan


Gaji/Pangkat/Jabatan atau
Pembebasan Tugas Sementara
IV 4 – 5 Hari SP II Penundaan Kenaikan
Gaji/Pangkat/Jabatan atau
Pembebasan Tugas Sementara
V 5 Hari Karyawan dikualifikasikan
(Berturut-turut) mengundurkan diri, bila mangkir
5 (lima) hari kerja berturut-turut
tanpa keterangan tertulis dan
telah dipanggil sebanyak 2 (dua)
kali berturut-turut secara patut
dan tertulis.

Pasal 57
Skorsing

1. Skorsing dapat dikenakan kepada setiap karyawan yang melakukan


pelanggaran terhadap tata tertib kerja atau yang tidak menjalankan
kewajiban sebagaimana mestinya atau melakukan tindakan yang
merugikan perusahaan;
2. Karyawan yang diskorsing dari pekerjaannya karena hal-hal sebagai berikut
:
a. Untuk kepentingan pengusutan karena adanya dugaan pelanggaran yang
dilakukan oleh karyawan;
b. Hukuman atas pelanggaran yang terbukti dilakukan oleh karyawan;
c. Menunggu proses penyelesaiaan Pemutusan Hubungan Kerja.
3. Selama karyawan yang bersangkutan menjalani masa skorsing, perusahaan
akan tetap membayarkan upah kepada karyawan yang bersangkutan.
4. Dst........................

BAB XI
PENYELESAIAN KELUH KESAH

36
Pasal 58
Tata Cara Penyelesaian Keluh Kesah

1. Setiap keluh kesah atau pengaduan karyawan diusahakan terlebih dahulu


dibicarakan dan diselesaikan dengan atasan langsung.
2. Bila langkah pada ayat (1) tidak dapat diselesaikan maka dengan
sepengetahuan atasannya, karyawan yang bersangkutan dapat
menyampaikan kepada atasannya yang lebih tinggi secara lisan maupun
tertulis.
3. Setelah dirundingkan dengan sungguh-sungguh ternyata masih terdapat
perbedaan pendapat yang tidak dapat diselesaikan secara musyawarah
mufakat, perbedaan pendapat ini dianggap sebagai perselisihan hubungan
industrial dan penyelesaiannya dapat ditempuh dengan berpedoman
kepada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Selama dalam proses penyelesaian, kedua belah pihak tetap wajib
menjalankan hak dan kewajibannya sebagaimana mestinya.

B A B XII
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial

Pasal 59
Penyelesaian Perselisihan

1. Dalam hal terjadi perselisihan hubungan industrial, baik perusahaan


maupun karyawan akan menyelesaikan setiap perselisihan yang ada
dengan cara musyawarah untuk mufakat;
2. Dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) tidak tercapai, maka perusahaan dan karyawan
akan menyelesaiaan perselisihan hubungan industrial melalui prosedur
penyelesaian perselisihan hubungan industrial sesuai Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
3. Dst........................

BAB XIII
LAIN - LAIN

Pasal 60
Masa Berlakunya Peraturan Perusahaan

1. Jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan ini adalah 2 (dua) tahun


sejak disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi
Tenggara.
2. Peraturan Perusahaan ini dapat ditinjau kembali sesuai dengan keperluan
atau situasi dan kondisi untuk masa berlaku yang akan datang.
37
3. Dst........................

Pasal 61
Penafsiran

Adalah menjadi hak perusahaan dalam menafsirkan Peraturan Perusahaan ini


bila mana terdapat kekurangjelasan makna dan penafsiran yang yang
dikemukakan dalam pasal-pasal maupun ayat-ayat Peraturan Perusahaan ini,
dengan berpedoman pada Peraturan Perudang-undangan yang berlaku.
Dst........................

Pasal 62
Hal-hal Yang Belum Diatur

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Perusahaan akan disusun


kemudian dan ditambahkan sebagai pelengkap kedalam Peraturan Perusahaan
ini atau merupakan Perayran Pelaksanaan dengan mendapat pengesahan dari
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sulawesi Tenggara.
Dst........................

Pasal 63
Penutup

1. Perusahaan membagikan buku Peraturan Perusahaan ini kepada semua


karyawan sebagai pedoman dalam mengatur hubungan kerja serta hak-hak
dan kewajiban Perusahaan dan karyawan.
2. Setiap karyawan harus mengembalikan tanda terima buku Peraturan
Perusahaan sebagai pernyataan bahwa karyawan yang bersangutan telah
mengetahui dan memahami isi Peraturan Perusahaan tersebut dan akan
melaksanakannya dan apabila dalam jangka waktu 2 (dua) minggu
semenjak diserahkannya buku Peraturan Perusahaan ini tidak
mengembalikan tanda terima, maka dianggap mengerti dan memahami
seluruh isi Peraturan Perusahaan ini.
3. Apabila terdapat syarat-syarat kerja dalam Peraturan Perusahaan ini yang
kurang/bertentangan dari Peraturan Perundang-undangan yang berlaku,
maka pasal-pasal dari Peraturan Perusahaan tersebut batal demi hukum
dan yang berlaku adalh yang sudah diatur dalam Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
4. Dst........................

Bombana, 2016

PT. .............................,

38
.................................
Pimpinan

39

Anda mungkin juga menyukai