Anda di halaman 1dari 35

PERATURAN PERUSAHAAN

Pejaten Office Park 79 Jl. Warung Buncit Raya Blok B


Pejaten, Pasar Minggu. Jakarta Selatan.

2015 - 2017
DAFTAR ISI

Daftar Isi ......................................................................................................................... 1

MUKADIMAH …. ...…………………………………………………………………. 2

BAB I : Ketentuan Umum …………………………………………………… 3

BAB II : Ruang Lingkup, Kewajiban dan Tanggung Jawab ……………………. 6

BAB III : Hubungan Kerja ………………………………………………………. 7

BAB IV : Perjanjian Kerja ...................................................................................... 8

BAB V : Hari dan Waktu Kerja ............................................................................ 8

BAB VI : Pengupahan …………………………………………………...............… 10

BAB VII : Pembebasan Kewajiban Bekerja ….......................................................... 15

BAB VIII : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ..................................................... 20

BAB IX ..... : Kesejahteraan, Penilaian Pegawai …………………………… ……….. 21

BAB X : Keluh Kesah & Pengaduan ........................................................................ 22

BAB XI : Tata Tertib dan Disiplin Kerja .................................................................. 22

BAB XII : Pelanggaran dan Sanksi …......................................................................... 23

BAB XIII : Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, Uang Penggantian Hak
dan Uang Pisah .......................................................................................... 29

BAB XIV : Perselisihan Hubungan Industrial .............................................................. 32

BAB XV : Penutup ….................................................................................................. 33

1
MUKADIMAH

Puji Syukur kepada Allah SWT bahwa atas perkenanNya, kita telah dapat merumuskan dan
menyelesaikan PP yang akan dijadikan pedoman dan rujukan bagi Pegawai dan Perusahaan
dalam hal ketenagakerjaan.

PP ini memuat hak dan kewajiban bagi Pegawai maupun Perusahaan dan merupakan tata cara
serta pegangan praktis yang berkaitan dengan tugas Pimpinan maupun Pegawai, sehingga
dapat diharapkan terciptanya hubungan yang sebaik-baiknya untuk mencapai suasana serasi,
perlindungan dan keamanan kerja, ketenangan dan kepuasan kerja serta peningkatan
produktivitas kerja.

Pimpinan disetiap bagian diharapkan dapat melaksanakan tanggung jawabnya dalam menjaga
peraturan ini agar dapat ditaati oleh semua pihak.

2
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Istilah dan Pengertian

Dalam PP ini yang dimaksud dengan :

1. Perusahaan
Adalah PT. Haleyora Power yang berkedudukan di Pejaten Office Park 79, Jalan Warung
Buncit Raya Blok B, Pejaten. Pasar Minggu..

2. Lingkungan Perusahaan
Adalah keseluruhan tempat yang secara sah berada dibawah penguasaan perusahaan dan
digunakan untuk menunjang kegiatan Perusahaan.

3. Peraturan Perusahaan
Adalah keseluruhan isi buku Peraturan Perusahaan yang mengatur hak dan kewajiban
perusahaan dan Pegawai, syarat-syarat kerja serta tata tertib kerja perusahaan yang dibuat
oleh Perusahaan yang selanjutnya disebut PP.

4. Direksi
adalah Pimpinan Perusahaan yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab serta dapat
bertindak untuk dan atas nama Perusahaan baik keluar maupun ke dalam dan yang
diangkat oleh rapat pemegang saham dan dikukuhkan dengan akte notaris. Direksi terdiri
dari Direktur Utama dan para Direktur.

5. Pimpinan Perusahaan
Adalah Pegawai yang karena jabatan dan/atau kuasa khusus mempunyai tugas dan
tanggung jawab memimpin suatu bagian/perusahaan dan mempunyai wewenang
mewakili pimpinan perusahaan ke dalam dan keluar selain tindakan hukum.

6. Atasan Langsung
Adalah Pegawai yang karena jabatannya mempunyai tugas dan tanggung jawab
penugasan, pembinaan, pengembangan dan pengawasan secara langsung terhadap
Pegawai bawahan langsung.

7. Pegawai
Adalah semua orang yang terikat secara formal dalam suatu hubungan kerja dengan
Perusahaan yang merupakan Pegawai Haleyora Power atau Tugas Karya dari PLN dan
Haleyora Powerindo yang dapat dibuktikan dengan Surat Tugas dan oleh karenanya
menerima upah sebagaimana diatur dalam PP ini.

3
8. Pegawaian
Adalah kegiatan dan atau tugas yang wajib dilaksanakan oleh setiap Pegawai, baik yang
bersifat rutin maupun insidentil yang diberikan oleh atasan langsung ataupun atasan yang
lebih tinggi untuk kepentingan perusahaan dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang berlaku.

9. Hubungan kerja
Adalah hubungan antara perusahaan dengan pegawai berdasarkan perjanjian kerja, yang
mempunyai unsur pegawaian, upah, dan perintah.

10. Perjanjian Kerja


Adalah perjanjian antara pegawai dengan perusahaan atau pemberi kerja yang memuat
syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak yang didasarkan pada Perjanjian Kerja
Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu.

11. Keluarga Pegawai


Adalah satu orang istri yang sah dan sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang anak yang sah
dari Pegawai dengan batas usia maksimum 21 (dua puluh satu) tahun, belum menikah dan
belum berpenghasilan, masih menjadi tanggungan orang tua yang dibuktikan dengan
Kartu Keluarga (KK) serta terdaftar pada Divisi SDM. Dalam hal ini Pegawai wanita
dianggap lajang; ketentuan mengenai tunjangan hanya berlaku untuk dirinya sendiri,
kecuali bila ia janda (tidak bersuami) yang dibuktikan dengan bukti tertulis yang sah.

12. Waktu Kerja


a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima)
hari kerja dalam 1 (satu) minggu.

13. Waktu Istirahat


Adalah waktu untuk istirahat minimal selama 30 (tiga puluh) menit setelah melakukan
pegawaian selama 4 (empat) jam terus menerus dan tidak termasuk jam kerja.

14. Hari Kerja


Adalah 5 (lima) hari dalam seminggu dengan istirahat mingguan 2 (dua) hari pada hari
keenam dan ketujuh atau 6 (enam) hari dalam seminggu dengan istirahat mingguan 1
(satu) hari pada hari ketujuh.

15. Hari Istirahat


Adalah hari keenam dan ketujuh dalam tiap minggu dimana Pegawai tidak terikat oleh
waktu kerja dan bebas tidak melaksanakan kewajiban pegawaian perusahaan.

4
16. Kerja Lembur
Adalah bekerja yang melebihi dari 8 (delapan) jam untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1
(satu) minggu, atau melebihi 7 (tujuh) jam untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu, sesuai dengan kebutuhan Perusahaan dan atas persetujuan Atasan Pegawai.
Posisi yang berhak atas hak lembur adalah golongan jabatan Fungsional VI, Petugas
Kebersihan, Office Boy.

17. Jam Kerja Lembur


Adalah jam dimana Pegawai melakukan kerja lembur. Jam kerja lembur kurang dari ½
(setengah) jam tidak diperhitungkan sebagai kerja lembur. Jam kerja lembur lebih dari ½
(setengah) jam dibulatkan menjadi 1 (satu) jam.

18. Masa Kerja


Adalah jangka waktu sejak dimulainya hubungan kerja pada perusahaan secara tidak
terputus. Masa percobaan diperhitungkan sebagai masa kerja.

19. Upah
Adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap.

20. Tunjangan Tetap


Adalah tunjangan yang diberikan kepada Pegawai yang tidak dikaitkan dengan kehadiran
dan prestasi Pegawai.

21. Tunjangan Tidak Tetap


Adalah tunjangan yang diberikan kepada pekeja yang dikaitkan dengan kehadiran
dan/atau prestasi Pegawai serta dibayarkan berdasarkan satuan waktu yang berbeda
dengan satuan waktu upah pokok dan atau tunjangan tetap, yang disesuaikan dengan
kebijakan dimasing-masing unit kerja dan kontrak kerja dengan Customer.

22. Ahli Waris


Adalah keluarga atau orang yang ditunjuk oleh Pegawai untuk menerima pembayaran bila
Pegawai meninggal dunia. Dalam hal tidak ada penunjukan ahli waris, maka
pelaksanaannya diatur menurut Undang-undang yang berlaku dan tercatat secara sah
dalam kartu keluarga yang diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat.

23. Kecelakaan Kerja


Adalah kecelakaan yang terjadi / timbul dalam dan karena hubungan kerja. Kecelakaan
yang terjadi dalam perjalanan pulang atau pergi dari/ke tempat kerja dalam rute dan jam
yang normal adalah termasuk kecelakaan kerja.

5
BAB II
RUANG LINGKUP, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 2
Ruang Lingkup

(1) PP ini berlaku untuk seluruh Pegawai.

(2) PP ini merupakan peraturan induk yang merupakan pedoman bagi perusahaan maupun
Pegawai yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh masing-masing pihak.

(3) Rincian ketentuan peraturan dan petunjuk pelaksanaan atas PP ini akan dapat tertuang di
dalam ketentuan-ketentuan yang dapat berupa Surat Keputusan Direksi, Prosedure, Work
Instruction, Standing Instruction dan sebagainya yang merupakan satu kesatuan dengan
PP ini sepanjang tidak bertentangan dengan PP dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 3
Kewajiban dan Tanggung Jawab Perusahaan

(1) Perusahaan akan melaksanakan semua ketentuan-ketentuan yang telah diatur dalam PP
ini.

(2) Menempatkan/memperkerjakan Pegawai sesuai dengan kemampuan dan keterampilan


yang dimilikinya.

(3) Memperhatikan dan berusaha mengembangkan kesejahteraan Pegawai sesuai dengan


kemampuan perusahaan.

(4) Melaksanakan Keselamatan Kerja sesuai dengan Undang Undang Nomor 1 Tahun 1970
dan Undang Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 dan Peraturan turunan
lainnya.

Pasal 4
Kewajiban dan Tanggung Jawab Pegawai

(1) Pegawai berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mematuhi dan melaksanakan
sepenuhnya seluruh kewajibannya yang telah diatur dalam PP ini.

(2) Memberikan keterangan yang lengkap dan benar mengenai pegawaian.

(3) Melaksanakan perintah / pegawaian yang layak sesuai dengan kebutuhan perusahaan
yang tidak bertentangan dengan norma kehidupan/peraturan perundangan yang berlaku.

6
(4) Mencapai suatu prestasi kerja yang telah ditetapkan.

(5) Menyimpan dan menjaga rahasia perusahaan yang didapat karena jabatannya yang
diperoleh dari dalam maupun diluar lingkungan perusahaan.

BAB III
HUBUNGAN KERJA

Pasal 5
Dasar Penerimaan, Penempatan,
Promosi dan Mutasi Pegawai

Penerimaan, penempatan, promosi dan mutasi Pegawai didasarkan atas kebutuhan


perusahaan. Pendayagunaan Pegawai akan mempertimbangkan sesuai dengan bidang dan
kemampuan serta keahlian Pegawai yang bersangkutan. Hal-hal tersebut merupakan hak
prerogatif perusahaan.

Pasal 6
Persyaratan Umum Penerimaan Pegawai

Yang menjadi persyaratan umum dalam penerimaan Pegawai adalah:


a. Warga Negara Indonesia.
b. Berusia minimum 18 tahun saat diterima sebagai Pegawai.
c. Berbadan sehat dan berjiwa sehat yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter.
d. Memenuhi tuntutan persyaratan jabatan pada saat penerimaan.
e. Bersedia mentaati peraturan dan tata tertib yang berlaku di perusahaan.
f. Tidak terlibat dalam kegiatan/keanggotaan dari partai /organisasi terlarang.
g. Berkelakuan baik dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepolisian.
h. Tidak terikat hubungan kerja dengan pihak lain baik secara langsung ataupun tidak
langsung, terkecuali untuk penugasan yang dilakukan oleh PLN sebagai Pemilik Saham
atau Haleyora Powerindo sebagai anak perusahaan yang dibuktikan dengan surat tugas.

Pasal 7
Penempatan Pegawai

(1) Perusahaan berhak dan berwenang menempatkan Pegawai sesuai dengan perjanjian kerja
atau dimana perusahaan membutuhkan.

(2) Penempatan Pegawai adalah merupakan hak dan wewenang perusahaan. Pegawai akan
ditempatkan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan mempertimbangkan
kemampuan dan keterampilan Pegawai.

7
BAB IV
PERJANJIAN KERJA

Pasal 9
Pelaksanaan Perjanjian

(1) Perjanjian Kerja bisa didasarkan pada Perjanjian Kerja Waktu Tertentu dan Perjanjian
Kerja Waktu Tidak Tertentu.

(2) Pelaksanaan perjanjian berdasarkan pada kebutuhan Perusahaan yang tetap mengacu
terhadap Peraturan Perundang-Undangan.

Pasal 10
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

(1) Perjanjian kerja waktu tertentu didasarkan atas jangka waktu tertentu suatu pekerjaan
yang dapat diselesaikan, dan dapat diadakan untuk paling lama 2 (dua) tahun serta hanya
boleh diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun.

(2) Perusahaan yang bermaksud memperpanjang perjanjian kerja waktu tertentu tersebut,
paling lama 7 (tujuh) hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir telah
memberitahukan maksudnya secara tertulis kepada pegawai yang bersangkutan.

(3) Pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat diadakan setelah melebihi masa
tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari berakhirnya perjanjian kerja waktu tertentu yang
lama, pembaruan perjanjian kerja waktu tertentu ini hanya boleh dilakukan 1 (satu) kali
dan paling lama 2 (dua) tahun.

(4) Pelaksanaaan PKWT harus sesuai dengan aturan yang berlaku didalam Hukum
Ketenagakerjaan.

Pasal 11
Masa Percobaan

(1) Pelaksanaan Perjanjian dapat dilakukan dengan melalui masa pecobaan paling lama 3
(tiga) bulan. Dalam masa percobaan, baik Perusahaan maupun Pegawai berhak
memutuskan hubungan kerja tanpa syarat pada setiap saat.

(2) Pada saat berakhirnya masa Percobaan Perusahaan dapat mengangkat Pegawai sebagai
Pegawai Tetap dengan mempertinbangkan penilaian kinerja dari pegawai dan
kedisiplinan serta mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat menjadi bahan
penilaian.

8
(3) Pengangkatan sebagai Pegawai tetap memperhitungkan masa percobaan sebagai masa
kerja.

(4) Ketentuan ini tidak berlaku bagi Pegawai dengan PKWT termasuk didalamnya harian
lepas dan honorer.

Pasal 12
Promosi Pegawai

Promosi merupakan peningkatan Pegawai pada jenjang yang lebih tinggi sesuai dengan
kemampuan dan kinerjanya yang sangat memuaskan, yang jika dipandang perlu dapat
dilakukan pada setiap saat.

Pasal 13
Perjalanan Dinas

Perjalanan dinas keluar kota harus dilakukan atas perintah atau seijin pimpinan perusahaan
secara tertulis. Kepada Pegawai yang melakukan perjalanan dinas diberikan penggantian
biaya dinas yang diatur tersendiri.

Pasal 14
Mutasi Pegawai

(1) Mutasi dilakukan atas dasar pertimbangan, kemampuan dan keahlian atau prestasi
Pegawai yang dimutasikan serta kebutuhan perusahaan.

(2) Tugas baru yang akan dijalankan oleh Pegawai yang dimutasi akan sesuai dengan
keahlian, kemampuan Pegawai yang bersangkutan dengan kompensasi yang disesuaikan
dengan kondisi mutasi.

(3) Mutasi Pegawai dapat berakibat pada kenaikan atau penurunan pangkat dan atau jabatan.

(4) Pegawai wajib melaksanakan mutasi. Jika Pegawai menolak mutasi, maka Pegawai dapat
dikenakan sanksi administratif sesuai dengan PP sampai dengan pemutusan hubungan
kerja.

9
BAB V
HARI DAN WAKTU KERJA

Pasal 15
Waktu Kerja

(1) Penetapan waktu kerja didasarkan pada kebutuhan perusahaan dengan mengindahkan
peraturan perundangan yang berlaku, dalam hal ini UU Ketenagakerjaan No. 13 Tahun
2003.

(2) Berdasarkan ketentuan tersebut diatas, waktu kerja dalam perusahaan diatur sebagai
berikut
a. 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu dalam lima hari kerja atau
7 (tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam seminggu dalam enam hari kerja
b. waktu istirahat selama 1 (satu) jam tidak diperhitungkan sebagai waktu kerja
c. ketentuan pelaksanaan mengenai pengaturan waktu kerja diatur lebih lanjut dalam
surat keputusan Direksi.

(3) Untuk jenis pekerjaan tertentu, jika dipandang perlu dapat ditetapkan waktu kerja secara
tersendiri.

(4) Waktu kerja yang dilakukan Pegawai melebihi waktu kerja seperti ketentuan waktu kerja
pada ayat (2) huruf a, dihitung sebagai waktu kerja lembur, dan ini tidak berlaku bagi
Pegawai setingkat level Fungsional V keatas dan jabatan struktural.

BAB VI
PENGUPAHAN

Pasal 16
Umum

(1) Upah adalah keseluruhan penghasilan Pegawai yang diterima dari perusahaan, baik
berupa uang maupun bentuk lainnya sebagai imbalan atas segala tugas / pegawaian yang
telah dilakukan Pegawai dalam hubungan kerja.

(2) Komponen Upah:


a. Upah Pokok
b. Tunjangan (Untuk jabatan tertentu)

(3) Upah dan tunjangan adalah penghasilan dalam bentuk uang yang diterima secara rutin
setiap bulan.

10
(4) Besarnya upah pokok ditambah dengan tunjangan tidak lebih rendah dari ketentuan upah
minimum Propinsi/Kota/Kabupaten.

(5) Upah tidak dibayar apabila Pegawai tidak melakukan kewajiban sebagai pegawai, kecuali
hal ini terjadi oleh sebab-sebab yang tercantum dalam Pasal 93 ayat (4) Undang-undang
Nomor 13 Tahun 2003.

Pasal 17
Pembayaran Upah

(1) Upah akan dibayarkan setiap akhir bulan.

(2) Untuk Pegawai tetap, pembayaran upah diatur dengan cara sebagai berikut:
a. pembayaran diatur menurut upah bulanan
b. dalam tiap tahun dinas, Pegawai menerima 12 (dua belas) kali upah yang
dibayarkan tiap bulan

(3) Upah untuk Pegawai kontrak diatur sesuai dengan Perjanjian Kerja untuk Waktu
Tertentu atau PKWT.

(4) Upah ditetapkan sesuai dengan struktur jabatan dengan mengindahkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, dan dituangkan didalam kebijakan lain diluar
didalam peraturan ini.

Pasal 18
Peninjauan Upah

(1) Kenaikan upah pegawai ditinjau dengan mempertimbangkan kompetensi dan kinerja
pegawai selama periode yang dievaluasi.

(2) Jika seorang Pegawai dipromosikan dalam jabatannya, maka ia akan menerima upah
yang sesuai dengan jabatan barunya, dengan catatan telah lulus/ berhasil melampaui
masa orientasi jabatan barunya.

(3) Atasan langsung mempunyai wewenang untuk mengusulkan kenaikan upah Pegawai
yang berada dibawah pimpinannya sesuai ketentuan yang berlaku.

Pasal 19
Upah Pokok

Adalah jumlah upah bulanan terakhir yang diterima Pegawai tanpa disertai tunjangan-
tunjangan.

11
Pasal 20
Upah Kerja Lembur

(1) Kerja lembur adalah kerja yang dilakukan oleh Pegawai sampai dengan
tingkatan/jabatan tertentu diluar jam kerja yang ditetapkan perusahaan.

(2) Kerja lembur harus dilakukan atas perintah tertulis atasan yang berwenang berdasarkan
Surat Perintah Kerja Lembur (SPKL) dengan catatan Pegawai bersedia melaksanakan
kerja lembur;

(3) Bila perusahaan memerlukan, Pegawai dapat diminta kerja lembur dengan
mengindahkan persyaratan-persyaratan berkenaan dengan hal kerja lembur yang
ditetapkan dalam peraturan ketenagakerjaan

(4) Upah lembur dibayarkan kepada Pegawai yang melakukan kerja lembur dengan SPKL.
Tanpa SPKL upah lembur tidak dibayar, kecuali untuk Pegawai-Pegawai yang sangat
mendesak dengan catatan SPKL harus dibuat setelah kerja lembur selesai.

(5) Dasar perhitungan upah kerja lembur sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga
Kerja RI No. Kep. 102/Men/VI/2004 sebagai berikut :
a. Apabila kerja lembur dilaksanakan pada hari biasa :
1) Untuk jam kerja lembur pertama dibayar sebesar 1,5 x upah sejam
2) Untuk jam kerja lembur selebihnya dibayar sebesar 2 x upah sejam
b. Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan atau hari raya resmi:
1) Untuk setiap jam dalam batas 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya
tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6 (enam) hari
kerja seminggu upah lembur dibayar 2 (dua) kali upah sejam
2) Untuk jam kerja pertama selebihnya 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari
raya tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari dalam 6
(enam) hari kerja, upah lembur dibayar 3 kali upah sejam
3) Untuk jam kerja kedua setelah 7 (tujuh) jam atau 5 (lima) jam apabila hari raya
tersebut jatuh pada hari kerja terpendek pada salah satu hari kerja dalam 6
(enam) hari kerja seminggu dan seterusnya upah kerja lembur dibayar 4 kali
upah sejam.
4) Untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja seminggu dan 40 (empat puluh) jam
seminggu, maka perhitungan upah kerja lembur untuk 8 (delapan) jam pertama
dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam lembur ke sembilan dibayar 3 (tiga) kali
upah sejam dan jam kesepuluh dan kesebelas 4 (empat) kali upah sejam.

(6) Perhitungan upah kerja lembur sejam : 1/173 x upah sebulan

12
(7) Daftar nama Pegawai yang diminta perusahaan untuk kerja lembur, SPKL dan daftar
hadir kerja lembur merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk dibayarkan upah
lemburnya. Jika salah satu syarat tidak terpernuhi, maka upah lembur tidak dibayar.

(8) Sesuai ketentuan ayat (5) pasal ini, upah lembur dibayarkan hanya kepada Pegawai yang
melakukan kerja lembur berdasarkan SPKL yang dikeluarkan/ditandatangani oleh
atasannya dan disetujui Pegawai.

(9) Untuk Pegawai dengan status kontrak, ketentuan mengenai kerja lembur adalah sama
dengan untuk Pegawai tetap.

(10) Pegawai Struktural dan Pegawai yang melakukan fungsi tertentu serta petugas luar
lainnya yang waktu kerja disesuaikan kebutuhan operasional di lapangan/ di luar, tidak
berhak atas upah kerja lembur.

Pasal 21
Upah Selama Sakit

(1) Upah selama sakit diberikan perusahaan kepada Pegawai yang tidak dapat masuk kerja
karena menderita sakit.

(2) Upah selama Pegawai menderita sakit, terus menerus dan/atau berkepanjangan diatur
sebagai berikut:

4 (empat) bulan pertama 100% dari upah sebulan


4 (empat) bulan kedua 75% dari upah sebulan
4 (empat) bulan ketiga 50% dari upah sebulan
untuk bulan selanjutnya 25% dari upah sebulan

(3) Ketentuan pembayaran upah dengan bertahap berlaku bagi Pegawai yang sakit terus-
menerus, termasuk penyakit menahun dan/atau berkepanjangan, maupun yang telah
bekerja kembali tapi dalam tenggang waktu kurang dari 4 (empat) minggu sakit kembali.

(4) Pegawai yang sakit setelah 1 (satu) tahun secara terus menerus akan dilakukan
Pemutusan Hubungan Kerja dengan mengindahkan ketentuan perundang-undangan.

(5) Ketentuan ini berlaku bagi Pegawai yang berstatus tetap dan yang sakit bukan sebagai
akibat karena kecelakaan kerja.

(6) Untuk Pegawai kontrak berdasarkan PKWT, hubungan kerja akan putus demi hukum
walaupun dalam tenggang waktu sakit.

13
Pasal 22
Upah selama Pembebasan Tugas Sementara atau Skorsing

(1) Kepada Pegawai yang melakukan pelanggaran tata tertib kerja dan aturan kedisiplinan
yang dapat mengakibatkan dikenakannya Pemutusan Hubungan Kerja, dapat dikenakan
Pembebasan Tugas Sementara (skorsing) menuju pemutusan hubungan kerja.

(2) Selama dalam Pembebasan Tugas Sementara / Skorsing, selama lamanya 6 ( enam )
bulan sampai keluar ijin Pemutusan Hubungan Kerja, Pegawai diberikan sebagaimana
biasanya, dan setelah 6 (enam) bulan belum ada keputusan / ijin Pemutusan Hubungan
Kerja, Perusahaan tidak wajib membayar upahnya.

(3) Bila hal tersebut tidak mengakibatkan Pemutusan Hubungan Kerja, Perusahaan wajib
memberikan ganti kerugian kepada pegawai sebanyak banyaknya sebesar selisih dari
upah yang seharusnya setiap bulan dengan jumlah yang telah diterima dalam
Pembebasan Tugas Sementara / Skorsing.

(4) Jika masa 6 (enam) bulan pembebasan tugas sementara (skorsing) telah berakhir, maka
upah selanjutnya akan disesuaikan dengan putusan Pengadilan Hubungan Industrial atau
Mahkamah Agung yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

Pasal 23
Tunjangan Hari Raya Keagamaan

(1) Kepada Pegawai diberikan Tunjangan Hari Raya atau THR yang besarnya maksimum 1
(satu) kali upah pokok ditambah dengan tunjangan tetap.

(2) THR Keagamaan akan dibayarkan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sebelum hari raya
Lebaran

(3) Ketentuan pembayaran Tunjangan Hari Raya adalah sebagai berikut:


a. Pegawai dengan masa kerja kurang dari 3 (tiga) bulan pada saat Hari Raya tidak
menerima THR.
b. Pegawai dengan masa kerja 3 bulan atau lebih tetapi kurang dari 1 tahun pada saat
Hari Raya Keagamaan, pemberian THR nya dihitung secara proporsional DIRUBAH

(4) THR ini diberikan kepada Pegawai tetap. Bagi Pegawai yang berstatus lain ditentukan
dalam surat perjanjian kerja yang telah disepakati dan disetujui bersama

14
Pasal 24
Bonus Tahunan TIDAK DIPERLUKAN

(1) Apabila keadaan keuangan perusahaan memungkinkan, atas kebijaksanaan perusahaan,


Pegawai dapat diberikan bonus tahunan.

(2) Mekanisme dan besarnya bonus tahunan ditentukan oleh perusahaan. Bagi pegawai
tertentu yang menerima insentif tidak berhak atas bonus tahunan.

(3) Bonus tahunan adalah merupakan kebijaksanaan perusahaan dan bukan merupakan hak
Pegawai serta juga bukan merupakan kebiasaan yang dapat dituntut oleh Pegawai.

BAB VII
PEMBEBASAN KEWAJIBAN BEKERJA

Pasal 25
Ketidak Hadiran Kerja

(1) Pegawai wajib hadir dan mulai bekerja sesuai pada waktu yang telah ditetapkan
perusahaan.

(2) Pegawai wajib mencatat kehadirannya dan / atau mengisi daftar hadir pada setiap masuk
ke dan pulang dari tempat kerja dan waktu lain dengan mekanisme yang telah ditentukan
oleh perusahaan.

(3) Dilarang mengabsenkan, mengisikan, menandatangani kartu/daftar hadir Pegawai lain,


meminta atau membiarkan Pegawai lain mengisikan, mengabsenkan, menandatangani
daftar hadir atas nama Pegawai.

(4) Bila ternyata terdapat coretan dan/atau penghapusan daftar hadir tanpa adanya
pengesahan dari petugas berwenang, maka kehadiran Pegawai dianggap tidak sah atau
mangkir.

(5) Meninggalkan tempat kerja sebelum waktu kerja berakhir harus mendapat ijin tertulis
dari atasan atau pejabat yang berwenang untuk itu.

(6) Untuk ketidakhadiran kerja karena keadaan darurat tak terduga dan tidak dapat
melakukan pemberitahuan terlebih dahulu, maka wajib dipenuhi ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:
a. Pada hari mulai tidak masuk kerja, wajib memberitahukan perusahaan atau atasan
langsung tentang sebab-sebab ketidak hadirannya melalui cara apapun seperti surat,
kurir, telepon, dll.

15
b. Selambat-lambatnya 1 (satu) hari setelah masuk bekerja, Pegawai wajib
mempertanggungjawabkan alasan ketidak hadirannya sbb:
- bila sakit menyerahkan Surat keterangan dokter;
- bila memenuhi panggilan yang berwajib, menyerahkan surat panggilan tersebut;
- bukti-bukti tertulis yang sah lainnya atau pernyataan tertulis yang dapat
dipertanggung jawabkan dengan alasan ketidak hadirannya yang layak dan dapat
diterima.

(7) Bukti-bukti tertulis yang sah dan atau pernyataan tertulis yang dapat dipertanggung
jawabkan alasan ketidak hadirannya dan dinilai layak serta dapat diterima perusahaan
harus diserahkan kebagian SDM pada hari pertama tidak masuk bekerja.

(8) Pada dasarnya bila Pegawai tidak masuk kerja, upah untuk hari yang bersangkutan tidak
dibayarkan kecuali istirahat karena sakit dengan rekomendasi tertulis dari dokter, cuti
tahunan, cuti bersalin, hari libur resmi atau yang ditentukan UU No. 13 Tahun 2003.

Pasal 26
Mangkir

(1) Pegawai yang tidak masuk dan tidak dapat mempertanggung jawabkan ketidak
hadirannya dianggap mangkir, dan upah tidak dibayar untuk hari mangkir tersebut, serta
Pegawai mendapat surat peringatan.

(2) Pegawai yang mangkir 5 (lima) hari kerja berturut-turut dinyatakan mengundurkan diri
secara sepihak dan perusahaan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
dengan berpedoman pada Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

(3) Pegawai yang mangkir 8 (delapan) hari kerja tidak berturut-turut dalam 30 hari kalender
tanpa alasan yang dapat diterima perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) setelah kepadanya diberikan Surat Peringatan Ketiga
(terakhir) dengan berpedoman pada UU NO. 13 Tahun 2003.

Pasal 27
Cuti Tahunan

(1) Pegawai yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan terus menerus tanpa terputus
berhak atas cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja dengan tetap mendapat upah
penuh.
Pada dasarnya pelaksanaan cuti tahunan diatur sebagai berikut:
a. Sehubungan dengan hari raya Idul Fitri dan Natal, cuti tahunan, bersama (cuti massal)
maksimum adalah 6 hari kerja
b. Sisa cuti lainnya diambil oleh Pegawai berdasarkan kepentingan pribadi Pegawai

16
c. Permohonan cuti disampaikan kepada perusahaan selambat-lambatnya 5 (lima) hari
kerja sebelum saatnya cuti dimulai, kecuali dalam keadaan mendesak.

(2) Karena sifat pegawaiannya, Pegawai yang tidak dapat meninggalkan pegawaian pada
pelaksanaan cuti tahunan sehubungan dengan cuti tahunan bersama, kehadiran kerjanya
diperhitungkan sebagai lembur pada hari libur atau hak cutinya dialihkan kehari lain
dengan tetap mempertimbangkan operasional perusahaan.

(3) Cuti tahunan yang diambil untuk keperluan pribadi harus diambil dalam tahun takwin
berlakunya cuti tersebut.

(4) Pegawai tidak diperkenankan mengumpulkan sisa hak cuti dan mengambilnya pada masa
cuti tahun berikutnya, kecuali permohonan cuti yang ditunda oleh perusahaan.

(5) Pelaksanaan cuti mempertimbangkan kepentingan Pegawai dan perusahaan.

(6) Hak cuti tahunan yang tidak diambil tidak dapat diuangkan.

(7) Perusahaan dapat menunda permohonan cuti tahunan Pegawai untuk jangka waktu paling
lama 6 bulan.

(8) Cuti tahunan yang tidak diambil setelah 6 (enam) bulan terhitung sejak lahirnya hak cuti
adalah kadaluwarsa kecuali karena ditangguhkan oleh perusahaan.

Pasal 28
Hari Libur Resmi

(1) Hari-hari libur resmi adalah hari-hari yang diumumkan sebagai hari libur resmi oleh
pemerintah RI.

(2) Pada hari libur resmi upah tetap dibayarkan dan yang bekerja pada hari libur resmi akan
mendapat upah lembur.

(3) Ketentuan pada ayat (2) tidak berlaku bagi pegawai yang menurut sifat tugasnya
merupakan pekerjaan yang rutin dilakukan dan berdasarkan jadwal kehadirannya telah
ditetapkan sebelumnya., tidak terbatas pada jabatan operator di pusat pembangkit listrik,
unit pengatur beban, gardu induk, petugas yang melayani gangguan, petugas keamanan,
dll.

17
Pasal 29
Istirahat Melahirkan Anak/ Keguguran Kandungan

(1) Istirahat melahirkan anak adalah hari –hari istirahat Pegawai wanita yang diberikan 1½
(satu setengah) bulan sebelum dan 1½ (satu setengah) bulan sesudah bersalin/melahirkan
anak.

(2) Selama menjalankan istirahat melahirkan, upah Pegawai tetap dibayarkan.

(3) Pegawai wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak mendapat istirahat 1 ½
(satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan
yang merawatnya.

(4) Istirahat sebelum dan/atau sesudah melahirkan anak atau keguguran kandungan dapat
diperpanjang berdasarkan surat keterangan dokter atau bidan.

Pasal 27
Masa Haid

(1) Sesuai pasal 81 ayat 1 dan (2) UU NO. 13 Tahun 2003 :


(2) Pegawai wanita yang sedang dalam masa haid merasakan sakit atas haidnya dan
memberitahukan kepada perusahaan, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua
pada waktu haid dengan tetap mendapat upah.
(3) Apabila dalam masa haidnya tidak menimbulkan rasa sakit, wajib masuk bekerja seperti
biasa.

Pasal 28
Ijin tidak Masuk Kerja dengan Upah tetap Dibayar

Pegawai dapat diberikan ijin untuk meninggalkan pekerjaan dengan tetap mendapat upah
untuk keperluan sebagai berikut :

a. Perkawinan Pegawai yang bersangkutan 3 hari kerja


b. Perkawinan anak sah Pegawai 2 hari kerja
c. Istri sah Pegawai melahirkan 2 hari kerja
d. Khitanan / pembaptisan anak sah Pegawai 2 hari kerja
e. Kematian orang tua/mertua, istri/suami, anak/menantu Pegawai 2 hari kerja
f. Kematian saudara kandung orang tua/mertua, saudara kandung istri/Suami 1 hari kerja
g. Rusaknya rumah /tempat tinggal Pegawai karena bencana alam 3 hari kerja
h. Mengikuti ujian pendidikan yang lamanya paling sedikit 4 hari 1 hari kerja
i. Kematian anggota keluarga dalam satu rumah 1 hari kerja

18
Pasal 29
Ijin Tidak Masuk Kerja tanpa Upah/diluar Tanggungan Perusahaan

Dengan seijin perusahaan, Pegawai yang sudah memiliki masa kerja minimum 1 (satu) tahun
dapat dipertimbangkan untuk tidak masuk kerja diluar tanggungan perusahaan paling lama 2
bulan untuk hal-hal sebagai berikut:
a. Persiapan mengambil ujian / skripsi pendidikan formal
b. Mengunjungi keluarga (ayah/ibu/mertua suami/istri, anak/menantu, saudara kandung)
yang meninggal dunia dan tinggal di luar pulau/negeri.

Pengajuan permohonan ijin tidak masuk kerja diajukan selambat-lambatnya 10 hari


sebelumnya kecuali keadaannya mendesak.

Pasal 30
Ijin Khusus

(1) Untuk kepentingan–kepentingan nasional dalam rangka menjalankan tugas kenegaraan,


Pegawai dapat diberikan ijin khusus selama-lamanya 6 (enam) bulan dengan tetap
memperoleh upah dengan ketentuan sebagai berikut:

(2) Apabila Pegawai tidak mendapat penghasilan dalam tugas kenegaraan, maka Pegawai
akan mendapat upah penuh 100%.

(3) Apabila Pegawai mendapat penghasilan lebih besar dari upah, maka Pegawai tidak
mendapat upah.

(4) Apabila Pegawai mendapat penghasilan lebih rendah upah, maka Pegawai akan
mendapat sebesar selisih upah dikurangi penghasilan

(5) Apabila melaksanakan tugas kenegaraan telah lebih dari 6 (enam) bulan, maka
perusahaan dapat memutuskan hubungan kerja dengan persyaratan yang akan
dibicarakan secara bipartit.

(6) Untuk kepentingan melaksanakan ibadah haji, Pegawai dapat diberikan ijin khusus
meninggalkan pegawaian/tidak masuk kerja dengan tetap memperoleh upah.

Pasal 31
Menunaikan Ibadah Haji

Perusahaan menghormati hak Pegawai dalam memeluk agama menurut agama dan
kepercayaan serta keimanan masing-masing dengan memberi kesempatan yang sepatutnya
untuk melakukan ibadah haji sebagaimana diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 dan PP NO.
8 Tahun 1981:

19
a. Ibadah haji yang pertama kali dilakukan oleh Pegawai;
b. Ketentuan prosedural dan administratif mengenai hal ini diatur menurut kebijaksanaan dan
jadwal yang ditetapkan oleh Departemen Agama RI.

BAB VIII
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

Pasal 32
BPJS Ketenagakerjaa dan Kesehatan

(1) Sesuai dengan Undang-undang No. 24/2011, pegawai yang berusia dibawah 55 ( lima
puluh lima ) tahun diikutsertakan dalam Program BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan.

(2) Program BPJS Ketenagakerjaan yang diikuti meliputi:


a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)
b. Jaminan Kematian (JK)
c. Jaminan Hari Tua (JHT)
d. Jaminan Pensiun (JP)

(3) Besarnya iuran yang dibayarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu sebagai
berikut:
a. 0.89% dari upah untuk JKK, dibayar oleh Perusahaan
b. 3.7% dari upah untuk JHT, dibayar oleh Perusahaan
c. 2% dari upah untuk JHT, dibayar oleh Pegawai
d. 0.3% dari upah untuk JK, dibayar oleh Perusahaan

(4) Program BPJS Kesehatan yang diikuti meliputi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, dengan
iuran yang dibayarkan sebagai berikut :
a. 4 % dari upah dibayar oleh Perusahaan
b. 1 % dari upah dibayar oleh Pegawai

(5) Untuk perawatan rumah sakit sebagai akibat kecelakaan dalam hubungan kerja, BPJS
Ketenagakerjaan menjamin penggantian biaya perawatan rumah sakit yang telah
dibayarkan atas diri Pegawai.

Pasal 33
Santunan Kematian

(1) Pegawai yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja mendapat jaminan kematian
sesuai UU No. 3 Tahun 1992, yang dibayarkan kepada ahli warisnya oleh BPJS
Ketenagakerjaan.

20
(2) Pegawai yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja, kepada ahli warisnya
akan diberikan sejumlah uang sesuai dengan peraturan yang berlaku, dengan besar
perhitungannya sama dengan perhitungan 2 (dua) kali uang pesangon ditambah dengan 1
(satu) kali uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.

BAB IX
KESEJAHTERAAN, PENILAIAN TERHADAP PEGAWAI

Pasal 34
Umum

(1) Dalam rangka pengembangan kinerja dan kemampuan Pegawai, atasan wajib melakukan
penilaian secara berkala dan hasil penilaiannya harus didokumentasikan serta disimpan
di bagian SDM.

(2) Penilaian harus dilakukan secara jujur, objektif dan terbuka sesuai dengan standar
penilaian kerja.

(3) Guna pengembangan diri dan karir Pegawai serta memenuhi tuntutan pegawaian,
perusahaan dapat menugaskan Pegawai untuk mengikuti program pengembangan,
kursus, seminar dan pelatihan kerja baik yang diadakan di dalam perusahaan maupun di
luar perusahaan dengan tujuan untuk dapat mengembangkan kinerja Pegawai maupun
perusahaan.

(4) Diharapkan setiap Pegawai berinisiatif dan berupaya untuk belajar dan mengembangkan
diri melalui berbagai program pendidikan atau pelatihan agar kinerjanya berkembang.

Pasal 35
Waktu Penilaian

(1) Penilaian dilakukan minimal setahun kali yaitu selambatnya bulan Desember dengan
ditambah diskusi pertengahan tahun di bulan Juli.

(2) Kenaikan upah juga akan didasarkan atas hasil penilaian kinerja individu & Perusahaan

Pasal 36
Tata Cara Penilaian

(1) Atasan langsung akan selalu membina dan mengawasi kinerja bawahannya.

21
(2) Apabila Pegawai tidak dapat menerima hasil penilaian kinerja oleh atasannya langsung,
yang merupakan penilaian tingkat I, maka Pegawai dapat memohon peninjauan kepada
atasan yang lebih tinggi untuk penilaian.

(3) Penilaian kinerja akan dijelaskan lebih lanjut didalam peraturan lainnya.

BAB X
KELUH KESAH DAN PENGADUAN

Pasal 37
Komunikasi

(1) Perusahaan menganut sistem komunikasi dua arah yang bebas, terbuka dan bertanggung
jawab

(2) Setiap pegawai berhak memperoleh dan/atau menyampaikan pendapat, saran, keterangan
atau keluhan kepada atasan langsung atau bagian lain yang berwenang untuk

BAB XI
TATA TERTIB DAN DISIPLIN KERJA

Pasal 38
Kebersihan dan Kesehatan

(1) Setiap Pegawai wajib menjaga dan memelihara kebersihan dan kesehatan dirinya dan
fasilitas umum yang disediakan oleh perusahaan sebagaimana mestinya.

(2) Setiap Pegawai wajib berpakaian dan berpenampilan rapi dan sopan sesuai norma
kehidupan yang wajar dan tidak bertentangan dengan umum.

Pasal 39
Keamanan

(1) Setiap Pegawai wajib ikut menjaga ketertiban, keamanan, dan kebersihan kerja di tempat
kerja.

(2) Setiap Pegawai wajib memelihara dan menjaga setiap barang milik perusahaan, baik yang
dipercayakan padanya maupun yang sifatnya umum.

(3) Pegawai dilarang membawa, memindahkan, meminjamkan dan memindahtangankan


barang milik perusahaan tanpa seijin pejabat yang berwenang.

22
(4) Tanpa persetujuan pejabat yang berwenang, Pegawai dilarang mengadakan / menghadiri
pertemuan rapat yang bukan untuk kepentingan perusahaan dalam lingkungan
perusahaan dan dilarang mengedarkan / menempelkan poster, plakat surat edaran,
selebaran atau sejenisnya
(5) Pegawai wajib segera melaporkan kepada pejabat yang berwenang atas kehilangan atau
kerusakan perlengkapan kerja dan barang lainnya yang menjadi milik perusahaan.

(6) Setiap Pegawai yang akan membawa keluar barang milik perusahaan atau pihak ketiga
yang dipercayakan pada perusahaan harus disertai Surat Ijin Keluar Barang yang
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang atas barang tersebut, serendah-rendahnya
setingkat Manajer Region/Kepala Divisi / Manajer bidang.

(7) Pegawai wajib bersedia jika diperiksa oleh petugas keamanan perusahaan pada waktu
keluar / masuk lingkungan perusahaan.

(8) Pimpinan perusahaan dan atau petugas keamanan berwenang sewaktu-waktu memeriksa
tempat penyimpanan barang, laci kerja dan tempat kerja lainnya di lingkungan
perusahaan

BAB XII
PELANGGARAN DAN SANKSI

Pasal 40
Tindakan Disiplin

(1) Pelanggaran Tingkat I (Pertama) – Teguran (Lisan/Tulisan).


a. Tidak hadir bekerja selama 1 (satu) hari kerja tanpa surat keterangan tertulis yang
dapat diterima Perusahaan.
b. Datang terlambat, pulang lebih awal atau keluar kantor tanpa ijin dari atasan dan/atau
divisi SDM selama 2 (dua) hari berturut-turut atau 5 (lima) kali tidak berturut-turut
dalam 1 (satu) bulan.
c. Melalaikan kewajibannya untuk memberitahukan dan menyerahkan surat keterangan
dokter pada saat kesempatan pertama masuk kerja dikarenakan sakit.
d. Tidak mematuhi pengarahan atasan tanpa alasan yang wajar.
e. Pada waktu bekerja tidak mengenakan pakaian kerja yang disyaratkan, peralatan dan
perlengkapan lain yang diharuskan baginya untuk keselamatan kerja yang menjadi
standar K3 didalam lingkungan kerja.
f. Tidak mematuhi aturan tentang kebersihan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
g. Sering melakukan kesalahan dalam pekerjaan atau kurang serius dalam bekerja atau
tidak dapat menyelesaikan pekerjaan yang telah ditugaskan kepadanya atau tidak
mencapai target prestasi kerja yang telah disetujui.

23
h. Bertindak kurang sopan dan kurang menghargai/mengganggu rekannya yang sedang
bekerja.
i. Sengaja tidur dan bermalas-malasan, bermain-main, mengobrol / bergerombol dengan
sesama Pegawai / orang lain pada jam kerja/ sewaktu bertugas.
j. Melakukan pelanggaran lain yang setara dengan pelanggaran yang disebutkan diatas.
k. Merokok di kantor.

(2) Pelanggaran Tingkat II (Kedua) – Surat Peringatan I (Pertama).


a. Tidak hadir bekerja selama 2 (dua) hari kerja berturut-turut atau 4 (empat) hari kerja
tidak berturut-turut dalam 1 (satu) bulan tanpa keterangan tertulis
b. Datang terlambat, pulang lebih awal atau keluar kantor tanpa ijin dari atasan dan/atau
Divisi SDM selama 3 (tiga) hari berturut-turut atau 6 (enam) kali tidak berturut-turut
dalam 1 (satu) bulan tanpa keterangan tertulis
c. Memindahkan, membawa atau menggunakan barang atau fasilitas atau peralatan
milik Perusahaan keluar lingkungan Perusahaan, dan atau menggunakannya untuk
kepentingan pribadi tanpa izin dari atasan/pejabat yang berwenang.
d. Menyalahgunakan kartu daftar hadir dengan mengisi data yang tidak benar atau
meminta Pegawai lain untuk mencatatkan kartu hadir dan atau menukarkan shift tanpa
seizin atasan.
e. Tidak memberitahu atasan atau tidak mengambil tindakan pencegahan ketika
mengetahui sesuatu kejadian atau bahaya yang dapat merugikan Perusahaan atau
rekan kerjanya.
f. Memasuki ruangan / tempat kerja orang lain tanpa izin dari pejabat yang bertugas atau
yang ditunjuk.
g. Menggunakan barang-barang atau fasilitas milik Perusahaan untuk kepentingan
pribadi, tanpa mendapatkan izin dari atasan/pejabat yang ditunjuk / berwenang
h. Tidak memberitahukan kepada Divisi Sumber daya manusia mengenai perubahan
data pribadi Pegawai (Surat/Akte Nikah, Akte Lahir, perubahan alamat / tempat
tinggal, dll).
i. Mengambil alih pekerjaan Pegawai lain kecuali atas permintaan atasan langsung atau
pejabat yang berwenang.
j. Pegawai sudah diberikan Surat Teguran dan masih melakukan pelanggaran yang sama
atau lainnya dalam Peraturan, sedangkan masa berlaku Surat Teguran belum habis.
k. Tidak memberikan laporan-laporan yang telah ditentukan olehnya, sesuai dengan
aturan yang berlaku di Perusahaan.
l. Melakukan pelanggaran lain yang setara dengan pelanggaran yang disebutkan diatas.

(3) Pelanggaran Tingkat III (Ketiga) – Surat Peringatan II (Kedua).


a. Tidak hadir dikantor / tidak bekerja selama 3 (tiga) hari kerja berturut – turut atau 5
(lima) hari kerja tidak berturut – turut dalam sebulan tanpa melampirkan surat

24
keterangan dokter atau bukti – bukti sah yang dapat dipertanggung jawabkan kepada
Perusahaan.
b. Tidak cakap melakukan pekerjaan meskipun telah diberi kesempatan beberapa kali di
bagian lain dan telah diberikan Surat Peringatan tertulis.
c. Bekerja tanpa mentaati prosedur standar kerja yang telah ditentukan baginya atau lalai
/ tidak cermat / kurang hati-hati sehingga dapat menimbulkan kerugian / kerusakan /
pemborosan dan/atau kecelakaan/bahaya bagi dirinya, perusahaan atau orang lain
meskipun sudah diberikan pengarahan dari perusahaan ataupun pimpinan yang
berwenang.
d. Menolak perintah kerja yang layak dari atasan untuk kepentingan Perusahaan.
e. Bertindak kasar di luar batas kesopanan yang dapat menyebabkan timbulnya suatu
perkelahian.
f. Bertindak lalai / ceroboh di dalam menjalankan tugas sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan barang - barang Perusahaan seperti: mesin, surat, dokumen, data dan atau
barang milik Perusahaan lainnya baik yang patut dirahasiakan maupun tidak dan
merupakan tanggung jawabnya.
g. Pegawai sudah diberikan Surat Peringatan I dan masih melakukan pelanggaran yang
sama atau lainnya dalam Peraturan ini, sedangkan masa berlaku Surat Peringatan
belum habis.
h. Melakukan pelanggaran lain yang setara dengan pelanggaran yang disebutkan diatas.

(4) Pelanggaran Tingkat IV (Keempat) – Surat Peringatan III (Ketiga).


c. Melakukan tindakan atau perbuatan yang dapat membuat keonaran atau keresahan di
Lingkungan Perusahaan.
d. Menghasut, mengumpulkan tanda tangan, mengedarkan / menyebar-luaskan kepada
rekan sekerja / Pegawai lainnya yang berhubungan dengan berbagai tuntutan
mengenai kondisi dan syarat-syarat kerja tanpa melalui prosedur / mekanisme yang
berlaku.
e. Membawa pulang dokumen rahasia Perusahaan yang tidak ada hubungannya dengan
penyelesaian tugas Kantor di rumah tanpa meminta izin dari pejabat yang berwenang.
f. Membuat atau memiliki kunci master atau kunci duplikat yang dapat digunakan untuk
membuka laci atau lemari atau locker tanpa izin pimpinan unit kerja Pegawai.
g. Melakukan kecerobohan kerja sehingga mengakibatkan kerugian bagi (nama baik)
Perusahaan.
h. Memfitnah bawahan, rekan kerja, atau atasan yang dapat merusak nama baik yang
bersangkutan.
i. Pegawai dengan sengaja melalaikan tugas, bekerja dengan serampangan dan/ atau
tidak menjalankan pekerjaan sebagaimana mestinya sehingga merugikan Perusahaan
meskipun telah diberi Surat Peringatan tertulis untuk terakhir kalinya.

25
j. Menolak melakukan perintah kerja / membangkang terhadap atasannya setelah
mendapat Surat Peringatan Terakhir.
k. Pegawai sudah diberikan Surat Peringatan II dan masih melakukan pelanggaran yang
sama atau lainnya dalam peraturan ini, sedangkan masa berlaku Surat Peringatan
belum habis.
l. Bekerja pada perusahaan lain atau melaksanakan aktivitas lain yang sejenis dengan
pekerjaan / usaha Perusahaan kecuali dengan ijin tertulis dari Direksi / Pimpinanan
Perusahaan.
m. Menolak Mutasi atau menolak dipindah tugaskan.
n. Melakukan pelanggaran lain yang setara dengan pelanggaran yang disebutkan diatas.

(5) Pelanggaran Berat – PHK (berdasarkan ketentuan yang berlaku).


a. Memberikan keterangan palsu atau yang dipalsukan atau melakukan pemalsuan dalam
bentuk apapun yang dapat merugikan Perusahaan, teman sekerja atau pelanggan.
b. Mabuk, madat, memakai obat bius atau narkotika di tempat kerja, lingkungan
Perusahaan maupun di luar Perusahaan.
c. Melakukan perbuatan asusila di tempat kerja, lingkungan Perusahaan maupun di luar
Perusahaan sehingga mencemarkan nama baik Perusahaan.
d. Melakukan tindak kejahatan, misalnya mencuri, menggelapkan barang / uang,
menipu, memperdagangkan barang terlarang baik di dalam maupun di luar
lingkungan Perusahaan.
e. Mencemarkan nama baik Pimpinan Perusahaan dan keluarganya.
f. Mengambil atau menggunakan uang milik Perusahaan atau pelanggan untuk
kepentingan pribadi atau orang lain.
g. Dengan sengaja atau kecerobohannya mem-bahayakan atau mem-biarkan dirinya atau
sesama Pegawai dalam keadaan bahaya.
h. Dengan sengaja atau kecerobohannya merugikan, merusak, meng-hilangkan atau
menyebabkan hilangnya barang milik Perusahaan.
i. Melakukan perjudian dalam bentuk apapun di dalam lingkungan Perusahaan.
j. Menyulut dan/atau mengorbankan dan/atau ikut serta dalam kerusuhan atau
kekacauan di dalam Lingkungan Perusahaan.
k. Berpartisipasi dalam kegiatan organisasi terlarang dan atau organisasi pekerja /
perburuhan yang tidak terdaftar ataupun tidak diakui keabsahannya oleh Pemerintah.
l. Menyerang, mengintimidasi Pimpinan Perusahaan atau atasan atau keluarga atasan
atau teman sekerja di dalam lingkungan Perusahaan.
m. Menganiaya, mengancam secara fisik atau mental, menghina secara kasar Pimpinan
Perusahaan atau atasan atau teman sekerja.
n. Penyalahgunaan kepercayaan yang diberikan Perusahaan sehubungan dengan tugas
dan jabatannya dengan menerima suap, baik berupa uang ataupun jasa lainnya.

26
o. Manjalankan praktek suap dan/atau menerima gratifikasi baik itu kepada pejabat
Perusahaan, mitra kerja atau pelanggan,untuk melakukan perbuatan yang melanggar
hukum.
p. Membuka atau membaca atau mencetak data atau arsip komputer secara tidak sah
dengan menggunakan atau membocorkan atau membobol kata sandi pembuka arsip
komputer.
q. Membocorkan rahasia Perusahaan dan hal-hal yang bersifat pribadi dari pejabat
Perusahaan atau keluarganya.
r. Mengedarkan dan/atau membagikan dan/atau menempelkan edaran, poster, pamflet
buku dalam bentuk media cetak ataupun elektronik yang berhubungan dengan
kerahasiaan Perusahaan tanpa persetujuan tertulis dari Direktur Perusahaan.
s. Penyalahgunaan fasilitas yang diberikan oleh Perusahaan (seperti: menjual,
mengalihkan, menyewakan, dan lain sebagainya).
t. Menyalahgunakan wewenang yang cenderung menginginkan keuntungan pribadi.
u. Pelanggaran terhadap etika bisnis.

(6) Uraian sanksi adalah sebagai berikut:


Tingkat Jenis Tindakan Indisipliner Yang berwenang membuat atau
Pelanggaran berkewajiban menandatangani
I Peringatan / Teguran Lisan atau Atasan Langsung (Supervisor atau
Tertulis Manajer bagian / unit), tembusan
SDM.
II Surat Peringatan I Atasan Langsung (Supervisor atau
Manajer bagian / unit), tembusan
SDM.
III Surat Peringatan II Atasan Langsung (Supervisor atau
Manajer bagian / unit), tembusan
SDM.
IV Surat Peringatan III - Atasan Langsung (Supervisor atau
Skorsing Manajer bagian / unit), dengan
persetujuan SDM.
V Pemutusan Hubungan Kerja Dilaksanakan oleh SDM dan
dengan alasan mendesak dan disetujui oleh Direktur Perusahaan
dilaksanakan Sesuai dengan
peraturan perundangan yang
berlaku

27
(7) Sanksi pelanggaran tidak harus diberikan menurut urutan di atas, tetapi berdasarkan
pertimbangan atas jenis, frekuensi, unsur kesengajaan, bobot dan dampak pelanggaran
tersebut.

(8) Surat Teguran / Surat Peringatan berlaku untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan masa
penilaian karyawan.

(9) Peningkatan sanksi akan diberikan pada saat pegawai melakukan pelanggaran lain apabila
terdapat Surat Teguran / Surat Peringatan yang masih berlaku, dengan
mempertimbangkan jenis, frekuensi, unsur kesengajaan, bobot dan dampak pelanggaran.

(10) Akibat Tindakan Indisipliner :


Pegawai yang mendapat Surat Peringatan dari Perusahaan sebagai akibat dari
pelanggaran yang dilakukannya akan mendapat pengurangan atas penilaian prestasi
kerjanya yang dapat dijabarkan dengan tindakan sebagai berikut:
a. Mutasi jabatan Tanpa Penurunan Golongan Jabatan (Rotasi)
Tindakan disiplin ini diberikan terhadap pelanggaran yang berulangkali dilakukan
Pegawai atas PP, dimana pelanggaran tersebut dapat mengganggu suasana, kelancaran
atau keamanan kerja.
b. Mutasi Jabatan Dengan Penurunan Golongan Jabatan (Demosi)
Tindakan disiplin ini dapat dikenakan kepada Pegawai yang melakukan pelanggaran
berat dan/atau yang melakukan pelanggaran ringan secara berulang walaupun telah
diperingatkan secara tertulis.
c. Penundaan Kenaikan Gaji
Tindakan disiplin ini dikenakan kepada Pegawai yang melakukan pelanggaran ringan
berulang dan telah mendapatkan Teguran Lisan atau Teguran Tertulis atau Surat
Peringatan. Penundaan kenaikan gaji ini juga dapat dikenakan kepada Pegawai yang
melakukan pelanggaran pertama kali tetapi merupakan pelanggaran yang berat dan
berbahaya.
d. Pencabutan fasilitas tertentu yang diberikan oleh Perusahaan
e. Dibebaskan Sementara Dari Tugas (Skorsing)
e.1. Pegawai yang ternyata telah melakukan pelanggaran berat atas ketentuan
didalam PP ini dan terancam untuk dikenakan sanksi pemutusan hubungan
kerja, tetapi Perusahaan masih menangguhkan sanksi tersebut karena berbagai
pertimbangan atau karena proses yang masih harus ditempuh, maka kepada
Pegawai yang bersangkutan dapat dikenakan sanksi berupa tidak dipekerjakan
dan dibebaskan sementara dari segala tugas dan jabatan di Perusahaan.
e.2. Skorsing dapat juga dilakukan sambil menunggu putusan dari Lembaga
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PPHI) untuk dan dilakukan

28
pemutusan hubungan kerja sesuai undang-undang dan peraturan
ketenagakerjaan yang berlaku.
e.3. Selama pembebasan tugas sementara / skorsing maka :
1. Pegawai tidak diperkenankan untuk masuk kerja dan/atau masuk kedalam
lingkungan Perusahaan tanpa mendapat izin terlebih dahulu dari Perusahaan.
2. Upah Pegawai bersangkutan selama masa skorsing dibayarkan sesuai
dengan peraturan ketenagakerjaan yang berlaku.

Pasal 41
Ganti Rugi

Pegawai diwajibkan membayar ganti rugi kepada perusahaan, apabila :


(1) Menghilangkan / merusak barang-barang / fasilitas milik Perusahaan.

(2) Karena kurang hati-hati atau kesalahan pegawai yang bersangkutan menimbulkan
kerugian bagi Perusahaan.

(3) Pegawai tidak mentaati kewajiban/PP, sehingga menimbulkan kerugian bagi Perusahaan.

Pasal 42
Mangkir

(1) Pegawai yang tidak dapat mempertanggung jawabkan ketidakhadirannya akan dianggap
mangkir dan upahnya di potong.

(2) Pegawai mangkir selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut dan telah mendapat surat
panggilan dari perusahaan sebanyak 2 (dua) kali dalam tenggang waktu 1 (satu) minggu
namun tidak diindahkan, dinyatakan telah mengundurkan diri secara sepihak sesuai pasal
168 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003.

BAB XIII
UANG PESANGON, UANG PENGHARGAAN MASA KERJA,
UANG PENGGANTIAN HAK DAN UANG PISAH

Pasal 43
Umum

Perusahaan akan memberikan Pegawai uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan
uang penggantian hak untuk pengakhiran hubungan kerja sesuai dengan kriteria alasan PHK.

Pasal 44
Uang Pesangon

29
Perhitungan besarnya uang pesangon paling sedikit sebagai berikut:
a. masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu) bulan upah
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan upah
c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan upah
d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan
upah
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan
upah
f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan
upah
g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tujuh) bulan
upah
h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan)
bulan upah
i. masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9 (sembilan) bulan upah.

Pasal 45
Uang Penghargaan Masa Kerja

Perhitungan besarnya uang penghargaan masa kerja adalah sebagai berikut:


a. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan upah;
b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan
upah
c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4
(empat) bulan upah
d. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5
(lima) bulan upah
e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6
(enam) bulan upah
f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu)
tahun, 7 (tujuh) bulan upah
g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat)
tahun, 8 (delapan) bulan upah
h. masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh) bulan upah.

Pasal 46
Uang Penggantian Hak

Uang penggantian hak yang dapat diberikan kepada Pegawai adalah sebagai berikut :
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur.
b. Biaya atau ongkos pulang untuk Pegawai/pegawai dan keluarganya ketempat dimana
Pegawai/pegawai diterima bekerja.

30
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% (lima belas
perseratus) dari uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja bila ada.

Pasal 47
Uang Pisah

Uang pisah hanya diberikan kepada pegawai yang mengundurkan diri secara baik-baik dan
kepada Pegawai yang terkena PHK tetapi dikualifikasikan sebagai mengundurkan diri.

Perhitungan besarnya uang pisah adalah sebagai berikut :


a. Masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang kurang dari 6 (enam) tahun, diberikan
uang pisah sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).
b. Masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, diberikan
uang pisah sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah).
c. Masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun,
diberikan uang pisah sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).
d. Masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun,
diberikan uang pisah sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah).
e. Masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih, diberikan uang pisah sebesar Rp. 2.500.000,-
(dua juta lima ratus ribu rupiah).

Pasal 48
Pegawai Masa Percobaan

(1) Selama dalam masa percobaan yang lamanya tidak lebih dari 3 (tiga) bulan sejak
diterimanya sebagai Pegawai, perusahaan sewaktu-waktu dapat melakukan Pemutusan
Hubungan Kerja dengan Pegawai bila dianggap tidak memenuhi persyaratan yang
ditetapkan perusahaan.

(2) Pegawai juga dapat melakukan pemutusan hubungan kerja pada setiap saat tanpa
diharuskan memberikan tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari.

(3) Pemutusan Hubungan Kerja atas dasar ini perusahaan tidak berkewajiban untuk
memberikan imbalan atau uang kompensasi apapun.

Pasal 49
Pegawai Mencapai Usia Pensiun

(1) Pegawai permanen yang telah mencapai usia 56 (lima puluh enam) tahun, diberhentikan
dengan hormat dari pegawaiannya karena usia pensiun. Kepada Pegawai diberikan uang
pesangon sebesar 2 (dua) kali, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.

31
(2) Bagi Pegawai yang masih dibutuhkan dan bersedia, dapat diminta oleh perusahaan untuk
melanjutkan hubungan kerja atas Perjanjian Kerja untuk Waktu Tertentu atau PKWT.

Pasal 50
Pegawai Meninggal Dunia

(1) Hubungan kerja putus demi hukum karena Pegawai meninggal dunia.

(2) Bagi Pegawai yang meninggal dunia bukan karena kecelakaan kerja, kepada ahli
warisnya diberikan sejumlah uang yang besarnya sama dengan perhitungan 2 (dua) kali
uang pesangon, 1 (satu) kali uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.

Pasal 51
Hutang-hutang Pegawai

(1) Sehubungan dengan Pemutusan Hubungan Kerja maka seluruh hutang Pegawai kepada
perusahaan dengan bukti-bukti yang sah akan diperhitungkan sekaligus dari uang
pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak.

(2) Bila ternyata uang pesangon atau sumber-sumber lainnya untuk Pegawai masih tidak
cukup untuk melunasi hutangnya, pemutusan hubungan kerja ini tidak secara otomatis
membebaskan Pegawai tersebut dari sisa hutang-hutangnya kepada Perusahaan.

BAB XIV
PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Pasal 52
Umum

(1) Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan


pertentangan antara perusahaan dengan Pegawai karena adanya perselisihan mengenai
hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan
antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam satu perusahaan.

(2) Apabila terjadi perselisihan hubungan industrial maka cara penyelesaiannya sesuai
dengan UU Nomor 2 tahun 2004 yaitu melalui perundingan bipartit,
mediasi/konsiliasi/arbitrase, Pengadilan Hubungan Industrial dan Mahkamah Agung.

Pasal 53
Mediasi/ Konsiliasi

32
(1) Apabila perundingan bipartit tidak berhasil atau gagal, maka perusahaan atau Pegawai
dapat meminta bantuan mediator/konsiliator untuk membantu penyelesaiannya.

(2) Dalam upaya penyelesaian, pihak mediator/konsiliator akan mendamaikan kedua belah
pihak. Bila tidak berhasil mendamaikan, maka mediator/konsiliator akan mengeluarkan
anjuran.

(3) Baik perusahaan maupun Pegawai dapat menerima ataupun menolak anjuran
mediator/konsiliator.

(4) Apabila salah satu pihak menolak anjuran mediator/ konsiliator, maka baik perusahaan
maupun Pegawai dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial.
(5) Perselisihan yang dapat diajukan kepada mediator adalah perselisihan hak, perselisihan
kepentingan, dan perselisihan pemutusan hubungan kerja.

BAB XIV
PENUTUP

Pasal 55
Peraturan Pelaksanaan

Peraturan-peraturan yang bersifat prosedural, dan merupakan peraturan pelaksanaan dari PP


ini akan ditentukan dengan keputusan Direksi.

Pasal 56
Penafsiran

Apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas mengenai makna dan penafsiran terhadap pasal-
pasal maupun ayat-ayat dalam PP ini adalah menjadi hak perusahaan untuk menafsirkan
dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan berkonsultasi
dengan instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan.

Pasal 57
Hal-hal Yang Belum Diatur

Hal-hal yang belum diatur dalam PP ini akan disusun kemudian dan ditambahkan
sebagaimana pelengkap kedalam PP ini.
(1) Jika dalam PP ini terdapat ketentuan-ketentuan yang kurang jelas, kurang lengkap atau
berbeda dengan maksud yang terkandung dalam Peraturan dan UU Ketenagakerjaan,
maka secara otomatis yang dipakai adalah yang terkandung di dalam Peraturan
Pemerintah dan atau UU Ketenagakerjaan yang berlaku.

33
(2) Dengan disahkannya PP ini maka PP terdahulu dan peraturan–peraturan lain dibawahnya
yang bertentangan dengan PP ini tidak berlaku lagi.

(3) PP ini berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun terhitung sejak disahkan oleh
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Indonesia.

(4) Apabila PP telah berakhir masa berlakunya dan proses perpanjangan atau pembaharuan
belum selesai, maka PP ini masih tetap berlaku sampai dengan tanggal disahkannya PP
yang baru.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 15 Januari 2016

PLT DIREKTUR UTAMA

JULITTA SAVITRI EVAWANI

34

Anda mungkin juga menyukai