…………
Peraturan Perusahaan ini dibuat dengan kesadaran dan tanggung jawab sepenuhnya
untuk dilaksanakan. Oleh sebab itu segala bentuk kesalahpahaman mengenai pelaksanaan
tugas masing-masing pihak, Pengusaha maupun Pekerja akan selalu berpegang teguh pada
asas musyawarah untuk mencapai mufakat dalam penyelesaian segala permasalahan.
Akhir kata marilah kita pahami bersama isi Peraturan Perusahaan ini. Semua hal
penting telah dituangkan dalam Peraturan Perusahaan ini, namun tentunya tidak mungkin
mencakup semua hal secara rinci, Peraturan pelaksanaannya akan melengkapi Peraturan
Perusahaan ini di tingkat Operasional.
.......................................2023
Pimpinan Perusahaan
---------------------
Direktur
(1) Peraturan Perusahaan adalah Suatu peraturan yang dibuat secara tertulis yang memuat
ketentuan-ketentuan tentang syarat-syarat kerja serta tata tertib perusahaan.
(2) Perusahaan adalah PT. ....................... yang berkedudukan dan beralamat di
................... yang bergerak di bidang................
(3) Mitra Perusahaan adalah Setiap usaha baik yang berbadan hukum atau tidak yang
memiliki kerjasama atau hubungan bisnis dengan Perusahaan.
(4) Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan Perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai
dengan ketentuan anggaran dasar.
(5) Lingkungan Perusahaan adalah keseluruhan tempat atau lokasi yang berada di bawah
penguasaan perusahaan atau dimiliki perusahaan yang digunakan atau tempat untuk
melakukan kegiatan perusahaan.
(6) Pekerja adalah seorang pria atau wanita yang mengikatkan diri dalam perjanjian kerja
dengan perusahaan dan menerima upah untuk pekerjaan yang dilakukannya serta
tunduk dan patuh pada peraturan perusahaan yang berlaku.
(7) Perjanjian Kerja adalah perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja tertulis, baik
untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat
kerja, hak dan kewajiban para pihak.
(8) Pekerja Tetap adalah Pekerja yang terikat dalam hubungan kerja dengan perusahaan
berdasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) tanpa adanya jangka
waktu yang telah ditentukan dengan diberikan upah setiap bulannya sesuai
kemampuan perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(9) Pekerja Tidak Tetap adalah Pekerja yang terikat dalam hubungan kerja dengan
perusahaan berdasarkan atas perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT) dengan jangka
waktu tertentu dengan diberikan upah setiap bulannya sesuai kemampuan perusahaan
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(10) Pekerja Harian adalah Pekerja yang terikat dalam hubungan kerja dengan perusahaan
berdasarkan atas perjanjian kerja harian (PKH) dengan upah per hari dan diberikan
berdasarkan jumlah kehadiran bekerja setiap harinya.
(11) Masa Percobaan adalah waktu yang harus dijalani Pekerja paling lama 3 (tiga) bulan,
yang diatur dalam PKWTT.
(12) Isteri atau Suami Pekerja adalah seorang yang menikah secara sah dengan pekerja
menurut hukum yang berlaku dan terdaftar di bagian personalia/HRD perusahaan.
(13) Anak Pekerja adalah Anak Pekerja yang sah menurut hukum, menjadi tanggungan
pekerja sebagaimana ketentuan dalam BPJS Kesehatan dengan usia maksimum 18
tahun atau belum menikah.
(14) Keluarga Pekerja adalah Seorang isteri, suami, ayah, ibu, mertua, anak yang sah dari
perkawinan menurut hukum yang berlaku dan telah terdaftar di perusahaan.
(1) Peraturan Perusahaan ini berlaku bagi semua pekerja yang bekerja dan mempunyai
hubungan kerja serta menerima upah dari PT. ................................
(2) Peraturan Perusahaan ini berlaku selama 2 (dua) tahun, terhitung sejak disahkan oleh
Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Pasuruan.
PASAL 3
PENERIMAAN PEKERJA
PASAL 4
STATUS PEKERJA
PASAL 6
PROMOSI PEKERJA
(1) Promosi pekerja dapat dilakukan dengan memperhatikan salah satu dari:
a. Kemampuan dan prestasi kerja.
b. Masa kerja dan masa menjabat pada jabatan sekarang.
c. Kualifikasi pekerja yang bersangkutan terhadap tuntutan jabatan perusahaan.
d. Formasi yang ada, sesuai perencanaan sumber daya manusia di perusahaan.
e. Dinyatakan lulus dalam proses seleksi yang ditetapkan.
f. Diketahui dan disetujui oleh pimpinan perusahan.
(2) Penilaian terhadap pekerja yang dipromosikan merupakan hak perusahaan.
PASAL 7
DEMOSI PEKERJA
(1) Demosi pekerja dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kinerjanya tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan tuntutan jabatannya.
b. Pelanggaran terhadap peraturan atau tata tertib yang berlaku di perusahaan atau
sikap dan tindakannya sangat menghambat atau mempengaruhi pelaksanaan tugas
dan fungsi sesuai dengan jabatannya.
(2) Penurunan jenjang atau kelas jabatan diikuti dengan penyesuaian tunjangan dan
fasilitas sesuai ketentuan yang berlaku untuk jenjang atau kelas jabatan baru tersebut.
PASAL 8
HARI DAN JAM KERJA
(1) Hari dan jam kerja adalah 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu dengan jam 7
jam kerja 5 hari dan 5 jam kerja 1 hari
(2) Mengingat kebutuhan operasional perusahaan, perusahaan dapat memerintahkan
pekerja untuk bekerja secara shift.
(3) Perusahaan dapat mengatur lain terkait jam kerja, jam istirahat dan istirahat
mingguan dengan mempertimbangkan kebutuhan pekerjaaan.
(4) Dalam keadaan darurat dan dengan mempertimbangkan operasional pekerjaan,
perusahaan dapat memanggil dan menugaskan pekerja untuk melaksanakan tugas
atau diluar jam kerjanya.
BAB III
PEMBEBASAN DARI KEWAJIBAN UNTUK BEKERJA
PASAL 9
ISTIRAHAT KARENA SAKIT
(1) Pekerja wajib memberitahukan ketidak-hadirannya pada hari tersebut melalui telepon
atau menitipkan surat sebelum 60 (enam puluh) menit dimulainya jam kerja.
(2) Setiap pekerja yang tidak dapat hadir ditempat kerja karena sakit, harus membuktikan
dengan surat keterangan dokter dari poliklinik atau rumah sakit yang bekerja sama
dengan BPJS pada saat masuk kerja kembali.
(3) Jika pekerja tidak dapat menunjukkan bukti surat keterangan dokter yang sah dan
dapat dipertanggung jawabkan, maka akan diperhitungkan dengan hak cuti tahunan
pekerja yang bersangkutan.
(4) Perusahaan berhak untuk memeriksa keabsahan surat keterangan dokter, atau
meminta kepada pekerja tersebut untuk memeriksakan diri ulang kepada dokter atau
rumah sakit yang ditunjuk oleh perusahaan.
PASAL 10
CUTI TAHUNAN DAN PELAKSANAAN CUTI
1. Pekerja yang telah bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara berturut-turut,
mempunyai hak cuti tahunan selama 12 (dua belas) hari kerja pada tahun berikutnya.
2. Perusahaan dapat mengatur dan mengijinkan pelaksanaan cuti dengan mempertimbangkan
kebutuhan pekerjaan;
3. Permohonan cuti harus diajukan secara tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari sebelum
pelaksanaan cuti;
4. Pekerja yang tidak mengambil hak cuti tahunannya sampai batas waktu 12 (dua belas)
PASAL 11
ISTIRAHAT MELAHIRKAN
(1) Bagi Pekerja perempuan yang akan melahirkan, diberikan istirahat selama 1 ½ (satu
setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1 ½ (satu setengah) bulan setelah
melahirkan, atau sejak mendapatkan surat keterangan dokter atau bidan yang
menyatakan harus istirahat untuk melahirkan, dengan tetap menerima upah penuh;
(2) Pekerja perempuan yang bermaksud menggunakan hak cuti melahirkan, harus
mengajukan permohonan tertulis dengan dilampiri surat keterangan dokter atau bidan
sekurang- kurangnya 1 ½ (satu setengah) bulan sebelumnya dan diserahkan ke
pimpinan perusahaan;
(3) Bagi Pekerja perempuan yang mengalami gugur kandungan berdasarkan keterangan
dokter atau bidan, diberikan cuti paling lama 1 ½ (satu setengah) bulan setelah gugur
kandungan atau sesuai dengan rekomendasi dokter spesialis kandungan;
(4) Perusahaan memberikan izin tidak masuk kerja kepada Pekerja perempuan yang sakit
berdasarkan surat keterangan dokter yang memeriksanya dari poliklinik atau rumah
sakit yang bekerja sama dengan BPJS kesehatan.pekerja diwajibkan memberitahukan
secara tertulis kepada pimpinan yang bersangkutan dengan menunjukkan surat
keterangan sakit dari dokter yang memeriksanya dari poliklinik atau rumah sakit yang
bekerja sama dengan BPJS kesehatan;
(5) Perusahaan berhak untuk memeriksa keabsahan surat keterangan dokter, atau meminta
kepada pekerja tersebut untuk memeriksakan diri ulang kepada dokter atau rumah
sakit yang ditunjuk oleh perusahaan.
BAB VI
KESEJAHTERAAN PEKERJA
PASAL 12
UPAH
(1) Pada dasarnya pengupahan di dasarkan atas upah tidak dibayar apabila pekerja
tersebut tidak melakukan pekerjaan (no work no pay).
(2) Pekerja berhak mendapat upah dari perusahaan sesuai dengan Upah minimum
Kabupaten dengan mempertimbangkan kemampuan dan produktivitas.
(3) Apabila pekerja mangkir atau izin tidak masuk kerja di luar ketentuan perundang-
undangan maka upah pekerja yang bersangkutan tidak dibayarkan sesuai dengan
jumlah tidak masuk kerja atau mangkir dengan ketentuan = jumlah hari mangkir
bekerja atau izin tidak masuk kerja X 1/21 X upah bulanan atau X 1/25 X upah
bulanan.
(4) Pekerja yang terlambat datang atau meninggalkan pekerjaan karena kepentingan
pribadi atau pulang lebih awal maka upahnya tidak dibayar secara proporsional,
perhitungan upah akan diatur dalam lampiran PP
PASAL 13
UPAH SELAMA TIDAK MASUK KERJA KARENA SAKIT DAN ISTIRAHAT
(1) Upah pekerja tetap dibayar selama pekerja tidak masuk kerja karena sakit
berkepanjangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan keterangan dokter
dan ketentuan sebagai berikut:
a. 4 (empat) bulan pertama sakit dibayar 100 % upah.
b. 4 (empat) bulan kedua sakit dibayar 75 % upah.
c. 4 (empat) bulan ketiga sakit dibayar 50 % upah.
d. Untuk bulan selanjutnya dibayar 25 % upah sebulan sampai dengan adanya
pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha.
(2) Upah pekerja tetap dibayar penuh apabila pekerja tidak masuk kerja karena
keperluan/alasan istirahat sebagai berikut:
a. Pekerja sendiri menikah : diberikan istirahat 3 hari.
b. Pekerja menikahkan anak : diberikan istirahat 2 hari.
c. Pekerja mengkhitankan anak : diberikan istirahat 2 hari.
d. Pekerja membaptiskan anak : diberikan istirahat 2 hari.
e. Istri Pekerja melahirkan/gugur kandungan : diberikan istirahat 2 hari.
f. Kematian isteri/suami/anak/orang tua/mertua : diberikan istirahat 2 hari.
g. Anggota Keluarga satu rumah meninggal dunia : diberikan istirahat 1 hari.
(3) Pekerja yang menikah untuk yang kedua atau berikutnya tanpa melalui prosedur yang
telah ditetapkan undang-undang tidak mendapatkan hak istirahat menikah.
BAB V
KESELAMATAN, KESEHATAN DAN KEAMANAN KERJA
SERTA KEAMANAN PERUSAHAAN
PASAL 14
KESELAMATAN KERJA
(1) Setiap orang yang berada di lingkungan Perusahaan wajib mengikuti peraturan dan
prosedur keselamatan kerja.
(2) Setiap pekerja wajib melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a. Menjaga kesehatan diri sendiri;
b. Bekerja dengan penuh dedikasi, konsentrasi dan tetap bersemangat;
c. Menjaga penampilan diri agar tetap rapi, bersih dan kondisi tubuh tetap prima;
d. Menjaga lingkungan kerja agar tetap rapi, teratur dan bersih setiap saat;
e. Menjalankan tugas pekerjaan sesuai dengan prosedure kerja yang berlaku dan
sesuai perintah pimpinan;
f. Wajib menggunakan peralatan kerja dengan baik dan benar sesuai dengan
peruntukannya dan mengembalikan atau menempatkan kembali pada tempat
8 | Peraturan Perusahaan PT. ........................
semula sesuai dengan jenis peralatannya;
g. Menggunakan peralatan kerja secara efektif dan efisien;
h. Mengikuti segala prosedur kebiasaan dan tata cara pemakaian alat keselamatan
kerja sesuai ketentuan;
i. Mengingatkan teman sekerja terhadap perbuatan atau tingkah laku yang dapat
membahayakan diri sendiri, orang lain maupun perusahaan sewaktu bekerja;
j. Mematikan mesin-mesin yang perlu dimatikan sesuai dengan kebutuhannya
sebelum meninggalkan tempat kerja;
k. Tidak ragu-ragu untuk meminta bantuan seseorang pekerja ataupun pimpinan di
dalam mengalami kesulitan kerja ataupun terdapat masalah pada mesin kerja;
l. Menjaga dan mencegah segala hal-hal atau perbuatan yang dapat menimbulkan
bahaya kebakaran atau segala sesuatu yang menimbulkan kerusakan mesin atau
peralatan dari bahaya lainnya;
m. Tidak diperbolehkan atau dilarang membakar sampah atau barang apapun juga di
tempat kerja;
n. Dilarang merokok di seluruh area lingkungan perusahaan atau pabrik kecuali pada
tempat yang sudah ditentukan (smoking area) dan pada waktu melakukan
pekerjaan di kendaraan dan di tempat kerja pelanggan;
o. Dalam keadaan darurat, baik karena adanya tidak terbatas pada kebakaran, gempa
bumi, banjir dan lain-lain sedapat mungkin melakukan tindakan penyelamatan
terhadap manusia, barang dengan cara melakukan kerja sama dan segera
melaporkan kejadian kepada pimpinan atau satuan pengamanan yang bertugas.
PASAL 15
KESEHATAN KERJA
(1) Pekerja wajib memelihara kesehatan lingkungan atau tempat kerja serta mematuhi
peraturan perusahaan mengenai kesehatan kerja.
(2) Pekerja wajib melaksanakan anjuran-anjuran dari perusahaan maupun pemerintah
yang menunjang perbaikan kondisi kesehatan.
PASAL 16
KEAMANAN KERJA
(1) Perusahaan memberikan perlindungan kepada pekerja terhadap gangguan dari luar
maupun dari dalam, dengan cara penyediaan tenaga satuan pengamanan yang
bertanggung jawab untuk mencegah dan melindungi pekerja serta harta benda milik
perusahaan terhadap gangguan dari luar maupun dalam.
(2) Pekerja diwajibkan untuk mengambil peran aktif dalam usaha untuk memelihara dan
menjaga keamanan di dalam lingkungan perusahaan maupun dilingkungan tempat
Pekerja menjalankan pekerjaan, antara lain terhadap kendaraan, mesin-mesin,
peralatan kerja, material, produk dan perlengkapan kantor.
PASAL 18
HAK DAN KEWAJIBAN PEKERJA
PASAL 19
KEWAJIBAN
PASAL 20
LARANGAN
BAB VII
TATA TERTIB KERJA
PASAL 21
TATA TERTIB UMUM DI TEMPAT KERJA
PASAL 22
MANGKIR
(1) Apabila pekerja meninggalkan pekerjaan atau tidak masuk kerja tanpa izin atau tanpa
alasan dan/atau bukti-bukti yang sah, dianggap mangkir.
(2) Perusahaan berhak untuk menentukan keabsahan surat-surat keterangan dan/atau
pemberitahuan lainnya mengenai ketidakhadiran pekerja. Jika di dalamnya terdapat
unsur pemalsuan atau keterangan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya,
perusahaan akan memberikan sanksi yang tegas.
(3) Bila seorang pekerja tidak hadir selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut tanpa
pemberitahuan tertulis dengan bukti-bukti sah yang dapat dipertanggung jawabkan dan
telah dipanggil perusahaan sebanyak 2 (dua) kali secara patut dan tertulis, maka
dikualifikasikan mengundurkan diri dan dapat dilaksanakan pemutusan hubungan
kerja sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PASAL 23
RAHASIA PERUSAHAAN
BAB VIII
SANKSI ATAS PELANGGARAN
PASAL 24
PEMBERIAN SANKSI
(1) Untuk menjamin agar peraturan perusahaan ini terlaksana dan dipatuhi, maka perlu
adanya tindakan pendisiplinan dan pemberian sanksi-sanksi kepada pekerja yang
melakukan pelanggaran.
(2) Perusahaan dapat memberikan surat peringatan kepada Pekerja secara berurutan yakni
surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga. Apabila pekerja kembali melakukan
pelanggaran dalam tenggang waktu masa berlakunya surat peringatan ketiga, Pihak
Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja.
(3) Perusahaan dapat memberikan surat peringatan pertama dan terakhir kepada Pekerja.
Apabila Pekerja kembali melakukan pelanggaran dalam tenggang waktu masa
berlakunya peringatan pertama dan terakhir dimaksud, Perusahaan dapat melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja.
(4) Pemberian Surat Peringatan tidak menghilangkan hak Perusahaan untuk melakukan
tuntutan atau upaya hukum baik pidana maupun perdata.
(5) Dalam hal terdapat sanksi yang sama atas pelanggaran yang dilakukan Pekerja, maka
yang diberlakukan adalah sanksi terberat.
(6) Pemberian surat peringatan kepada Pekerja dapat disertai dengan pemberian sanksi
lainnya, yakni berupa :
a. Pelepasan jabatan.
b. Penurunan Jabatan
c. Pemindahan jabatan.
d. Penundaan kenaikkan gaji atau jabatan.
e. Pencabutan fasilitas tertentu.
f. Pemotongan upah untuk ganti rugi.
PASAL 25
JENIS TINDAKAN PENDISIPLINAN DAN SANKSI
(1) Surat peringatan pertama diberikan kepada Pekerja apabila Pekerja dengan masa
berlaku 3 (tiga) bulan sejak dikeluarkan, apabila Pekerja melakukan kembali
pelanggaran masih dalam tenggang waktu 3 (tiga) bulan surat peringatan pertama maka
Perusahaan dapat menerbitkan surat peringatan kedua, yang juga mempunyai jangka
waktu berlaku selama 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya peringatan kedua, apabila
Pekerja masih melakukan pelanggaran dalam tenggang waktu 3 (tiga) bulan surat
peringatan kedua, perusahaan dapat menerbitkan peringatan ketiga (terakhir) yang
berlaku selama 3 (tiga) bulan sejak diterbitkannya peringatan ketiga, terhadap
BAB IX
BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA
PASAl 26
SEBAB BERAKHIRNYA HUBUNGAN KERJA
(1) Hubungan Kerja dapat berakhir karena sebab-sebab yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(2) Keadaan atau kejadian yang dapat dikategorikan sebagai tindakan efisiensi untuk
mencegah terjadinya kerugian dapat berupa reorganisasi, perubahan sistem kerja, atau
kelebihan formasi dalam satu bagian sehingga adanya kelebihan tenaga kerja atau
keadaaan-keadaan lain yang dapat membebani keuangan Perusahaan.
(3) Perusahaan dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja karena usia
pensiun yang telah berusia 55 (lima puluh lima) tahun, yang pelaksanaannya dapat
ditangguhkan apabila Pekerja yang bersangkutan masih dibutuhkan Perusahaan.
(4) Pemutusan Hubungan kerja karena alasan mendesak dapat terjadi selain karena alasan
yang telah diatur dalam perundang-undangan yang berlaku, juga dapat terjadi karena
Pekerja melakukan pelanggaran yang bersifat membahayakan, mengancam jiwa dan
kekayaan perusahan atau secara langsung dapat merugikan Perusahaan;
(5) Pekerja yang mengalami gangguan kejiwaan berdasarkan keterangan dari rumah sakit
kejiwaaan dapat dilakukan pemutusan hubungan kerja yang dikategorikan sebagai sakit
berkepanjangan.
PASAL 27
PELAKSANAAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
(1) Pemutusan Hubungan Kerja dilakukan dengan surat pemberitahuan kepada Pekerja
yang diserahkan secara langsung atau dikirimkan ke alamat Pekerja yang terdaftar di
perusahaan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Surat pemberitahuan yang diserahkan kepada Pekerja selain memuat ketentuan yang
diatur dalam perundang-undangan yang berlaku, juga dapat memuat tindakan skorsing
menuju Pemutusan Hubungan Kerja.
(3) Dalam hal Pekerja menerima pemutusan hubungan kerja maka Pengusaha melaporkan
Pemutusan Hubungan Kerja kepada Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Pasuruan
dan/atau mendaftarkan Perjanjian Bersama pada pengadilan Hubungan Industrial.
(4) Apabila Pekerja menolak Pemutusan Hubungan Kerja, maka Pemutusan Hubungan
kerja akan tetap dilakukan melalui surat keputusan tersendiri dan selanjutnya akan
mengikuti mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
PASAL 28
HAK-HAK ATAS PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
PASAL 29
UANG PISAH
(1) Pekerja berhak mendapat uang penggantian hak dan uang pisah karena diputus
hubungan kerjanya dengan alasan tertentu sesuai yang diatur pada Peraturan Pemerintah
Nomor 35 Tahun 2021 atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Besaran perhitungan uang pisah sebagai berikut:
a. Masa kerja kurang dari 3 tahun Rp. 500.000,-
b. Masa kerja 3 tahun lebih dan kurang dari 5 tahun Rp. 1.000.000,-
c. Masa kerja 5 tahun lebih dan kurang dari 10 tahun Rp. 2.000.000,-
d. Masa kerja 10 tahun lebih Rp. 4.000.000,-
(3) Hal-hal lain selain uang pisah akan diberikan berdasarkan penilaian dan kebijakan
perusahaan.
BAB X
PENGENAAN GANTI RUGI DAN HUTANG PEKERJA
PASAL 30
GANTI RUGI
PASAL 31
HUTANG PEKERJA
(1) Pekerja yang pada saat pemutusan hubungan kerja masih mempunyai hutang kepada
perusahaan, sisa hutang diperhitungkan langsung dengan gaji yang belum diterima atau
pesangon yang akan diterima dan sumber-sumber lain milik pekerja.
(2) Bila ternyata hutangnya itu masih lebih besar dari gaji dan uang jasa, atau uang
pesangon yang diterima atau dengan sumber-sumber lain milik pekerja, maka
pemutusan hubungan kerja tidak berarti membebaskan pekerja dari kewajiban
membayar sisa hutang tersebut kepada perusahaan.
(3) Ketentuan ini dengan sendirinya berlaku sebagai kuasa dari Pekerja kepada Pengusaha,
sehingga pelaksanaan pemotongan upah sebagai pembayaran atau pelunasan hutang
tidak diperlukan surat kuasa tersendiri.
(1) Hal-hal yang belum tercantum dan atau belum diatur dalam peraturan ini akan diatur
dalam peraturan pelaksana yang dikeluarkan oleh perusahaan dengan tetap
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Apabila terdapat ketentuan dalam peraturan perusahaan ini yang menimbulkan
penafsiran berbeda, maka hak menafsirkan ada dan melekat pada Perusahaan.
(3) Apabila terdapat ketentuan dalam Peraturan Perusahaan ini yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka ketentuan tersebut batal demi
hukum dan yang berlaku adalah peraturan perundang-undangan;
(4) Dengan berlakunya Peraturan Perusahaan ini, maka semua peraturan pelaksana yang
pernah dikeluarkan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
Peraturan Perusahaan ini.
----------------------
Direktur